Anda di halaman 1dari 3

Kenali Kesulitan Belajar Anak Sejak Dini

By Muhammad Baitul Alim + January 4th, 2010

Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki ganguan satu atau lebih dari
proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan
tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung. Batasan
tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka pada otak, diseleksia [...]

Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki


ganguan satu atau lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan
atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang
tidak sempurna dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau
menghitung.

Batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka pada otak, diseleksia
dan afasia perkembangan. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan
sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
belajarnya dengan lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit
pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.

Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya
dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.

Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b)
learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah
ini akan dijelaskan dari masing-masing pengertian tersebut.

1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami
kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau
terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang
dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa
dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan
dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak
berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya
subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang
memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun
karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan
volley dengan baik.

3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh :
siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat
unggul (IQ = 130 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.

4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf
potensi intelektual yang sama.

5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak
mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

Dari sedikit penjelasan diatas, dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui bentuk kesulitan
belajar yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih mengerti bentuk kesulitan yang
putera/puteri mereka hadapi. Banyak orangtua yang juga bertanya dan bingung tentang
pendidikan dan prestasi belajar anak, baik di sekolah maupun dirumah.

Bahkan belajar menjadi 4 golongan masalah yang biasanya terjadi pada anak kita. Pada dasarnya
seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam
kehidupannya yaitu:

1. Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah,
dsb)
2. Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.)
3. Maladjustment / Penyimpangan perilaku
4. Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda

Perlu diketahui juga, awalnya banyak pendapat yang menyatakan keberhasilan anak dan
pendidikan anak sangat tergantung pada IQ (intelligence quotient). Namun memasuki dekade 90-
an pendapat itu mulai berubah. Daniel Goleman mengungkapkan bahwa keberhasilan anak
sangat tergantung pada kecerdasan emosional (emotional intelligence) yang dimiliki. Jadi IQ
bukanlah satu satunya yang mempengaruhi keberhasilan anak, masih ada emotional intelligence
yang juga perlu diperhatikan.

Ini adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi, ketahanan dalam
menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasaan serta mengatur keadaan
jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi
yang tepat, memilah kepuasaan, dan mengatur suasana hati.

Dari berbagai penjelasan diatas, tentu banyak sekali tugas kita sebagai orangtua dalam mendidik
anak kita baik mulai dari masa kecil mereka maupun hingga besar nantinya. Semua adalah
tanggung jawab yang mulia, sebagaimana anak adalah karunia dan titipan tuhan kepada kita.
Maka dari itu kita lah yang harus merawat dan memperhatikan perkembangan mereka, dan
akhirnya kita pula yang akan tersenyum bahagia melihat perkembangan mereka. Marilah kita
memulai belajar mengenali dan mendidik anak mulai dari sekarang.

Anda mungkin juga menyukai