Anda di halaman 1dari 26

Pedoman Pewayangan Berperspektif

Pedoman Pewayangan Berperspektif


Perlindungan Saksi dan Korban Perlindungan Saksi dan Korban

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban


(LPSK)
2010
Edited by Foxit Reader
Copyright(C) by Foxit Corporation,2005-2009
For Evaluation Only.
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan PENGANTAR
Saksi dan Korban
BUKU PEDOMAN PEWAYANGAN YANG BERPERSPEKTIF
Penanggung Jawab: PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN
Dr. Teguh Soedarsono, S.IK., S.H., M.Si.
Pembaca yang terhormat, puji dan syukur dilimpahkan kepada Allah
Penulis: SWT, karena dengan rahmat dan hidayahnya, buku Pedoman Pewayangan
Darmoko, S.S., M.Hum. Yang Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban telah terbit dan berada di
Ekotjipto, S.H.
Nanang Hape, S.Sn. tangan Pembaca sekalian.
Prapto Yuwono, S.S., M.Hum Kehadiran buku ini tentunya menjadi angin segar bagi para dalang dan
Drs. Suparmin Sunjoyo pencinta seni pewayangan serta masyarakat khususnya saksi dan korban,
Susilaningtyas, S.H. karena dengan kehadirannya dapat menambah referensi metode dan
Editor: memperluas wawasan mengenai pentingnya perlindungan saksi dan korban
Maharani Siti Sophia, S.H. yang dapat di lakonkan pada kehidupan nyata melalui seni pewayangan. Selain
Raimondus Arwalembun, S.S. itu, buku ini juga didedikasikan sebagai bentuk pelestarian budaya bangsa seni
Dewa Ngakan Gede Anom
wayang yang telah ada secara turun temurun dan tentunya sangat dekat di hati
Desain Tata Letak dan Sampul: masyarakat pencinta seni wayang.
Dewa Ngakan Gede Anom Sebagaimana diketahui, keberadaan Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban (LPSK) dalam sistem peradilan pidana merupakan keniscayaan dalam
Cetakan Pertama, Desember 2010
sistem penegakkan hukum pidana yang berdasarkan kebenaran dan keadilan.
ISBN: 978-602-95846-6-0. Untuk itu, LPSK sejak dilahirkannya pada tahun 2008, tak pernah lelah untuk
mencari metode baru dan inovasi untuk melakukan menyosialisasikan
Penerbit:
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) keberadaan, peran, fungsi dan aktivitas LPSK kepada masyarakat luas.
Gedung Perintis Kemerdekaan (GedungPola), Lt.1 Pemberian perlindungan terhadap saksi dan korban sudah menjadi kebutuhan
Jl. Proklamasi No.56 Jakarta Pusat 10320 penting dan tak terbantahkan saat ini, karena walaupun berbagai peraturan
Telepon (021) 31907021; Fax (021) 31927881 perundang-undangan telah mengatur tentang perlindungan saksi dan hak-hak
Email: lpsk_ri@lpsk.go.id
Website: www.lpsk.go.id serta mekanisme untuk pemberian perlindungan, namun saksi dan korban kerap
mengalami ancaman, gangguan maupun teror dalam proses penegakkan
Bekerjasama dengan: hukum. Selain itu, jaminan perlindungan saksi dan korban, meski telah diatur
Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI)
Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENA WANGI)
melalui peraturan yang lebih khusus yakni Undnag-Undang Nomor 13 Tahun
Sekar Budaya Nusantara (SBN) 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, namun masih banyak
Komunitas Wayang Universitas Indonesia (KW UI) masyarakat yang belum mengetahui keberadaan LPSK dan juga hak-hak apa
saja yang dapat dinikmati saksi dan korban tindak pidana dan pelanggaran
HAM di Indonesia.
IV V
Melalui buku Pedoman Pewayangan Berperspektif besar bagi kelestraian budaya bangsa dan suksesnya program perlindungan
Perlindungan Saksi dan Korban. Ini diharapkan aparat penegak hukum, saksi dan korban dalam upaya mereformasi sistem peradilan pidana di
masyarakat, dalang maupun tokoh-tokoh agama dapat Indonesia yang berkeadilan bagi bangsa dan negara.
mengimplementasikan metode dan aktivitas sosialisasi perlindungan
saksi dan korban.
melalui media pewayangan yang diharapkan dapat menjangkau Jakarta, Desember 2010
kalangan masyarakat semua strata, sehingga pedoman pewayangan
berperspektif perlindungan saksi dan korban dapat dijadikan acuan
dalam memberikan 'warna' baru bagi dunia seni pewayangan di
Indonesia serta dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan optimisme
masyarakat dalam proses penegakkan hukum melalui jaminan
perlindungan terhadap saksi dan korban. Abdul Haris Semendawai, S.H., LL.M
Tentunya saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.
setinggi-tingginya terhadap semua pihak yang telah berusaha mencari
terobosan dan kreasi dalam rangka mengembangkan program sosialisasi
melalui media pewayangan melalui buku Pedoman Pewayangan
Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban. Tidak lupa saya
ucapakan terima kasih kepada Bapak DR. Teguh Soedarsono, S.IK.,
S.H., M.Si selaku Penanggung Jawab Bidang Hukum, Diseminasi dan
Humas yang juga selaku inisiator program pewayangan berperspektif
perlindungan saksi dan korban ini, para tokoh di Persatuan Pedalangan
Indonesia (PEPADI), Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia
(SENA WANGI), Sekar Budaya Nusantara (SBN), Persatuan Wayang
Orang Indonesia (PEWANGI), para dalang, dan masyarakat intelektual
dalam Komunitas Wayang Universitas Indonesia (KWUI) yang selama
ini berkiprah melestarikan dan mengembangkan media pewayangan
sebagai media interaksi publik, Nanang Hape, Susilaningtyas, Maharani
Siti Shopia, Dewa Ngakan Gede Anom serta rekan di bidang Hukum,
Diseminasi dan Humas yang telah bekerja keras untuk menerbitkan buku
pedoman pewayangan yang berperspektif perlindungan saksi dan
korban ini.
Akhirnya, saya ucapkan selamat membaca dan mudah-mudahan
buku ini dan buku sejenisnya yang akan terbit melalui pendekatan seni
dan agama dapat segera menyusul dan memberikan manfaat yang
VI VII
Daftar Isi

Pengantar
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Pengguna Buku Pedoman 2
C. Maksud dan Tujuan 2
D. Cara Menggunakan Buku Panduan Ini 3

II. Berbagai Hal Tentang Aktivitas


Perlindungan Saksi dan Korban
A. Saksi dan Korban Sebagai Alat Bukti dalam
Proses Peradilan 4
B. Perlunya Pemberdayaan Saksi dan Korban 5
C. Dasar Pentingnya Dilakukan Perlindungan
Terhadap Saksi dan Korban 6
D. LPSK dalam Peran dan Fungsinya 7

III. Konsep-Konsep Dasar Pewayangan


A. Seluk Beluk Pengertian dan Kandungan Wayang 9

IV. Prinsip-Prinsip Pergelaran Wayang yang


Berwawasan Perlindungan Saksi dan Korban
A. Pergelaran Wayang Memberikan Pendidikan
Tentang Perlindungan Saksi dan Korban 14
B. Sifat-Sifat Ajaran dan Pendidikan dalam Wayang 15
C. Konvensi Sebagai Acuan 17
D.Tidak Menyinggung SARA 19
E. Berwawasan Tentang Hak-Hak Saksi dan Korban 20
F. Memberikan Motivasi 21
G. Mengembangkan Kearifan Lokal 22

V. Wayang Berwawasan Perlindungan Saksi dan Korban


A. Sasaran, Materi, dan Cara Penyampaian Pesan
Melalui Media Pewayangan 24
B. Jenis dan Bentuk Pergelaran Wayang 25

VI. Penutup 34
VIII IX
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
Penyusunan Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi
I. Pendahuluan dan Korban melibatkan para tokoh dalam kesenian pewayangan seperti
Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI), Sekretariat Nasional
Pewayangan Indonesia (SENA WANGI), Sekar Budaya Nusantara
A. Latar Belakang (SBN), Persatuan Wayang Orang Indonesia (PEWANGI), para dalang,
dan masyarakat intelektual dalam Komunitas Wayang Universitas
Keberadaan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Indonesia (KWUI) yang selama ini berkiprah melestarikan dan
(LPSK) dalam sistem peradilan pidana merupakan suatu mengembangkan media pewayangan sebagai media interaksi publik,
keniscayaan dalam penegakan hukum pidana yang berdasarkan sosialisasi dalam kehidupan masyarakat yang mengandung nilai
kebenaran dan keadilan. Keberadaan LPSK sampai saat ini masih tuntunan, tatanan, dan tontonan yang memiliki potensi yang luas dalam
kurang dikenal oleh masyarakat luas maka diperlukan aktivitas masyarakat, khususnya dalam penyampaian materi sosialisasi tentang
untuk menyosialisasikan keberadaan, peran, fungsi, dan aktivitas aktivitas perlindungan saksi dan korban di seluruh penjuru tanah air
LPSK kepada masyarakat publik secara luas. Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, program Penyusunan Pedoman
Sosialisasi kepada masyarakat publik secara luas tersebut Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban menjadi
di atas memerlukan berbagai informasi, beraneka media salah satu agenda yang amat penting dan perlu dilakukan di tahun 2010
sosialisasi, dan bermacam cara untuk menyampaikan materi ini.
tentang aktivitas perlindungan saksi dan korban sebagaimana yang
dimandatkan dan diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 13
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Salah satu B. Pengguna Buku Pedoman
metode yang dinilai efektif dan merakyat dalam rangka
Buku pedoman ini ditujukan untuk para dalang yang akan
menyosialisasikan hal ikhwal tentang aktivitas perlindungan saksi
melakukan pergelaran pewayangan yang berwawasan perlindungan
dan korban adalah melalui media pewayangan dan untuk
saksi dan korban. Para dalang ini nanti akan bekerja sama dengan
memberikan wawasan, wacana, dan arahan dalam kegiatan
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk menggelar
sosialisasi melalui media pewayangan tersebut perlu disusun suatu
wayang yang berwawasan perlindungan saksi dan korban. Namun
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan
demikian buku ini dapat juga dimanfaatkan dan dibaca oleh dalang-
Korban.
Metode dan aktivitas sosialisasi perlindungan saksi dan dalang yang lain sebagai pengetahuan baru atau bahkan juga bersedia
korban melalui media pewayangan diharapkan dapat menjangkau mempraktekkannya dalam pergelarannya tanpa harus bekerja sama
kalangan masyarakat semua strata, sehingga pedoman pewayangan dengan LPSK.
berperspektif perlindungan saksi dan korban harus ditindaklanjuti C. Maksud dan Tujuan
dengan program, rencana kegiatan, dan aktivitas teragenda dalam
waktu-waktu selanjutnya agar harapan dan hasil dari sosialisasi Maksud dibuatnya buku Pedoman Pewayangan Berperspektif
aktivitas perlindungan saksi dan korban dapat difaktakan secara Perlindungan Saksi dan Korban ini adalah sebagai berikut:
nyata.
1 2
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010 Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
1. Memberikan pengetahuan kepada para dalang mengenai d. Bagian IV menguraikan tentang etika dan prinsip-prinsip
pentingnya aktivitas perlindungan saksi dan korban melalui pergelaran pewayangan. Uraian mengenai etika dan prinsip-
media pergelaran wayang yang dilakukan oleh para dalang. prinsip ini merupakan rambu-rambu bagi para dalang untuk
2. Memberikan arahan, panduan, pegangan, dan metodologi menggelar pergeralaran wayangnya yang sesuai atau berkaitan
dalam pergelaran wayang yang mengkomunikasikan, dengan prinsip-prinsip dalam perlindungan saksi dan korban.
menyosialisasikan, dan atau menyuarakan aktivitas e. Bagian V berisi mengenai contoh-contoh bagaimana
perlindungan saksi dan korban dalam sistem dan proses menggunakan pergelaran pewayangan untuk
peradilan hukum pidana di Indonesia kepada masyarakat menyosialisasikanpentingnya aktivitas perlindungan saksi dan
luas. korban di Indonesia.
3. Memberikan sumbangan pemikiran agar para insan budaya f. Bagian VI merupakan bagian penutup yang merangkum relasi
khususnya pewayangan melalui pergelaran/pentas wayang antara pentingnya aktivitas perlindungan saksi dan korban yang
dapat menghantarkan rakyat Indonesia mengetahui secara disebarluaskan melalui pergelaran wayang.
benar mengenai Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
(LPSK), hak-hak dan kewajiban para saksi dan korban yang Buku ini bukan merupakan buku yang membahas dengan detail
selama ini belum banyak dipahami. Sehingga kemudian mengenai konsep-konsep dalam pewayangan. Buku ini hanya
diharapkan agar masyarakat tidak takut dan atau enggan merupakan buku panduan kepada dalang bagaimana menggelar
untuk bersaksi demi mengungkap kebenaran. pergelaran pewayangan, sehingga hanya membahas bagaimana dalang-
dalang menggelar wayang yang berwawasan perlindungan saksi dan
D. Cara Menggunakan Buku Panduan Ini korban. Isi di dalam buku ini dapat dikembangkan oleh para dalang
ketika menggelar wayangnya sesuai dengan kreatifitasnya. Buku ini
Berikut adalah panduan singkat untuk membaca dan hanya memandu para dalang yang menggelar wayangnya agar
memahami isi buku panduan ini. Buku Pedoman ini disusun dalam berperspektif perlindungan saksi dan korban.
lima (5) bagian, yang terdiri dari: Selain itu buku pedoman ini tidak bisa dilepaskan dari materi-
a. Bagian I merupakan pendahuluan, yang berisi tentang latar materi di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
belakang penyusunan buku, maksud dan tujuan Perlindungan Saksi dan Korban sehingga penting bagi para dalang untuk
penyusunan buku dan cara menggunakan buku ini. membaca isi dari undang-undang tersebut untuk lebih memahami
b. Bagian II berisi tentang uraian mengenai beberapa hal
mengenai aktivitas perlindungan saksi dan korban serta Lembaga
tentang aktivitas perlindungan saksi dan korban sebagai
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
pengenalan dasar mengenai konsep perlindungan saksi dan Buku-buku dan literatur mengenai wayang serta perlindungan
korban. saksi dan korban juga dapat juga menjadi bahan bacaan tambahan untuk
c. Bagian III berisi tentang uraian mengenai konsep-konsep
memperkaya pengetahuan dalang dalam menggelar wayang yang
dasar tentang pewayangan. Di dalam bagian ini dijelaskan
berwawasan perlindungan saksi dan korban.
dengan detail mengenai seluk beluk dan kandungan.
Selanjutnya diuraikan juga mengenai sasaran, materi dan
cara penyampaian pesan melalui media pewayangan.
3 4
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
atau informasi yang telah diberikan dalam proses peradilan hukum atas
II. Berbagai Hal Tentang kasus yang menyangkut dirinya. Atas hal tersebut tentunya keberadaan
Aktivitas Perlindungan Saksi dan Korban saksi dan korban yang merupakan subyek dan obyek hukum sangat
rentan dalam proses dan aktivitas perlindungan yang dibutuhkannya,
oleh karena itu untuk terlindungi saksi dan korban secara efektif dan
A. Saksi dan Korban Sebagai Alat Bukti dalam Proses mumpuni diperlukan keikutsertaan dan kemampuan yang optimal dari
Peradilan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam aktivitas
perlindungan saksi dan korban. Untuk hal ini diharapkan para pamong
Sesuai ketentuan Pasal 184 KUHAP bahwa saksi adalah dan tokoh masyarakat, para unsur penegak hukum, dan para cendekia
salah satu alat bukti yang dapat diajukan dalam proses peradilan maupun para ulama yang dalam keberadaan, kerja, dan profesinya
pidana, khususnya dalam upaya mengungkapkan kebenaran atas bersinggungan dengan proses pemenuhan kebutuhan maupun
kasus perkara yang terjadi dan menentukan keputusan hukum yang terciptanya kondisi untuk dilakukan aktivitas perlindungan saksi dan
adil dalam proses peradilan yang menyangkut masalahnya. Para korban dapat memberikan peranserta atau partisipasinya dalam
penegak hukum dalam setiap tahapan proses peradilan aktivitasnya guna terselenggaranya pemenuhan kebutuhan maupun
berkehendak dan berkewajiban untuk mencari, memelihara, dan kondisi tersebut.
menghadapkan para saksi yang mempunyai keterangan berkaitan
dengan berbagai hal yang dilihat, didengar, dirasakan, dan atau B. Perlunya Pemberdayaan Saksi dan Korban
dialaminya guna dijadikan acuan dan dasar dalam pengungkapan
peristiwa yang terjadi untuk proses peradilan hukum yang Saksi dalam suatu kasus perkara pidana khususnya kasus perkara
dijalankan terhadap kasus perkaranya. korupsi, narkotika, terorisme, dan pelanggaran Hak Asasi Manusia
Saksi yang dimaksudkan di atas adalah antara lain, saksi (HAM) berat sangat rentan dalam keberadaannya, sehingga orang-orang
yang memang terlibat dalam perkaranya tersebut (justice atau para pihak yang berstatus sebagai saksi dan korban tersebut perlu
collaborator witness), saksi korban dalam kasus perkara yang dilindungi dalam bentuk rehabilitasi, pemberian bantuan, dan diberikan
terjadi (victim witness), saksi yang mendengar dan mengetahui motivasi untuk mampu memberikan berbagai keterangan tentang segala
suatu perkara yang melaporkan hal tersebut kepada pihak yang hal yang dilihat, didengar, dirasakan, dan atau dialaminya dalam setiap
berwajib atau biasa disebut sebagai saksi pelapor atau biasa dikenal tahapan proses peradilan hukum pidana yang sedang dan akan
sebagai peniup peluit/ pemukul kentongan (whistleblower), dan dihadapinya.
orang-orang yang karena peran, kerja, dan kewajiban profesinya Pemberian perlindungan dalam bentuk rehabilitasi dilakukan
mempunyai sejumlah keterangan yang menyangkut suatu keadaan dengan cara memberikan terapi medis dan psikososial kepada yang
atau perkara tertentu (the other witness) seperti auditor, jurnalis, bersangkutan, sedangkan perlindungan dalam wujud bantuan dinyatakan
penegak hukum dalam kasus-kasus kejahatan yang terorganisir. dalam bentuk bantuan upaya pemenuhan hak-hak proseduralnya,
Keberadaan saksi perlu dilindungi, khususnya sehubungan bantuan pendampingan dalam menghadapi proses peradilan hukum atas
dengan berbagai tekanan psikis dan atau fisik yang dirasakan serta perkara yang melibatkan dirinya, serta motivasi berupa pengusulan
berbagai kemungkinan keadaan yang dapat merubah keterangan untuk dapat diberikan penggantian kerugian oleh negara (kompensasi)

4 5
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010 Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
maupun oleh pelaku (restitusi) sehubungan dengan kasus perkara negara ditujukan pada kasus-kasus perkara yang bersangkutan dengan
yang dialaminya. masalah korupsi, narkotika, terorisme, dan pelanggaran HAM berat.
Di samping itu pemberdayaan saksi dan korban dalam Di beberapa negara permohonan perlindungan terhadap saksi
proses peradilan hukum atas kasus perkara yang melibatkan dirinya dan atau korban dimintakan oleh para pejabat penegak hukum yang
juga dilakukan dengan membenahi dan menata kembali menangani kasus perkaranya, sedangkan di Indonesia permohonan
(reformasi) sistem peradilan hukum pidana yang berjalan selama perlindungan saksi dan korban dimintakan secara langsung oleh yang
ini antara lain dengan memperbaiki perilaku dan keadaan bersangkutan kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)
penegakan hukum yang kurang menghormati dan menghargai yang dimandatkan oleh Undang-undang 13 Tahun 2006 untuk
keberadaan waktu dan hak-hak saksi dan korban dalam proses melakukan perlindungan terhadap saksi dan atau korban kasus-kasus
peradilan hukum yang dilakukan. Tentunya untuk mewujudkan hal tindak pidana tersebut di atas. Oleh karena itu keberadaan dan peran para
tersebut diatas diperlukan pemahaman, wawasan, dan pengetahuan pamong dan tokoh-tokoh masyarakat sangat potensial dalam
tentang kesulitan dalam menghadirkan saksi dan atau korban dalam memberikan motivasi, media, serta pemberdayaan bagi saksi dan atau
setiap proses peradilan hukum yang dilakukan oleh unsur penegak korban sehubungan dengan proses peradilan hukum pidana yang
hukum dalam setiap tahapannya. bersangkutan dengan kasus perkara yang menyangkut dirinya dan harus
dihadapi secara langsung dari waktu ke waktu, untuk hal tersebut
C. Dasar Pentingnya Dilakukan Perlindungan Terhadap diperlukan wawasan, pengetahuan, dan kemampuan dari para pamong
Saksi dan Korban. maupun tokoh masyarakat dalam realita tersebut diatas.
Aktivitas perlindungan terhadap saksi dan atau korban D. LPSK Dalam Peran dan Fungsinya.
memerlukan upaya, sarana prasarana, dan anggaran yang cukup
besar, sehingga perlindungan kepada saksi dan atau korban Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sesuai
diperlukan azas atau prinsip selektivitas dan prioritas. Untuk Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 yang dinyatakan dalam
memberikan dasar dalam proses selektivitas dan prioritas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64
perlindungan saksi dan atau korban tersebut dapat diacu norma diamanatkan untuk bertanggung jawab menangani pemberian
Pasal 28 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang perlindungan dan bantuan kepada saksi dan atau korban berdasarkan
Perlindungan Saksi dan Korban, yang antara lain sifat pentingnya syarat dan tata cara pemberian perlindungan dan bantuan serta ketentuan
keterangan saksi dan atau korban, tingkat ancaman yang pidana yang diberlakukan baginya. Dalam hal ini perlindungan saksi dan
membahayakan saksi dan atau korban, hasil analisis tim medis atau korban dilakukan dengan berdasarkan azas penghargaan atas harkat dan
psikolog terhadap saksi atau korban, serta rekam jejak kejahatan martabat manusia, rasa aman, keadilan, tidak diskriminatif, dan
yang pernah dilakukan oleh saksi dan atau korban yang kepastian hukum dalam semua tahapan proses peradilan pidana.Oleh
bersangkutan. Di samping itu prioritas untuk sementara waktu ini karena itu visi dan misi LPSK dalam periode awal pembentukannya
sehubungan dengan keterbatasan kemampuan Negara dalam (Tahun 2008 2013), ditentukan sebagai berikut :
penganggaran maupun penyiapan sarana prasarana dan 1. Visi LPSK, terwujudnya perlindungan saksi dan korban
fasilitasnya, aktivitas perlindungan saksi dan atau korban oleh dalam sistem peradilan pidana.

6 7
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010

2. Misi LPSK :
a. Mewujudkan perlindungan dan pemenuhan III. Konsep-Konsep Dasar Pewayangan
hak-hak bagi saksi dan korban dalam peradilan
pidana.
b. Mewujudkan kelembagaan yang profesional
dalam m e m b e r i k a n p e r l i n d u n g a n d a n
pemenuhan hak-hak bagi saksi dan korban.
c. Memperkuat landasan hukum dan kemampuan
dalam pemenuhan hak-hak saksi dan korban.
d. Mewujudkan dan mengembangkan jejaring
dengan para pemangku kepentingan dalam
rangka pemenuhan hak saksi dan korban.
e. Mewujudkan kondisi yang kondusif serta A. Seluk Beluk Pengertian dan Kandungan Wayang
partisipasi masyarakat dalam perlindungan Pengertian Wayang
saksi dan korban.
Para pakar dari berbagai disiplin ilmu tidak bosan-bosannya
Untuk mewujudkan visi dan misi LPSK tersebut di atas membahas seni pewayangan dari waktu ke waktu, karena wayang
diperlukan kapasitas kelembagaan dan kemampuan dalam merupakan wahana yang dapat memberikan sumbangsih bagi kehidupan
aktivitas perlindungan saksi dan korban secara terencana, efektif, manusia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
dan memadai. yang terkandung dalam seni pewayangan telah terbukti dapat
Untuk menyosialisasikan berbagai hal tentang aktivitas
dipergunakan untuk memasyarakatkan berbagai pedoman hidup,
perlindungan saksi dan korban tersebut diatas diperlukan media,
bermacam acuan norma, maupun beraneka program pemerintah di
aktivitas, dan pemeran untuk menyosialisasikan berbagai materi
semua sektor pembangunan.
yang bersangkutan dengan saksi dan korban sebagai alat bukti
dalam proses peradilan, perlunya pemberdayaan saksi dan korban, a) Pengertian Aspektual Wayang
dasar pentingnya dilakukan perlindungan terhadap saksi dan
korban, maupun LPSK dalam peran dan fungsinya. Untuk hal Kalau kita mendengar kata wayang, asosiasi pemikiran kita
tersebut media, aktivitas dan pemeran dalam seni pewayangan tertuju pada 4 aspek tentang wayang. Aspek pertama mengacu pada
merupakan salah satu pilihan yang efektif dalam upaya boneka wayang atau sejenisnya. Boneka-boneka wayang pada
menyosialisasikan aktivitas dan mengkampanyekan program- prinsipnya merupakan tokoh-tokoh wayang yang dimainkan atau
program perlindungan saksi dan korban. digerakkan oleh seniman/ dalang. Mereka membawakan karakter-
karakter yang secara mayoritas bersifat stereotip. Aspek yang kedua,
wayang mengacu pada pertunjukannya, dalang sebagai seniman

8 9
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010 Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
mementaskan lakon tertentu dan sekaligus menyutradarai ?yang dilakukan masyarakat neolitikum dipimpin
pertunjukan tersebut untuk menerapkan sanggitnya, baik dalam oleh seorang saman, yang bertugas sebagai
panggung artis maupun panggung pakeliran. Aspek yang ketiga, penghubung antara dunia profan dengan
mengacu pada sastra atau khasanah lakon. Sastra wayang yang supranatural. Inti sari dari tradisi ini terlihat pada
diacu oleh para seniman/ dalang berupa lakon balungan atau lakon upacara ruwatan, bersih desa, dan suran, yaitu
jangkep. Lakon balungan menyajikan pokok-pokok peristiwa wayang sebagai media pembebasan malapetaka bagi
sedangkan lakon jangkep menyajikan secara lengkap elemen- seseorang/ kelompok orang yang terkena sukerta/ noda
elemen di dalam pertunjukan. Aspek yang keempat, mengacu pada gaib dan persembahan/pemujaan kepada roh nenek
penari-penari wayang. Penari-penari wayang memerankan tokoh moyang
wayang sesuai dengan karakter tokoh wayang sesuai dengan
karakter tokoh wayang yang bersifat stereotip. c) Pengertian Wayang Secara Filosofis

b) Pengertian Etimologi Wayang Wayang merupakan bayangan, gambaran atau lukisan mengenai
kehidupan alam semesta. Di dalam wayang digambarkan bukan hanya
?Wayang bervariasi dengan kata bayang berarti mengenai manusia, namun kehidupan manusia dalam kaitannya dengan
bayang-bayang atau bayangan, yang memiliki manusia lain, alam, dan Tuhan. Alam semesta merupakan satu kesatuan
nuansa menerawang, samar-samar, atau remang- yang serasi, tidak lepas satu dengan yang lain dan senantiasa
remang; dalam arti harfiah wayang merupakan berhubungan. Unsur yang satu dengan yang lain di dalam alam semesta
bayang-bayang yang dihasilkan oleh boneka- berusaha keras ke arah keseimbangan. Kalau salah satu goncang maka
boneka wayang di dalam teatrikalnya. Boneka- goncanglah keseluruhan alam sebagai suatu keutuhan (sistem
boneka wayang mendapat cahaya dari lampu kesejagadan).
minyak (blencong) kemudian menimbulkan
bayangan, ditangkaplah bayangan itu pada layar Kandungan Dalam Wayang
(kelir), dari balik layar tampaklah bayangan; a) Wayang Bersifat Momot Kamot
bayangan ini disebut wayang;
Wayang merupakan media pertunjukan yang dapat memuat
?Wayang berasal dari kata hyang, berarti dewa, segala aspek kehidupan manusia (momot kamot). Pemikiran manusia,
roh, atau sukma. Partikel wa pada kata wayang baik terkait dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum
tidak memiliki arti, seperti halnya kata wahiri yang maupun pertahanan keamanan dapat termuat di dalam wayang. Di dalam
berarti (h) iri; ini memberikan pemahaman kepada wayang melalui kecanggihan dalang dapat membahas masalah-masalah
kita bahwa wayang merupakan perkembangan dari aktual dalam masyarakat. Secara konvensional disajikan sistem ideologi
sebuah upacara pemujaan kepada roh nenek yang mengidam-idamkan sebuah negara yang gemah, ripah, loh, jinawi,
moyang/ leluhur bangsa Indonesia pada masa tata, tentrem, karta, raharja; struktur sosial dalam sistem tata negara
lampau (prasejarah). Pemujaan kepada para leluhur kerajaan (raja, pendeta, panglima, prajurit, dan sebagainya); simbol baik-

10 11
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010 Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
buruk, utama-angkara, terpuji-tercela; keutamaan mengalahkan drama, seni musik, seni gerak tari, seni sastra, dan seni rupa). Dialog
keangkaraan; sistem religi/ keagamaan, dan lain-lain. Di samping antar tokoh (antawecana), ekspresi narasi (janturan, pocapan, carita),
itu permasalahan kehidupan sehari-hari manusia secara aktual suluk, kombangan, dhodhogan, kepyakan, adalah unsur-unsur penting
dikupas di dalam adegan agak santai (limbukan dan gara-gara). dalam pendramaan. Musik sebagai pendukung dalam proses
pendramaan, tinggi rendah nada, irama, dan rasa sebagai parameter
b) Wayang Mengandung Tatanan, Tuntunan, dan Tontonan seniman dalam mengekspresikan unsur-unsur di atas. Gerak tari pun juga
Di dalam wayang dikandung tatanan, yaitu suatu norma memerlukan wiraga, wirasa, dan wirama, yang dikembangkan oleh
atau konvensi yang mengandung etika (filsafat moral). Norma atau musik. Sastra dikembangkan dalam pertunjukan dengan mengolah
konvensi tersebut disepakati dan dijadikan pedoman bagi para bahasa sebagai susunan kata dan kalimat yang mengandung aspek seni.
seniman dalang. Di dalam pertunjukan wayang dikandung aturan Rupa wayang mendukung seniman dalang dalam mengekspresikan
main beserta tata cara mendalang dan bagaimana memainkan suara tokoh, tinggi rendah nada, dan juga dalam gerak tarinya.
wayang, secara turun temurun dan mentradisi, lama kelamaan
menjadi sesuatu yang disepakati sebagai pedoman (konvensi).
Konvensi ini diakrabi baik oleh seniman maupun penonton,
misalnya bagaimana komunikasi antara raja dengan senapati, atau
sebaliknya, raja dengan pendeta atau sebaliknya (udanegara). Di
dalam wayang pun juga dikandung ajaran-ajaran yang dapat
dipergunakan sebagai pedoman hidup bagi masyarakat, misalnya
ajaran kepemimpinan: hendaknya seorang pemimpin meneladani
watak surya, candra, kartika, akasa, kisma, tirta, dahana, dan
samirana (asthabrata). Namun wayang juga dipandang sebagai
seni pertunjukan yang menarik, memukau, dan menghibur; artinya
dapat membahagiakan hati penonton.
c) Wayang Merupakan Teater Total

hirzithariqi.wordpress.com

Pertunjukan wayang dapat dipandang sebagai pertunjukan


teater total, artinya menyajikan aspek-aspek seni secara total (seni
12 13
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
wayang tergambar secara jelas baik dalam konteks bahasa, dan sastra,
IV. Prinsip-Prinsip Pergelaran Wayang kesenian, adat-istiadat, maupun artefak. Mantra-mantra dan doa,
yang Berwawasan Perlindungan Saksi dan Korban ekspresi seni pada unsur-unsur pertunjukan, tradisi upacara dalam
kehidupan manusia, baik ketika masih dalam rahim maupun telah lahir di
dunia, benda-benda dalam pertunjukan yang disucikan, lakon yang
A. Pergelaran Wayang Memberikan Pendidikan Tentang bertema kesucian dan kesakralan (Sudamala, Murwakala, Bharatayuda,
Perlindungan Saksi dan Korban Pandawa tani, Sri Mulih, wahyu-wahyu dan sebagainya) merupakan
aspek-aspek yang terkait dengan keagamaan/ religi.
Wayang adalah seni budaya bangsa Indonesia yang telah Di dalam wayang pun dikandung nilai ilmu pengetahuan
dikenal sejak abad ke-10 dan telah berkembang hingga dewasa ini. filsafat. Di dalam wayang syarat dengan simbol-simbol. Setiap unsur di
Wayang dalam perkembangannya berabad-abad itu ternyata telah dalam pertunjukan mengandung simbol itu. Dalang sebagai Tuhan, layar
mampu bertahan dengan berbagai ujian dan tantangan, sehingga sebagai jagad raya, wayang sebagai makhluk hidup, batang pisang
wayang menjadi sebuah budaya intangible (tak benda) yang sebagai bumi, blencong sebagai cahaya kehidupan, gamelan sebagai
bermutu sangat tinggi. keserasian hidup. Bima Snunga sebagai manusia Jawa yang telah dapat
Dalam pergelaran wayang yang berwawasan perlindungan mencapai hadirat Tuhan, tatanan wayang kanan dan kiri sebagai
saksi dan korban, seyogyanya mengandung pendidikan. keutamaan dan keangkaraan (dualisme), gunungan sebagai jagad raya,
Pendidikan tersebut terkait dengan nilai-nilai yang ada di dalam dan sebagainya. Ekspresi seni, baik drama, musik, gerak tari, sastra,
wayang maupun yang terkait dengan perlindungan saksi dan maupun rupa tampak pada pertunjukan wayang secara utuh. Keindahan
korban. Kedua topik ini memiliki nilai-nilai yang terkait satu sama drama yang didukung oleh kecanggihan dalam mengekspresikan gerak,
lain. musik, dan sastra membentuk rasa tertentu seperti nges, sem, greget, dan
Di dalam wayang dikandung nilai-nilai kehidupan yang
banyol.
bermanfaat bagi umat manusia. Nilai-nilai tersebut ditanamkan
oleh para leluhur secara mentradisi melalui pertunjukan. Tokoh dan B. Sifat-sifat Ajaran dan Pendidikan dalam Wayang
penokohan serta tema yang diangkat diharapkan dapat
mempertegas bahwa keutamaan mengalahkan keangkaramurkaan, Sifat-sifat ajaran dan pendidikan di dalam wayang dibungkus
kebenaran mengalahkan kertidakbenaran, dan keadilan sedemikian rupa sehingga segala sesuatu tidak tampak terbuka, ngegla
mengalahkan ketidakadilan (wayang sebagai simbol kehidupan). wela-wela, tetapi sinamun ing samudana sesadone ingadu manis
Masyarakat diajak untuk merenung dan berfikir mengenai nilai- (disertai dengan suatu gambaran atau lukisan yang diramu sedemikian
nilai dualisme; baik-buruk, utama-angkara, terpuji-tercela, dan rupa dengan ekspresi dan nuansa yang manis atau membahagiakan).
sebagainya, yang pada akhirnya masyarakat tersebut selalu Sesuatu yang akan disampaikan dikemas dengan sasmita yang sinandi
memenangkan yang baik (positif konstruktif). dan sinamar. Hal ini dilakukan agar yang diberi pelajaran mencari
Nilai-nilai religi, ilmu pengetahuan-filsafat, dan seni sendiri hingga menemukan yang ada dibalik sasmita itu sehingga mereka
merupakan nilai dasar yang perlu dipegang teguh oleh para menjadi cerdas,karena telah dapat menguraikan sesuatu yang bersifat
seniman dan masyarakat perwayangan. Nilai religi di dalam nglungit itu. Sasmitaning gending dan sasmitaning tembang

14 15
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010 Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
merupakan contoh ringan yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk bekerja dan menyelesaikan pekerjaan). Nilai kepemimpinan lain
penguraian sesuatu yang harus dicari itu. Misalnya tatkala yaitu rumangsa melu handarbeni (merasa ikut memiliki) segala sesuatu
samana sang adi panembahan lagya methik sekar menur dadu. yang menjadi milik bersama, dirawat dan dijaga sebaik-baiknya.
Yang perlu dicari yaitu sekar menur dadu, yang berarti gambir Rumangsa melu hangrungkebi (merasa ikut membela dan
sawit, sehingga gending yang diekspresikan yaitu gending Gambir mempertahankan), segala sesuatu yang menjadi milik bersama, perlu
Sawit Sl.9. dan sebagainya. Demikian pula untuk sasmitaning dibela dan dipertahankan, dan mulat sarira hangrasa wani (intruspeksi
tembang, misalnya pada awal baris sun nggegurit sekarnya dan mawas diri), setiap individu harus berani untuk introspeksi dan
amanis, yang perlu dicari yaitu sekar yang manis, kita mawas diri agar mengerti permasalahan yang terjadi. Nilai ajaran dan
mendapatkan dhandhanggula yang memiliki sifat manis, dan pendidikan lain yang berbasis pada kepemimpinan yaitu di dalam lakon
sebagainya. Wahyu Makutharama (asthabrata), hendaknya seorang calon pemimpin
Ajaran dan pendidikan lain di dalam pertunjukan wayang dapat meneladani watak surya (matahari), candra (bulan), kartika
yang lain adalah tentang aja nggege mangsa (janganlah terburu- (bintang), akasa (angkasa), kisma (bumi), samirana (angin), dahana
buru/cepat-cepat melakukan sesuatu yang belum saatnya). (api), dan tirta (air).
Terburu-buru/ kesusu biasanya tidak akan mencapai keberhasilan Cara-cara di atas jika dilakukan tentu tidak akan menyinggung
yang memadai (kesluru). Di samping itu juga ngerti sadurunge perasaan para penonton, karena dikemas sedemikian rupa sehingga tidak
winarah (mengerti sebelum diberitahu atau diajarkan/sesuatu langsung, eksplisit mengenai perasaan penonton.
terjadi). Biasanya yang memiliki sifat semacam ini yaitu pendeta,
raja Binathara, atau ksatria titisan dewata. Mereka dalam C. Konvensi Sebagai Acuan
menyampaikan berita tentang akan terjadinya sesuatu kepada Ajaran dan pendidikan terutama yang ada di dalam tradisi
orang lain dengan cara implisit, tidak eksplisit, dengan perwayangan yaitu konvensi. Di dalam wayang dikandung konvensi
menggunakan sasmita atau tanda-tanda, sehingga Tuhan sebagai yang diakrabi oleh seniman maupun masyarakat penonton. Konvensi ini
pemegang kepastian itu tidak menjatuhkan azab kepada mereka telah masuk ke dalam hati sanubari masyarakat secara mentradisi dan
yang memberitakan itu. turun temurun. Konvensi dapat dipandang pula sebagai pedoman dan
Di dalam menyampaikan ajaran dan pendidikan disertai
keyakinan bagi masyarakat pendukung wayang. Sehingga untuk
dengan sifat rereh, ririh, dan ruruh. Rereh artinya perilaku yang
mengimplementasikan konvensi antara seniman dan penonton harus
disertai dengan sifat kesabaran dan pengendalian nafsu. Ririh
mempunyai horizon pandangan yang sama, sehingga tidak akan terjadi
artinya pelan atau perlahan artinya tidak terlalu keras, sehingga
resistensi.
perkataannya dapat diterima dengan hati lega dan bahagia. Pelaku utama dalam seni pertunjukan wayang yaitu dalang,
Sedangkan ruruh artinya sikap menunduk, rendah hati, dan lembut. pesinden, nayaga, dan wiraswara. Mereka diharapkan dapat
Kecuali itu nilai ajaran dan pendidikan yang lain yaitu
mengimplementasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip pendidikan yang
tentang kepemimpinan (leadership), ing ngarsa sung tuladha (di
ada di dalam seni pertunjukan wayang. Bagi dalang yang penting yaitu:
depan memberikan contoh, ing madya mangun karsa (di tengah
memotivasi dan menumbuhkan kehendak), dan tut wuri handayani 1. Dapat menyelami jiwa masyarakat dan aspirasi-
(di belakang memberikan daya kekuatan/ mendorong semangat aspirasinya.

16 17
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010 Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
2.
Mempunyai pandangan hidup yang jelas, salah satu wujud nyata lakon dalam pewayangan tentang bagaimana
terarah, dan berwawasan luas. mengungkap kebenaran yang sejati dan meraih keadilan bagi yang
3. Menguasai banyak ilmu pengetahuan yang tertindas. Selanjutnya ini merupakan pondasi untuk menuju negara ideal
diperlukan oleh masyarakat. yang dicita-citakan seperti halnya yang digambarkan di dalam wayang.
4. Mempunyai kemampuan untuk Dalam hal ini dalang dapat memilih cerita lakon ketika
menyampaikan gagasan pada masyarakat. menggelar wayangnya, yang sesuai dengan tema perlindungan saksi dan
5. Mempunyai semangat pembaharuan serta korban. Inti cerita lakon dalam hal ini adalah memberikan edukasi
keberanian untuk menyampaikan kritik kepada masyarakat luas tentang betapa pentingnya kedudukan saksi dan
yang positif dan konstruktif. korban dalam mengungkap kejahatan. Selain itu disampaikan juga
6. Mempunyai keyakinan diri yang mantap
bahwa seringkali saksi dan korban itu menemui kesulitan dalam
sehingga dapat tampil di depan penonton
mengungkap kejahatan, baik itu karena ada ancaman atau teror maupun
dengan mantap dan berwibawa.
7. Menguasai bahasa dengan baik. juga halangan-halangan lainnya, sehingga peran lembaga seperti LPSK
8. Menguasai kesenian terkait dengan untuk melindungi saksi dan korban adalah sangat penting.
pedalangan dan pewayangan; menguasai
D. Tidak Menyinggung SARA
teknik pedalangan dan berbekal suara yang
baik. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya,
9. Dengan bekal itu dalang dapat dipandang kaya akan bahasa, dan kaya akan keberagaman lainnya. Namun dalam
sebagai filsuf, guru, seniman, pelawak, falsafah bangsa Indonesia, keberagaman dan perbedaan itu tidak
orator, dan penyuluh. membuat bangsa ini terpecah, tetapi harus bersatu. Keberagaman dan
Mengingat bahwa dalang dapat dipandang sebagai guru
perbedaan itu dipandang untuk memperkaya khazanah bangsa ini.
masyarakat dalam arti pendidik bagi masyarakat luas, maka ia
Sehingga perbedaan itu tidak perlu diperuncing atau dipertajam.
wajib memberikan ajaran, nilai-nilai budi pekerti, kepemimpinan, Dalam menggelar wayang, dalang seyogyanya tidak
kesucian, kemanunggalan, kebenaran abadi, dan sebagainya menyinggung-nyinggung perbedaan tersebut. Selain itu yang penting
kepada masyarakat luas tersebut dengan baik. adalah dalang dilarang keras untuk melecehkan atau merendahkan suatu
Pendidikan mengenai nilai-nilai budi pekerti,
kelompok tertentu, agama tertentu atau suku tertentu. Karena dengan
kepemimpinan, kesucian, kemanunggalan, dan kebenaran abadi
melecehkan dan merendahkan golongan tertentu, dapat menimbulkan
satu sama lain saling terkait. Budi pekerti yang baik akan
konflik di masyarakat.
menghasilkan pribadi manusia yang baik, yang mampu Hal lainnya selain melecehkan atau merendahkan golongan
mengungkapkan kebenaran dan meraih keadilan. Selanjutnya tertentu, dalam menggelar wayangnya, dalang dilarang juga
kebenaran dan keadilan ini merupakan pondasi untuk membangun mengunggul-unggulkan satu golongan tertentu baik yang berbasiskan
negara ideal yang dicita-citakan sebagaimana digambarkan di agama, suku, ras, dan golongan lainnya. Hal ini juga akan menimbulkan
dalam cerita pewayangan. kecemburuan dan keresahan di masyarakat. Bahkan dapat diakhiri
Perlindungan saksi dan korban yang dilakukan oleh
dengan konflik di antara masyarakat.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) merupakan

18 19
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010 Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
Perilaku yang menyinggung SARA ini dapat merusak pergelaran 12. Mendapatkan nasihat hukum
wayang itu sendiri. Sehingga pesan-pesan dan pendidikan yang 13. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara
ingin disampaikan kepada masyarakat luas, tidak akan tercapai. sampai batas waktu perlindungan berakhir.

E. Berwawasan tentang Hak-Hak Saksi dan Korban Selain itu korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat,
selain berhak atas hak yang tersebut di atas, juga berhak untuk
Saksi dan korban memiliki hak-hak tertentu yang diatur di mendapatkan bantuan medis dan bantuan rehabilitasi psikososial.
dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Berikutnya korban melalui LPSK berhak juga mengajukan pengadilan
Perlindungan Saksi dan Korban. Hak-hak tersebut ditujukan agar berupa hak atas kompensasi dalam pelanggaran hak asasi manusia yang
saksi merasa aman dan bebas dalam memberikan kesaksiannya berat dan hak atas restitusi atau ganti kerugian yang menjadi tanggung
demi terungkapnya kejahatan yang diketahuinya. Sementara LPSK jawab pelaku tindak pidana.
adalah lembaga yang memiliki mandat untuk melindungi hak-hak Dalam menggelar wayangnya, dalang juga harus memperhatikan
saksi dan korban dari kejahatan terogranisasi. Namun demikian hak-hak saksi dan korban. Sehingga pesan yang disampaikan mengenai
tidak banyak masyarakat yang tahu dan paham jika saksi dan aktivitas perlindungan saksi dan korban sampai. Dalang dalam
korban memiliki hak-hak tertentu yang dapat dilindungi. menggelar wayangnya seharusnya memperhatikan hak-hak yang
Berikut adalah hak-hak yang dimiliki oleh saksi dan korban dimiliki oleh saksi dan korban kejahatan terorganisasi.
sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban: F. Memberikan Motivasi
1. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi,
keluarga, dan harta bendanya serta bebas dari Menjadi saksi untuk mengungkap kejahatan tidaklah mudah.
ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang Seringkali saksi dan korban mendapatkan halangan dan rintangan untuk
akan, sedang, atau telah diberikannya. mengungkapkan kejahatan dan kebenaran. Dalam beberapa kasus,
2. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan halangan dan rintangan itu dapat berupa teror, intimidasi dan bahkan
bentuk perlindungan dan dukungan keamanan. dibunuh. Sehingga seringkali saksi dan atau korban ini ragu atau takut
3. Memberikan keterangan tanpa tekanan. untuk memberikan kesaksiannya dalam mengungkap kebenaran dan
4. Mendapat penerjemah. kejahatan yang dia ketahui. Hasilnya pelaku kejahatan tidak pernah
5. Bebas dari pertanyaan yang menjerat. terungkap dan tidak dapat dihukum. Ujung-ujungnya kejahatan yang
6. Mendapatkan informasi mengenai perkembangan
serupa akan terus berjalan dan merugikan masyarakat luas.
kasus. Ancaman, teror dan intimidasi dapat diatasi dengan cara
7. Mendapatkan informasi mengenai putusan
melakukan perlindungan terhadap saksi dan atau korban. Perlindungan
pengadilan.
8. Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan. tersebut dapat dilakukan dengan partisipasi masyarakat atau oleh
9. Mendapatkan identitas baru. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Namun demikian peran
10. Mendapatkan tempat kediaman baru. lembaga dan bentuk pertisipasi masyarakat dalam melindungi saksi dan
11. Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai korban masih belum diketahui oleh masyarakat secara luas. Sehingga
dengan kebutuhan informasi tentang aktivitas seperti ini harus terus disebarluaskan.
20 21
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010 Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
Pergelaran wayang yang berawawasan perlindungan saksi
dan korban ini seyogyanya dapat terus membantu untuk
menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas perlindungan saksi
dan korban. Sekaligus melalui informasi tersebut, pergelaran
wayang dapat memotivasi masyarakat agar tidak takut dan ragu
untuk bersaksi dalam mengungkap kejahatan.
Lakon-lakon yang dimainkan di dalam pergelaran wayang
seyogyanya menggambarkan halangan atau rintangan ketika
mengungkap kebenaran. Sekaligus juga memberikan motivasi
kepada penonton bahwa sekalipun besar halangan dan rintangan
yang menghanag saksi untuk mengungkap kebenaran, tetapi ada
pihak-pihak lain yang dapat membantu dan melindungi saksi dan
atau korban dalam menungkap kejahatan. Sehingga dapat wayangprabu.com

memotivasi masyarakat untuk memberikan kesaksian demi


mengungkap kebenaran dan kejahatan. dalam menggelar wayangnya.
Dalam konteks pergelaran wayang yang berwawasan
G. Mengembangkan Kearifan Lokal
perlindungan saksi dan korban, maka seyogyanya dalam menggelar
Kearifan lokal adalah cara berpikir, bersikap, bertingkah wayang, dalang banyak merujuk nilai-nilai kearifan lokal yang ada di
laku dari sesuatu daerah atau lokalitas yang sudah banyak wilayah dalang menggelar wayangnya. Merujuk nilai-nilai kearifan
dimengerti akan keluruhan budi dan kebaikan-kebaikannya lokal ini misalnya dapat berupa pemilihan lakon atau tokoh yang sesuai
sehingga secara obyektif perlu diteladani dan diikuti. Misal: cara dengan adat dan budaya daerah setempat. Misalnya lagi, dalang dapat
berpikir, bersikap, bertingkah-laku yang mengutamakan toleransi, juga memilih jalan cerita yang mengandung nilai-nilai yang ada di
saling menghargai, menghormati pluralisme, keanekaragaman, wilayah tempat dalang menggelar wayangnya. Sehingga dalam hal ini
perbedaan, dan menghindari sikap permusuhan. Masalah-masalah sebelum menggelar wayang, sebaiknya dalang mempelajari kearifan
yang ada seyogyanya diselesaikan secara manusiawi yang lokal yang ada di tempat dimana dalang akan menggelar wayangnya.
berbudaya, sebab penyelesaian masalah dengan kekerasan, Menggelar wayang dengan menggunakan kearifan lokal yang
pengrusakan, dan penghancuran itu itu merupakan pencerminan ada sangat bermanfaat bagi dalang. Selain itu memudahkan dalang
ahlak hewani yang tidak berbudi pekerti. menyampaikan pesan yang hendak disampaikan, juga memudahkan
Indonesia kaya akan budaya, bahasa dan nilai-nilai. Semua dalang untuk lebih dikenal oleh masyarakat di wilayah tersebut. Selain
itu tidak sama antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Semua itu juga memudahkan penonton untuk memahami isi dan makna yang
itu berkembang berbeda-beda di masing-masing daerah sesuai disampaikan oleh dalang melalui pergelaran wayangnya.
dengan situasi dan kondisi yang ada. Nilai-nilai dan keragaman
inilah yang seyogyanya digali dan dikembangkan oleh para dalang

22 23
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
digolongkan sebagai berikut:
V. Wayang Berwawasan Perlindungan Saksi dan Korban
1. Masyarakat Perkotaan, yaitu masyarakat pendukung
wayang yang tinggal dan hidup di kota-kota besar yang
secara umum bekerja di sektor industri dan mempunyai
A. Sasaran, Materi dan Cara Penyampaian Pesan Melalui
pendidikan di strata menengah dan atas yang mempunyai
Media Pewayangan
kultur, estetika, dan etika komunitas tertentu.
Wayang adalah salah satu capaian tertinggi dalam 2. Masyarakat Pedesaan, yaitu masyarakat pendukung
kebudayaan Indonesia. Dengan sendirinya wayang memiliki wayang yang tinggal dan hidup di pedesaan yang secara
ukuran-ukuran tentang bagaimana pewarisan nilai-nilai umum berkerja di sektor agraris dan mayoritas
kebangsaan itu dilakukan dan berlangsung turun-temurun selama berpendidikan dalam strata dasar dan menegah yang
berabad-abad. Wayang juga merupakan refleksi kehidupan
dalam hal ini juga mempunyai selera, idola, dan gaya
masyarakat pada jamannya sehingga seperti apa wayang saat ini
tersendiri dalam menikmati pergelaran wayang.
sebenarnya menggambarkan juga seperti apa bangsa ini sekarang.
Usaha terus menerus untuk membuat sinergi antara kehidupan 3. Masyarakat Generasi Muda, yaitu kelompok-
bermasyarakat dengan kesenian sesungguhnya merupakan pola kelompok remaja dan atau dewasa yang berpikiran
edukasi yang bijak, di mana nilai-nilai (termasuk hukum) dan selalu bergaya muda, yang secara umum berkarakter
disosialisasikan dengan cara yang indah, dengan mendudukkan ingin adanya perubahan ke arah modernisasi, enerjik, dan
manusia pada kodratnya. Pada gilirannya nilai-nilai ideal dalam progresif.
wayang tersebut akan mempengaruhi kualitas etika dan estetika
masyarakat di kehidupan nyata. B. Jenis dan Bentuk Pergelaran Wayang
Sasaran Pergelaran Wayang Jenis dan bentuk pergelaran yang efektif demi tercapainya tujuan
seperti tersebut di atas adalah pergelaran wayang yang memenuhi
Sasaran dari pergelaran wayang adalah masyarakat umum
persyaratan seperti di bawah ini:
yang berada diberbagai strata dengan beraneka keunikan dan
karakter komunitas penontonnya, sehingga pergelaran wayang 1. Mampu mendatangkan penonton dalam jumlah
harus ditentukan sesuai dengan rasa estetika maupun strata maksimal disesuaikan dengan lokasi pertunjukan.
etikanya. Demikian juga pemilihan jenis wayang dalam suatu 2. Pertunjukan bersifat komunikatif dan dekat dengan
pergelaran harus ditentukan secara cermat dan tepat, khususnya penonton.
mengingat setiap daerah memiliki gambaran, jenis, gaya, maupun
selera masing-masing yang perlu diungkapkan dalam suatu Pemilihan jenis dan bentuk pertunjukan disesuaikan dengan
aktivitas pergelaran wayang. daerah pentas serta karakter penontonnya. Pilihan jenis bentuk
Masyarakat pendukung wayang secara garis besar bisa pertunjukan yang potensial di antaranya:

24 25
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010 Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
1. Catur
Catur adalah unsur estetik dalam seni pewayangan yang
berhubungan dengan kata-kata, meliputi
monolog, dialog, deskripsi dan narasi.
2. Sabet
tempointeraktif.com Sabet adalah unsur estetik dalam seni pewayangan yang
Wayang Sandosa dan Wayang Kampung Sebelah
berhubungan dengan ragam pola gerak, ekspresi dan
1. Wa y a n g K u l i t Tr a d i s i S e m a l a m G a y a komposisi wayang yang membentuk kesan emosional
Surakarta, potensial untuk penonton umum maupun penceritaan adegan tertentu.
di Jawa Timur, Jawa Tengah dan DKI 3. Karawitan
Karawitan adalah unsur estetik dalam seni pewayangan
Jakarta
2. Wa y a n g K u l i t Tr a d i s i S e m a l a m yang berhubungan dengan semua unsur bunyi-bunyian
GayaYogyakarta, potensial untuk penonton misalnya suluk, komposisi gendhing, tembang/lagu,
umum di Yogyakarta dan DKI Jakarta dhodhogan dan keprakan.
3. Wayang Kulit Tradisi Semalam Gaya Jawa
Ada tiga jenis cara penyampaian pesan dalam pertunjukan
Timuran, potensial untuk penonton
4. Wa y a n g K u l i t Tr a d i s i S e m a l a m G a y a wayang:
Melok menyampaikan pesan dengan cara verbal, blak-blakan,
Banyumasan, potensial untuk penonton
menembak langsung pada sasaran.
umum di Banyumas dan sekitarnya serta Medhang Miring menyampaikan pesan dengan cara menyerempet
DKI Jakarta pada sasaran, menggunakan kalimat-kalimat kiasan.
5. Wayang Golek Sunda, potensial untuk Nyampar Pikoleh menyampaikan pesan dengan cara disamarkan dalam
penonton umum di Jawa Barat peristiwa-peristiwa lain yang secara esensi mengandung pesan yang
6. Wa y a n g S a n d o s a , Wa y a n g U r b a n d a n
sama dengan materi yang ingin disosialisasikan.
Wa y a n g Te a t e r u n t u k p e n o n t o n m u d a ,
pelajar dan mahasiswa di wilayah Sanggit
perkotaan, sekolah, kampus dan di sentra-
sentra kesenian. Sanggit adalah sebuah istilah Estetika Pedalangan yang dapat
7. Wayang Orang, potensial untuk pementasan dimaknai sebagai ruang keleluasaan Dalang untuk menginterpretasi
di gedung-gedung pertunjukan. ulang suatu cerita, menggarap dan mengekspresikannya lewat sebuah
8. Wayang Kampung Sebelah, untuk penonton pertunjukan. Berkaitan dengan hal itu, Dalang hendaknya cermat dalam
di wilayah pedesaan. menyisipkan pesan-pesan dengan tidak mengorbankan cerita
wayangnya sendiri. Pertunjukan untuk tujuan sosialisasi seperti ini bisa
Penyampaian Pesan
dikatakan ideal jika di satu sisi berhasil dalam garapan estetiknya, di sisi
Pesan dalam pergelaran wayang disampaikan melalui lain berhasil menyampaikan pesan yang ingin disosialisasikan.
unsur-unsur estetik pertunjukan, meliputi:
26 27
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010 Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
atau klasik yang dikembangkan. Generasi ini biasanya memiliki
Nilai satu dalang favorit dan setia pada dalang favorit mereka itu.
Generasi Muda, adalah masyarakat pendukung wayang yang
Wayang adalah salah satu capaian tertinggi dalam rata-rata berusia di bawah 40 tahun, umumnya menyukai
kebudayaan Indonesia. Dengan sendirinya wayang memiliki pertunjukan klasik dengan pengembangan dan atau pertunjukan
ukuran-ukuran tentang bagaimana pewarisan nilai-nilai wayang kontemporer. Mereka juga bisa mengapresiasi gaya
kebangsaan itu dilakukan dan berlangsung turun-temurun selama yang berbeda-beda. Meski juga memiliki dalang favorit, generasi
berabad-abad. Wayang juga merupakan refleksi kehidupan ini tidak se-fanatik generasi tua. Generasi ini bisa menyukai lebih
masyarakat pada jamannya sehingga seperti apa wayang saat ini dari satu dalang, bahkan dalang dari gaya dan bentuk pertunjukan
sebenarnya menggambarkan juga seperti apa bangsa ini sekarang. yang berbeda.
Usaha terus menerus untuk membuat sinergi antara kehidupan c. Pemilihan jenis dan bentuk pertunjukan yang disesuaikan
bermasyarakat dengan kesenian sesungguhnya merupakan pola dengan daerah pentas serta karakter penontonnya.
edukasi yang bijak, di mana nilai-nilai (termasuk hukum) d. Pemilihan dalang yang tepat juga berpengaruh pada keberhasilan
disosialisasikan dengan cara yang indah dan dengan mendudukkan program karena kapasitas, kapabilitas dan popularitas setiap
manusia pada kodratnya dan pada gilirannya nilai-nilai ideal dalam dalang berbeda.
wayang tersebut akan mempengaruhi kualitas etika dan estetika
masyarakat di kehidupan nyata. Wayang yang Berwawasan Perlindungan Saksi dan Korban

Gaya Pergelaran Wayang Nilai-nilai yang berkaitan dengan wawasan perlindungan saksi
dan korban sesungguhnya sudah ada dalam wayang. Salah satu contoh
Wayang adalah seni pertunjukan yang bisa diapresiasi peristiwa tidak terlindunginya saksi dalam pewayangan adalah lakon
masyarakat umum dari semua strata. Namun demikian, mengingat Kalabendana Lena.
bahwa setiap daerah memiliki keunikan cita rasa estetika sendiri- Dalam lakon Kalabendana Lena dikisahkan bahwa Abimanyu
sendiri serta kenyataan bahwa setiap generasi memiliki selera pergi berkelana meninggalkan istrinya. Siti Sundari yang rindu pada
umum yang berbeda pula, maka pemilihan gaya wayang yang tepat Abimanyu meminta tolong pada Gatotkaca dan Kalabendana untuk
demi tercapainya tujuan sosialisasi wawasan perlindungan saksi mencari suaminya. Mereka mencari ke Kerajaan Wirata. Ternyata
dan korban mutlak harus dilakukan. Pemilihan gaya wayang ini Abimanyu memang ada di sana dan telah menikah dengan Dewi Utari
dapat juga didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut: putri Wirata atas perintah Arjuna (ayah Abimanyu) dan Matswapati
a. Segmen penonton, seperti disebutkan di atas terbagi (ayah Utari). Kalabendana menceritakan semua kejadian itu kepada Siti
berdasarkan tempat tinggal. Sundari. Sebaliknya Gatotkaca yang sangat menyayangi Abimanyu
b. Selanjutnya juga bisa didasarkan dari segi usia, sebagai menyalahkan tindakan Kalabendana itu. Ia beranggapan bahwa
berikut: penyelesaian masalah ini bisa ditunda, apalagi Abimanyu menikah untuk
Generasi Tua, adalah masyarakat pendukung wayang kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan negara. Kalabendana
yang rata-rata berusia 40 tahun keatas, lebih fanatik pada tidak setuju. Kejujuran adalah kejujuran dan menutupinya adalah sebuah
gaya tertentu, umumnya menyukai pertunjukan klasik dan kebohongan, apapun alasannya. Gatotkaca marah dan membuat
28 29
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010 Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
kesalahan. Kalabendana mati di tangannya. Ia hanya bisa menyesal
hukum berlaku secara adil, siapa pun tidak pedulikeluarga,
atas kejadian itu.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa lakon wayang juga saudara, kerabat, teman dekat maupun rakyat biasa, jika terbukti
telah memuat peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan persoalan bersalah pasti mendapatkan hukuman sesuai dengan
hukum seputar saksi dan korban. kesalahannya. Yang bersalah memetik buah perbuatannya, yang
menjadi saksi terlindungi, yang menjadi korban aman tak putus
Penggarapan Catur
harapan, kehidupan masyarakat menuju pada ketentraman.
Penggarapan unsur catur bisa dilakukan sebagaimana
Bahasa Pedalangan sangat kaya dengan pilihan-pilihan kata
contoh berikut. Di bawah ini adalah bagian dari janturan (narasi)
sehingga penyisipan kalimat berwawasan perlindungan saksi dan korban
adegan pertama.
lampahing pengadilan anindakaken sama beda dana pada janturan sangat mungkin untuk dilakukan.
Selain pada janturan, perlakuan yang sama juga bisa dilakukan
dhendha, datan mawas sanak kadang pawong mitra
pada ginem (bicara), baik yang berupa dialog maupun monolog. Dalang
punapa dene kawula, lamun nandhang lepat tartamtu
bisa mempertajam dialog dan atau monolog sehingga berwawasan
kapidana cundhuk lan kaluputane
perlindungan saksi dan korban. Di bawah ini adalah contoh dialog
Terjemahan:
Kalabendana dan Gatotkaca.
hukum berlaku secara adil, siapa pun tidak peduli
keluarga, saudara, kerabat, teman dekat maupun rakyat Kalabendana
biasa, jika terbukti bersalah pasti mendapatkan hukuman Aku iki seksi lho Le. Aku ngerti dhewe lelakone. Apa sababe aku
sesuai dengan kesalahannya. mbok luputake. Kudune kowe ngayomi aku.
Gatotkaca
Dalang memiliki keleluasaan untuk mempertajam janturan Paman, anane kowe dak luputake sabab ora manut ing parintah.
tersebut dengan menambahkan kalimat baru yang tidak Upama kowe ora ngaku, ora bakal kedadeyan kisruh kaya
bertentangan dengan isi janturan secara keseluruhan. mangkene. Mungguh tuna lan bathine, kowe tinemu luput.
lampahing pengadilan anindakaken sama beda dana Kalabendana
dhendha, datan mawas sanak kadang pawong mitra Lho. Iki dudu bab tuna lan bathi. Aku wong bares lho Le. Kowe
punapa dene kawula, lamun nandhang lepat tartamtu rak satriya, geneya ora ngayomi aku malah kepara sajak ora
kapidana cundhuk lan kaluputane. Ingkang luput trima.
ngundhuh wohing pakarti, kang dadi seksi rumaos ayom, Gatotkaca
kang dadi korban bisa ayem, bebrayan hanjog dhateng Mokal kowe ora ngerti menawa Abimanyu kuwi adhiku sing
katentreman. banget dak tresnani.
Terjemahan: Kalabendana

30 31
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010 Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
Apa yen tresna ki njur oleh ngapusi? Apa yen tresna, njur keberhasilan komunikasi estetis antara pertunjukan dan penonton.
wenang nganggo cara apa wae? Ngono? Dalang dituntut bukan saja terampil tapi juga mampu menghadirkan
unsur drama unsur sabet ini.
Terjemahan:
Penggarapan Karawitan
Kalabendana
Aku ini saksi lho, Nak. Aku melihat sendiri kejadiannya. Unsur karawitan juga sangat terbuka untuk digarap. Salah satu yang bisa
Kenapa kau menyalahkanku. Seharusnya kau dilakukan adalah penciptaan tembang/gendhing yang mengandung lirik-
melindungiku. lirik berwawasan perlindungan saksi dan korban.
Gatotkaca
Paman, kau salah karena melawan perintah. Kalau kau Contoh:
tidak bercerita, keadaan tidak akan kacau seperti ini. Telah
kupertimbangkan untung ruginya, dan kau salah. Kinanthi
Kalabendana Den kulina tindak jujur
Lho. Ini bukan soal untung rugi. Aku ini orang jujur Nak. Aja nganggo minggrang-minggring
Kau seorang ksatria yang seharusnya melindungi, tapi kau Aja wedi mring pangancam
Aja wedi mring pangincim
malah nampak kecewa (dg kejujuranku). Dimen bebrayan tumata
Gatotkaca Ukum kedah angayomi
Mustahil kau tidak tahu bahwa aku sangat menyayangi
Abimanyu. Terjemahan:
Kalabendana Biasakan berbuat jujur
Jadi karena sayang boleh berbohong? Karena sayang boleh Tak usah ragu-ragu
melakukan cara apa saja? Begitukah? Jangan takut diancam
Jangan takut diburu
Dialog di atas hanyalah sebuah contoh yang bisa dipertajam Agar kehidupan makin tertata
atau ditafsirkan ulang. Dalang bisa memilih dan memilah adegan- Hukum harus melindungi
adegan yang memungkinkan untuk digarap dalam kaitannya
Kinanthi hanya salah satu contoh metrum tembang yang bisa
dengan wawasan perlindungan saksi dan korban.
dituliskan ulang liriknya. Dalang bisa membuat tembang-tembang lain
Penggarapan Sabet atau gendhing baru dengan lirik berwawasan perlindungan saksi dan
korban.
Pada dasarnya penggarapan sabet dalam pertunjukan
wayang berwawasan perlindungan saksi dan korban tidak berbeda
dengan pertunjukan biasa. Kemampuan dalang dalam
menghidupkan tokoh-tokoh wayang dan membuat semua gerakan,
pencitraan, penceritaan lewat sabet berpengaruh besar pada .

32 33
Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi dan Korban - 2010
punakawan. Karakter ksatria ini merupakan gambaran bagaimana aparat
VI. Penutup negara dapat melindungi warga negara atau siapa pun yang
membutuhkan. Ini dimaksudkan sebagai cara untuk membangun negara
yang ideal dan pemerintahan yang baik. Selanjutnya karakter punakawan
Uraian tentang wayang di atas dapat menggambarkan merupakan gambaran fungsi control yang dilakukan oleh rakyat baik
bahwa wayang merupakan salah satu media yang tepat untuk secara individu ataupun bersama untuk membangun negara yang ideal
menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas perlindungan saksi dan pemerintahan yang baik.
dan korban serta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Dengan konsep-konsep di atas, wayang menjadi pilihan yang
itu sendiri. Media wayang merupakan budaya Indonesia yang tepat bagi LPSK untuk menyebarluaskan informasi tentang aktivitas
sampai sekarang masih digemari oleh masyarakat Indonesia. perlindungan saksi dan korban. LPSK dapat digambarkan sebagai kstaria
Masih banyak penggemar fanatik wayang yang rela begadang yang melindungi para saksi dan korban untuk mengungkap kejahatan
semalam suntuk untuk menikmati pergelaran wayang. dan kebenaran. Bahkan kemudian banyak cerita yang ada di pewayangan
Pergelaran wayang mampu mengundang banyak penonton. yang juga menggambarkan dengan jelas bagaimana wayang menuntun
Penonton ini bisa dari kaum tua maupun kaum muda sehingga seseorang untuk berlaku jujur demi mengungkap kebenaran. Kebenaran
pergelaran ini merupakan media yang sangat efektif untuk yang diagung-agungkan di dalam pewayangan merupakan konsep
menyebarluaskan berbagai informasi, termasuk aktivitas kebenaran yang berhubungan dengan nilai-nilai transenden. Namun
perlindungan saksi dan korban. selain itu dimaksudkan juga untuk menata perilaku manusia dalam
Tidak hanya sebagai media untuk mengumpulkan orang, menjalani hidup sehari-hari, termasuk untuk membangun negara yang
konsep-konsep di dalam wayang juga memiliki kaitan erat dengan ideal dan pemerintahan yang baik.
kenegaraan dan aktivitas perlindungan saksi dan korban. Konsep- Aktivitas perlindungan saksi dan korban yang dilakukan LPSK
konsep di dalam wayang banyak menggambarkan nilai-nilai yang dalam konsep wayang merupakan salah satu upaya membangun
transenden, keseimbangan dalam kehidupan manusia, dan tata cara keseimbangan relasi kehidupan manusia dan membangun negara yang
membangun pemerintahan yang baik dan negara yang ideal. ideal. Pengungkapan kejahatan yang dilakukan oleh saksi dan korban
Konsep-konsep tersebut tidak hanya digambarkan melalui karakter merupakan hal yang sangat penting untuk menyelamatkan negara dan
penokohan di dalam wayang, tetapi juga simbol-simbol yang mewujudkan cita-cita negara yang ideal dalam konsep pewayangan.
dipakai dan tata bahasa yang digunakan oleh para tokoh tersebut. Selama ini keberadaan saksi dan korban tidak dinilai penting
Tidak semua orang dapat memahami simbol-simbol dan isi dalam menyumbang pembangunan negara Indonesia. Dengan
pembicaraan para tokoh di dalam wayang. Tetapi ini dapat pergelaran wayang yang berperspektif perlindungan saksi dan korban
dipahami dengan mengikuti jalan cerita di dalam suatu pergelaran ini, maka masyarakat akan mendapatkan gambaran yang gamblang
wayang. Dengan mengikuti setiap babak dan alur cerita di dalam tentang bagaimana peran saksi dan korban dalam menyelamatkan negara
wayang, maka dapat ditemui semua nilai-nilai yang terkandung di dari kerugian besar akibat kejahatan. Pada akhirnya gambaran-gambaran
dalamnya. mengenai betapa pentingnya bersaksi untuk mengungkap kejahatan serta
Hal lainnya yang menonjol dari wayang adalah aktivitas LPSK, diharapkan dapat membuat orang berani untuk bersaksi
penokohannya yang selalu menonjolkan karakter ksatria dan demi mengungkap kejahatan meski harus berada di bawah tekanan, teror
dan ancaman.
34 35
DR. Teguh Soedarsono, S.IK., S.H.,
MSi.
(Anggota Penanggungjawab Bidang
Kerjasama dan Diklat LPSK dan
Hukum, Diseminasi, dan Humas
LPSK)
Lahir di Cirebon, 10 Juni 1950,
Teguh Soedarsono menyelesaikan
studi S1 Hukum di Fakultas Hukum
UNTAG (Perdata) pada 1989; S2
Ilmu Lingkungan & Ekologi Manusia
(ILEM) di Universitas Indonesia
(1993); S3 Ilmu Hukum di
Universitas Indonesia (1998). Lulusan AKABRI Bagian Kepolisian
Angkatan Prjagupta 1974 ini, selama di Kepolisian pernah memegang
beberapa jabatan penting seperti: Komandan Sektor Kepolisian
Muaradua (Polres OKU)- Polda Sumbangsel (1975); Komandan Satuan
Reserse Polres OKU- Polda Sumbangsel (1979); Wakil Kepala Satlantas
Polda Sumbar (1985); Kepala Detasemen Provoost Polda Metro Jaya
(1993); Pembantu Asisten III- Menteri Negara Lingkungan Hidup
(1994); Kepala Pusat Pengembangan Informasi dan Penataan
Lingkungan (Ka. PPIPL) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(1998); Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) Polri
2000; Kepala Pusat Pengembangan Ilmu dan Teknologi Kepolisisan
(PPITK)-Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian(2001); Wakil Gubernur
Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) (Mei-Oktober 2001); Kepala
Pusat Informasi Kriminal Nasional (PIKNAS) Koserse Polri (Oktober
2001-Oktober 2002); Kepala Pusat Informasi Kriminal Nasional
(Pusiknas) - Divisi Telematika Polri (Oktober 2002-Agustus 2003);
Wakil Kepala Kepolisian Daerah Bali (Agustus 2003-Desember 2005);
Widyaisawara Utama Sespati polri (Desember 2005- Oktober 2006);
Kepala Divisi Pembinaan Hukum Polri (2006). Setelah terpilih sebagai
salah satu Anggota LPSK periode 2008-2013, Teguh Soedarsono
bertanggung jawab memimpin Bidang Kerjasama dan Diklat LPSK serta
Bidang Hukum, Diseminasi, dan Humas.

35 36
DARMOKO-Staf pengajar pada Drs Suparmin Sunjoyo di lahirkan di
Program Studi Jawa Fakultas Ilmu Banyumas, Jawa Tengah 67 tahun lalu, putera
Pengetahuan Budaya Universitas Bapak R.Soemardjo Soendjojo dengan Ibu
Indonesia
Suwarni. Pendidikan dasar sampai sekolah
DARMOKO, lahir di Klaten (25 menengah dijalani di Purwokerto-Jawa
Oktober), adalah staf pengajar pada Tengah: tamat SR Kristen II tahun 1955, SMP
Program Studi Jawa Fakultas Ilmu Negeri II tahun 1959 dan SMA Negeri I tahun
Pengetahuan Budaya Universitas 1962. Menyelesaikan kuliah di UGM Fakultas
Indonesia; menyelesaikan Sospol Hubungan Internasional tahun 1967.
pendidikan sarjana pada Jurusan
Semasa kuliah, aktif sebagai wartawan Harian
Sastra Daerah Program Studi
Bahasa dan Sastra Jawa serta Lokal Pelopor Yogya sampai menyelesaikan studinya di UGM.
Fakultas Sastra UI pada akhir tahun 1988 dan memperoleh gelar
Magister Humaniora pada Program Studi Ilmu Susastra Fakultas Mengawali karier sebagai anggota Kepolisian RI PAWAMIL (Perwira
Ilmu Pengetahuan Budaya UI pada tahun 2003; berminat pada Wajib Militer) tahun 1968, lalu mengejar cita-citanya menjadi diplomat,
kajian budaya maka pada tahun 1975 mengikuti tes umum penerimaan pegawai
Departemen Luar Negeri RI. Diterima di DEPLU dan diberi tugas
sebagai Kepala Desk Amerika Utara, yang menangani urusan Amerika
Serikat dan Kanada. Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Direktur
Kerjasama Fungsional Deplu dan terakhir pernah menjabat sebagai Duta
Besar RI untuk Suriname merangkap Guyana (2002-2006).

Minat pada seni dan budaya Jawa makin tergugah sewaktu tugas di luar
negeri, sehingga menyempatkan untuk belajar karawitan dan mendalang.
Penyaluran minat pada seni dan budaya Jawa terus berlanjut ketika
ditarik menjadi Pengurus Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia
tahun 2006 sampai sekarang

37 38
Lahir di Ponorogo 15 Agustus 1975. Lulusan
terbaik Jurusan Pedalangan STSI (sekarang
Ekotjipto, S.H. dilahirkan di
ISI) Surakarta tahun 2001 ini aktif berproses
Trenggalek 28 Oktober 1940, mengembangkan seni pewayangan untuk
menyelesaikan kuliah di UGM menjangkau kalangan penonton yang lebih
Fakultas Hukum 1964. Selain itu ia luas, terutama generasi muda. Proses itu telah
juga pernah mengikuti pendidikan membawanya berkeliling dunia,
mementaskan wayang dalam bentuk yang
antara lain, Invesment Planning &
beragam, mulai dari klasik hingga
Appraisal for Development Bank kontemporer. Selain itu ia juga terlibat dalam
di University of Bradford Inggris, proses kreatif di kelompok-kelompok tari
1980, Sekolah Staff dan Pimpinan dan teater baik tradisi maupun modern.
BI, 1981, Temporary Secondment Beberapa karyanya antara lain:
Program di Asian Development Bank, Manila 1981-1982, dan
- Kalimataya pentas Wayang Sandosa di
Kursus Reguler Angkatan 17 Lemhannas 1984. Bekerja di Bank Jakarta dan Manila (2010).
Indonesia dari Tahun 1964, jabatan terakhir sebagai Direktur - Abimanyu pentas Wayang Urban di Jakarta (2010).
Bidang SDM dan pensiun dari Bank Indonesia Tahun 1996. Selama - Lola Luru Kangen pentas Wayang Urban di Jakarta (2009).
menjabat di Bank Indonesia, ia juga menjabat sebagai Sekjen - Karna 22 pentas Wayang Kulit di Festival Printemps des
Comediens Montpellier dan di Marseille Perancis (2008).
SENA WANGI dari tahun 1988-1998 lalu menjadi Wakil Ketua
- Wajah-Wajah yang Menyala pentas Wayang Sandosa dalam
Umum SENA WANGI 1998-2003, dan terakhir menjabat Ketua rangka International Marionette Festival di Hanoi Vietnam,
Umum PEPADI dari tahun 2003-sekarang. Atas pengabdiannya meraih gold medal untuk penyutradaraan (2008).
selama berkarir ia dianugerahi beberapa penghargaan yaitu, - Lara Tanpa Liru pentas Wayang Urban di Surakarta (2006).
Penghargaan Presiden RI Tentang Pelaksanaan TRIKORA di Irian - Classical Nuances American Tour 2006, tour Wayang dan
Musik Klasik 4 kota di USA (New York, Baltimore, Washington
Barat a/d Kep. Presiden RI No. 62 Tahun 1979 dan Penghargaan
dan Los Angeles) bersama Soun Youn Yoon (Korea), Sharon Eng
Presiden RI Satya Lencana Kebudayaan, 27 Juli 1995 (USA) dan Ary Sutedja (Indonesia) (2006).
- Festival Ala Carte Indonesian Stage Bus, tour 14 kota di Yunani
dalam rangka Olimpiade Budaya (2004).
- Luz de Java Menina do Mar, Genevieve de Brabant dan El
Retablo de Maese Pedro, Wayang in collaboration with Opera
bersama Jose Lourenco (Portugal) di Setubal, Cascais dan Lisbon
(2003, 2004).
- Mahabharata Jazz and Wayang on the Bus tour 20 kota di Jawa
dan Bali bersama Luluk Purwanto dan The Helsdingen Trio
(2003).
The Sleeping Beauty Four Hands Piano Concert in
Collaboration with Javanese Classic Shadow Puppet bersama
Ary Sutedja dan Miwako Fukushi di Jakarta (2003).
39 40
PRAPTO YUWONO - Staf pengajar Susilaningtias, S.H. lahir di Surabaya,
Program Studi Jawa Fakultas Ilmu 20 Oktober 1977. Menyukai bidang
Pengetahuan Budaya Universitas hukum sumber daya alam dan
Indonesia lingkungan hidup, namun demikian ia
juga memiliki pengetahuan yang bagus
P R A P TO Y U W O N O , l a h i r d i tentang hukum adat dan pluralisme
Purwokerto, Jawa Tengah (1958), hukum. Pada tahun 2000 hingga tahun
adalah staf pengajar Program Studi 2004 ia bekerja di Walhi Jawa Timur,
Jawa Fakultas Ilmu Pengetahuan yang banyak melakukan aktivitas
Budaya Universitas Indonesia; advokasi di bidang lingkungan hidup di
memperoleh gelar Magister Humaniora dalam Ilmu Sejarah dari Jawa Timur. Pada tahun 2004 hingga Oktober 2010, ia bekerja di HuMa
Program Pascasarjana Universitas Indonesia (1996); karya (Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum yang Berbasis Masyarakat
penelitiannya antara lain Estetika dalam Masyarakat Tradisi (1992) Adat/Lokal dan Ekologis). Di lembaga tersebut ia justru lebih banyak
dan Mitos dan Legenda Roro Kidul (1998). Saat ini menjabat bersentuhan dengan masyarakat adat/lokal dalam membela hak-hak
sebagai Direktur Latihan pada Sekar Budaya Nusantara. mereka untuk sumber daya alam termasuk hutan adatnya, memberikan
pendidikan hukum kritis bagi masyarakat adat/lokal mengenai sumber
daya alam, serta mendampingi masyarakat adat/lokal untuk menyusun
aturan-aturan lokal baik perdes atau perda mengenai pengelolaan sumber
daya alam, termasuk hutan adatnya. Sejak awal November 2010 hingga
sekarang bekerja sebagai staf ahli di Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban (LPSK).

41 42

Anda mungkin juga menyukai