Anda di halaman 1dari 15

ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton serta
penggunaan aldehid dan keton untuk indentifikasi senyawa.
Untuk uji fehling menggunakan reagen fehling, uji tollens menggunakan larutan
AgNO3 dan NaOH, uji iodoform menggunakan I2 dalam KI dan NaOH, pembentukan
damar dengan NaOH pekat, Uji natrium Bisulfit menggunakan Natrium bisulfit jenuh.
Reaksi asam karboksilat menggunakan KMnO4 dan asam sulfat pekat. Reaksi
pembentukan fenilhidrazin menggunakan fenilhidrazin.
Uji positif pada uji fehling akan ditandai dengan adanya endapan merah bata. Uji
Tollens akan ditandai dengan adanya endapan cermin perak. Uji Iodoform akan ditandai
dengan adanya perubahan warna menjadi kuning. Uji Pembentukan Damar ditandai
dengan warna larutan berubah menjadi kuning hingga coklat. Uji Adisi Natrium Bisulfit
ditandai dengan adanya gumpalan putih. Reaksi pembentukan asam karboksilat untuk
membuktikan apakah aldehid atau keton dapat dioksidasi dengan KMnO 4 encer. Reaksi
pembentukan fenilhidrazin ditandai dengan terbentuknya kristal.
Kata Kunci : Reaksi Aldehid dan Keton

IV-1
IV-2
4.1 PERCOBAAN 4
5.1 ALDEHID DAN KETON
6.1
7.1
8.1 PENDAHULUAN
9.1
4.1.1 Tujuan Percobaan
10.1 Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton.
2. Penggunaan aldehid dan keton untuk identifikasi senyawa.
11.1
4..1.2 Latar Belakang
12.1 Aldehid adalah senyawa karbon turunan alkana yang memiliki
gugus fungsi CHO pada salah satu ujungnya. Keton merupakan senyawa
karbonil yang mengandung gugus fungsi CO yang terikat pada dua gugus alkil
atau aril. Kedua senyawa ini merupakan senyawa organik yang mengandung
gugus karbonil.
13.1 Ada banyak aplikasi aldehid dan keton dalam industri. Aplikasi
aldehid dapat ditemukan dalam industri kertas yang menggunkan metanal sebagai
pelarut zat perekat. Aplikasi pada keton juga dapat ditemukan pada industri lain
seperti industri pembuatan gelas yang menggunakan propanon sebagai bahan
bakunya.
14.1 Pada percobaan ini, akan dipelajari reaksi reaksi yang terdapat
pada aldehid dan keton. Percobaan ini dimaksudkan agar praktikan dapat
memanfaatkan reaksi reaksi tersebut. Salah satu manfaatnya adalah untuk
menentukan atau mengidentifikasi suatu senyawa.
15.1
16.1
17.1
18.1
19.1
20.1
21.1

IV-1
IV-2

4.2 DASAR TEORI


5.2
6.2 Senyawa aldehida dan keton biasa disebut dengan senyawa
karbonil. Rumus umum senyawa karbonil adalah R CO R. Gugus R dan R
dapat berupa hidrogen, alifatik, atau aromatik. Jika kedua gugus R adalah
hidrogen, senyawa tersebut dinamakan formaldehid. Jika salah satu gugus R
adalah hidrogen dan yang lain alkil maka disebut senyawa aldehida, sedangkan
jika kedua gugus R adalah alkil disebut senyawa keton. Perbedaan struktur dari
aldehida dan keton menyebabkan perbedaan sifat sifat fisik dan kimia :
1. Aldehida lebih mudah dioksidasi dibandingkan dengan keton.
2. Aldehida lebih reaktif terhadap reaksi adisi nukleofilik daripada keton.
7.2 Karbon di dalam karbonil berikatan dengan tiga atom lainnya. Karena
struktur karbonil mempunyai hibridisasi ikatan sp2 pada atom C karbonil, maka
struktur karbonil berbentuk flat (datar) dan mempunyai sudut ikatan 1200. Orbiatal
p atom oksigen membentuk ikatan , sehingga atom karbon dan atom oksigen
bergabung membentuk ikatan rangkap dua (Riswiyanto, 2009 : 237).
8.2 Senyawa aldehida diberi nama dengan mengganti akhiran na pada
alkana dengan al. Rantai utama harus mengandung gugus CHO dan atom
karbon pada CHO diberi prioritas utama dengan nomer terendah (nomer 1). Untuk
senyawa aldehida yang lebih kompleks, misalnya gugus CHO terikat pada cincin
benzena atau siklo, maka yang dipakai dalah akhiran karbaldehida.

9.2
10.2 Gambar 4.1 Etanal

11.2
12.2 Gambar 4.2 Propanal

13.2
14.2 Gambar 4.3 Sikloheksana karbaldehida
IV-3

15.2 Senyawa keton diberi nama dengan mengganti akhiran na pada alkana
dengan on. Rantai utama harus mengandung gugus keton, dan gugus keton
diberi prioritas utama dengan nomer terendah (nomer 1). Dalam senyawa siklo,
gugus karbonil diberi nomer 1.

16.2
17.2 Gambar 4.4 2 butanon
18.2 (Riswiyanto, 2009 : 50 51).
19.2 Aldehida sebagai senyawa karbonil. Aldehid senyawa senyawa
sederhana yang mengandung sebuah gugus karbonil sebuah ikatan rangkap C = O.
Aldehid termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya
gugus gugus reaktif yang lain seperti OH atau Cl yang terikat langsung pada
atom karbon digugus karbonil seperti yang biasa ditemukan misalnya asam
asam karboksilat yang mengandung gugus COOH. Pada aldehid, gugus karbonil
mamiliki satu atom hidrogen yang terikat padanya bersama dengan atom hidrogen
lain atau yang lebih umum, sebuah gugus hidrokarbon yang bisa berupa gugus
alkil atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzene (Anonim1, 2009 :1).
20.2 Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah
gugus karbonil (C = O) yang terikat pada dua gugus alkil, dua gugus aril atau
sebuah alkil dan sebuah aril. Keton memiliki rumus umum RCOR. Senyawa
karbonil yang berikatan dengan dua karbon membedakan keton dari asam
karboksilat, aldehid, ester, amida, dan senyawa senyawa beroksigen lainnya.
Ikatan ganda gugus karbonil membedakan keton dari alkohol dan eter. Keton yang
paling sederhana adalah aseton. Atom karbon yang berada disamping gugus
karbonil dinamakan karbon . Hidrogen melekat pada karbon ini dinamakan
hidrogen . Dengan keberadaan asam katalis, keton mengalami tautomerisme keto
enol. Reaksi dengan basa kuat menghasilkan enolat (Anonim2, 2012 :1).
21.2 Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehida adalah oksidasi dari
alkohol primer. Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan
mengoksidasi aldehidnya menjadi asam karboksilat. Oksida khrompiridin
kompleks seperti piridinium khlor khromat adalah oksidator yang dapat merubah
alkohol primer menjadi aldehida tanpa merubahnya terus menjadi asam
IV-4

karboksilat. Kebanyakan oksidator mengubah alkohol primer menjadi asam


karboksilat. Asam karboksilat dapat direduksi menjadi alkohol primer tapi tak
dapat menjadi aldehida. Tetapi, klorida dari asam karboksilat dapat direduksi
menjadi aldehida oleh alumunium hidride yang dikurangi keaktifannya
(Fessenden, 1997 : 367).
22.2 Cara yang paling umum untuk membuat keton adalah oksidasi dari
alkohol sekunder. Hampir semua macam indikator dapat dipakai. Pereaksi yang
khas adalah khorium oksida (Cr3), piridium khlor khromat, natrium bikhromat
(Na2Cr2O7) dan kalium permanganat KMnO4. Diarilketon dan aril keton dibuat
dengan reaksi asilasi Friedel Craft reaksi dari benzena atau senyawa aromatik
lain dengan asetil khlorida (Fessenden, 1997 : 368).
23.2 Seperti pada ikatan rangkap karbon maka suatu pereaksi juga dapat
masuk kedalam ikatan rangkap karbonil. Misalnya pada senyawa karbonil dapat
terjadi hidrogenisasi. Pada reaksi hidrogenisasi ini suatu aldehida akan direduksi
menjadi alkohol primer, sedangkan keton akan direduksi menjadi alkohol
sekunder. Gugus karbonil adalah polar, tidak seperti ikatan rangkap karbon
karbon, gugus ini dapat dimasuki suatu nukleofil pada karbon karbonil dan suatu
elektrofil pada oksigen karbonil. Reaksi adisi dengan elektrofil (H+) dilanjutkan
dengan reaksi dengan nukleofil lemah. Pada kedua reaksi ini aldehida bereaksi
lebih cepat dan lebih sempurna daripada keton. Sebab dari perbedaan kereakstivan
adalah karena keton lebih stabil daripada aldehida. Stabilitas keton yang lebih
besar disebabkan adanya delokasi muatan positif karbonil karbon secara induksi
(Fessenden, 1997 : 369 370).
24.2 Formaldehida adalah suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam
air. Larutan 40% dalam air dinamakan formalin, yang digunakan dalam
pengawetan cairan dan jaringan. Formaldehida juga digunakan dalam pembuatan
resin sintetik. Polimer dari formaldehida, yang disebut paraformaldehida,
digunakan sebagai antiseptik dan insektisida. Aseton adalah keton yang paling
penting. Ia merupakan cairan volatil (titik didih 56o C) dan mudah terbakar. Aseton
adalah perlarut yang baik untuk bermacam macam senyawa organik, banyak
digunakan sebagai pelarut pernis, lak dan plastik. Tidak seperti kebanyakan
pelarut organik lain, aseton bercampur dengan air dalam segala perbandingan.
IV-5

Sifat ini digabungkan dengan volatilitasnya, membuat aseton sering digunakan


sebagai pengering alat alat laboratorium (Ralph, 2005 : 272).
25.2
26.2
27.2
28.2
29.2
30.2
31.2
32.2
33.2
34.2
35.2
36.2
37.2
38.2
39.2
40.2
41.2
42.2
43.2
44.2
45.2
46.2
4.3 METODOLOGI PERCOBAAN
47.2
4.3.1 Alat
48.2 Alat alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas ukur 10 ml
Pipet mohr 5 ml
Pemanas listrik
Kasa
Propipet
Gelas beker 500 ml
Botol semprot
49.2
4..3.2 Bahan
Sikloheksanon
Aseton
Formaldehid
IV-6

Benzaldehid
Fehling A dan B
AgNO3 0,1 N
KMnO4
H2SO4 pekat
NaOH
Amonia 10 %
50.2
51.2
52.2
53.2
4.3.3 Prosedur Kerja
4.3.3.1 Uji Fehling
54.2 Masing masing tabung reaksi diisi dengan sampel sebanyak 1 ml.
Kemudian larutan reagen fehling A dan fehling B dimasukan sebanyak 1
ml, dikocok, lalu dipanaskan. Setelah itu, diamati perubahan yang terjadi.
55.2
4.3.3.2 Uji Tollens (Cermin Perak)
56.2 Masing masing tabung reaksi diisi dengan sampel sebanyak 1 ml.
Kemudian AgNO3 dimasukan sebanyak 1 ml, 1 ml NaOH dan 1 ml
amonia ke dalam tabung reaksi, lalu dikocok dengan kuat. Setelah itu
dipanaskan dan diamati perubahan yang terjadi pada masing masing
tabung reaksi.
57.2
4.3.3.3 Pembentukan Damar
58.2 Masing masing tabung reaksi diisi dengan sampel sebanyak 1 ml.
Kemudian, ditambahkan NaOH pekat sebanyak 1 ml. Lalu dipanaskan.
Diamati warna dan bentuk endapan yang terjadi.
59.2
4.3.3.4 Reaksi Pembentukan Asam Karboksilat
60.2 Masing masing tabung reaksi diisi dengan sampel sebanyak 1 ml.
Lalu ditambahkan KMnO4 sebanyak 1 ml dan H2SO4 sebanyak 1 ml,
kemudian dipanaskan. Diamati perubahan bau yang timbul.
61.2
62.2
63.2
64.2
65.2
66.2
IV-7

67.2
68.2
69.2
4.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
70.2
4.4.1 Hasil Pengamatan
71.2 Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Uji Fehling
72.2 73.2 Langkah Kerja 74.2 Hasil
No.
75.2 76.2 Memasukan 1 ml reagen 77.2 Larutan berwarna biru
1. fehling A dan 1 ml reagen fehling
B.
78.2 79.2 Memasukan 1 tetes 80.2
2. sampel.
81.2 82.2 Mengamatati perubahan 91.2
92.2 Berwana biru, terdapat
3. sampel :
83.2 Benzaldehid lapisan bening diatas, dan terdapat
84.2
endapan didasar
85.2
93.2 Berwana biru, terdapat
86.2 Sikloheksanon
87.2 lapisan hijau diatasnya, dan tidak
88.2 Formaldehid
ada endapan
89.2
94.2 Berwarna biru kecoklatan,
90.2 Aseton
terdapat endapan
95.2 Bewarna biru tua, tidak
terdapat endapan
96.2
97.2 Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan Uji Tollens
98.2 99.2 Langkah Kerja 100.2 Hasil
No.
101.2 102.2 Memasukan 1 ml AgNO3, 103.2 Larutan berwarna hitam
1. 1 ml NaOH 10% dan 1 ml amonia
encer.
104.2 105.2 Menambahkan 1 ml 106.2
2. sampel.
107.2 108.2 Mengamati perubahan 112.2
113.2 Terbentuk cermin perak,
3. sampel :
109.2 Formaldehid terdapat endapan didasar tabung
IV-8

110.2 114.2 Tidak terbentuk cermin


111.2 Sikloheksanon
perak, tidak ada endapan terbentuk
115.2 116.2 Langkah Kerja 117.2 Hasil
No.
118.2 119.2 Benzaldehid 122.2 Terdapat cermin perak,
120.2
terdapat endapan didasar tabung
121.2 Aseton
123.2 Tidak terbentuk cermin
perak, terdapat endapan didasar
tabung
124.2
125.2 Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Pembentukan Damar
126.2 127.2 Langkah Kerja 128.2 Hasil
No.
129.2 130.2 Memasukan 1 ml sampel, 131.2
1. 1 ml NaOH pekat.
132.2 133.2 Memanaskan. 134.2
2.
135.2 136.2 Mengamati perubahan 143.2
144.2 Berwarna bening diatas dan
3. sampel :
137.2 Benzaldehid ada endapan didasar tabung
138.2 145.2 Berwarna bening diatas dan
139.2 Sikloheksanon
kuning dibawah, tidak ada endapan
140.2
146.2 Putih keruh, tidak ada
141.2 Formaldehid
142.2 Aseton endapan
147.2 Berwarna bening, tidak ada
endapan
148.2
149.2 Tabel 4.4 Data Hasil Pengamatan Pembentukan Asam
Karboksilat
150.2 151.2 Langkah Kerja 152.2 Hasil
No.
153.2 154.2 Memasukan 1 ml KMnO4, 155.2
1. 1 ml H2SO4 dan 1 ml sampel.
156.2 157.2 Memanaskan. 158.2
2.
159.2 160.2 Mengamati bau dan 165.2
166.2
IV-9

3. perubahan sampel : 167.2 Berbau sangat menyengat


161.2 Benzaldehid 168.2 Tidak berbau
162.2 Sikloheksanon 169.2 Berbau samar samar
163.2 Formaldehid 170.2 Berbau samar samar
164.2 Aseton
171.2
4.4.2 Pembahasan
4.4.2.1 Uji Fehling
172.2 Uji fehling ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi senyawa
aldehid dan keton dengan cara memanfaatkan salah satu sifat fisis aldehid dan
keton, yaitu kemudahan teroksidasi. Aldehid lebih mudah teroksidasi
dibandingkan dengan keton. Hal ini karena aldehid memiliki atom hidrogen yang
terikat pada gugus karbonilnya, sedangkan keton tidak memiliki. Atom hidrogen
inilah yang menyebabkan aldehid memiliki sifat asam. Larutan Fehling A dan B
mengandung ion tembaga(II) yang kompleks dengan ion tartat dalam larutan
natrium hidroksida yang bersifat basa. Reaksi antara fehling A dan B
menghasilkan warna biru karena adanya pengkompleksan ion tembaga(II) dengan
ion tartat dapat mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida. Setelah
pemanasan, aldehid mengalami perubahan warna dan terbentuk endapan karena
aldehid merduksi ion tembaga(II) menjadi tembaga(I) oksida. Karena larutan bersifat
basa, maka aldehid teroksidasi menjadi sebuah garam dari asam karboksilat yang
sesuai. Reaksi yang terjadi adalah :
173.2 HCOH + 2CU2+ + 5OH- HCOO- + Cu2O + 3H2O
(4.1)
174.2 (formaldehid)
175.2 C6H5CHO + 2Cu2+ + 5OH- C6H5COO- + Cu2O + 3H2O
(4.2)
176.2 (benzaldehid)
177.2 Pada keton yang tidak mempunyai atom hidrogen yang dapat
mengikat gugus karbonil, sehingga tidak terjadi perubahan reaksi.
178.2 C6H5O + 2Cu2+ + 5OH-
(4.3)
179.2 (siklohekasana)
180.2 C3H6O + 2Cu2+ + 5OH-
(4.4)
IV-10

181.2 (aseton)
182.2
4.4.2.2 Uji Tollens
183.2 Uji Tollens berfungsi untuk mengidentifikasi senyawa aldehid dan
keton yaitu dioksidasi oleh pereaksi Tolles seperti Ag+, suatu larutan basa dari ion
diamin perak(I) (Ag(NH3)2). Ion tersebut dapat dibuat dengan mereaksikan larutan
NaOH ke dalam larutan perak(I) nitrat sampai menghasilkan sebuah endapan
perak(I) oksida yang kemudian ditambahkan amonia encer untuk melarutkan ulang
endapan.
184.2 Uji Tollens menunjukan hasil positif jika terdapat endapan cermin
perak pada reaksi. Aldehid mereduksi ion diamin perak(I) menjadi logam perak dan
karena larutan bersifat basa, sehingga aldehid dioksidasi menjadi garam dari asam
karboksilat. Reaksi reduksi ion diamin perak(I) menjadi perak adalah :
185.2 Ag(NH3)2- + e- Ag + 2NH3
(4.5)
186.2 Digabung dengan reaksi oksidasi aldehid pada kondisi basa :
187.2 RCHO + 3OH-RCOO- + 2H2O + 2e-
(4.6)
188.2 Menghasilkan persamaan reaksi :
189.2 2Ag(NH3)2+ + RCHO + 3OH- 2Ag + RCOO- + 4NH3 + 2H2O (4.7)
190.2 Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :
191.2 C6H5CHO + 3OH- + 2Ag(NH3)2 2Ag + C6H5COO- + 4NH3 +
2H2O (4.8)
192.2 (benzaldehid)
193.2 HCOH + 3OH- + 2Ag(NH3)2 2Ag + CH2COO- + 4NH3 +
2H2O (4.9)
194.2 (formaldehid)
195.2 Pada sampel keton, tidak ada reaksi yang terjadi :
196.2 C3H6O + 3OH- + 2Ag(NH3)2
(4.10)
197.2 (aseton)
198.2 C6H5O + 3OH- + 2Ag(NH3)2
(4.11)
199.2 (sikloheksanon)
200.2
4.4.2.3 Pembentukan Damar
IV-11

201.2 Pembentukan damar dilakukan untuk mengamati dan mengetahui


apakah ada terbentuk endapan atau amorf dimana terjadi koagulasi
(penggumpalan) pada senyawa yang di uji. Dinyatakan positif jika damar
terbentuk pada senyawa. Pada percobaan ini dinyatakan positif hanya pada sampel
benzaldehid saja. Setelah dipanaskan dan terbentuk dua lapisan pada sampel.
Pemanasan bertujuan untuk membuka ikatan karbon dan menggantikannya
dengan gugus OH. Pembentukan damar dikarenakan adanya aldol yang
mempunyai gugus aldehid. Aldehid memiliki hidrogen alfa yang berfungsi dalam
kondensasi dan penghidratan sehingga dengan ditambah NaOH, kondensasi aldol
dapat terjadi. Konsensasi aldol merupakan reaksi penghilang ikatan rangkap yang
terjadi adalah pelepasan air sehingga terbentuk kromatoldehid yang ditunjukan
dengan adanya amorf pada sampel. Sedang pada sampel keton tidak ditemukan
gumpalan karena tidak ada hidrogen alfa yang dapat mengalami kondensasi.
Reaksi yang terjadi adalah :
202.2 C6H5CHO + NaOH NaCHO + C6H5OH
(4.12)
203.2 (benzaldehid)
204.2 HCOH + NaOH HCONa + H2O
(4.13)
205.2 (formaldehid)
206.2 C6H5O + NaOH
(4.14)
207.2 (sikloheksanon)
208.2 C3H6O + NaOH
(4.15)
209.2 (aseton)
210.2
4.4.2.4 Reaksi Pembentukan Asam Karboksilat
211.2 Uji ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi senyawa sampel yang
dapat membentuk asam karboksilat, dengan cara mencium bau yang ditimbulkan.
Hanya benzaldehid saja yang menunjukan hasil yang positif karena menghasilkan
bau yang sangat kuat. Sedangkan pada senyawa lain hanya mengeluarkan bau
yang samar samar. Fungsi penambahan H2SO4 adalah untuk menurunkan biloks
IV-12

KMnO4, karena H+ berfungsi untuk melepas oksigen H2SO4 juga berperan sebagai
pendonor H+ agar suasana larutan menjadi asam. Reaksi yang terjadi adalah :
212.2 C6H5CHO + KMnO4 + H2SO4 C6H5COOH
(4.16)
213.2 (benzaldehid)
214.2 HCOH + KMnO4 + H2SO4 HCOOH
(4.17)
215.2 (formaldehid)
216.2 C6H5O + KMnO4 + H2SO4
(4.18)
217.2 (sikloheksanon)
218.2 C3H6O + KMnO4 + H2SO4
(4.19)
219.2 (aseton)
4.5 PENUTUP
220.2
4.5.1 Kesimpulan
221.2 Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah :
1. Senyawa aldehid, yaitu formaldehid dan benzaldehid menunjukan reaksi
positif terhadap uji fehling. Sedangkan pada senyawa keton, yaitu aseton
dan sikloheksanon menunjukan reaksi negatif. Sementara itu, pada uji
Tollens benzaldehid dan formaldehid menunjukan reaksi positif serta
menunjukan hasil negatif pada aseton dan sikloheksanon. Pada uji
pembentukan damar, menunjukan reaksi positif benzaldehid dan
formaldehid. Dan untuk uji reaksi pembentukan asam karboksilat yang
menunjukan reaksi negatif adalah aseton dan sikloheksanon.
2. Senyawa aldehid, formaldehid dan benzaldehid adalah reduktor untuk
pereaksi Tollens dan Fehling yang apabila dioksidasi akan membentuk
suatu asam karboksilat. Sedangkan senyawa keton yaitu aseton dan
sikloheksanon tidak dapat dioksidasi karena tidak ada atom H yang terikat
pada gugus karbonilnya.
222.2
4.5.2 Saran
IV-13

223.2 Dalam praktikum, sebaiknya praktikan berhati hati dalam


mereaksikan bahan bahan, karena jika salah maka akan mengakibatkan
kegagalan percobaan.
224.2
225.2
226.2
227.2
228.2
229.2
230.2
231.2
232.2
233.2
234.2 DAFTAR PUSTAKA
235.2
1
236.2 Anonim , 2009. Senyawa Aldehida.
237.2 http://kimiadahsyat.blogspot.com
238.2 diakses pada : 9 04 2013
239.2
240.2 Anonim2, 2012. Senyawa Keton
241.2 http://asefa.xtgem.com
242.2 Diakses pada : 9 04 2013
243.2
244.2 Fessenden dan Ralph, J. 1997. Dasar Dasar Kimia Organik. Binarupa
Aksara : Jakarta.
245.2
246.2 Ralph, H. 2005. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga :
Jakarta.
247.2
248.2 Riswiyanto, 2009. Kimia Organik. Erlangga : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai