Anda di halaman 1dari 4

Nama : Zahra Ratu

Aziza
NIM : xxx
Kelas/Smt :B
Mata Kuliah : Geologi

REVIEW GEOLOGI LINGKUNGAN


Aplikasi PJ / GIS untuk Kajian Mitigasi Bencana

Penginderaan Jauh
Lillesand dan Kiefer (1994) mengemukakan bahwa penginderaan
jauh adalahilmu dan seni memperoleh informasi tentang suatu obyek,
daerah atau fenomena melaluianalisis data yang diperoleh dengan
suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek,daerah atau
fenomena yang dikaji. Sistem perolehan data dalam penginderaan
jauh terdiriatas (1) tenaga, (2) obyek atau benda, (3) proses, dan (4)
keluaran. Tenaga yang palingbanyak digunakan adalah tenaga
elektromagnetik yang bersumber dari tenaga mataharidan dari
pancaran obyek di permukaan bumi. Data yang didapat adalah hasil
perekamankenampakan di bumi yang disebut dengan citra.

Aplikasi PJ / GIS untuk Kajian Mitigasi Bencana


Penginderaan jauh adalah suatu teknologi yang menjanjikan
kemampuan untuk mengumpulkan informasi dalam waktu yang relatif
singkat dan daerah yang cukup luas. Para pakar kebumian
memanfaatkan teknologi ini untuk mengumpulkan data tentang bumi
yang tercermin pada foto citra penginderaan jauh. Citra tersebut
memberikan informasi secara multispektral karakteristik
elektromagnetik dari tiap obyek di bumi. Citra penginderaan
jauh/citra satelit dapat memberikan informasi geologi dan kondisi
lingkungan pada daerah yang belum terpetakan secara baik.
Para ahli ilmu kebumian khususnya yang berkaitan dengan
penanggulangan bencana alam memerlukan informasi tersebut untuk
mengetahui / memperkirakan potensi dan melokalisasi daerah rawan
bencana yang tidak terlepas dari hasil suatu proses dinamika bumi.
Proses tersebut dapat diamati melalui foto citra inderaja yang
datanya kemudian akan dianalisa dan dipakai sebagai data dasar
peta peta tematik tertentu.
Melalui penginderaan jauh, dapat ditentukan/di zonasikan
daerah-daerah dengan tingkat kerawanan tertentu (kecil, sedang,
atau tinggi), dapat pula memprediksi kapan bencana kebumian akan
terjadi, hasil analisa data citra satelit merupakan suatu sistem
peringatan dini akan terjadinya bencana kebumian, serta merupakan
rekomendasi kepada pemerintah satempat maupun pemerintah pusat
dalam membuat kebijakan pengembangan wilayah.
Jadi teknologi ini mempunyai peranan penting dalam aspek
pengembangan suatu wilayah untuk memitigasi daerah rawan
bencana kebumian.
Penginderaan Jauh untuk Mitigasi Bencana Longsor
Lahan
Peran iptek, khususnya penginderaan jauh, sebenarnya
sangat besar untuk mengantisipasi dan mitigasi bencana alam.
Pada bencana tanah longsor dan banjir,misalnya, berupa peta
beberapa daerah yang berpotensi longsor.
Dengan bantuan citra penginderaan jauh dapat dibuat
pemetaan faktor-faktor yangmempengaruhi longsor lahan
seperti peta perubahan penggunaan lahan, peta geologi,
petakondisi cuaca (keawanan dan prakiraan hujan)

Pemanfaatan Penginderaan Jauh untuk Deteksi


Bencana Alam
Secara prinsip, setiap obyek dan fenomena alam yang
berada di ruang permukaan bumi dapat dideteksi dari citra
satelit. Jadi, bencana alam, baik obyek yang dikenainya dan
fenomena yang menyertainya dapat terekam oleh satelit yang
melintas di atasnya. Kemampuan citra satelit dalam
mendeteksinya sangat tergantung dari resolusinya, baik spasial,
spektral, radiometrik, dan temporal.
a. Erupsi Gunungapi
Gunungapi merupakan suatu entitas di permukaan bumi
yang terbentuk secara alami, menempati suatu wilayah dan
menunjukkan gejala-gejala yang unik & spesifik (vulkanisme).
Erupsi adalah peristiwa keluarnya magma dari dalam bumi.
Erupsi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Erupsi Letusan
(Explosive Eruption) dan Erupsi Non-letusan (Non-explosive
Eruption). Jenis erupsi yang terjadi dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti kekentalan magma, kandungan gas di dalam
magma, pengaruh air tanah serta kedalaman dapur magma
(magma chamber). Produk-produk ekstrusif akibat erupsi
vulkanik, yang seringkali menimbulkan bencana, akan terekam
oleh sensor satelit, baik optis maupun radar. Terkait dengan
erupsi gunungapi, citra penginderaan jauh dapat dimanfaatkan
untuk mendeteksi:
Sebaran asap letusan yang menyebar di atmosfer,
Endapan piroklastik,
Sebaran lava pijar,
Sebaran lahar dingin,
Deformasi kepundan.
Informasi tersebut di atas sangat diperlukan khususnya
pada fase tanggap darurat bencana. Selain itu, dari citra
penginderaan jauh dapat diperoleh juga informasi kondisi
penutup lahan, bentuklahan, pola aliran, jenis batuan penyusun
(litologi) dan struktur geologi. Informasi ini merupakan data
masukan untuk analisis daerah rawan bahaya, kerentanan
bencana dan untuk analisis resiko bencana.
b. Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan salahsatu jenis gerakan massa
tanah atau batuan, atau percampuranm keduanya, menuruni
atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah
atau batuan penyusun lereng tersebut (BAKORNAS PB, 2007).
Pada dasarnya, penyebab terjadinya longsor adalah adanya gaya
gravitasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya longsor
adalah geologi, tata guna lahan, topografi dan kegempaan.
Terdapat enam tipe tanah longsor, yaitu: longsoran transisi,
longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batuan, rayapan
tanah, dan aliran bahan rombakan. Tipe tanah longsor aliran
bahan rombakan identik dengan istilah banjir bandang, yaitu
banjir yang disertai dengan longsoran. Analisis daerah rawan
longsor, kajian kerentanan longsor serta analisis resiko bencana
tanah longsor dapat dilakukan dengan dukungan data
penginderaan jauh. Dalam hal ini, informasi masukan dapat
diperoleh dari analisis citra. Informasi tersebut meliputi: penutup
lahan, morfologi, tanah, geologi, serta curah hujan. Pada proses
tanggap darurat bencana, pada banyak kasus, endapan hasil
longsoran dan dampak kerusakan yang ditimbulkannya dapat
diamati dengan jelas dari citra satelit.
c. Gempa Bumi dan Tsunami
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan
oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas
gunungapi atau runtuhan batuan. Gempa bumi merupakan
peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi
(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba Penyebab
gempa bumi dapat berasal dari proses tektonik-pergerakan
kulit/lempeng bumi, aktivitas sesar di permukaan bumi,
pergerakan geomorfologi secara lokal, aktivitas gunungapi, atau
ledakan nuklir. Tsunami diartikan sebagai gelombang laut
dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan
impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa
gempabumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran (BAKORNAS
PB, 2007).
Sampai ini, data penginderaan jauh belum mampu
dipergunakan untuk mendeteksi parameter gempa bumi
maupun tsunami seperti waktu kejadian, lokasi pusat gempa
bumi di permukaan (episentrum), kedalaman sumber gempa,
kekuatan/magnitudo gempa bumi, serta intensitas gempa bumi.
Namun, citra penginderaan jauh sangat bermanfaat untuk
mengetahui dampak dari gempa bumi dan tsunami, yaitu
kerusakan yang ditimbulkannya. Selain itu, data penginderaan
jauh sangat mendukung analisis bahaya, kerentanan dan resiko
tsunami.
Daftar Pustaka :
Anonim. 2011. Penginderaan Jauh dan Mitigasi Bencana dalam
www.blog.sivitas.lipi.go.id. Diakses pada Rabu, 1 Juni 2016.
Khomarudin, M Rokhis dkk. Tanpa Tahun. Aplikasi Penginderaan
Jauh untuk Bencana Geologi dalam
www.pusfatja.lapan.go.id. Diakses pasa Rabu, 1 Juni 2016.
Somantri, Lili. Tanpa Tahun. Kajian Mitigasi Bencana Longsor
Lahan dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh
dalam www.academia.edu. Diakses pada Rabu, 1 Juni 2016.

Anda mungkin juga menyukai