Antibiotik adalah semua senyawa kimia yang dihasilkan oleh organisme hidup atau yang
diperoleh melalui sintesis yang memiliki indeks kemoterapi tinggi, dan manifestasi
aktivitasnya terjadi pada dosis yang sangat rendah. Serta secara spesifik melalui inhibisi
proses vital tertentu pada virus, mikroorganisme, atau berbagai organisme bersel majemuk.
Dari segi daya kerjanya, antibiotik dapat dibedakan dalam kelompok antibiotik bakteriostatik
dan antibiotik bakterisidik. Kelompok yang pertama menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bakteri. Sedang kelompok yang kedua bekerja mematikan bakteri tersebut
(Wattimena et al, 1991).
Antibiotik bekerja dengan cara menghambat biosintesis dinding sel bakteri, dan
juga bersifat bakterisidik (pada penicillin dan derivatnya). Oleh karena sintesis
dinding sel terganggu, bakteri tersebut tidak mampu mengatasi perbedaan
tekanan osmosa di luar dan di dalam sel, sehingga mengakibatkan kehancuran
bakteri tersebut. Sedangkan antibiotik yang bekerja menghambat sintesis
protein bersifat bakteriostatik, karena dengan penghambatan sintesis protein,
bakteri akan kekurangan protein yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan. Antibiotik yang termasuk kelompok bakteriostastik adalah
tetrasiklin, eritromisin, linkomisin dan rifampisin. Sifat bakterisidik dan
bakteriostatik dapat diamati pada kejernihan daerah hambatan di sekeliling
media agar yang diinokulasi dengan bakteri tertentu dan diinkubasi selama 24
jam, yang kemudian dilanjutkan sampai 48 jam.
Cara kerja antibiotik mengobati infeksi bakteri bervariasi sesuai dengan jenis dari antibiotik
itu sendiri.
Berdasarkan formulasi obat dan cara memerangi bakteri, ada dua jenis antibiotik
bakteriostatik (bacteriostatic) dan bakterisida (bactericide).
Antibiotik Bakteriostatik
Karena bakteri patogen terhambat pertumbuhannya, sistem kekebalan tubuh dapat dengan
mudah memerangi infeksi.
Mekanisme kerja antibiotik bakteriostatik adalah dengan mengganggu sintesis protein pada
bakteri penyebab penyakit.
Antibiotik Bakterisida
Antibiotik bakterisida mengandung senyawa aktif yang secara langsung membunuh bakteri.
Untuk membunuh bakteri, antibiotik jenis ini menargetkan dinding sel luar, membran sel
bagian dalam, serta susunan kimia bakteri.
Contoh umum antibiotik bakterisida adalah penicillin (menyerang dinding sel luar),
polymyxin (menargetkan membran sel), dan quinolone (mengganggu jalur enzim).
Dengan demikian, selain klasifikasi menurut modus tindakan, antibiotik juga diklasifikasikan
berdasarkan kekhususan target.
Itu sebab, antibiotik juga bisa diklasifikasikan menjadi antibiotik spektrum luas dan antibiotik
spektrum sempit.
Antibiotik spektrum luas efektif membunuh jenis bakteri patogen (misalnya tetracycline,
tigecycline, dan chloramphenicol).
Penggunaan jangka panjang antibiotik atau terlalu sering menggunakan antibiotik dengan
dosis semakin meningkat akan menyebabkan resistensi (kekebalan) antibiotik.
Benzil penisilin
a) Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
kronis, salmonelosis invasive, gonore.
b) Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
c) Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada
jenis2 penicilin
-Fenoksimetil penisilin
-Flukoksasilin
Obat Amoxicillin
Amoxicillin merupakan antibiotik golongan penicillin, lebih spesifik lagi
termasuk kelompok aminopenicillin seperti halnya jenis antibiotik populer
lainnnya yakni ampicilin. Penggunaannya sangat luas, mulai dari untuk
obati infeksi kulit, gigi, telinga, saluran napas dan saluran kemih
(Sastramihardja, W., dan Herry, S .1997).
a) Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
kronis, salmonelosis invasive, gonore.
b) Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous
pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
c) Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan
tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput
otak mengalami infeksi.
d) Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
e) Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
Obat Cefadroxil
Cefadroxil merupakan generasi pertama antibiotik golongan
Cephalosphorin, yang cara kerjanya hampir sama dengan Amoxicillin dan
antibiotik lain di golongan penicillin (Soekardjo, B., Hardjono, S., Sondakh,
R. 1996). Penggunaannya juga sama luas, mulai untuk mengobati dari
infeksi kulit hingga saluran kemih.
1) Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
2) Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi
spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, Dll
Obat Tetrasiklin
Di kalangan masyarakat bebas, tetrasiklin cukup populer karena jenis
antibiotik ini paling sering jadi pilihan utama untuk mengobati infeksi
kelamin seperti chlamydia dan gonorrhea atau kencing nanah.
Penggunaan antibiotik jenis ini mulai dibatasi, karena memicu masalah
resistensi yang membuat kuman gonorrhea jadi kebal antibiotik (Tjay, T.H.,
dan Rahardja, K.. 2002).
1) Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan
diatas) klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan
atau sirosis, akne vulganis.
2) Peringatan: gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v),
gangguan fungsi ginjal (lihat Lampiran 3), kadang-kadang menimbulkan
fotosintesis.
3) Efek samping: mual, muntah, diare, eritema.
b. Demeklosiklin Hidroklorida
1) Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone
antidiuretik.
Obat Kloramfenikol
Kloramfenikol adalah antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik,
dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya dengan
menghambat sintesa protein dengan jalan mengikat ribosom subunit 50S,
yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida.
Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram-positif, termasuk
Streptococcus pneumoniae, dan beberapa bakteri aerob gram-negatif,
termasuk Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Salmonella,
Proteus mirabilis, Pseudomonas mallei, Ps. cepacia, Vibrio cholerae,
Francisella tularensis, Yersinia pestis, Brucella dan Shigella (Mutschler, E.,
1991).
a. Kontraindikasi: wanita hamil, penyusui dan pasien porfiria.
b. Efeks samping : kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti
anemia anemia aplastik ( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis
perifer, neuritis optic, eritem multiforme, mual, muntah, diare, stomatitis,
glositits, hemoglobinuria nocturnal.
efek samping antibiotik adalah diare, muntah, mual dan infeksi jamur
pada saluran pencernaan dan mulut. Dalam kasus yang jarang terjadi,
antibiotik dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan darah, gangguan
pendengaran, kelainan pembekuan darah dan sensitivitas terhadap sinar
matahari.