Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
hidayah serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
Perkembangan Islam di Jerman
Dengan penulisan makalah ini, saya selaku penulis selalu berusaha dan memohon kepada Allah
SWT semoga makalah dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca serta dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca khususnya para siswa siswi SMAN 1 Praya.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan itu semata-mata
karena keterbatasan penulis, baik dalam ilmu maupun pengetahuan, sehingga kami selaku penulis
memohon maaf kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

PRAYA, 27 APRIL 2017

1
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR 1
DAFTAR
ISI 2
BAB 1
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar
Belakang 3
1.2 Rumusan
Masalah.
BAB 2
PEMBAHASAN
2. Sejarah Masuknya Islam di Jerman..
3. Jumlah Penduduk Muslim di Jerman
4. Perkembangan Muslim di Jerman.
4.1 Muslim di Jerman Saat Ini
4.2 Peran Muslim di Jerman dalam Bidang Politik.
5. Nasib Muslim Masa Kini di Jerman.
BAB 3
PENUTUP.
3.1
Kesimpulan
3.2 Kritik dan
Saran.
DAFTAR
PUSTAKA.

BAB I

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jerman merupakan suatu negara berbentuk federasi yang terletak di Eropa Barat. Negara ini
termasuk salah satu negara maju di dunia dengan kemajuan teknologi dan ekonomi yang mapan. Dengan
luas 357.021 kilometer persegi (kira-kira dua setengah kali pulau Jawa) dan penduduk sekitar 82 juta
jiwa, negara dengan 16 negara bagian ini menjadi anggota kunci organisasi Uni Eropa, penghubung
transportasi barang dan jasa antarnegara sekawasan dan menjadi negara dengan penduduk imigran ketiga
terbesar di dunia.
Secara umum, mayoritas penduduk Jerman menganut agama Kristen,baik Potestan maupun
Katholik. Kurang lebih 52 juta orang menganut agama kristiani, sekitar 4 juta orang beragama Islam,
235.000 penganut agama Buddha dan 106.000 penganut agama Yahudi. Islam di Jerman hanya sebagai
minoritas yang menempati posisi kedua dalam urutan agama di Jerman.
Kondisi keagamaan di negara ini begitu bebas,dan setiap penduduk bebas menentukan dan
memilih kepercayaannya. Kebebasan beragama dijamin oleh Undang-undang Dasar Jerman pasal 4 ayat 1
yang menyebutkan Die Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die Freiheit des religiosen und
weltanschen Bekenntnisses sind unverletzlich (Kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis
hidup yang tidak boleh diganggu).[1]

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah Islam di Negara Jerman?
2. Berapa Jumlah Penduduk Muslim di Jerman Saat Ini?
3. Bagaimana Perkembangan muslim di Jerman?
4. Bagaimana Nasib Muslim masa Kini di Jerman?

BAB II

3
PEMBAHASAN

2. Sejarah Masuknya Islam di Jerman


Islam di Jerman sudah dikenal sejak zaman pendudukan Kekhalifahan Islam di Spanyol. Pada
saat itulah kekuasaan dan kemajuan dunia Islam disegani oleh bangsa-bangsa Eropa. Andalusia diajdikan
pusat pengembangan ilmu pengetahuan dibawah kekhalifahan Islam. Dan Eropa mulai memasuki abad
pertengahan yang disebut dengan zaman kegelapan (The Dark Age).
Ekspansi dan kemajuan besar-besaran Kekhalifahan Islam baik dalam bidang politik, ekonomi,
budaya, dan ilmu pengetahuan jauh melampaui bangsa Eropa. Pada zaman perang salib, peprangan terjadi
antara kaum muslim dengan bangsa Eropa, terutama Prancis, Jerman, dan Inggris. Setelah perang salib
berakhir toleransi agama dan kebudayaan pun berlangsung. Disaat itulah bangsa Eropa termasuk Jerman
mulai mengenal lebih jauh tentang Islam.
Sastrawan nomor satu di Jerman, Wolfgang von Goethe, adalah seorang seorang pengagum Nabi
Muhammad SAW. Harian Republika pernah memuat biografi tentang Wolfgang von Goethe pada rubric
dunia Islam. Dikatakan pula pada tulisan tersebut bahwa Wolfgang von Goethe memasukan ajaran Islam
pada hasil karyanya. Tulisan basmallah pun menghiasi buku-buku yang dibuatnya. Pada akhir khayatnya
beliau mengucapkan dua kalimat syahadat.
Hubungan antara Jerman dan Islam terus berlanjut. Seperti yang terungkap pada harian Medan
Waspada, bahwa pada tahun 1739, raja Friedrich Wilhelm I mendirikan sebuah masjid di kota Postdam
untuk tentaranya yang beragama Islam, mereka disebut dengan nama pasukan Muhammadaner. Mereka
juga diberikan jaminan kebebasan beribadah.
Pada Februari 1807 pasukan Muhammadaner membantu raja Wilhelm memerangi Napoleon dari
Prancis. Bersama pasukan Jerman lainnya, mereka pun memerangi Rusia dan Polandia. Pada satu resimen
bernama Towarczy, 1220 tentara beragama Islam dan 1320 tentara lainnya beragama Kristen. Pada zaman
itu kaum muslim di Jerman selain menjadi tentara, mereka juga banyak yang menjadi pedagang,
diplomat, ilmuan dan penulis.
Pada saat perang Dunia I, Jerman kembali bersekutu dengan tentara muslim dari Kekhalifahan
Turki. Hal ini membuat komunitas muslim di Jerman bertambah banyak dan makin menguatkan
ekstensinya. Pada tahun 1930 muncul banyak lembaga Muslim Jerman. Dan antara tahun 1933 sampai
1945 tercatat lebih dari 3000 warga Jerman yang beragama Islam, 300 diantaranya berdarah etnis Jerman.
Namun, pada saat kepemimpinan Hilter pada perang dunia kedua, umat Islam terpecah-pecah.
Kebebasan beribadah terancam. Sebagian umat Islam pergi melarikan diri ke negara Balkan. Namun hal
itu tidak berlangsung lama, setelah perang dunia kedua berakhir dengan kekalahan besar yang didapatkan
Jerman, hubungan antara Jerman dan umat Islam kembali terjalin . keberadaan Islam di Jerman meningkat
pada tahun 1960-an. Hal ini dikarenakan Jerman membutuhkan banyak tenaga kerja akibat hancurnya
Jerman dalam perang dunia kedua.
Para pekerja berdatangan dari Italia, Turki dan Eropa Timur untuk membangun Jerman kembali.
Setelah kontrak mereka selesai, para pekerja ini menolak untuk pulang ke negara mereka, bahkan mereka
mendatangkan keluarga-keluarganya untuk tinggal menetap di Jerman.

4
Berlin menjadi kota dengan jumlah komunitas Turki terbesar setelah Istanbul. Umat muslim dari
Yugoslavia dan Iran pun berdatanagan dan menetapa di jerman. Hal-hal tersebut yang membuat jumlah
penduduk yang beragama Islam di Jerman mencapai lebih dari dua juta jiwa pada awala tahun 1990.
Belakangan warga Muslim dari Libanon, Palestina, Afganistan, Aljazair, Iran, Iran dan Bosnia
juga datang ke Jerman mengungsi karena negara mereka dilanda perang. Karena merupakan negara maju,
Jerman juga menjadi target bisnis dan pendidikan. Banyak para profesional, pebisnis, pekerja dan
mahasiswa Muslim dari India, Pakistan, dan Asia Tenggara datang dan sebagian menetap di sana.[2]

3. Jumlah Penduduk Muslim di Jerman

Jumlah penduduk Muslim di Jerman saat ini berkisar 3,7 juta jiwa. Mayoritas adalah keturunan
Turki dengan jumlah lebih dari 2 juta orang. Menurut statistik tahun 1999, komposisi kaum Muslim di
negeri ini adalah sebagai berikut:
Turki 2.053.564, Bosnia 167.690, Iran 116.446, Marokko 81.450, Afghanistan 71.955, Libanon 54.063,
Pakistan 36.924, Tunisia 26.396, Syiria 19.055, Aljazair 17.705, Irak 16.745, Mesir 13.455, Yordania
12.249, Albania 10.528, Indonesia 9.470, Somalia 8.248, Banglades 7.156, Sudan 4.615, Malaysia 3.084,
Senegal, 2.509, Gambia 2.371, Libya 1.898, Kirgistan 1.662, Azerbaijan 1.399, Guinea 1.287, Usbekistan
1.249, Yaman 1.083.
Tidak jelas berapa jumlah Muslim yang berasal dari Jerman sendiri. Satu laporan dari Lembaga
Statistik Khusus umat Islam di Jerman menyebutkan sedikitnya 18.000-an orang, namun ada dugaan
menyebutkan sekitar 40.000 orang.[3]
4. Perkembangan Muslim di Jerman
4.1 Pendidikan Muslim di Jerman Saat Ini
Berbeda dengan kebanyakan negara-negara lain di Eropa, Jerman dalam perkembangan terakhir,
mulai memperbolehkan pelajaran agama Islam bagi para pelajar Muslim di sekolah-sekolah umum.
Biasanya pelajaran agama dilakukan orang-orang Islam secara non-formal di mesjid-mesjid atau
kelompok-kelompok masyarakat. Kebijakan baru yang merupakan hasil dari penggodokan bersama antara
pemerintah Jerman dan komunitas Muslim di Jerman ini adalah salah satu upaya mendukung proses
integrasi sosial Muslim di Jerman. Menurut Wolfgang Schrauber, Menteri Dalam Negeri Jerman,
kebijakan tersebut dapat menjembatani perbedaan yang kerap timbul.
Tidak hanya di level sekolah, pendidikan Islam juga mulai diperkenalkan pada tingkat akademik
dengan membuka Jurusan Teologi Islam di perguruan tinggi di Jerman. Pendidikan pada tingkat akademik
ini dianggap dapat memberi solusi terhadap masalah kehidupan Muslim dalam keragaman dan juga dapat
mengangkat isu partisipasi mereka dalam diskursus politik di negara tersebut.

Karena tidak adanya infrastruktur keagamaan formal, mesjid-mesjid di Jerman memiliki peran
yang sangat penting dalam pembinaan komunitas Muslim. Mesjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat

5
ibadah, tapi juga sebagai tempat pendidikan/pengajaran, pertemuan sosial keagamaan, acara perkawinan,
dan pusat bisnis. Karenanya tidak sedikit mesjid yang memiliki toko, restoran, perpustakaan, dan ruang
pertemuan. Saat ini jumlah mesjid di Jerman berkisar 2000, namun sebagian besar tidak dalam bentuknya
yang umum, melainkan ruko-ruko yang berada dekat pusat bisnis dan perumahan kaum Muslim. Tuntutan
kaum Muslimin untuk membangun mesjid dalam bentuknya yang umum selalu kandas di tingkat
parlemen setempat. Namun sejak tahun 1990-an, banyak mesjid yang utuh dan megah di bangun. Satu
laporan menyebut sekitar 200 telah terbangun dan lebih dari 30 dalam proses pembangunan.[4]
4.2 Peran muslim di Jerman dalam bidang Politik
Seperti kaum Muslimin lainnya yang tinggal di negara-negara non-Muslim, mereka kerap
menjadi target kecurigaan, diskriminasi dan prasangka buruk. Bagi Muslim Jerman, perlakuan semacam
itu justeru mendorong mereka untuk lebih aktif lagi bersosialisasi di tengah masyarakat Jerman dan
berpartisipasi di berbagai aspek kehidupan mulai dari sosial hingga politik. Muslim Jerman meyakini
hanya dengan berperan aktif di tengah masyarakat, mereka bisa sedikit demi sedikit mengikis
diskriminasi dan prasangka buruk terhadap Islam dan umat Islam.
Laporan Federal Office for Migration and Refugees tahun 2009 menyebutkan, dipekirakan
jumlah Muslim di Jerman saat ini mencapai empat juta orang. Dari jumlah itu, sekitar 500 ribu orang
merupakan sumber potensial untuk ikut dalam pemilu lokal di Jerman yang akan digelar tahun ini.
Belakangan, partisipasi Muslim Jerman di panggung politik meningkat meski pemerintah Jerman
memperketat aturan naturalisasi dan undang-undang tentang kewarganegaraan bagi para imigran.
Dengan jumlah yang cukup besar, sulit bagi partai-partai politik yang ada di Jerman untuk
mengabaikan suara dari kalangan Muslim, terutama menjelang pemilu lokal. Meski ada juga partai-partai
politik yang justeru menggunakan strategi menyerang keberadaan warga Muslim di Jerman untuk
mendapatkan dukungan suara dari masyarakat.
Di kalangan kaum Muslimin Jerman sendiri sudah menjadi tradisi untuk memberikan suaranya
pada Partai Hijau atau Partai Sosial Demokrat di setiap pelaksanaan pemilu. Walaupun pilihan-pilihan itu
tetap dilematis bagi warga Muslim karena ada partai yang disatu sisi menentang perang tapi di sisi lain
partai itu mendukung kebijakan-kebijakan yang anti-Muslim atau sebaliknya.
Dengan aktifnya warga Muslim dalam perpolitikan di Jerman, diharapkan keterwakilan warga
Muslim di pemerintahan, paling tidak di tingkat lokal, bisa terpenuhi. Kurangnya keterwakilan para
imigran Muslim di Jerman menjadi salah satu kendala bagi kepentingan-kepentingan yang terkait umat
Islam di negeri itu. Saat ini, dari sekitar 18 juta imigran yang ada di Jerman, cuma 11 orang yang duduk di
parlemen Jerman dengan latar belakang imigran.
Partai Bndnis fr Frieden und Fairness (Aliansi untuk Perdamaian dan Kesetaraan-BFF) yang
berbasis di Jerman, menjadi satu-satunya alianasi yang dibangun oleh para imigran untuk mewujudkan
partisipasi mereka dalam bidang politik. Alinasi ini berhasil mendapatkan dua kursi di dewan kota Bonn
yang diisi oleh dua orang Muslim Jerman.
Suka tidak suka, peran serta dan kontribusi kaum Muslim di Jerman telah memberikan warna dan
alternatif pilihan di panggung politik negeri itu. Apalagi BFF membuka diri bagi mereka yang non-
Muslim, meski cikal bakal dari berdirinya aliansi itu adalah terbentuknya Dewan Muslim di Bonn. [5]

5. Nasib Muslim Masa Kini di Jerman

6
Perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Jerman tampak memberi dampak yang positif
bagi kehidupan masyarakat Jerman. Penerimaan Islam oleh masyarakat Jerman sendiri menunjukkan
agama ini memberikan alternatif bagi pemecahan masalah kehidupan mereka. Islam tidak lagi
diidentikkan sebagai agama para imigran melainkan agama yang terintegral dari kehidupan mereka
sendiri. Integrasi Islam dan kultur mereka inilah yang akan membangun apa yang dikenal sebagai Euro
Islam.
Belakangan terdapat beberapa kasus dimana warga Muslim mendapat diskriminasi di Jerman
misalnya dalam masalah jilbab. Namun hal ini bukanlah kasus yang fenomenal dan tidak merubah
kebijakan pemerintah Jerman terhadap umat Islam. Secara umum, masyarakat Jerman sangat menghargai
kebebasan beragama. Sebuah survey yang pernah dilakukan Stiftung Konrad Adenauer menunjukkan
bahwa dua pertiga peserta polling percaya bahwa umat Islam harus diberikan kebebasan untuk
melaksanakan ajaran agama mereka.[6]
Belum lama ini juga, Muslim Jerman diguncang dengan kasus pembunuhan terhadap Marwa El-
Sharbini yang memicu makin kuatnya tekanan sosial terhadap kaum Muslimin di negeri itu. Namun kasus
ini pula yang memperkuat persatuan umat Islam di Jerman dengan cara menggalang petisi kaum
Muslimin dari seluruh Jerman yang ditujukan pada Kanselir Angela Merkel yang berisi tuntutan agar
pemerintah Jerman menunjukkan komitmennya terhadap eksistensi warga Muslim di negeri itu.
Menanggapi petisi yang dibuat kaum Muslimin Jerman, dalam sebuah pidatonya Merkel
menyerukan agar masyarakat Jerman menghormati wrga Muslim dan tatacara berpakaian para muslimah.
Seruan itu terutama ditujukan pada sekolah-sekolah publik di Jerman yang kerap meributkan masalah
jilbab.[7]
Dari sumber internet penulis juga menemukan pengalaman pribadi seorang muslimah yang
menjadi pekerja di negara Jerman.[8] Di Jerman muslim merupakan kaum minoritas, banyak orang yang
memandang dengan penampilan berbeda ataupun mengomentari. Namun apabila di jalan bertemu sesama
muslim justru mereka mengucapkan salam kepada muslimah tersebut, dan tak segan-segan untuk
berkenalan antar sesamanya.
Mengenai makanan, Seperti kita tahu bahwa kaum muslim dikharamkan makan makanan yang
berasal dari daging babi, ataupun produk-produk dari babi. Pengalaman muslimah tersebut cara
mengatasinya adalah membaca terlebih dahulu komposisi yang berada pada label produk di supermarket,
atau mencari produk dengan label halal di supermarket umum di Jerman. Namun bila memang tedesak,
tak kadang muslimah tersebut juga hanya membeli jenis makanan yang mengandung vegetarian
(sayuran).
Untuk sholat, itu bukan halangan. Perbedaan waktu Jerman, terutama pada saat musim panas atau
Sommer, dimana pada saat itu matahari bersinar sangat lama, bahkan adzan maghrib dimulai pukul 21.30,
waktu Jerman. Untuk mengecek waktu sholat, biasanya mencari informasi bulanan di Islamic Finder. Di
situs itu hanya memasukkan nama kota, dimana tempat tinggal. Atau bisa juga mendownload applikasi di
Ios atau Android. Dan warga Jerman disana juga sangat tolerir terhadap keberagamaan, yakni
membolehkan untuk melakukan sholat.
Untuk Puasa di Jerman, bulan Ramadhan jatuh pada musim panas, dimana matahari bersinar
lebih lama dan adzan maghrib berkumandang pukul 21.30. Adzan subuh berkumandang sekitar pukul
03.00, Jadi makan sahur sekitar pukul 02.00. Kemudian menjadi cobaan di sana adalah, waktu isya yaitu
sekitar pukul 23.00 hingga 23.30. Banyak muslim disana yang tidak melaksanakan sholat tarawih, karena
sudah terlalu malam. Dalam Hari Raya Idul Fitri (Lebaran), muslimah tersebut disana hanya merayakan
lebaran dengan pergi ke Masjid Islam di Frankfurt, karena jauh dengan sanak keluarganya.

7
Dan yang terakhir muslimah tersebut juga memaparkan bahwa muslim disana tidak terdapat
diskriminasi, warga jerman sangan toleransi terhadap perbedaan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa banyak
orang asing yang tinggal di negara Jerman, dengan agama yang beragam. Dan yang lebih meyakinkan
lagi, adanya pernyataan dari Kanselir jerman Angela Merkel baru-baru ini yang menyatakan bahwa Islam
itu merupakan bagian dari Jerman.

BAB III
PENUTUP

8
3.1 Kesimpulan
Islam di Jerman memang hanya sebagai minoritas, namun dari pengalaman muslimah tersebut
jelas bahwa warga Jerman itu sangat toleransi, terutama dalam hal beragama. Tidak terdapat diskriminasi
antar muslim dengan non muslim di Jerman, meskipun ada sedikit warga Jerman yang mengomentari
gaya berbusana. Namun hal tersebut tidak menjadi hal yang serius. Bahkan dalam Undang-Undang Pasal
4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman menjelaskan bahwa kebebasan dalam beragama, dan pernyataan
dari Kanselir jerman juga menyatakan bahwa Islam itu bagian dari Jerman.
3.2 Kritik dan Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini. Meskipun penulisan ini jauh dari
sempurna tapi minimal penulis telah mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis butuh saran dan kritikan demi kesempurnaan makalah ini
dan bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

9
Gigih Erlangga, Persebaran Agama di Jerman. Diakses dari
http://www.scribd.com/doc/97195672/Persebaran-Agama-Di-Jerman (pada hari jumat, 15 Mei 2015)
Ismail. 2010. Sejarah Masuknya Islam ke Negara Jerman. Diakses dari
https://ismailkaempfer.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-masuknya-islam-ke-negara-jerman/ (pada hari
jumat, 15 Mei 2015)
Fuad, Zainul. Perkembangan Islam di Jerman, diakses dari
https://zainulfuad.wordpress.com/artikel/perkembangan-islam-di-jerman/(pada hari jumat, 15 Mei 2015)
Magdalena. 2009. Islam Elemen Penting Sejarah Jerman. Diakses dari
http://www.eramuslim.com/dakwah-mancanegara/kiprah-kaum-muslimin-di-panggung-politik-
jerman.htm#.VVf5OOaUfzM (pada hariJumat, 15 Mei 2015)
Hasanah, Riesta Palupi. Kehidupan Aupair Berjilbab di Jerman, dalam
http://infoaupair.com/kehidupan-aupair-berjilbab-di-jerman/ (pada hari rabu, 20 Mei 2015)
[1] Gigih Erlangga, Persebaran Agama di Jerman, dalam
http://www.scribd.com/doc/97195672/Persebaran-Agama-Di-Jerman
[2] Ismail, 2010, Sejarah masuknya Islam di Jerman, dalam
https://ismailkaempfer.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-masuknya-islam-ke-negara-jerman/
[3] Dr. Phil. H. Zainul Fuad, M.A, Artikel Perkembangan Islam di Jerman, dalam
https://zainulfuad.wordpress.com/artikel/perkembangan-islam-di-jerman/

[4] Ibid. Phil. H. Zainul Fuad, M.A


[5] Magdalena, 2009, Islam Elemen Penting sejarah Jerman, dalam
http://www.eramuslim.com/dakwah-mancanegara/kiprah-kaum-muslimin-di-panggung-politik-
jerman.htm#.VVf5OOaUfzM
[6] Op. Cit, Zainul Fuad
[7] Op. Cit, Magdalena
[8] Riesta Palupi Hasanah, Kehidupan Aupair Berjilbab di Jerman, dalam
http://infoaupair.com/kehidupan-aupair-berjilbab-di-jerman/

10

Anda mungkin juga menyukai