Anda di halaman 1dari 34

PRESENTASI KASUS

MOLA HIDATIDOSA

OLEH

DANI ADRIAN

61111058

PEMBIMBING : Dr. Fauzi Maridin, Sp.OG

SMF / BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH EMBUNG FATIMAH

BATAM

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan Presentasi Kasus ini dengan judul MOLA
HIDATIDOSA. Penyelesaian laporan kasus ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus
kepada :
1. Dr. Fauzi Maridi, Sp.OG selaku Pembimbing presentasi kasus ini.
2. Kedua Orang Tua saya yang selalu memotivasi sehingga penyelesaian presentasi
kasus ini bisa terselesaikan tepat waktu.
3. Teman-teman sejawat yang telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian
presentasi kasus ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan presentasi kasus ini baik
secara langsung ataupun tidak langsung.
Penulis sangat menyadari bahwa presentasi kasus ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan presentasi kasus ini. Semoga
presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tenaga kesehatan terkhusus dalam
bidang ilmu Obstetri dan Ginekologi.

Batam, Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I
STATUS OBSTETRI

No Rekam Medik : 130592


IDENTITAS PASIEN
NAMA : Ny. T
UMUR : 26 Tahun
ALAMAT : Bukit Kemuniang Blok A no. 7
PEKERJAAN : Ibu rumah tangga
AGAMA : Islam
NAMA SUAMI : Asep Rudianto
UMUR : 28 Tahun
ALAMAT : Bukit Kemuniang Blok A no. 7
PEKERJAAN : Wiraswasta
AGAMA : Islam
TANGGAL MASUK : 15 -09- 2015

ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA
Nyeri perut bagian bawah dan pendarahan melalui jalan lahir.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Seorang perempuan berusia 26 tahun di antar oleh suaminya datang ke UGD Rumah
Sakit Umum Daerah Embung Fatimah Kota Batam dengan keluhan Nyeri perut bagian bawah
dan pendarahan melalui jalan lahir sejak 7 jam sebelum masuk ke rumah sakit. Darah yang
keluar berbentuk gumpalan dan berwarna merah kehitaman. Nyeri perut mulai terasa sejak 6 jam
sebelum masuk kerumah sakit, nyeri perut terasa melilit terutama dibawah umbilikus yang
menyebar ke daerah subkostal kanan.
Empat bulan sebelumnya pasien di diagnosa hamil oleh seorang bidan berdasarkan uji
kehamilan urin positif.keluhan pendarahan mulai dirasakan sejak 2 bulan yang lalu setelah
didiagnosa hamil. Ketika itu keluar bercak- bercak pendarahan berwarna merah kehitaman dari
jalan lahir, kemudian pasien berobat kebidan dan dirujuk ke spesialis kebidanan. selain itu
dikeluhkan jantung berdebar debar dan mudah lelah selama sakit.

RIWAYAT MENSTRUASI
Pasien mengaku pertama kali haid pada usia 14 tahun. Siklus haid nya teratur dan rutin setiap
bulannya. Siklus haid 28 hari, lamanya 3-4 hari.
Untuk kehamilan nya yang sekarang, HPHT adalah tanggal 03 Mei 2015.

RIWAYAT PERKAWINAN
Menikah 1 x pada tahun 2014.

RIWAYAT PEMERIKSAAN KEHAMILAN


Pasien pada saat hamil jarang memeriksakan kandungan nya ke bidan dan tidak pernah
melakukan USG sebelumnya.

RIWAYAT PENYAKIT DAN OPERASI YANG DIALAMI


Pasien mengaku belum pernah keguguran, tidak pernah mengalami operasi sebelumnya.

RIWAYAT KONTRASEPSI
Pasien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.

RIWAYAT ALERGI
Pasien tidak mempunyai alergi obat dan makanan

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Hipertensi (-),DM(-),Asma(-),tumor(-).
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ht (-), DM(-), Asma(-)

PEMERIKSAAN FISIK
Status Pasien
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Berat Bdan : 45 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 118 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,8 0C

KEPALA
Bentuk : Normocepali
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), ,sklera tidak ikterik
Mulut : Bibir pucat, lidah tidak kotor.
Leher : Tidak ditemukan pembesaran Kelenjar Getah Bening
THORAKS
Jantung : bunyi jantung 1 dan 2 reguler, tidak ditemukan murmur dan gallop
Paru-paru : suara nafas vesikuler, tidak ditemukan wheezing, tidak ditemukan ronkhi
EKSTREMITAS
Tidak ditemukan edema, akral hangat (+/+)
STATUS GINEKOLOGI

Abdomen :

Inspeksi : bejolan (-), striae gravidarum (-), jaringan sikatrik (-),

luka bekas operasi (-).

Palpasi : Teraba massa diregio dengan konsistensi kistik

Perkusi : Tympani

Auskultasi : Bising usus normal

Genitalia :

Inspeksi : Mons pubis dan Vulva dalam batas normal. Ada bekas bercak
darah yang keluar dari vagina

Inspekulo : tidak dilakukan


PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM

Darah Rutin (15 September 2015)

Hb : 5,2 g/dl

Ht : 16%

Leukosit : 9.200/ul

Eritrosit : 2,4 juta/ul

Trombosit : 169 ribu/ul

Masa Pendarahan (BT): 730

Masa Pembekuan (CT): 1130

Golongan Darah ABO/ Rh : AB /Rh +

HBsAg : negative
Anti HIV : VCT non reaktif.

DIAGNOSIS KERJA

G1P0A0 HAP a.i Mola hidatidosa

PENATALAKSANAAN

Tindakan:

Observasi TTV
Observasi pendarahan
Pasang Kateter
Konsul Penyakit Dalam
Siapkan darah 3 kolf
Curetase
Terapi medikamentosa:
IVFDRL 20 tpm
Bisoprolol 5 mg
Inj. Ceftriaxon
Inj. Vit K
Asam Traneksamat 50 mg
Inj. Gentamicin
Ca. Glukonas
Inj. Furosemid
Inj. Dexamethasone
Thyrozol 1x1

FOLLOW UP

Tanggal 15 - September - 2015

(Ruang VK) 13.45 WIB

S Pasien diantar ke ruangan VK (13.45)


Keluhan : Pendarahan pervaginam dan nyeri hebat pada perut bagian
bawah
O Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : CM

TD : 130/90 mmHg

N : 120x/i

R : 24x/i

S : 36,6 oC

Abdomen: Peristaltik Usus(+) Normal, perut terasa tegang

Ekstremitas: Akral dingin

A G1P0A0 HAP a.i Mola hidatidosa

P Guyur Cairan RL
Pasang DC
Cek Labor
Observasi pendarahan
Siapkan darah 3 kolf
Konsul penyakit dalam

(Ruang VK) 14.00 WIB

S Keluhan : Pendarahan pervaginam dan nyeri hebat pada perut bagian


bawah
O Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : CM

T : 150/100 mmHg

N : 110x/i

R : 24x/i

S : 36,7 oC

Kepala

Mata : Konjungtiva : anemis

Sklera : tidak ikterik

Thorax : DBN

Abdomen : BU (+) Normal, teraba keras

Ekstremitas : Akral Dingin

Hasil Laboratorium

Hb : 5,2 g/dl

Ht : 16%

Leukosit : 9.200/ul

Eritrosit : 2,4 juta/ul

Trombosit : 169 ribu/ul

Masa Pendarahan (BT): 730

Masa Pembekuan (CT): 1130

Golongan Darah ABO/ Rh : AB /Rh +


HBsAg : negative
Anti HIV : VCT non reaktif.

A G1P0A0 HAP a.i Mola hidatidosa

P Konsul dr. Fauzi, Sp.og


- Laporkan hasil Lab
- Siapkan transfusi darah
- Konsulkan ke penyakit dalam
Konsul dengan Penyakit dalam
- Transfusi PRC 3 Kolf dengan premed Dexamethasone 1 ampul dan
Furosemid 1 ampul
- Setelah Kolf ke- 2 masukkan Furosemid 1 ampul
- Setelah Kolf ke- 3 masukkan Ca. Glukonas 1 kolf
- Cek ulang DL

(Ruang VK) 19.00 WIB

S Keluarga Pasien datang membawa darah 3 kolf PRC dengan no. pack:
1. 451P598
2. 303122510
3. 415P6331
Keluhan : Pendarahan pervaginam dan nyeri hebat pada perut bagian
bawah
O

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : CM

T : 150/110 mmHg

N : 120x/i

R : 26x/i

S : 36,7 oC

Kepala

Mata : Konjungtiva : anemis

Sklera : tidak ikterik

Thorax : DBN
Abdomen : BU (+) Normal, teraba keras

Ekstremitas : Akral Dingin

A G1P0A0 HAP a.i Mola hidatidosa

P
Guyur RL Taki dan Widahest taka
Inj. Dexamethasone 1 ampul
Inj. Furosemide 1 ampul
Transfusi kolf 1 dimulai

(Ruang VK) 19.30 WIB

S Keluhan : Pendarahan pervaginam dan nyeri hebat pada perut bagian


bawah
O Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : CM

T : 140/95 mmHg

N : 94x/i

R : 24x/i

S : 36,7 oC

Urine out putt: 100 cc

Kepala

Mata : Konjungtiva : anemis

Sklera : tidak ikterik


Thorax : DBN

Abdomen : BU (+) Normal, teraba keras

Ekstremitas : Akral Dingin

A G1P0A0 HAP a.i Mola hidatidosa

P Beritahu keadaan umum pasien


Observasi TTV dan Pendarahan pervaginam
Guyur Nacl
Terpasang O2 2 liter
Konfirmasi Dokter Interensif

(Ruang VK) 22.30 WIB

S Keluhan : Pendarahan pervaginam aktif dan nyeri hebat pada perut


bagian bawah
O Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : CM

T : 107/78 mmHg

N : 100x/i

R : 18x/i

S : 36,7 oC

Urine out putt: 200 cc

Kepala

Mata : Konjungtiva : anemis


Sklera : tidak ikterik

Thorax : DBN

Abdomen : BU (+) Normal, teraba keras

Ekstremitas : Akral Dingin

A G1P0A0 HAP a.i Mola hidatidosa

P Konsul dengan dr. Fauzi, Sp.OG


Siapkan darah 2 kolf lagi
Inj. Ceftriaxone 2x1 iv
Amoxicilin 3x500 mg tab
Persiapan Kuretase
Terpasang O2 2 liter
Konsul penyakit dalam
Inj. Asam traneksamat 1 ampul
Vit K 1 ampul
Guyur cairan RL dan perbaikan Keadaan Umum
Observasi TTV dan pendarahan tiap 15 menit

(Ruang VK) 22.45 WIB

S Keluhan : Pendarahan Aktif pervaginam dan nyeri hebat pada perut


bagian bawah
O Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : CM

T : 114/ 70 mmHg

N : 72x/i
R : 18x/i

S : 36,7 oC

Kepala

Mata : Konjungtiva : anemis

Sklera : tidak ikterik

Thorax : DBN

Abdomen : BU (+) Normal, teraba keras

Ekstremitas : Akral Dingin

Hasil Laboratorium

Hb : 5,8 g/dl

Ht : 17%

Leukosit : `18.600/ul

Eritrosit : 2,3 juta/ul

Trombosit : 145 ribu/ul

Masa Pendarahan (BT): 30

Masa Pembekuan (CT): 700

Golongan Darah ABO/ Rh : AB /Rh +

HBsAg : negative
Anti HIV : VCT non reaktif.

A G1P0A0 HAP a.i Mola hidatidosa

P Beritahu keadaan umum pasien


Observasi TTV dan Pendarahan pervaginam
Guyur Nacl
Terpasang O2 2 liter

(Ruang VK) 23.30 WIB

S Keluhan : Pendarahan Aktif pervaginam dan nyeri hebat pada perut


bagian bawah
O Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : CM

T : 114/ 70 mmHg

N : 72x/i

R : 18x/i

S : 36,7 oC

Kepala

Mata : Konjungtiva : anemis

Sklera : tidak ikterik

Thorax : DBN

Abdomen : BU (+) Normal, teraba keras

Ekstremitas : Akral Dingin

A G1P0A0 HAP a.i Mola hidatidosa

P Inform konsen dengan keluarga pasien tentang rencana tindakan


Persiapan Kuretase
Konsul dengan dokter Anastesi
Ganti cairan infus Taki dengan gelufusine
Kuretase
Masukkan Gastrul 2 tablet melalui rektal
Inj. Metergin 1 ampul iv
Pasang tamplon 1x24 jam
Jaringandi PA kan
Cairan infus Gelufusine drip sinto: metergin 1:1 (20 tpm)
Terapi oral:
Amoxicilin tab 3x1
Asam mefenamat tab 3x1
Metil ergometrin
SF 1x1

(Ruang VK) 16 september 2015 (02.30 WIB)

S Keluhan : -

O Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : CM

T : 135/ 10 mmHg

N : 98x/i

R : 23x/i

S : 36,9 oC

Kepala

Mata : Konjungtiva : anemis

Sklera : tidak ikterik

Thorax : DBN
Abdomen : BU (+) Normal

Ekstremitas : Akral Dingin

A Post Kuretase a.i Mola Hidatidosa

P Beritahu keadaan umum pasien


Observasi TTV dan Pendarahan pervaginam
Tamplon Aff pagi ini
Cek Hb post transfusi

(Ruang VK) 16 september 2015 (06.30 WIB)

S Keluhan : lemas dan pusing

O Keadaan Umum : sedang

Kesadaran : CM

T : 143/ 95 mmHg

N : 72x/i

R : 18x/i

S : 36,8 oC

Kepala

Mata : Konjungtiva : anemis

Sklera : tidak ikterik

Thorax : DBN

Abdomen : BU (+) Normal

Hasil Laboratorium

Hb : 6,3 g/dl
Ht : 18%

Leukosit : `22.000/ul

Eritrosit : 2,2 juta/ul

Trombosit : 100 ribu/ul

MCV: 79,7 fl

MCH: 27,6 pg

MCHC: 34,8 gr/dl

A Post Kuretase a.i Mola Hidatidosa

P Beritahu keadaan umum pasien


Observasi TTV dan Pendarahan pervaginam
Cairan infus RL 20 tpm
Pasien di observasi di ruangan Nifas

(Ruang Nifas) 16 september 2015 (10.30 WIB)

S Pasien tiba di ruangan Nifas


Keluhan : lemas dan pusing
O Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CM

T : 143/ 95 mmHg

N : 72x/i

R : 18x/i

S : 36,8 oC

Kepala
Mata : Konjungtiva : anemis

Sklera : tidak ikterik

Thorax : DBN

Abdomen : BU (+) Normal

A Post Kuretase a.i Mola Hidatidosa

P
Observasi TTV dan Pendarahan pervaginam
Cairan infus RL 20 tpm
Terapi oral (+)
Inj. Vit. K 1 ampul
Konsultasi Penyakit Dalam
Inj. Ca. Glukonas
Diet makanan lunak tinggi kalori tinggi protein
Transfusi PRC
Inj. Asam Traneksamat 1 Ampul
Inj. Furosemid 1/2 Ampul + dexamethasone 1 Ampul Premed
Inj. Ca. Glukonas 1 Ampul
Thyrozol 1x 10 mg
Pasang kateter
Cek DL Besok Pagi

(Ruang Nifas) 16 september 2015 (14.30 WIB)

S Keluhan : lemas dan pusing

O Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CM
T : 143/ 95 mmHg

N : 72x/i

R : 18x/i

S : 36,8 oC

Kepala

Mata : Konjungtiva : anemis

Sklera : tidak ikterik

Thorax : DBN

Abdomen : BU (+) Normal

A Post Kuretase a.i Mola Hidatidosa

P
Observasi TTV dan Pendarahan pervaginam
Cairan infus RL 20 tpm
Terapi oral (+)
Inj. Vit. K 1 ampul
Konsultasi Penyakit Dalam
Inj. Ca. Glukonas
Diet makanan lunak tinggi kalori tinggi protein
Transfusi PRC
Inj. Asam Traneksamat 1 Ampul
Inj. Furosemid 1/2 Ampul + dexamethasone 1 Ampul Premed
Inj. Ca. Glukonas 1 Ampul
Thyrozol tab 1x 10 mg
Pasang kateter
(Ruang Nifas) 16 september 2015 (21.00 WIB)

S Keluhan : pusing

O Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CM

T : 120/ 70 mmHg

N : 72x/i

R : 20x/i

S : 36,8 oC

Kepala

Mata : Konjungtiva : anemis

Sklera : tidak ikterik

Thorax : DBN

Abdomen : BU (+) Normal

A Post Kuretase a.i Mola Hidatidosa

P
Observasi TTV dan Pendarahan pervaginam
Cairan infus RL 20 tpm
Diet makanan lunak tinggi kalori tinggi protein
Aff DC
Cek DL Besok Pagi

(Ruang Nifas) 17 september 2015 (09.30 WIB)

S Keluhan : lemas, pusing dan belum BAB

O Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : CM

T : 120/ 80 mmHg

N : 68x/i

R : 18x/i

S : 36,8 oC

Kepala

Mata : Konjungtiva : anemis

Sklera : tidak ikterik

Thorax : DBN

Abdomen : BU (+) Normal

Ektremitas : Akral Hangat

Hasil Laboratorium

Hb : 9,8 g/dl

Ht : 28 %

Leukosit : `31.400/ul

Eritrosit : 3,8 juta/ul

Trombosit : 128 ribu/ul

A Post Kuretase a.i Mola Hidatidosa

P
Observasi TTV dan Pendarahan pervaginam
Cairan infus RL 20 tpm
Diet makanan lunak tinggi kalori tinggi protein
Thyrozol tab 1x 10 mg.

(Ruang Nifas) 17 september 2015 (20.30 WIB)

S Keluhan : lemas, pusing dan belum BAB

O Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CM

T : 110/ 80 mmHg

N : 65x/i

R : 18x/i

S : 36,8 oC

Kepala

Mata : Konjungtiva : Tidak anemis

Sklera : tidak ikterik

Thorax : DBN

Abdomen : BU (+) Normal

Ektremitas : Akral Hangat

CRT: > 2 detik

A Post Kuretase a.i Mola Hidatidosa

P
Observasi TTV dan Pendarahan pervaginam
Diet makanan lunak tinggi kalori tinggi protein
Inj. Asam Traneksamat 1 Ampul
Inj. Vit K 1 Ampul
Thyrozol tab 1x 10 mg.
Aff Infus

(Ruang Nifas) 18 september 2015 (08.30 WIB)

S Keluhan : -

O Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CM

T : 110/ 80 mmHg

N : 76x/i

R : 18x/i

S : 36,8 oC

Kepala

Mata : Konjungtiva : Tidak anemis

Sklera : tidak ikterik

Thorax : DBN

Abdomen : BU (+) Normal

Ektremitas : Akral Hangat

CRT: > 2 detik

A Post Kuretase a.i Mola Hidatidosa

P Pasien Boleh Pulang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. DEFINISI

Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis, mengalami perubahan berupa degenerasi
hidropik (Ilmu Kebidanan, Sarwono)

Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villus korialis
langka vaskularisasi, dan edematus (Ilmu Kandungan, Sarwono).

Secara makroskopik, Mola Hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-


gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran yang bervariasi dari
beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm. Gambaran histopatologik yang khas dari Mola
Hidatidosa ialah edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili / degenerasi hidropik dan
proliferasi sel-sel trofoblas.(2)

Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)

II.2. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi Mola Hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin dibandingkan
dengan negara negara barat. Dinegara negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan. Di
negara-negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Soejoenoes dkk (1967) melaporkan 1:85
kehamilan Rs. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:31 Persalinan dan 1:49 kehamilan. Luat A
siregar (Medan) tahun 1982 : 11 16 per 1000 kehamilan; Soetomo (Surabaya) : 1:80
Persalinan. Djamhoer Martaadisoebrata (Bandung): 9 - 21 per 1000 kehamilan. Biasanya
dijumpai lebih sering pada umur reproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan
meningkatkan paritas kemungkinan menderita Mola lebih besar.(5)

II.3. ETIOLOGI

Sejauh ini penyebabnya masih belum diketahui, faktor faktor yang dapat
menyebabkan antara lain (1,2,3,4,5,6,7) :
1. Faktor ovum.
2. kekurangan gizi pada ibu hamil.
3. Wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun juga berada dalam
risiko tinggi.
3. Paritas tinggi.
4. keadaan sosio-ekonomi yang rendah.
5. Mengkonsumsi makanan rendah protein, asam folat.
6. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

II.4. PATOLOGI

Gangguan vaskularisasi fetus pada ovum patologik embrio mati/tidak ada pada usia
kehamilan 3-5 minggu sel-sel trofoblast masih mendapat nutrisi dari ibu melalui ruang
intervillosus penimbunan cairan dalam jaringan masenkim dan villi (terbentuk kista-kista
kecil), berlangsung terus menerus terbentuk mola hidatidosa yang khas (tidak ada peredaran
darah khorion, villi yang kistik, sel-sel trofoblast yang berproliferasi, embrio mati/tidak ada,
peredaran darah ibu masih ada).

Mola hidatidosa terbagi menjadi (2,3,4):


1. Mola Hidatidosa Sempurna
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel vesikel jernih. Ukuran vesikel
bervariasi dari yang sulit dilihat,berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering
berkelompok kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh:
- Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus.
- Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak.
- Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi.
- Tidak adanya janin dan amnion.
2. Mola Hidatidosa Parsial
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin
tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada
sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi villi berpembuluh lainnya dengan
sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena (2).
Penyakit Trofoblast ganas jenis villosum.
Penyakit trofoblast ini tumbuh sesudah mola hidatidosa. Gejala-gejalanya :(2)
a. Kadar HCG pasca mola setelah menurun,tidak menurun terus menerus malahan dapat
meningkat lagi.
b. Adanya amenorrea yang diikuti oleh perdarahan dari uterus yang tidak teratur.
c. Dapat ditemukan kista kista tekalutein pada kedua ovarium.
Untuk diagnosis perlu dilakukan kerokan, histerografi, atau histeroskopi. Pada kerokan
ditemukan villus-villus, biasanya dengan proliferasi trofoblast yang berlebihan atau hasilnya
negatif.(2,4)
Angiografi dapat memperlihatkan gambaran vskularisasi yang abnormal didaerah invasi.
Histerogram dapat memberi gambaran kavum uteri yang tidak rata.
Penanganan, dahulu penyakit ini ialah histerektomi, akan tetapi sekarang dengan adanya
kemoterapi dapat disembuhkan tanpa operasi. Kemoterapi dimulai dengan Methotrexat dan
Dactinomycin. Jika obat pertama tidak memenuhi harapan, yang dapat diukur dengan tingkat
kadar HCG diberikan obat kedua. Dosis dengan Methotrexate ialah 0,4 mg/kgbb sehari diberikan
intramuskulus untuk 5 hari.(2,4)
Penyakit trofoblast ganas non villosum
Penyakit ini dibagi menjadi 2 golongan ialah (2,4)
1.
Golongan dengan resiko rendah
Pada penyakit ini dapat ditemukan metastasis di paru-paru /alat-alat genital, dan kadar
HCG yang tetap tinggi tidak melebihi 100.000 Mu/ml. Umumnya penyakit diketahui dan
diobati selam kurang dari 4 bulan, setelah mola dikeluarkan.
Untuk membuat diagnosis perlu ditentukan tidak adanya metastasis diotak, hepar, dan
traktus digestivus. Jika pada biopsi (misalnya metastasis di vagina) ditemukan villus, hal
ini menunjukkan bahwa penyakit ini adalah penyakit trofoblast ganas villosum.
Penanganan, dimulai dengan pemberian berturut-turut Methotrexate dalam dosisi rendah
dan Dactinomycin dalam dosis rendah.
2.
Golongan dengan resiko tinggi (2,4)
Terdapat tidak saja metastasis diparu-paru dan alat-alat genital, melainkan juga diotak,
dihepar, dan di traktus digestivus. Diagnosis dalam hal ini baru dipikirkan apabila
ditemukan kadar HCG tinggi. MRI kiranya dapat dipakai untuk mendeteksi metastasis
diotak.
Penanganan, dapat diberikan secara berturut-turut Methotrexate dan Actinomycin dosis
tinggi

II.5. GEJALA KLINIS


a. Amenorrhoe dan tanda tanda kehamilan.
b. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. merupakan
gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama
berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia
defisiensi besi.
c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
d. Tidak dirasakan tanda tanda adanya gerakan janin maupun ballotement.
e. Hiperemesis, Pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.
f. Preeklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke 24.
g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti.
h. Tirotoksikosis.
II.6. DIAGNOSIS (1,2,3,4,5,6,7)
1. Klinis
a. Berdasarkan anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut muka
mola (mola face).
Palpasi :
- Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
- Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
Pemeriksaan dalam :
- Memastikan besarnya uterus
- Uterus terasa lembek
- Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis
2. Laboratorium
Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi maka uji biologik
dan imunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah titrasi (pengeceran) :Galli
Mainini 1/300 (+) maka suspek molahidatidosa.
3. Radiologik
- Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin
- USG : ditemukan gambaran snow strom atau gambaran seperti badai salju.
4. Uji Sonde (cara Acosta-sison)
Tidak rutin dikerjakan. Biasanya dilakukan sebagai tindakan awal curretage.
5. Histopatologik
Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke Lab. Patologi Anatomi

II.7. DIAGNOSIS BANDING


Kehamilan Ganda.
Abortus Iminens
Hidroamnion
Kario Karsinoma
II.8. KOMPLIKASI
-Perdarahan yang hebat sampai syok
- Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
- Infeksi sekunder
- Perforasi karena tindakan atau keganasan

II.9. PENATALAKSANAAN
1. perbaiki keadaan umum
yang termasuk usaha ini misalnya pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok
atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau
tirotoksikosis.
2. pengeluaran jaringan mola, ada 2 cara :
vakum kuratase
setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuratase tanpa pembiusan.
Untuk memperbaiki kontraksi diberikan uterotonika. Vakum kuratase
dilanjutkan dengan kuratase dengan menggunakan sendok kuret biasa yang
tumpul. Tindakan kuret cukup dilakukan 1 kali saja, asal bersih. Kuret kedua
hanya dilakukan bila ada indikasi.
Histerektomi.
Tindakn ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup
mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua
dan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan.
Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak
jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan
histopatologik sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa mola
invasif/koriokarsinoma.

3. Pengawasan Lanjutan
a. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.
b. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :
Setiap minggu pada Triwulan pertama
Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
c. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a.Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
b.Pemeriksaan dalam :
-Keadaan Serviks
-Uterus bertambah kecil atau tidak
d. Laboratorium
Reaksi biologis dan imunologis :
-1x seminggu sampai hasil negatif
-1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
-1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
-1x3 bulan selama tahun berikutnya
-Kalau hasil reaksi titer masih (+)maka harus dicurigai adanya keganasan
4.Sitostatika Profilaksis
Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari

II.10. PROGNOSIS
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau
tirotoksitosis. Di negara maju kematian karena mola hampir tidak ada lagi. Akan tetapi, dinegara
berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian dari pasien mola
akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, akan tetapi ada sekelompok
perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.
BAB III
KESIMPULAN

1. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi


Korialisnya mengalami perubahan hidrofobik.
2. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan Amerika Latin.
3. Mola hidatidosa terbagi menjadi :
a. Mola hidatidosa sempurna
b. Mola hidatidosa parsial.
4. Perdarahan pervaginaan dari bercak sampai perdarahan berat merupakan
gejala utama dari mola hidatidosa.
5. Diagnosis ditegakkan berdasarkan Anamnesa, Pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam,
laboratorium, radiologik dan histopatologik
6. Penatalaksanaan :
a. Evakuasi : Kuret atau kuret isap
b. Pengawasan lanjut : Periksa ulang selama 2-3 tahun
c. Terapi profilaksis : Pemberian Metotreksat (MTX)
7. Komplikasi
- Syok
- Anemia
- Infeksi Sekunder
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI


LAB/UPF. KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN.RSUD DOKTER
SOETOMO SURABAYA. 1994. Hal 25-28.
2. Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. ILMU KANDUNGAN. Yayasan
Bina Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal . 262-264.
3. Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa. OBSETETRI PATOLOGIK. Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. ELSTAR OFFSET. Bandung.
1981. Hal 38-42.
4. Cuninngham. F.G. dkk. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri
Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930-938.
5. Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta.2001. Hal 265-267
6. Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta & Selaput Janin.
ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina pustaka SARWONO PRAWIROHARDJO.
Jakarta.2002 Hal 341-348.
7. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku
Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.

Anda mungkin juga menyukai