Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Gangguan perkembangan pervasif adalah istilah yang belakangan digunakan untuk


menyebut masalah-masalah psikologis yang berat dan muncul pada usia sangat dini(Semiun,
2006). Kelompok gangguan ini ditandai oleh adanya abnormalitas kualitatif dalam interaksi
sosial dan pola komunikasi disertai minat dan gerakan terbatas, stereotipik dan berulang
(Kusumawardhani, et al, 2014).

Dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ)


III gangguan perkembangan pervasif terdiri atas autisme masa kanak, autisme tak khas,
Sindrom Rett, gangguan desintegratif masa kanak lainnya, gangguan aktivitas berlebih yang
berhubungan dengan retardasi mental dan gerakan stereotipik, Sindrom Asperger, gangguan
pervasif lainnya, dan gangguan peekembangan pervasif yang tak tergolongkan (Maslim,
2001). Suatu penelitian di Inggris pada 2005 menemukan prevalensi gangguan perkembangan
pervasif sebesar 58,7% per 10.000 anak. Kemudian pada tahun 2006, suatu penelitian di
Canada menemukan prevalensi gangguan perkembangan pervasif sebesar 64,9 per 10.000
anak, dengan autisme sebesar 21,6 per 10.000, sindrom asperger 10,1 per 10.000, dan sisanya
32,8 per 10.000 anak.Salwa, dalam penelitiannya, mengemukakan bahwa jumlah keseluruhan
pasien anak yang datang ke Instalasi Kesehatan Jiwa anak dan remaja dari tahun 2010-2012
di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan adalah sebesar 511 orang. Kemudian didapatkan jumlah pasien
dengan diagnosis autisme sebanyak 23 anak, sindrom asperger 2 anak, sindrom Rett 0,
gangguan disintegrasi pada anak 0, dan sisanya 9 (Salwa, 2012).

Belum diketahui secara pasti apa penyebab dari gangguan perkembangan pervasif ini,
namun banyak faktor yang dihubungkan dengan terjadinya gangguan perkembangan pervasif
ini, seperti faktor psikodinamik, faktor keluarga, kelainan neuro-biologik, faktor genetik,
faktor imunologik, faktor perinatal, faktor neuroanatomi, dan faktor biokimia (Salwa, 2012).
Autisme

a. Definisi
Istilah autisme berasal dari bahasa Yunani, kata autos yang berarti dirisendiri
dan isme yang berarti paham. Ini berarti bahwa autisme memiliki maknakeadaan yang
menyebabkan anak-anak hanya memiliki perhatian terhadapdunianya sendiri. Autisme
adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi,
dan interaksi sosial (Huzaemah, 2010).
Pemakaian istilah autisme pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikiater,
Leo Kanner pada tahun 1943, berdasarkan pengamatan terhadap 11 penderita yang
menunjukkan gejala kesulitas berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri,
perilaku yang tidak biasa, dan cara berkomunikasi yang aneh (Huzaemah, 2010).
Lebih lanjut Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai
ketidakmampuanberinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang
ditunjukkan denganpenguasaan yang tertunda, ecolalia, mutism, pembalikan kalimat,
adanyaaktifitas bermain yang repetitif dan stereotif, ingatan yang sangat kuat (Jaja,
2010). MenurutAmerican Psychiatric Association, menjelaskan bahwa orang-orang
dengan autisme cenderung memiliki kekurangan dalam komunikasi, seperti
merespons secara tidak tepat dalam percakapan, salah membaca interaksi nonverbal,
atau mengalami kesulitan dalam membangun persahabatan sesuai dengan usia
mereka. Selain itu, orang dengan autisme mungkin terlalu bergantung pada rutinitas,
sangat peka terhadap perubahan lingkungan mereka, atau sangat fokus pada hal-hal
yang tidak tepat (American Psychiatric Association, 2013).

b. Epidemiologi
Diperkirakan di seluruh dunia 1 dari 160 anak memiliki autisme. Perkiraan ini
mewakili angka rata-rata, dan prevalensi yang dilaporkan bervariasi secara substansial
di seluruh penelitian. Beberapa studi terkontrol dengan baik, melaporkan angka yang
jauh lebih tinggi. Prevalensi autisme di banyak negara berpenghasilan rendah dan
menengah sejauh ini tidak diketahui (WHO,2017).
Berdasarkan studi epidemiologi yang dilakukan selama 50 tahun terakhir,
prevalensi autisme tampaknya meningkat secara global. Ada banyak kemungkinan
penjelasan untuk peningkatan yang nyata ini, termasuk peningkatan kesadaran,
perluasan kriteria diagnostik, alat diagnostik yang lebih baik, dan pelaporan yang
lebih baik (WHO,2017).
Sebelum tahun 1990-an prevalensi autisme pada anak berkisar 2-5 penderita
dari 10.000 anak-anakusia dibawah 12 tahun, dan setelah itu jumlahnyameningkat
menjadi empat kali lipat. Sementara itu,menurut Kelana dan Elmy (2007) menyatakan
bahwaprevalensi autisme di Indonesia berkisar 400.000 anak (YPAC, 2013). Sampai
saat inibelum ada data resmi mengenai jumlah anak autistik diIndonesia, namun
lembaga sensus Amerika Serikatmelaporkan bahwa pada tahun 2004 jumlah
anakdengan ciri-ciri autistik atau autisme di Indonesiamencapai 475.000 orang
(Ginanjar, 2007).Insidens tertinggi autisme ditemukan pada anak laki-laki. Dengan
perbandingan anak laki-laki : anak perempuan mulai dari 2,6 : 1 sampai 4: 1
(Behrman, et al, 1996). Hal ini diperkirakan karena anak laki-laki memiliki ketahanan
fungsi otak yang lebih rendah dibandingkan anak perempuan (Kaplan dan Saddock,
2010). Autisme dapat terjadi pada semua golongan masyarakat, baik ekonomi bawah
maupun atas, di desa dan di kota, serta pada masyarakat dengan tingkat pendidikan
tinggi maupun rendah (Huzaemah, 2010).

c. Gejala
Menurut Handojo, 2004, beberapa karekteristik dari perilakuautisme pada anak-anak
antara lain :
1. Bahasa/ komunikasi
Ekspresi wajah yang datar
Tidak menggunakan bahasa /isyarat tubuh
Jarang memaulai dengan komunikasi
ak meniru aksi atau suara
Bicara sedikit, atau tidak ada
Intonasi atau ritme vokal yang aneh
Tampak Tidak mengerti arti kata
Mengerti dan menggunakan kata secara terbatas
2. Hubungan dengan orang
Tidak responsif
Tidak ada senyum sosial
Tidak berkomunikasi dengan mata
Kontak mata terbatas
Tampak asyik bila dibiarkan sendiri
Tidak melakukan permainan giliran
Menggunakan tangan orang dewasa sebagai alat
3. Hubungan dengan lingkungan
Bermain refetitif (diulang-ulang)
Marah atau tidak menghendaki perubahan-perubahan
Berkembangnya rutinitas yang kaku
Memperlihatkan ketertarikan yang sangat tak fleksibel
4. Respon terhadap indera/ sensoris
Kadang panik terhadap suara-suara tertentu
Sangat sensitif terhadap suara
Bermain-main dengan cahaya dan pantulan
Memainkan jari-jari di depan mata
Menarik diri ketika disentuh
Tertarik pada pola dan tekstur tertentu
Sangat in aktif atau hiperaktif
Seringkali memutar-mutar, membentur-bentur kepala,
menggingitpergelangan
Melompat-lompat atau mengepak-ngepakan tangan
Tahan atau berespon aneh terhadap nyeri
5. Kesenjangan perkembangan perilaku
Kemampuan mungkin sangat baik atau sangat terlambat
Mempelajari keterampilan diluar urutan normal, misalnya
membacatapi tak mengerti arti
Menggambar secara rinci tapi tidak dapat mengancing baju
Pintar mengerjakan puzzle, peg, tapi amat sukar mengikuti
perintah
Berjalan pada usia normal, tetapi tidak berkomunikasi
Lancar membeo suara, tetapi sulit berbicara dari diri sendiri
Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tapi tidak di lain waktu

d. Kriteria Diagnosis
Menurut kriteria diagnostik dalam DSM IV (Elliott GR. Autistic Disorder and Other
Pervasive Developmental Disorders. In: Rudolph CD, Rudolph AM. Rudolphs
Pediatrics, 21st ed. McGraw-Hill: New York, 2003. p498-500 dalam Buku Pedoman
Tim YPAC, 2000) karakteristik penderita adalah :
Harus ada sedikitnya 6 gejala dari butir (1), (2), dan (3), dengan minimal 2 gejala dari
butir (1) dan masingmasing 1 gejala dari butir (2) dan (3) dibawah ini.
(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.Tak mampu menjalin
interaksi sosial yang cukup memadai : kontak mata sangat kurang, ekspresi muka
kurang hidup, gerak-gerik yang kurang tertuju.
a. Tak bisa bermain dengan teman sebaya.
b. Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
c. Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi
a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (dan tidak ada usaha
untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara)
b. Bila bisa bicara, bicara tidak dipakai untuk komunikasi
c. Sering menggunakan bahasa aneh yang diulang-ulan
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru
(3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat, dan
kegiatan.
a. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan
berlebihlebihan.
b. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tak ada
gunanya.
c. Ada gerakan aneh yang khas dan diulangulang.
d. Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda.

e. Diagnosis Banding
Sindrom Asperger
Anak yang menderita sindrom Asperger biasanya umur lebih dari 3 th memiliki
problem bahasa. Penderita sindrom ini cenderung memiliki intelegensi rata-rata atau
lebih tinggi. Namun seperti halnya gangguan autistik, mereka kesulitan berinteraksi
dan berkomunikasi.
Gangguan perkembangan menurun (PDD NOS/Pervasive developmental disorder not
otherwise specified) .
Gejala ini disebut juga non tipikal autisme. Penderita memiliki gejala-gejala autisme,
namun berbeda dengan jenis autisme lainnya. IQ penderita ini rendah.
Sindrom Rett
Sindrom ini terjadi hanya pada anak perempuan. Mulanya anak tumbuh normal. Pada
usia satu hingga empat tahun, terjadi perubahan pola komunikasi, dengan
pengulangan gerakan tangan dan pergantian gerakan tangan.
Gangguan Disintegrasi Anak
Pada gejala autisme ini, anak tumbuh normal hingga tahun kedua. Selanjutnya anak
akan kehilangan sebagian atau semua kemampuan komunikasi dan keterampilan
sosialnya.
Untuk lebih jelasnya tabel1. Dibawah ini menggambarkan perbedaan secara klinis
dari lima jenis gangguan perkembangan pervasif tersebut diatas.
f. Terapi
g. Prognosis

DAFTAR PUSTAKA

Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.

Kusumawardhani AAAA, dkk. 2014. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI.


Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ
III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, FK Unika Atmajaya.

Salwa. 2012. Demografi, Faktor Risiko, dan Terapi Pasien Anak dengan Autisme di RSJ Dr.
Soeharto Heerdjan Tahun 2010-2012. Jakarta: FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Huzaemah. 2010. Kenali Autisme Sejak Dini. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Jaja, Suteja. Jurnal Edueksos: Bentuk dan Metode Terapi Terhadap Anak Autisme Akibat
Bentukan Perilaku Sosial, Vol III No 1, Januari-Juni 2014.

American Psychiatric Association. 2013. file:///C:/Users/User/Downloads/325-925-1-PB.pdf


(diunduh tanggal 19 Mei 2017).

Ginanjar, A.S. MAKARA, Sosial Humaniora: Memahami Spektrum Autistik Secara Holistik.
Vol. 11, NO. 2, Desember 2007: 87-99.

Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC). 2013. Buku Pedoman Penanganan dan Pendidikan
Autisme YPAC.

Behrman RE, Kliegman R, Arvin MA. Pervasive developmental disorders and childhood
psychosis in Helson textbook of pediatrics 15th ed. Philadelphia: W. B Saunders Company;
1996.h.120-6.

Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan perkembangan perfasif dalam buku ajar psikiatri klinis.
Ed.2. Jakarta: EGC2010. h.588-96

Handojo. 2004. Autisme : Petunjuk Praktis & Pedoman Materi untuk Mengajar Anak
Normal, Autis dan Perilaku Lain. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Anda mungkin juga menyukai