Anda di halaman 1dari 4

Lahan Kritis dan Lahan Potensial

Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif. Meskipun dikelola,


produktivitas lahan kritis sangat rendah. Bahkan, dapat terjadi jumlah produksi
yang diterima jauh lebih sedikit daripada biaya pengelolaannya. Lahanini bersifat
tandus, gundul, tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat
kesuburannya sangat rendah.

Faktor- Faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis, antara lain


sebagai berikut:
Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan.
Genangan air yang terus-menerus, seperti di daerah pantai yang selalu tertutup
rawa-rawa.
Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi,
pegunungan, dan daerah yang miring. Masswasting adalah gerakan masa tanah
menuruni lereng.
Pengolahan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian
lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan, daerah
yang miring, atau bahkan di dataran rendah.
Masuknya material yang dapat bertahan lama kelahan pertanian (tak dapat
diuraikan oleh bakteri) misalnya plastic. Plastik dapat bertahan 200 tahun di
dalam tanah sehingga sangat mengganggu kelestaian kesuburan tanah.
Pembekuan air,biasanya terjadi daerah kutub atau pegunungan yang sangat
tinggi.

Pencemaran, zat pencemar seperti pestisida dan limbah pabrik yang masuk ke
lahan pertanian baik melalui aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan
lahan pertanian baik melalui aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan
lahan pertanian menjadi kritis.Beberapa jenis pestisida dapat bertahan beberapa
tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu kesuburan lahan pertanian.

Jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada perlakuan perbaikan, maka
keadaan itu akan membahayakan kehidupan manusia, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Maka dari itu, lahan kritis harus segera diperbaiki. Untuk
menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh adanya lahan kritis tersebut,
pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan, yaitu melakukan rehabilitasi
dan konservasi lahan-lahan kritis di Indonesia.

Upaya penagggulangan lahan kritis dilaksanakan sebagai berikut.


1. Lahan tanah dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pertanian, perkebunan,
peternakan, dan usaha lainnya.
2. Erosi tanah perlu dicegah melalui pembuatan teras-teras pada lereng bukit.
3. Usaha perluasan penghijauan tanah milik dan reboisasi lahan hutan.
4. Perlu reklamasi lahan bekas pertambangan.
5. Perlu adanya usaha ke arah Program kali bersih (Prokasih).
6. Pengolahan wilayah terpadu di wilayah lautan dan daerah aliran sungai (DAS).
7. Pengembangan keanekaragaman hayati.
8. Perlu tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak lahan yang mengarah pada
terjadinya lahan kritis.
9. Menghilangkan unsure-unsur yang dapat mengganggu kesuburan lahan
pertanian, misalnya plastik. Berkaitan dengan hal ini, proses daur ulang sangat
diharapkan.
10. Pemupukan dengan pupuk organik atau alami, yaitu pupuk kandang atau
pupuk hijau secara tepat dan terus-menerus.
11. Guna menggemburkan tanah sawah, perlu dikembangkan tumbuhan yang
disebut Azola.
12. Memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna menurunkan zat pencemaran
yang ada pada lahan pertanian. Eceng gondok dapat menyerap pat pencemar
dan dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan. Namun, dalam hal ini kita harus
hati-hati karena eceng gondok sangat mudah berkembang sehingga dapat
menggangu lahan pertanian.

Lahan potensial adalah lahan yang belum dimanfaatkan atau belum


diolah dan jika diolah akan mempunyai nilai ekonimis yang besar karena
mampunyai tingkat kesuburan yang tinggi dan mempunyai daya dukung
terhadap kebutuhan manusia. Lahan potensian merupakan modal dasar dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu harus ditangani dan
dikelola secara bijak. Daerah diluar jawa banyak memiliki daerah produktif yang
sangat potensial, tetapi belum atau tidak dimanfaatkan sehingga daerah ini
dikenal dengan daerah yan sedang tidur.

Dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi, tekanan terhadap tanah


semakin meningkat. Hutan di luar pualu jawa di ubah menjadi lahan pertanian,
kawasan pertambangan, dan perkebunan. Sementara itu, lahan pertanian di
pulau Jawa diubah menjadi kawasan pemukiman dan industri serta waduk.
Kehutanan, pertambangan, dan pertanian juga dapat membuat tanah menjadi
tidak produktif untuk kegiatan ekonomi lebih lanjut.

Program untuk meningkatkan produksi pangan dan perluasan


pemukiman dalam skala besar-besaran telah memberikan kontribusi dalam
pembukaan hutan dan belukar. Hal ini menyebabkan meningkatnya erosi,
berkurangnya kesuburan dan produktivitas lahan, serta hilangnya habitat.
Walaupun sejumlah kawanan alami, baik daratan maupunhutan, telah dilindungi
dari dampak kegiatan manusia melalui penetapannyasebagai cagar alam dan
taman nasional, sejumlahbesar lahan masih belum diusahakan oleh manusia
secara optimal.

Lahan potensial merupakan modal dasar dalam upaya meningkatkan


kesejahteraan hidp manusia. Maka dari itu, harus ditangani secara bijaksana
dalam pemanfaatan lahan potensial dan jangan sampai malah merusak
lingkungan.
Lahan potensialtersebar di tiga wilayah utama daratan, yaitu di daerah pantai,
dataran rendah, dan dataran tinggi. Lahan-lahan di wilayah pantai didominasi
oleh tanah alluvial (tanah hasil pengendapan). Tanahini cukup subur karena
banyak mengandung mineral-mineral yang diangkut bersama lumpur oleh
sungai kemidian diendapkan di daerah muara sungai.

Mulai dataran pantai sampai ketinggian 300 m dari permukaan laut


merupakan areal lahan dataran rendah. Bila curah hujannya cukup memadai,
zona dataran rendah ini merupakan wilayah lahan hutan hujan tropis yang
sangat subur.
Mulai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut merupakan wilayah
tanah tinggi, kondisi wilayahnya merupakan lahan bergelombang, berbukit-bukit
sampai daerah pegunungan. Bagi daerah-daerah tanah tnggi yang dipengaruhi
oleh gunung berapi,kondisi lahannya di dominasi oleh tanah vulkanik yang subur
yang terkandung mineral haranya cukup tinggi.

Daerah pegunungan yang memiliki curah hujan tinggi, merupakan


daerah yang rawan erosi tanah. Selain proses erosi, di daerah-daerah yang
memiliki crah hujan tinggi keadaan tanahnya biasanya berwarna merah
kecoklatan (pucat), karena unsure-unsur hara dan humusnya banyak tercuci dan
terhanyutkan oleh air hujan. Jenis tanah ini kurang subur. Conth tanah yang
sudah banyak mengalami pencucian di antaranya tanah latosol dan tanah
podzolik serta tanah laterit.

Upaya-upaya pelestarian dan peningkatan manfaat lahan-lahan


potensial dilaksanakan antara lain dengan cara berikut.
1. Merencanakan penggunaan lahan yang digunakan manusia.
2. Menciptakan keserasian da keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan
lahan dalam wilayah tertentu.
3. Merencanakan penggunaan lahan kota agar jangan sampai menimbulkan
dampak pencemaran.
4. Menggunakan lahan seoptimal mungkin bagi kepentinganmanusia.
5. Memisahkan penggunaan lahan untuk permukiman, industry, pertanian,
perkantoran, dan usaha-usaha lainnya.
6. Membuat peraturan perundang-undangan yang meliputi pengaliahn hak atas
tanah untuk kepentingan umum dan peraturan perpajakan.
7. Melakukan pengkajian terhadap kebijakan tata ruang, perijinan, dan pajak
dalam kaitannya dengan konversi penggunaan lahan.
8. Menggnakan teknologi pengolahan tanah, penghijauan, reboisasi, dan
pembuatan sengkedan di aderah pegunungan.
9. Perlu usaha pemukiman penduduk dan pengendalian peladang berpindah.
10. Mengelola dengan baik daerah aliran sungai, daerah pesisir, dan daerah di
sekitar lautan.

Anda mungkin juga menyukai