iii
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
iv
TEKANAN INTRAOKULAR DAN EFEK SAMPING
TRABEKULEKTOMI DENGAN 5-FLUOROURACIL
DIBANDINGKAN MITOMYCIN C
PADA PASIEN GLAUKOMA
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
v
Lembar Pengesahan Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II
dr. Made Agus Kusumadjaja, Sp.M (K) Prof. Dr. N. K. Niti Susila, Sp.M(K)
NIP. 196008281986101001 NIP. 194506051971062001
Mengetahui
vi
Tesis Ini Telah Diuji pada
Anggota :
Pada kesempatan ini Penulis ingin memanjatkan puji syukur kepada Ida
Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa atas asung wara nugraha-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan karya tulis akhir
hasil penelitian tersebut pada masa akhir pendidikan. Tesis ini merupakan hasil
Penulis menyadari sepenuhnya tesis ini tidak mungkin dapat selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan rasa
pendidikan spesialisasi.
9. Rasa syukur kepada Ayahanda dan Ibunda kami Ir. I Made Sukaya, MM
(Alm) dan dr. Nyoman Sunerti, Sp.M; saudari kami dr. Putu Vira
Rikakaya, S.Ked yang telah memberikan bekal pendidikan, dukungan,
penelitian ini.
Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan yang berguna
Kesehatan Mata. Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, sehingga kami
mengharapkan saran dan kritik agar pada penulisan berikutnya menjadi lebih
sempurna. Semoga Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa selalu
Penulis
ABSTRAK
Nilai rerata tajam penglihatan terbaik awal adalah logMAR 1,590,63 pada
kelompok 5-FU (T-5FU) dan logMAR 1,220,69 pada kelompok MMC (T-
MMC), p=0,75. Nilai rerata TIO awal pada kelompok T-5FU adalah 36,0811,43
mmHg dan kelompok T-MMC 31,339,32 mmHg, p=0,45. Tiga bulan pasca
operasi tidak didapatkan perbedaan bermakna (p=0,86) pada nilai rerata tajam
penglihatan terbaik pada kelompok T-5FU logMAR 1,420,71 dan kelompok T-
MMC logMAR 1,030,74. Perbedaan yang tidak bermakna juga didapatkan pada
nilai rerata TIO tiga bulan pasca trabekulektomi pada kelompok T-5FU
10,421,73 mmHg dan kelompok T-MMC 9,422,57 mmHg , p=0,14. Empat
mata dari kelompok T-MMC menglami hipotoni hari pertama pasca
trabekulektomi. Seratus persen sampel mencapai TIO < 18 mmHg tanpa bantuan
obat anti glaukoma selama tiga bulan pasca operasi.
Simpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antara TIO tiga bulan pasca trabekulektomi pada kelompok T-5FU dan kelompok
T-MMC. Efek samping pada kelompok T-5FU lebih minimal dijumpai dari pada
kelompok T-MMC.
The conclusions of this study there was no significant difference from initial
best corrected visual acuity and IOP until three months after trabeculectomy on T-
5FU group and T-MMC group. Side effect in T-5FU group seems minimal
compare with T-MMC group.
Abstrak ............................................................................................................ ix
Abstract ........................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
II.1. Glaukoma...................... 6
BAB VI PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA............ 55
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 60
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
5-FU = 5-fluorouracil
MMC = Mitomycin C
PMN = Polimorfonuklear
RS = Releasable Suture
SD = Standar Deviasi
TM = Trabecular Meshwork
UM = Uveal Meshwork
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma adalah suatu gangguan penglihatan yang ditandai oleh kerusakan papil
intraokular (TIO) sebagai faktor risiko utama. Tekanan intraokular tinggi apabila
terukur dua standar deviasi (SD) di atas TIO rata-rata pada populasi normal, yaitu
dan di Indonesia setelah katarak (WHO, 2006). Menurut AAO, 2011 glaukoma
primer secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu glaukoma sudut terbuka
primer (primary open angle glaucoma, POAG) dan glaukoma sudut tertutup
pandang yang parah, sedangkan PACG pada saat serangan akut menyebabkan
nyeri kepala sehingga pasien tidak datang ke pelayanan kesehatan mata (Stamper,
merupakan salah satu pembedahan filtrasi yang sering dikerjakan pada pasien
humor akuos baru dari bilik mata depan (BMD) ke ruang subkonjungtiva.
TIO yang diinginkan atau menimbulkan efek samping yang tidak dapat ditoleransi
oleh pasien. Target TIO pasca trabekulektomi belum disepakati karena bersifat
target TIO yang diharapkan adalah 20-30% di bawah normal (AAO, 2011; Chen
pertimbangan dilakukan operasi yang lebih awal. Biaya yang dikeluarkan untuk
trabekulektomi dikatakan lebih sedikit dari pada biaya yang harus dikeluarkan
untuk membeli obat-obatan anti glaukoma seumur hidup. Pada beberapa kasus
operasi lebih awal terbukti memberikan keuntungan yang lebih baik daripada
Anti fibrosis awalnya digunakan pada pasien dengan risiko tinggi terhadap
5
mengingat potensinya yang lebih besar dari 5-FU, namun MMC dikatakan
menimbulkan efek samping yang lebih besar. Efek samping aplikasi anti fibrosis
pada trabekulektomi adalah hipotoni yang menyebabkan efusi koroid dan hipotoni
randomized clinical trial yang secara langsung membandingkan TIO dan efek
samping pada kelompok trabekulektomi dengan MMC dan 5-FU pada dua grup
paralel masih jarang dilakukan, sehingga hal ini dipandang penting untuk
didapatkan nilai rerata TIO pada kelompok trabekulektomi dengan MMC lebih
baik dari pada kelompok trabekulektomi dengan 5-FU. Penelitian oleh Rahayu,
2013 tidak mendapatkan perbedaan TIO yang bermakna sampai satu bulan pasca
satu vial MMC 16 kali lebih mahal dibandingkan harga satu vial 5-FU. Hal ini
tentu memberatkan sebagian pasien, karena anti fibrosis ini tidak ditanggung
Untuk mengetahui efek samping pada trabekulektomi dengan 5-FU lebih minimal
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Glaukoma
produksi oleh badan siliaris, resistensi jalur keluar humor akuos pada jalur
konvensional dan non konvensional, serta tekanan vena episklera (AAO, 2011,
terbuka primer dan glaukoma sudut tertutup primer (AAO, 2011). Pada glaukoma
sudut terbuka primer (primary open angle glaucoma, POAG) terjadi peningkatan
aliran keluar humor akuos. Lokasi resistensi pada TM belum diketahui secara
glaukoma sudut tertutup primer (primary angle closure glaucoma, PACG) terjadi
humor akuos (AAO, 2011; Razeghinejad dkk., 2012; Stamper dkk., 2009).
klinis, serta pemeriksaan penunjang. Pada POAG, didapatkan keluhan mata kabur,
lapang pandang yang menyempit sampai kebutaan total. Pasien umumnya datang
sudah dalam stadium lanjut dengan kerusakan lapang pandang luas. Pasien
nyeri kepala kadang-kadang dikeluhkan pasien. Pada pasien dengan PACG sering
terjadi serangan glaukoma akut yang ditandai dengan penglihatan kabur, nyeri
bola mata sampai nyeri kepala, mual muntah, berkeringat dingin disertai melihat
bayangan pelangi pada sumber cahaya (AAO, 2011; Blomquist dkk., 2005;
penglihatan pasien, pengukuran TIO penderita dengan beberapa alat yang tersedia,
evaluasi kemungkinan ada penyebab primer dari peningkatan TIO serta penyulit
yang mungkin ada, serta evaluasi papil saraf optik cahaya (AAO, 2011;
didapatkan TIO meningkat lebih dari 21 mmHg, pada pemeriksaan papil saraf
optik didapatkan peningkatan rasio cup dan disk lebih dari 0,4, serta kelainan
Pada papil saraf optik penderita glaukoma tahap lanjut dapat dievaluasi
adanya penggaungan yang terjadi karena hilangnya akson, pembuluh darah, dan
sel glia. Kehilangan jaringan diawali pada lamina kribosa disertai pemadatan dan
fusi dari laminar plates yang terutama terjadi pada kutub superior dan inferior dari
disc papil saraf optik. Pada glaukoma stadium lanjut terjadi kerusakan jaringan
yang lebih luas sampai mengenai cribiform plate. (AAO., 2011; Netland, 2008).
merupakan faktor risiko utama kerusakan papil saraf optik pada penderita
papil saraf optik pada penderita glaukoma. Teori pertama adalah teori mekanik
yang menyebutkan bahwa penekanan langsung terhadap serat akson dan struktur
dan interupsi aliran aksoplasmik yang pada akhirnya mengakibatkan kematian sel
yang diakibatkan oleh penurunan perfusi darah ke saraf optik. Penurunan perfusi
disebabkan oleh penekanan terhadap suplai darah ke saraf atau dari proses
kuantitatif terhadap diameter disc dan cup dengan cara menyesuaikan tinggi
glaukoma dengan pada orang yang memiliki penggaungan fisiologis cukup sulit
adalah: pembesaran cup secara keseluruhan, pembesaran cup pada daerah tertentu,
pada kedua mata penderita, dan atrofi peripapiler (zona beta). Untuk membedakan
11
Bjerrum atau arcuate, nasal step, defek altitudinal, dan temporal wedge. Dengan
menilai keadaan papil saraf optik dengan lebih detail serta dapat mengetahui
saraf optik, TIO, kerapuhan jaringan disc papil saraf optik, ada tidaknya penyakit
penderita terhadap pengobatan yang diberikan. Penderita yang berusia tua, TIO
tinggi yang tidak responsif terhadap pengobatan, jaringan disc yang rapuh,
penderita yang tidak patuh dalam penggunaan obat memiliki prognosis yang lebih
Humor akuos diproduksi oleh mitokondria dan mikrovili sel epitel non pigmen
dari prosesus siliaris yang merupakan epitel berlapis ganda yang menutupi inti
12
stroma dan kaya akan pembuluh darah kapiler. Humor akuous diproduksi melalui
tiga mekanisme yaitu difusi, ultrafiltrasi, dan transport aktif. Difusi adalah
pergerakan pasif dari ion-ion yang larut dalam lemak melalui membran sel karena
yang larut dalam air melalui pori-pori mikro pada membran sel karena adanya
merupakan mekanisme transport ion yang bersifat pasif. Sedangkan transport aktif
merupakan pergerakan dari substansi yang larut air tapi memiliki ukuran yang
lebih besar dan perpindahannya tidak tergantung pada adanya perbedaan tekanan
memberikan nutrisi kepada lensa. Humor akuos melewati pupil menuju BMD
sehingga dapat memberikan nutrisi kepada kornea. Aliran keluar humor akuos
dapat melalui dua jalur, jalur konvensional (jalur trabekular) dan jalur uveosklera.
melewati dinding bagian dalam kanalis Schlemm menuju lumennya, dan akhirnya
menuju saluran pengumpul, vena akuos, dan keluar melalui sistem vena episklera.
Pada jalur non konvensional, sekitar 10-20% humor akuos melewati uveal
meshwork (UM), bagian anterior dari otot siliaris menuju ruang suprakoroid dan
akhirnya keluar melalui sklera. Humor akuos diproduksi dengan laju rata-rata 2,0-
menjadi lebih rendah pada malam hari, dan akan meningkat pada siang hari. Pada
malam hari laju aliran humor akuos hanya 43% dari aliran humor akuos pada pagi
hari. Irama sirkardian ini menjadi dasar bagi pemberian obat-obatan anti
inflamasi okular, pada trauma okular, pengguna obat penurun tekanan darah, pada
penderita diabetes mellitus dan distrofia miotonik (AAO, 2011; Morrison dan
Pollack, 2003).
2011).
medika mentosa dan pembedahan. Medika mentosa biasanya diberikan pada awal
terdiri dari analog prostaglandin, penghambat reseptor selektif dan non selektif,
karbonik anhidrase oral dan topikal, agonis adernergik selektif dan nonselektif
14
terhadap 2, dan agen hiperosmosis (AAO, 2011; Giaconi dkk., 2010; Netland,
2008).
dengan terapi obat-obatan tidak tepat, tidak dapat ditolenransi, tidak efektif, atau
tidak dapat digunakan secara tepat oleh pasien sehingga pogresifitas glaukoma
terapi awal atau sebagai terapi akhir dari glaukoma (Netland, 2008). Collaborative
penglihatan pasien lebih lama. Temuan ini tidak berarti pasien yang menjalani
stabil, karena terdapat insiden katarak yang cukup tinggi pasca trabekulektomi
(AAO, 2011).
2.4 Trabekulektomi
dilakukan dengan membuka hambatan dari jaringan kornea perifer di bawah flap
sklera. Flap sklera dapat memberikan resistensi dan membatasi keluarnya humor
akuos sehingga dapat mencegah terjadinya hipotoni, BMD yang dangkal sampai
15
datar, katarak, efusi koroid serosa dan hemoragik, edema makula serta edema
papil saraf optik (AAO, 2011; Berisha dkk., 2005; Trope, 2005).
lamelar pada mata di bank mata dan kemudian pada pasien wanita dengan
glaukoma pigmental. Pada prosedur ini, flap dijahit secara ketat sehingga tidak
Cairns melakukan pembukaan terhadap tepi kanalis Schlemm, namun tidak dibuat
2012; Stamper dkk, 2009). Cairns melakukan eksisi pada kanalis Schlemm beserta
Trabekulektomi Cairns ternyata hanya dapat berfungsi baik apabila terbentuk bleb
meningkatkan tingkat kesuksesan dan mengurangi efek samping. Saat ini inovasi
humor akuos baru dari BMD ke ruang subkonjungtiva. Paradigma ini mulai
trans sklera yang bertahan dalam waktu lama. Trabekulektomi yang berkembang
16
saat ini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai sklerokeratektomi, karena tidak
dilakukan eksisi jaringan TM, melainkan dengan melakukan eksisi korneo sklera
iridektomi, penutupan flap sklera, pengaturan aliran humor akuos, dan penutupan
merotasikan bola mata ke inferior sehingga bagian limbus dan sulkus superior
dapat terlihat jelas. Prosedur ini sangat membantu dalam pembuatan flap
konjungtiva berbasis limbus. Prosedur ini sama dengan melakukan traksi pada
otot rektus superior, namun memberikan efek samping seperti ptosis dan
perdarahan sub konjungtiva (American AAO, 2011; Chen dkk., 2008; Stalmans
menggunakan antifibrosis, posisi bleb harus ditempatkan pada arah jam 12 untuk
mengurangi risiko bleb terekspos dan disestesia bleb. Teknik flap konjungtiva
humor akuos ke posterior dan menyebabkan bleb muncul di bagian posterior. Flap
penutupan luka yang lebih aman, jauh dari limbus. Insisi flap konjungtiva
berbasis limbus dilakukan 8-10 mm dari limbus superior, sehingga harus berhati-
hati agar jangan sampai mengenai otot rektus superior. Flap berbasis limbus ini
pembentukan bleb di anterior dekat limbus (AAO, 2011; Chen dkk., 2008; Trope
2008).
terdapat keharusan ukuran dari flap sklera, namun dianjurkan meiliki lebar sekitar
3-4 mm. Setelah flap sklera terbentuk harus diperhatikan supaya jangan sampai
terjadi kebocoran humor akuos terlalu awal (AAO, 2011; Chen dkk., 2008; Trope
2008).
dengan scleral punch maupun dengan pisau bedah. Operator kemudian menilai
laktat lewat parasintesis. Penjahitan flap sklera dapat dilakukan bila aliran humor
akuos sudah seperti yang diharapkan operator. Pada parasintesis tidak dilakukan
penjahitan apabila kedap udara. Apabila BMD datar pasca operasi, dapat
kembali BMD. Lubang sklerostomi harus cukup besar untuk mengindari oklusi
18
iris, tapi harus cukup kecil sehingga dapat ditutupi oleh flap sklera (AAO, 2011;
oleh iris dan mencegah terjadinya blok pupil. Saat melakukan iridektomi harus
dihindari pemotongan prosesus siliaris dan disrupsi serat zonula dan lapisan
Flap sklera dijahit secara ketat untuk menghindari BMD yang dangkal
pasca operasi dengan teknik jahitan releasable suture (RS). Setelah beberapa hari
fibrosis, tegangan jahitan dan jumlah jahitan harus disesuaikan sampai tidak
terdapat aliran spontan humor akuos. Untuk memastikan aliran masih dapat
terjadi, dapat dilakukan penekanan secara halus pada ujung sklera posterior
(AAO, 2011).
humor akuos di sekitar flap dengan menambahkan atau melepas jahitan sklera.
Setelah aliran humor akuos sesuai dengan yang diinginkan, dapat dilakukan
dapat dijahit di limbus. Untuk flap berbasis limbus, konjungtiva dan kapsula
Tenon ditutup secara terpisah atau dalam satu lapisan (AAO, 2011; Chen dkk.,
dua, efek samping segera dan efek samping lambat. Efek samping segera dapat
berupa infeksi, hipotoni, BMD dangkal, kesalahan aliran humor akuos, hifema,
penglihatan. Efek samping lambat dapat berupa kebocoran bleb, katarak, blebitis,
edoftalmitis, bleb simtomatik, hipotoni, ptosis, dan retraksi kelopak mata (AAO,
penyembuhan selanjutnya melewati tiga fase: fase inflamasi, fase proliferasi, dan
fase remodelling (Khalili, dkk., 2011; Morrison dan Pollack, 2003; Weinreb,
2007).
jumlah PMN semakin banyak, diikuti migrasi sel epitel sehingga menutupi daerah
luka. Jaringan akan bertambah tebal dalam bebrapa hari, diikuti berkurangnya
jumlah sel PMN kemudian yang diganti oleh datangnya sel mononuklear
Setelah satu minggu pasca insisi akan dimulai fase proliferasi, jumlah
fibroblas, sel monosit, dan pembuluh darah akan meningkat dan akan membentuk
klot fibrin di daerah luka. Fibroblas seperti actin dan mikrofilamen myosin
enzim proteolitik yang berasal dari sel mononuklear, PMN, dan humor akuos akan
mencerna debris seluler dan klot. Fibroblas secara aktif menghasilkan kolagen,
episklera pasca operasi. Fibrosis merupakan proses alami yang terjadi sebagai
respon terhadap luka jaringan (Chen dkk., 2008; Khalili dkk., 2011). Anti fibrosis
transklera dapat berfungsi dalam waktu yang lama untuk mengontrol TIO. Anti
21
fibrosis yang sering digunakan pada trabekulektomi adalah 5-FU dan MMC
untuk menurunkan TIO dalam waktu yang lama, namun hal ini diikuti oleh
peningkatan efek samping pasca operasi, sehingga anti fibrosis ini perlu
digunakan pada pasien dengan kemungkinan kegagalan yang tinggi (AAO., 2011;
Khalili dkk., 2011). Beberapa keadaan yang merupakan faktor risiko yang
dengan riwayat operasi katarak, pasien dengan riwayat operasi pada konjungtiva,
inflamasi pada mata, afakia, usia muda, pasien dengan warna kulit gelap, dan
2.7 5-Fluorouracil
sintesis DNA melalui aksi pada thymidylate synthase (AAO., 2011). Khaw et al
pada tahun 1992 mendapatkan data bahwa paparan 5 menit tehadap 5-FU
ini menjadi dasar penggunaan 5-FU sebagai anti fibrosis yang dapat memberikan
glaukoma neovaskuler, dan pasien dengan riwayat operasi glaukoma yang gagal
disemprotkan pada spon, diletakkan di antara sklera dan konjungtiva selama 1-5
menit. Selain itu 5-FU juga dapat digunakan setelah pembedahan glaukoma
dengan dosis 5-10 mg dalam 0,1-0,5 cc dapat diinjeksi subkonjungtiva 1-2 kali
sehari selama 5-14 hari pasca operasi (AAO., 2011; Razeghinejad dkk., 2012).
spon selama 5 menit aman digunakan pada pasien dengan risiko rendah yang
operasi tanpa menimbulkan efek samping yang signifikan (Giaconi dkk., 2010).
2.8 Mitomycin C
pertumbuhan sel. Mitomycin C 100 kali lebih poten dibandingkan dengan 5-FU.
Pemberian MMC dosis tunggal dikatakan lebih efektif dari pada pemberian 5-FU
dibasahi MMC dengan dosis 0,2-0,5 mg/ml dan ditempatkan di antara sklera dan
flap konjungtiva selama satu sampai lima menit. Setelah spon dipindahkan, daerah
antifibrosis yang lebih tinggi dengan durasi yang lebih singkat dan sebaliknya
MMC (0,4mg/ml selama dua menit) dengan 5-FU (50mg/ml selama lima menit)
tidak ada perbedaaan di antara keduanya dalam hal tingkat kesuksesan, jumlah
pengobatan pasca operasi, tajam penglihatan, dan efek samping dalam 1 tahun
sklera, namun pemberian anti fibrosis tidak boleh dilakukan setelah membuat
Anti fibrosis memiliki efek samping berupa lebih banyak hilangnya sel
sampai gangguan lapang pandang dan kehilangan penglihatan. Efek samping yang
ditimbulkan MMC diperkirakan lebih berat dari pada efek samping ole 5-FU
(Mochizuki dkk., 1997). Penggunaan anti fibrosis berperan pada kebocoran bleb
segera setelah pembedahan serta penurunan sekresi humor akuos yang dapat
BAB III
Peningkatan TIO merupakan faktor risiko utama terhadap kerusakan papil saraf
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu glaukoma sudut terbuka primer dan glaukoma
Tekanan intra okuler dapat dipengaruhi produksi humor akuos oleh badan
siliaris dan sistem pengeluaran humor akuos dari bilik mata depan. Pada
glaukoma sudut terbuka primer terjadi hambatan keluar dari humor akuos akibat
primer terjadi aposisi iris perifer pada sudut bilik mata depan. Hambatan
pengeluaran humor akuos dari bilik mata depan dapat meningkatkan TIO dan
menyebabkan glaukoma.
namun juga dapat meningkatkan risiko efek samping pasca pembedahan. Efek
samping pasca operasi yang sering dijumpai adalah hipotoni akibat keborocan
dengan anti fibrosis dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
25
yang berpengaruh antara lain usia, penyakit penyerta, miopia tinggi, dan riwayat
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang sudah dikaji, selanjutnya
dapat dilihat kerangka konsep penelitian seperti yang disajikan pada Gambar 3.1.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan randomized clinical trial pre dan post test yang
dilakukan secara prospektif untuk mengamati perbedaan TIO dan efek samping
pada pasien glaukoma satu hari, tujuh hari, satu bulan, dan tiga bulan pasca
trabekulektomi dengan MMC dan 5-FU. Bagan rancangan peneitian ini dapat
dilihat pada Gambar 4.1. Opersasi trabekulektomi dilakukan oleh dua orang
operator (staf sub bagian glaukoma, Bagian Ilmu Kesehatan Mata FK Universitas
Udayana RSUP Sanglah dan RS Indera Denpasar). Untuk menghindari bias akibat
Allocation random
Perlakuan 1
Observasi 1 Observasi 3
Consecutive sampling
Populasi Sampel
Perlakuan 2
Observasi 2 Observasi 4
Denpasar dan RSUP Sanglah Denpasar, mulai bulan Desember 2013 sampai Juni
2014 dan seluruh sampel yang ikut dalam penelitian telah menyelesaikan follow
Populasi target penelitian adalah pasien glaukoma sudut terbuka dan sudut
terbuka dan glaukoma sudut tertutup yang datang ke Poliklinik Mata RSUP
Sanglah dan RS Indera Denpasar. Subjek penelitian adalah pasien glaukoma sudut
terbuka dan glaukoma sudut tertutup primer yang datang ke Poliklinik Mata
RSUP Sanglah dan RS Indera Denpasar yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak
Besar sampel penelitian dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis terhadap dua
kelompok:
29
dengan:
random dari populasi terjangkau setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
trabekulektomi.
30
3. Variabel kendali adalah umur, jenis kelamin, waktu pengkuran TIO, riwayat
pengobatan.
2. Penderita glaukoma primer sudut terbuka dan tertutup yang terdapat indikasi
dan RS Indera.
3. Pasien dengan myopia tinggi yang memerlukan koreksi lensa sferis > 6D.
diantaranya < 2mmHg dan dicatat nilai rata-ratanya atau apabila pengukuran
pertama dan kedua > 2mmHg maka dilakukan tiga kali pengukuran dan
5. Umur adalah umur yang tercantum dalam catatan medis saat dilakukan
pemeriksaan.
6. Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang tercantum dalam catatan medis saat
dilakukan pemeriksaan.
7. Waktu pengukuran TIO adalah jam pada saat dilakukan pengukuran TIO,
menggunakan timolol maleat 0,5% dua kali per hari dan asetasolamid dengan
>6mmHg dan <18mmHg pada lebih dari dua kali kontrol baik tanpa bantuan
obat penurun TIO (complete success) atau dengan bantuan obat penurun TIO
(qualified success).
penurunan tajam penglihatan, hipotoni, komplikasi bleb, dan infeksi pada dua
kali kontol.
11. Efek samping pasca trabekulektomi adalah efek samping yang terjadi pasca
trabekulektomi, apabila sampel mengalami minimal salah satu atau lebih dari
Sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi serta bersedia
riwayat keluarga.
33
D (Volk).
mirror.
1. Nama, nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, mata kanan atau kiri,
posterior, TIO, keadaan papil nervus optik dan hasil tes lapang pandang.
posterior dilakukan dengan funduskopi direk dan lensa 78 dengan bantuan slit
Pemeriksaan sudut bilik mata depan dilakukan dengan lensa gonioskopi three
Sampel didapatkan dari pasien glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup
Denpasar. Pasien yang setuju untuk mengikuti penelitian ini akan membaca dan
inklusi dan eksklusi dibagi secara stratified random berdasarkan kelompok umur
40-55 tahun dan kelompok umur 56-70 tahun. Sampel dengan nomor urut ganjil
dan sampel dengan nomor urut genap masuk dalam kelompok B, yaitu kelompok
operator yang merupakan dokter konsultan divisi glaukoma (AK dan KR). Pasien
tidak mengetahui masuk dalam kelompok A atau kelompok B. Data sebelum dan
setelah operasi dikumpulkan dan dicatat oleh peneliti. Pasien yang akan menjalani
operasi di RSUP Sanglah dirawat satu hari sebelum sampai satu hari setelah
operasi, sedangkan pasien yang akan dioperasi di RS Indera datang pada hari
dengan kauter.
2. Buat flap sklera sekitar 2mm dari limbus, berukuran 4x4 mm berbentuk
persegi.
3. Tempatkan 5-FU 50mg/ml pada spons selama lima menit pada kelompok
A dan MMC 0,2mg/ml selama tiga menit di balik flap sklera pada
kelompok B.
6. Iridektomi perifer.
7. Flap sklera dijahit dengan 2 buah dengan benang nylon 10.0 pada sudut
persegi.
8. Konjungtiva dijahit dengan benang nylon 10.0 pada ke-dua ujung sayatan.
area bleb.
Mata ditutup selama 24 jam pasca operasi, setelah dibuka dilakukan pemeriksaan
segmen anterior dan keadaan bleb dengan slit lamp, dan pengukuran TIO dengan
36
trabekulektomi, satu bulan pasca trabekulektomi (28-31 hari), dan tiga bulan
>6mmHg dan <18mmHg pada dua kali kontrol dengan bantuan obat hipotensi
(qualified success) atau tanpa bantuan obat hipotensi (complete success). Operasi
dikatakan gagal apabila tekanan intraokular <6mmHg atau >18mmHg pada dua
kali kontrol pasca operasi. Hasil pemeriksaan yang dikatakan sebagai efek
empat baris pada Snellen chart), dan berat (penurunan > 5 baris pada
Snellen chart).
optik.
c. Efek samping pada bleb seperti dellen, high bleb (kista tenon), kebocoran
bleb (dengan atau tanpa lubang yang dilihat pada tes Seidel).
d. Infeksi seperti blebitis dengan atau tanpa reaksi pada bilik mata depan,
Pemeriksaan TIO setiap kali kunjungan dilakukan oleh residen tahap III
- Snellen chart
- Mitomycin C.
- 5-Fluorouracil.
38
sampel penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi. Data
numerik akan dilakukuan uji normalitas data dengan uji Saphiro Wilk. Data
berdistribusi normal dan didapatkan nilai p > 0,05. Data numerik berdistribusi
Dicatat: visus dengan snellen chart, TIO dengan aplanasi Goldman, keadaan segmen anterior
dengan slit lamp, papilsaraf optik dengan lensa 78D dan OCT, sudut bilik mata depan dengan
lensa gonioskopi, lapang pandanga dengan Optopol atau Humprey
Kriteria inklusi:
1. Penderita glaukoma berumur 40 tahun sampai 70 tahun.
2. Penderita POAG dan PACG dengan indikasi trabekulektomi oleh dokter konsultan divisi
glaukoma RSUP Sanglah dan RS Indera.
Kriteria eksklusi:
1. Riwayat pembedahan glaukoma seperti tindakan laser, iridektomi, maupun trabekulektomi
sebelum periode penelitian.
2. Pasien dengan kelainan pada kornea dan konjungtiva seperti keratitis,
keratopati,konjungtivitis, dan pterygium.
3. Pasien dengan myopia tinggi yang memerlukan koreksi lensa sferis > 6D.
4. Wanita yang sedang mengandung atau masih ingin memiliki keturunan.
Informed consent
Sampel penelitian
Randomisasi
Follow up hari pertama, tujuh hari , satu Follow up hari pertama, tujuh hari , satu
bulan, tiga bulan pasca operasi dicatat: bulan, tiga bulan pasca operasi dicatat:
Tajam penglihatan terbaik dengan snellen Tajam penglihatan terbaik dengan
chart, TIO dengan aplanasi Goldman, snellen chart, TIO dengan aplanasi
keadaan segmen anterior dengan slit Goldman, keadaan segmen anterior
lamp, keadaan segmen posterior dengan dengan slit lamp, keadaan segmen
lensa 78D posterior dengan lensa 78D
Analisis statistik
-
Gambar 4.2. Alur Penelitian
40
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini dilakukan trabekulektomi pada 24 mata dari 24 pasien yang
Karakteristik dasar subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1. Usia rerata pada
trabekulektomi dengan anti fibrosis pada penelitian ini adalah 58,389,41 tahun.
Pada kelompok T-5FU terdapat enam orang (50%) berjenis kelamin laki-
laki dan enam orang (50%) perempuan, sedangkan pada kelompok T-MMC terdiri
dari lima orang (41,7%) laki-laki dan tujuh orang (58,35%) perempuan.
Denpasar, terdiri dari dua sampel pada kelompok T-5FU dan lima sampel pada
kelompok T-MMC. Dua belas (50%) dari 24 sampel berprofesi sebagai ibu rumah
tangga, yang terbagi masing-masing enam sampel (50%) pada setiap kelompok
perlakuan.
trabekulektomi pada delapan (66,7%) mata kanan dan empat (33,3%) mata kiri,
sedangkan pada kelompok T-MMC operasi dilakukan pada tiga (25%) mata kanan
41
dan sembilan (75%) mata kiri. Pada kelompok T-5FU terdapat enam (50%) mata
dengan diagnosis POAG dan enam (50%) mata dengan PACG, sedangkan pada
kelompok T-MMC terdapat tujuh (58,3%) mata dengan POAG dan lima (41,7%)
dan tidak berbeda secara signifikan (p=0,75). Tekanan intraokular awal pada
42
sedangkan pada kelompok T-5FU tidak didapatkan efek samping satu hari pasca
trabekulektomi.
kedua kelompok tidak didapatkan efek samping tujuh hari pasca trabekulektomi.
Pada kedua kelompok tidak didapatkan efek samping satu bulan pasca
trabekulektomi.
43
didapatkan efek samping tiga bulan pasca trabekulektomi. Perbedaan antara nilai
rerata tajam penglihatan terbaik, TIO dan efek samping sejak awal sampai tiga
Perbaikan nilai rerata TIO dan tajam penglihatan terbaik sejak awal
pemeriksaan dibandingkan dengan nilai rerata TIO dan tajam penglihatan terbaik
satu hari, tujuh hari, satu bulan, dan tiga bulan pasca trabekulektomi berbeda
perbaikan rerata TIO dapat dilihat pada Tabel 5.3, sedangkan boxplot perbedaan
nilai TIO antara ke-dua kelopok sejak awal sampai tiga bulan pasca
Pada penelitian ini selama tiga bulan follow up (dengan empat kali
pengukuran: hari pertama, tujuh hari, satu bulan, dan tiga bulan pasca
namun tidak didapatkan pada kelompok T-5FU. Efek samping hipotoni yang
dijumpai pada hari pertama pasca trabekulektomi tidak dijumpai pada kunjungan
Tabel 5.2 Perbedaan Tajam Penglihatan, Tekanan Intraokular, Efek Samping Sebelum dan Pasca
Trabekulektomi dengan 5-Fluoruracil dan Mitomycin C
T-5FU T-MMC p
Tajam penglihatan terbaik sebelum 1,59 0,63 1,22 0,69 0,75*
operasi (rerata + SD) logMAR
TIO sebelum operasi (rerata + SD), 36,0811,43 31,33 9,32 0,45*
mmHg
Hasil 1 hari pasca operasi
- Rerata tajam penglihatan SD, 1,450,70 1,130,10 0,97*
logMAR
- TIO (rerata + SD), mmHg 8,582,54 7,213,79 0,20*
- Efek samping, n (%) 0 4 0,03**
Hasil 7 hari pasca operasi
- Rerata tajam penglihatan + SD, 1,430,70 1,100,73 0,97*
logMAR
- TIO (rerata + SD), mmHg 9,671,56 8,801,00 0,46*
- Efek samping , n (%) 0 0
Hasil 1 bulan pasca operasi
- Rerata tajam penglihatan + SD, 1,420,71 1,030,74 0,86*
logMAR
- TIO (rerata + SD), mmHg 9,961,79 7,831,90 0,83*
- Efek samping , n (%) 0 0
Hasil 3 bulan pasca operasi
- Rerata tajam penglihatan + SD, 1,420,71 1,030,74 0,86*
logMAR
- TIO (rerata + SD), mmHg 10,421,73 9,422,57 0,14*
- Efek samping , n (%) 0 0
T-5FU: kelompok trabekulektomi dengan 5-Fluorouracil; T-MMC: kelompok trabekulektomi
dengan Mitomycin C, TIO: tekanan intraokular
*: dengan uji t independen
**: dengan uji chi-square
Efek samping pada kelompok T-MMC adalah hipotoni pada 4 dari 12 sampel.
45
Tabel 5.3 Resume Repeated Measurement Penurunan Tekanan Intraokular Awal Tiga Bulan
Pasca Trabekulektomi pada Dua Kelompok Perlakuan
Tekanan Intraokular Mean Difference p
1 2 25,813 0,000
3 24,458 0,000
4 24,813 0,000
5 23,792 0,000
2 1 -25,813 0,000
3 -1,354 0,001
4 -1,000 0,048
5 -2,021 0,001
3 1 -24,458 0,000
2 1,354 0,001
4 0,354 0,287
5 -0,667 0,088
4 1 -24,813 0,000
2 1,000 0,048
3 -0,354 0,287
5 -1,021 0,001
5 1 -23,792 0,000
2 2,021 0,001
3 0,667 0,088
4 1,021 0,001
1: tekanan intraokular awal, 2: tekanan intraokular hari pertama pasca trabekulektomi, 3: tekanan
intraokular satu minggu pasca trabekulektomi, 4: tekanan intraokular satu bulan pasca
trabekulektomi, 5: tekanan intraokular tiga bulan pasca trabekulektomi.
Gambar 5.1 Boxplot Perbedaan Nilai Rerata Tekanan Intraokular Awal Tiga Bulan Pasca
Trabekulektomi pada Dua Kelompok Perlakuan
46
BAB VI
PEMBAHASAN
Trabekulektomi dengan anti fibrosis menjadi tren baru bagi ahli glaukoma di
seluruh dunia. Survei dari Siriwardana, dkk pada tahun 2004 mendapatkan 82%
dari 533 ahli glaukoma di Inggris pernah menggunakan anti fibrosis pada
trabekulektomi.
Pada penelitian ini didapatkan rerata usia pada kelompok T-5FU 608,06
tahun, sedangkan pada kelompok T-MMC 56,7510,70 tahun. Rerata usia seluruh
pasien yang menjalani trabekulektomi dengan anti fibrosis pada penelitian ini
adalah 58,389,41 tahun. Penelitian oleh Beatty, dkk., 1998 mendapatkan rerata
usia lebih dari 40 tahun. Prevalensi POAG berdasarkan Roterham Study adalah
0,8% pada penduduk berusia > 40 tahun, sedangkan pada Barbados Eye Study
glaukoma tiga sampai empat kali lebih tinggi pada ras kulit hitam dan ras kulit
hitam memiliki empat kali lebih tinggi risiko mengalami kebutaan akibat
glaukoma dari pada ras lainnya. Prevalensi PACG paling tinggi didapatkan pada
ras Inuit, 20-40 kali lebih tinggi dibandingkan ras kulit putih, sedangkan ras kulit
47
hitam lebih kecil angka prevalensi PACG dibandingkan ras Inuit, asia, dan kulit
pada enam (50%) sampel perempuan dan enam (50%) sampel laki-laki pada
kelompok T-5FU, serta lima (41,7%) sampel laki-laki dan tujuh (58,35%) sampel
adalah laki-laki dan sisanya 55% perempuan, sedangkan penelitian oleh Mostafei,
peningkatan TIO, peningkatan usia, ketebalan kornea sentral yang tipis, ras, dan
jenis kelamin, sedangkan pada PACG faktor risiko yang diketahui adalah jenis
sampel (29,17%) berasal dari kota Denpasar, diikuti kabupaten Badung dan
Gianyar masing-masing lima sampel (20,83%). Hal ini mungkin disebabkan oleh
lokasinya dengan Kabupaten Badung dan Gianyar sehingga lebih banyak pasien
yang dirujuk ke RS Indera atau RSUP Sanglah Denpasar. Rumah sakit ini juga
merupakan pusat rujukan di Bali, sehingga ada beberapa sampel yang berasal dari
48
Profesi ibu rumah tangga adalah profesi dominan pada penelitian ini
dengan jumlah 12 sampel (50%) dari seluruh sampel, diikuti dengan profesi
kanan dan sisanya 13 (54,17%) pada mata kiri. Pada kelompok T-5FU dilakukan
trabekulektomi pada delapan (66,70%) mata kanan dan empat (33,30%) mata kiri,
mata kanan dan sembilan (75%) mata kiri. Penelitian oleh Rahayu, 2013
didapatkan 25 sampel mata kanan, dan sisanya 15 sampel mata kiri. Glaukoma
primer tidak memiliki predileksi lateralitas mata yang terlibat karena terjadi pada
dan 11 (45,83%) mata dengan diagnosis PACG. Kelompok T-5FU terdiri dari
masing-masing enam (50%) mata dengan diagnosis POAG dan PACG. Pada
kelompok T-MMC terdiri dari tujuh (58,3%) mata dengan POAG dan sisanya
capsulare dan glaukoma normo tensi, masing-masing 1,3% dengan PACG dan
kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan kriteria inklusi dan eksklusi pada
49
setiap penelitian. Penelitian oleh Rahayu, 2013 didapatkan 23 mata dengan POAG
Trabekulektomi dengan MMC dan 5-FU memberikan hasil yang bervariasi pada
beberapa penelitian. Penelitian dalam bidang ini cukup banyak dilakukan, namun
dengan berbagai metode penelitian, jenis, metode aplikasi, dosis dan durasi
adalah logMAR 1,41 pada kelompok T-MMC dan logMAR 1,15 pada kelompok
dalam skala meter, didapatkan rerata tajam penglihatan antara 1/60 4/60. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien yang menjalani operasi datang dalam keadaan yang
parah atau stadium lanjut, baik terancam kebutaan sampai sudah mengalami
kebutaan.
logMAR 1,100,73 dengan p=0,97. Satu bulan pasca trabekulektomi, rerata tajam
dengan nilai p=0,86. Perbaikan secara signifikan terhadap nilai rerata tajam
penglihatan terbaik sejak awal hingga tiga bulan pasca operasi didapatkan melalui
trabekulektomi dengan TIO yang turun terjadi perbaikan edema kornea yang
humor akuos dari bilik mata depan ke ruang sub konungtiva. Saluran baru
Pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan TIO awal yang signifikan
antara kedua kelompok, pada kelompok T-5FU 36,08+11,43 mmHg dan pada
awal pada kelompok T-MMC 24,3+7,6 mmHg dan pada kelompok T-5FU
24,6+9,3 mmHg. . Pada penelitian oleh Beatty, dkk, 1998 didapatkan nilai rerata
TIO awal pada 72 mata dari 69 pasien yang menjalani trabekulektomi dengan
aplikasi MMC dibawah flap sklera adalah 28,4+6,9 mmHg. Penelitian oleh
Mostafei, 2011 mendapatkan TIO awal pada penelitiannya 31,2+9,8 mmHg pada
kelompok T-MMC sub konjungtiva dan 30,6+9,9 mmHg pada kelompok T-5FU
retrospektif oleh Anand dan Dawda, 2012 didapatkan nilai rerata TIO awal pada
kelompok T-MMC adalah 25.4 6.2 mmHg, dan pada kelompok T-5FU 25,8
6,0 mmHg. Penelitian oleh Rahayu, 2013 didapatkan nilai rerata TIO awal 33
6,52 mmHg pada kelompok T-MMC dan 29,34 4,61 mmHg. Perbedaan nilai
rerata TIO awal kemungkinan disebabkan perbedaan kriteria inklusi dan eksklusi
Pada penelitian ini TIO satu hari pasca trabekulektomi pada kelompok T-
mmHg dengan nilai p=0,83. Tekanan intraokular tiga bulan pasca trabekulektomi
terhadap nilai rerata TIO sejak awal hingga tiga bulan pasca operasi didapatkan
Penelitian oleh Smith, dkk., 1997 mendapatkan perbedaan rerata TIO yang
tidak bermakna pada kelompok T-MMC dan T-5FU setelah enam bulan follow up.
dengan nilai rerata TIO pada kelompok T-5FU 9,73,2 mmHg dan pada
kelompok T-MMC 10,23,6 mmHg. Pada penelitian oleh Beatty, dkk, 1998
didapatkan nilai rerata TIO tiga bulan pasca trabekulektomi dengan MMC
rerata TIO akhir penelitiannya pada enam bulan pasca trabekulektomi, didapatkan
11,434,9 mmHg pada kelompok T-MMC dan 13,63,9 mmHg pada kelompok
T-5FU namun perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik. Penelitian oleh
Rahayu, 2013 didapatkan perbedaan yang tidak bermakna pada TIO satu bulan
TIO pada kelompok T-MMC 10,95 4,76 mmHg dan 11,65 4,68 mmHg pada
kelompok T-5FU.
53
Pada penelitian ini selama tiga bulan follow up (dengan empat kali
pengukuran: hari pertama, tujuh hari, satu bulan, dan tiga bulan pasca
didapatkan empat pasien mengalami efek samping berupa hipotoni dengan TIO
<6mmHg, namun pada follow up ke-dua dan seterusnya TIO >6mmHg dan di
yang terjadi pada kelompok T-MMC berbeda bermakna dengan kelompok T-5FU.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Kim, dkk., 2008
pada kelompok T-5FU, namun perbedaan yang didapatkan tidak signifikan pada
68 mata dari 68 pasien di Afrika Barat. Penelitian oleh Lin, dkk., 2012
keseluruhan sebesar 83,3% (60 dari 72 mata) selama enam bulan follow up pasca
oleh Smith, dkk., 1997 mendapatkan efek samping paling sering didaptkan adalah
kebocoran bleb baik pada kelompok T-5FU dan kelompok T-MMC. Penelitian
didapatkan pada trabekulektomi dengan 5-FU dan MMC adalah kebocoran bleb
54
dengan frekuensi 4% dari 115 mata. Peneltian oleh Mostafei, 2011 mendapatkan
92,5% pada kelompok T-5FU sub konjungtiva dalam enam bulan follow up. Dari
konjungtiva terdapat tiga mata (dua mata dari kelompok T-MMC dan satu mata
operasinya tidak baik. Penenlitian retrospektif oleh Anand dan Dawda, 2012
didapatkan efek samping berupa blebitis dan endoftalmitis pada satu mata dari
pada kelompok T-MMC. Penelitian oleh Rahayu, 2013 didapatkan dua mata
(10%) dari kelompok T-MMC mengalami efek samping berupa hipotoni dan bilik
infeksi. Hipotoni dapat disebabkan oleh kebocoran bleb dan over filtrasi humor
akuos. Hipotoni yang berlangsung lebih dari dua minggu dapat menyebabkan
sehingga pangkal iris dapat sedikit menutup sklerostomi sampai penjaitan ulang
flap sklera sehingga aliran keluar dari humor akuos dapat dibatasi (AAO, 2011).
anti fibrosis pada MMC yang lebih besar dari pada 5-FU sehingga menghambat
proses penyembuhan luka (AAO, 2011; Fraser, 2004). Penggunaan anti fibrosis
berperan pada kebocoran bleb segera setelah pembedahan serta penurunan sekresi
humor akuos yang dapat menyebabkan hipotoni (Chen dkk., 2008; Razeghinejad
dkk., 2012).
samping yang ditakutkan oleh operator dan pasien. Infeksi pasca trabekulektomi
dapat berupa blebitis, uveitis hingga yang paling ditakuti, yaitu endoftalmitis.
operasi dan instrumen yang steril, dan pemberian antibiotik topikal dan oral. Efek
samping lain yang ditakutkan pada pemberian anti fibrosis adalah penurunan
tajam penglihatan, komplikasi pada bleb (dellen, kista tenon), dan skleromalasia
BAB VII
PENUTUP
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya dapat
ditarik dua kesimpulan. Simpulan pertama, tidak terdapat perbedaan nilai rerata
TIO yang bermakna sampai tiga bulan pasca trabekulektomi antara kelompok T-
5FU dan kelompok T-MMC. Simpulan ke-dua, efek samping pada kelompok T-
memberikan kontrol TIO sama baik dengan MMC. Efek samping kelompok T-
7.2 Saran
sebagai pilihan terapi pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka dan glaukoma
sudut tertutup. Harga satu ampul 5-FU hanya 6% dari harga satu vial MMC
sehingga lebih efisien digunakan dengan efek yang tidak berbeda secara
signifikan dan kemungkinan efek samping yang lebih kecil. Sebaiknya diperlukan
penelitian lanjutan untuk mengetahui TIO dan efek samping kedua obat ini dalam
DAFTAR PUSTAKA
Azuara Blanco, A., Costa, V. P.,and Wilson, R. P., 2002. Hand Book of
Glaucoma. Hampshire: Martin Dunitz. p. 3-16, 31-67, 161-180, 201-
244.
Chen, T. C., Roy, H., and Benjamin, L. 2008. Glaucoma Surgery. Philadelphia:
Saunders Elsevier. p.1-28.
Berisha, F., Schmetterer, K., Vass, C., Dallinger, S., Rainer, G., Findl, O., Kiss,
B., and Schmetterer, L. 2005. Effect of Trabeculectomy on Ocular
Blood Flow. Br J Ophthalmol;89: p.185188.
Blomquist, P. H., Gedde, S. J., Golnik, K. C., Wallace, D. K., and Wilson II, F.
M. 2005. Practical Ophthalmology. San Fransisco : American Academy
of Ophthalmology. p. 269-280.
58
Ehrlich, R., Snir, M., Lusky, M., Weinberger, D., Friling, R., and Gaton, D. D.
2005. Augmented Trabeculectomy in Paediatric Glaucoma. Br J
Ophthalmol 2005;89: p.165168.
Giaconi, A. G., Law, S. K., Coleman, A.L., and Caprioli, J. 2010. Pearls of
Glaucoma Management. Los Angeles: Springer. p. 271-277.
Goldenfeld, M., Krupin, T., Ruderman, J.M., Wong, P. C., Rosenberg, L. F., and
101:6:p.1024-9.
Khaw, P.T., Sherwood, M.B., and MacKay, S.L., 1992. Five-minute treatments
with fluorouracil, floxuridine, and mitomycin have long term effects on
human Tenons capsule fibroblast. Arch Ophthalmol;110:p.1150-4.
Khalili, A., Geogulas, S., and Khaw, P. T. 2011. Quality Use of Antifibrotics in
Trabeculectomy. Glaucoma New a Continuing Medical Education
Publication. Issue no 2. Karlshue: Phosworks. p. 9.
Kim YY, Sexton RM, Shin DH, Kim C, Ginde SA, Ren J, Lee D, and Krupin TH.
Ophthalmol;126:755-762.
59
Lin, Z. J., Li, Y., Cheng, J. W., and Lu, X. H. 2012. Intraoperative mitomycin c
versus intraoperative 5-fluorouracil for trabeculectomy: a systematic
review and meta-analysis. J Ocul Pharmacol Ther;28(2):p.166-73.
Mochizuki, K., Jikihara, S. Ando, Y., Hori, N., Yamamoto, T., and Kitazawa, Y.
1997. Incidence of Delayed Onset Infection after Trabeculectomy with
Adjunctive Mitomycin C or 5-Fluorouracil Treatment. British Journal
of Ophthalmology; 81: p. 877-883.
Morrison, J. C., and Pollack, I. P. 2003. Glaucoma Science and Practice. New
York: Thieme. p. 2-10, 24-79, 150-180, 354-363, 458-470.
Palanca-Capistrano, A. M., Hall, J., Cantor, L. B., Morgan, L., Hoop, J., and
WuDunn, D., 2009. Long-term outcomes of intraoperative 5-
fluorouracil versus intraoperative mitomycin c in primar
trabeculectomy surgery. Ophthalmology; 116(2):p.185-90.
Smith, M. F., Doyle, J. W., Nguyen, Q. H., and Sherwood, M. B. 1997. Results of
Stalmans, I., Gillis, A., Lafaut, A. S., and Zeyen, T. 2006. Safe Trabeculectomy
Trope, G. E. 2005. Glaucoma Surgery. Florida: Taylor and Francis Group. p.31-
50, 135-8, 255-65.
61
World Health Organization (WHO). 2006. Vision 2020 The Right to Sight.
Geneva: World Health Organization. p.1-6.
62
Bapak/Ibu saat ini menderita penyakit yang disebut glaukoma, yaitu sekumpulan
penyakit yang terdiri dari kerusakan saraf mata dan gangguan lapang pandang
yang biasanya disebabkan oleh peningkatan tekanan bola mata. Glaukoma yang
dibiarkan tanpa penanganan atau dengan penanganan yang tidak cukup dapat
mengakibatkan kebutaan yang permanen. Pengobatan dari penyakit ini salah
satunya adalah dengan operasi yang bertujuan untuk menurunkan tekanan bola
mata, sehingga dapat mengurangi progresivitas dari glaukoma.
Glaukoma sering diturunkan oleh orang tua kepada anaknya, biasanya
terjadi pada ke-dua mata, namun glaukoma juga dapat terjadi sebagai akibat
trauma atau kecelakaan, efek samping penggunaan obat-obatan, penyakit kencing
manis dan kerusakan retina (lapisan saraf bola mata). Peningkatan tekanan bola
mata dapat terjadi akibat peningkatan produksi cairan bola mata maupun
hambatan pada jalan keluar cairan bola mata sehingga menyebabkan akumulasi
cairan di dalam bola mata.
Glaukoma dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan dan operasi.
Operasi dikerjakan pada pasien glaukoma dengan tekanan bola mata yang tinggi
meskipun telah diberikan obat-obatan dengan dosis maksimal. Hasil operasi dapat
ditingkatkan dengan penggunaan obat anti fibrosis seperti 5-Fluorouracil dan
Mitomycin C. Penggunaan obat anti fibrosis memiliki efek samping seperti
meningkatkan risiko infeksi dan tekanan bola mata yang terlalu rendah pasca
operasi. Pemberian obat anti fibrosis dapat memberikan manfaat yang lebih besar
apabila dibandingkan dengan risiko efek samping yang cukup jarang tersebut.
Bapak/Ibu memenuhi persyaratan pada penelitian yang sedang kami
lakukan. Apabila Bapak/Ibu bersedia ikut dalam penelitian, kami mohon
66
Denpasar, .............................
Tanda tangan pasien Peneliti
Saksi
.............................................
68
1. Nomor sampel :
2. Nomor CM :
3. Tanggal pemeriksaan :
4. Nama :
5. Umur :
6. Jenis Kelamin :
7. Pekerjaan :
8. Alamat :
9. Telepon :
10. Mata yang dioperasi : OD / OS
11. Diagnosis :
Descriptives
Median 40.0000
Variance 130.629
Minimum 23.00
Maximum 60.00
Range 37.00
Median 27.5000
72
Variance 86.788
Minimum 22.00
Maximum 50.00
Range 28.00
Median 8.0000
Variance 6.447
Minimum 6.00
Maximum 15.00
Range 9.00
Median 7.0000
Variance 14.339
Minimum 2.00
Maximum 14.00
Range 12.00
Median 10.0000
Variance 2.424
Minimum 7.00
Maximum 12.00
Range 5.00
Median 9.0000
Variance 4.152
Minimum 6.00
Maximum 12.00
Range 6.00
Median 9.7500
Variance 3.203
Minimum 8.00
Maximum 14.00
Range 6.00
Median 8.0000
Variance 3.606
Minimum 4.00
Maximum 11.00
Range 7.00
Median 10.0000
Variance 2.992
Minimum 8.00
Maximum 14.00
Range 6.00
Median 10.0000
Variance 6.629
Minimum 4.00
Maximum 12.00
Range 8.00
Tests of Normality
Tests of Normality
Kelompok Shapiro-Wilk
Perlakuan
df Sig.
MMC 12 .066
Within-Subjects
Factors
Measure:MEASURE_
1
Dependent
TIO Variable
1 TIO_0
2 TIO_1
3 TIO_7HR
4 TIO_2
5 TIO_3
Multivariate Testsb
Multivariate Testsb
a. Exact statistic
b. Design: Intercept
Estimates
Measure:MEASURE_1
Pairwise Comparisons
Measure:MEASURE_1
Multivariate Tests
Each F tests the multivariate effect of TIO. These tests are based on the linearly
independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
a. Exact statistic
Within-Subjects Factors
Measure:MEASURE_1
Dependent
Visus Variable
1 VA_0
2 VA_1
3 VA_7HR
4 VA_2
5 VA_3
83
b
Multivariate Tests
a
Hotelling's Trace 1.399 9.796 3.000 21.000 .000
a
Roy's Largest Root 1.399 9.796 3.000 21.000 .000
a. Exact statistic
b. Design: Intercept
Measure:MEASURE_1
Approx. Chi-
Within Subjects Effect Mauchly's W Square df Sig.
Visus .000 . 9 .
Measure:MEASURE_1
84
Epsilona
Greenhouse-
Within Subjects Effect Geisser Huynh-Feldt Lower-bound
Tests the null hypothesis that the error covariance matrix of the orthonormalized transformed dependent variables is
proportional to an identity matrix.
a. May be used to adjust the degrees of freedom for the averaged tests of significance. Corrected tests are
displayed in the Tests of Within-Subjects Effects table.
b. Design: Intercept
Measure:MEASURE_1
Measure:MEASURE_1
Measure:MEASURE_1
Measure:MEASURE_1
Transformed Variable:Average
Visus
Estimates
Measure:MEASURE_1
Pairwise Comparisons
Measure:MEASURE_1
*
3 .134 .030 .000 .073 .195
*
4 .171 .031 .000 .106 .236
*
4 1 -.171 .031 .000 -.236 -.106
*
2 -.061 .022 .012 -.107 -.015
Multivariate Tests
Each F tests the multivariate effect of Visus. These tests are based on the linearly
independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
a. Exact statistic
Group Statistics
Kelompok
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Usia Equal
variances 2.173 .155 .840 22 .410 3.250 3.867 -4.770 11.270
assumed
Equal
variances
.840 20.436 .410 3.250 3.867 -4.806 11.306
not
assumed
Count
Kelompok Perlakuan
Perempuan 6 7 13
91
Count
Kelompok Perlakuan
Perempuan 6 7 13
Total 12 12 24
Crosstab
Count
Kelompok Perlakuan
RSUP Sanglah 2 4 6
Total 12 12 24
92
Crosstab
Count
Kelompok Perlakuan
Domisili Denpasar 2 5 7
Badung 2 3 5
Gianyar 2 3 5
Tabanan 1 0 1
Jembrana 0 1 1
Buleleng 3 0 3
Bangli 1 0 1
Karangasem 1 0 1
Total 12 12 24
93
Crosstab
Count
Kelompok Perlakuan
Pekerjaan PNS 0 3 3
Swasta 3 0 3
Pensiunan PNS 3 3 6
IRT 6 6 12
Total 12 12 24
Crosstab
Count
Kelompok Perlakuan
Mata OD 8 3 11
OS 4 9 13
Total 12 12 24
94
Crosstab
Count
Kelompok Perlakuan
Diagnosis POAG 6 7 13
PACG 6 5 11
Total 12 12 24
95
Group Statistics
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Visus Equal
variances .117 .735 1.376 22 .183 .37083 .26960 -.18828 .92995
assumed
Equal
variances not 1.376 21.812 .183 .37083 .26960 -.18856 .93023
assumed
TIO Equal
awal variances .589 .451 1.116 22 .276 4.75000 4.25653 -4.07750 13.57750
assumed
Equal
variances not 1.116 21.140 .277 4.75000 4.25653 -4.09836 13.59836
assumed
Visus 1 Equal
hari variances .001 .972 1.097 22 .284 .31417 .28630 -.27958 .90792
post op assumed
97
Equal
variances not 1.097 21.994 .284 .31417 .28630 -.27959 .90792
assumed
TIO 1 Equal
hari variances 1.731 .202 1.045 22 .307 1.37500 1.31612 -1.35446 4.10446
post op assumed
Equal
variances not 1.045 19.228 .309 1.37500 1.31612 -1.37746 4.12746
assumed
visus 7 Equal
hari variances .002 .966 1.139 22 .267 .33250 .29179 -.27265 .93765
post op assumed
Equal
variances not 1.139 21.979 .267 .33250 .29179 -.27268 .93768
assumed
TIO 7 Equal
hari variances .578 .455 1.126 22 .272 .83333 .74026 -.70186 2.36853
post op assumed
Equal
variances not 1.126 20.580 .273 .83333 .74026 -.70803 2.37470
assumed
Visus 1 Equal
bulan variances .030 .863 1.314 22 .202 .38917 .29618 -.22508 1.00341
post op assumed
Equal
variances not 1.314 21.972 .202 .38917 .29618 -.22512 1.00346
assumed
TIO 1 Equal
bulan variances .046 .832 2.821 22 .010 2.12500 .75325 .56285 3.68715
post op assumed
98
Equal
variances not 2.821 21.923 .010 2.12500 .75325 .56253 3.68747
assumed
Visus 3 Equal
bulan variances .030 .863 1.314 22 .202 .38917 .29618 -.22508 1.00341
post op assumed
Equal
variances not 1.314 21.972 .202 .38917 .29618 -.22512 1.00346
assumed
TIO 3 Equal
bulan variances 2.344 .140 1.117 22 .276 1.00000 .89541 -.85698 2.85698
post op assumed
Equal
variances not 1.117 19.250 .278 1.00000 .89541 -.87248 2.87248
assumed
Efek Samping
Count
Kelompok Perlakuan
Efek Samping 0 12 8 20
99
Hipotoni 0 4 4
Total 12 12 24
Chi-Square Tests
a
Pearson Chi-Square 4.800 1 .028
N of Valid Casesb 24
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,00.