ISBD
ISBD
Di Susun Oleh :
Ahmad Nur R ( 1411B0020 )
Semester 3
Sebelum temuan itu, peneliti berkeyakinan nenek moyang bakteri mengalami evolusi
reduktif besar yang berdampak pada tidak aktifnya sekitar 40 persen gen dalam genom itu.
Disebutkan, bakteri kusta tak bisa hidup di luar tubuh manusia, kecuali kasus langka
ditemukan pada mamalia kecil liar yang diperkirakan terinfeksi penjelajah benua Amerika
ratusan tahun lalu.
Terkait kajian evolusi penyakit menular ini, sebenarnya pada 2008, ahli patologi Pusat
Kanker MD Anderson, Xiang-Yang Han menemukan bakteri kusta baru dan telah menganalisis
20 gen Mycobacterium lepromatosis dan bakteri yang sudah dikenal Mycobacterium leprae.
Sejauh ini, lebih dari 400 turunan bakteri Mycobacterium leprae yang dianalisis
ditemukan memiliki genom yang hampir identik. Ini menunjukkan manusia telah membawa
bakteri kusta saat berpindah ke Afrika pada 100 ribu tahun lalu.
Menurut catatan, usia tertua pseudogen (disfungsi gen) bakteri kusta menunjukkan
ketidakaktivan gen mulai terjadi pada 20 juta tahun lalu. Pada periode itu dilihat sebagai titik
nenek moyang bakteri kusta berpindah ke nenek moyang manusia awal dan beralih berkembang
secara bebas.
Parasit ini bersembunyi dengan bermutasi atau menghapus molekul berbahaya, dengan
tetap mempertahankan inangnya. Kondisi ini menyebabkan kerusakan pada kekebalan tubuh
manusia.
Yang menarik juga adalah, temuan para ilmuwan sejalan dengan catatan kitab-kitab suci
agama semit - Yahudi, Kristen, Islam. Dalam tarikh Perjanjian Lama, perlakuan khusus
(diasingkan dari pemukiman) bagi penderita kusta merupakan hukum tertulis dalam tatanan
bangsa Israel.
Alquran dan Alkitab juga telah mencatat kisah Ayyub ketika diuji kesabarannya dengan
penderitaan, termasuk penyakit kusta. Dari Surah Ali Imran 49 dan Al Maidah 110, Al Quran
menjelaskan bahwa di dunia ini ada suatu penyakit yang disebut sofak (kusta).
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Hubungan antropologi dan sosiologi kesehatan
2. Hubungan perkembangan nilai budaya dengan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
Di daerah Langkat, Sumatera Utara ada kebudayaan yang melarang ibu nifas
untuk melakukan mobilisasi selama satu minggu sejak persalinan. Ibu nifas harus bedrest
total selama seminggu karena dianggap masih lemah dan belum mampu beraktivitas
sehingga harus istirahat di tempat tidur. Mereka juga menganggap bahwa dengan ilmu
pengetahuan saat ini bahwa dengan beraktivitas maka proses penyembuhan setelah
persalinan akan terhambat. Hal ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa
ibu nifas harus melakukan mobilisasi dini agar cepat pulih kondisinya. Dengan
mengetahui kebudayaan di daerah tersebut, petugas kesehatan dapat masuk perlahan-
lahan untuk memberi pengertian yang benar kepada masyarakat.
Di sisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam arti
kebudayaan yang berlaku tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung dengan
aspek kesehatan. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung kebudayaan
tersebut. Tetapi kadangkala rasionalisasinya tidak tepat sehingga peran petugas kesehatan
adalah meluruskan anggapan tersebut. Sebagai contoh, ada kebudayaan yang
menganjurkan ibu hamil minum air kacang hijau agar rambut bayinya lebat. Kacang hijau
sangat baik bagi kesehatan karena banyak mengandung vitamin B yang berguna bagi
metabolisme tubuh. Petugas kesehatan mendukung kebiasaan minum air kacang hijau
tetapi meluruskan anggapan bahwa bukan membuat rambut bayi lebat tetapi karena
memang air kacang hujau banyak vitaminnya. Ada juag kebudayaan yang menganjurkan
ibu menyusui untuk amakan jagung goring (di Jawa disebut marning) untuk
melancarkan air susu. Hal ini tidak bertentangan dengan kesehatan. Bila ibu makan
jagung goring maka dia akan mudah haus. Karena haus dia akan minum banyak. Banyak
minum inilah yang dapat melancarkan air susu.
Dalam makalah ini kita mempelajari tentang perkembangan nilai budaya dan
kaitannya dengan kesehatan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan pentingnya petugas
kesehatan mempelajari kebudayaan di suatu wilayah agar dapat memperbaiki status
kesehatan masyarakat di daerah tersebut.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat guna-
guna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta
pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia memiliki dukun atau tetua adat sebagai
penyembuh orang yang terkena guna-guna tersebut. Cara yang digunakan juga berbeda-
beda masing-masing suku. Begitu pula suku-suku di dunia, mereka menggunakan
pengobatan tradisional masing-masing untuk menyembuhkan anggota sukunya yang
sakit.
Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota
sukunya jari kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia
terkena penyakit tuberkulosis maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu
disebabkan oleh serangan tukang sihirdan korban tidak akan sembuh sampai serangan itu
berhenti.
Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat disebabkan
oleh dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena dapat mencari
pertolongan ke dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan suatu upacara
penyembuhan maka Shaman akan mengeluarkan benda asing itu dari tubuh pasien.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Jadi Hubungan Antropologi dan sosiologi kesehatn yaitu data mengenai
konsepsi dan dan sikap penduduk desa tentang kesehatan, tentang sakit,
terhadap dukun, terhadap obat-obatan tradisional, terhadap kebiasaan dan
pantangan makan dan ssebagainya. Ilmu antropologi juga memberi kepada
dokter kesehatan masyarakat yang akan bekerja dan hidup di berbagai
daerah dengan berbagai macam aneka warna adat dan budaya. Metode-
metode dan cara-cara untuk segera mengerti dan menyesuaikan diri dengan
kebudayaan dan adat-adat lain.
Dan kita juga bisa mengambil kesimpulan dari makalah ini bahwa Setiap
manusia yang hidup di muka bumi ini pasti dan tidak akan lepas dari gejala-
gejala maupun konsekuensi penyakit, baik dalam aspek fisik, mental,
medikal dan aspek sosial.
DAFTAR PUSTAKA
George M. Foster Barbara Gallatin Anderson 1986 Antropologi Kesehatan, Jakarta
Hanum Marimbi 2009 Sosiologi Dan Antropologi Kesehatan. Penerbit Nuha Medika,
Yokyakarta
Setiadi,Elly M.Effendi.Ridwan.2012.Ilmu Soisal & Budaya Dasar.Jakarta:Kencana.
http//makalah-nilai-sosial-budaya.html