Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 11 No.1 Februari 2014

PENELUSURAN POTENSI ANTIFERTILITAS BUAH TAKOKAK (Solanum torvum


Swartz) MELALUI SKRINING FITOKIMIA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP SIKLUS ESTRUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

Nur Laili Dwi Hidayati, Tita Nofianti

Program Studi S1 Farmasi


STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui zat aktif buah takokak melalui metode skrining
fitokimia dan pengaruh terhadap siklus estrus tikus putih. Uji skrining fitokimia meliputi uji
alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, kuinon dan steroid/triterpenoid. Tikus putih
dikelompokkan berdasarkan Rancangan Acak lengkap dengan perlakuan kontrol negatif
(Suspensi Na CMC 0,1 %), kontrol positif (suspense etinil estradiol dalam Na CMC 0,1%),
dosis 1 (0,0195 g/200 g BB tikus), dosis 2 (0,039 g/200 g BB tikus) dan dosis 3(0,078 g/200
g BB tikus). Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Pemberian perlakuan peroral
sehari 1 kali selama 5 hari. Fase siklus estrus ditentukan setiap hari selama perlakuan. Data
hasil fase siklus estrus dideskripsikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zat aktif yang
terdapat pada buah takokak adalah flavonoid, saponin, kuinon dan steroid. Pemberian buah
takokak memberikan pengaruh berupa kecenderungan adanya peningkatan persentase fase
estrus dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif.

Kata kunci : buah takokak, skrining fitokimia, siklus estrus

I. PENDAHULUAN zat aktif dapat diprediksi dengan mudah


1.1 Latar Belakang (Herlina et al., 2008).
Indonesia merupakan negara yang Pertambahan jumlah penduduk di
memiliki keanekaragaman hayati terbesar Indonesia dari tahun ke tahun terus
di dunia dengan lebih dari 30 ribu spesies meningkat secara tajam. Salah satu
tanaman berkhasiat obat yang didapat alternatif untuk menekan pertambahan
melalui penelitian ilmiah. Baru sekitar jumlah penduduk, salah satunya melalui
180 spesies tanaman obat tersebut yang penggunaan berbagai metode kontrasepsi
telah dimanfaatkan oleh industri sebagai (Sastrawinata, 1980; Prawirohardjo,
obat tradisional Indonesia. Hal ini 1999). Mengingat masih adanya berbagai
disebabkan pemanfaatan tumbuhan obat kekurangan dan efek samping yang
Indonesia untuk mengobati suatu penyakit ditimbulkan oleh metode kontrasepsi
biasanya hanya berdasarkan pengalaman tersebut, maka perlu untuk mencari dan
empiris yang diwariskan secara turun menemukan suatu sumber bahan
temurun tanpa disertai data penunjang kontrasepsi dari bahan alami, terutama
yang memenuhi persyaratan diantaranya dari tanaman, diantaranya adalah buah
khasiat, tingkat keamanan dan kandungan takokak.

94
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014

Menurut Sirait (2009), tanaman 1. Jenis zat aktif yang diperoleh dari
Takokak (Solanum torvum Swartz) hasil skrining fitokimia buah
memiliki senyawa sterol carpesterol yakni Takokak
pada buah dan daunnya. Buah dan 2. Pengaruh buah Takokak terhadap
daunnya mengandung solasodin 0,84% siklus estrus pada tikus putih.
yang merupakan bahan baku hormon 1.4 Manfaat Penelitian
seks untuk kontrasepsi. Oleh karena itu, Manfaat yang diperoleh dari hasil
perlu dilakukan uji klinis terhadap hewan penelitian ini adalah diperolehnya
percobaan. Namun, data empiris tersebut informasi tentang zat aktif pada buah
belum diperkuat data ilmiah. Takokak dan uji hayati terhadap siklus
Secara ilmiah, potensi antifertilitas estrus. Informasi ini dapat dikembangkan
dapat diuji dengan melakukan skrining lebih lanjut untuk pengaplikasian
fitokimia terhadap kandungan senyawa penggunaan buah Takokak sebagai bahan
bioaktif buah takokak dan atau melalui uji antifertilitas alami sehingga mengurangi
aktivitas biologik pada hewan percobaan. efek samping terhadap metabolisme
Melalui uji biologik hewan percobaan, manusia.
potensi antifertilitas dapat dilihat dari
II. METODOLOGI PENELITIAN
pemeriksaan siklus estrus (May, 1971
3.1. ALAT
dalam Sari dan Nunung, 2004). Metode
Alat-alat yang digunakan dalam
tersebut didasarkan adanya pengaruh
penelitian ini meliputi cawan petri, tabung
hormon estrogen pada siklus ovulasi pada
reaksi, penjepit tabung reaksi, pembakar
hewan mengerat (tikus dan mencit)
bunsen, kaki tiga, kassa,kertas saring,
sehingga terjadi perubahan pada sel-sel di
timbangan analitik elektrik (Sartorius),
permukaan vagina yaitu adanya
mikroskop (XSZ-107 BN 002621),
kornifikasi sel apus vagina.
kandang pemeliharaan, tempat minum,
1.2 Perumusan Masalah
pipet Pasteur, cutton but, object glass,
Berdasarkan uraian di atas dapat
cover glass, kertas saring, beker glass,
dirumuskan masalah sebagai berikut :
kain flanel, panci infus, termometer, kain
1. Zat aktif apa saja yang terdapat pada
lap, gelas ukur 100mL dan 250 mL
buah Takokak yang didapat melalui
(Pyrex), spuit injeksi 1 mL yang
metode skrining fitokimia?
termodifikasi, sonde oral, tisu, kamera
2. Apakah pemberian infus buah
digital, pipet tetes, mortar dan penumbuk,
Takokak berpengaruh terhadap siklus
kertas label.
estrus pada tikus putih?
3.2. BAHAN
1.3 Tujuan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan
Tujuan dilaksanakannya penelitian
dalam penelitian ini antara lain etinil
ini adalah untuk mengetahui :

95
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014

estradiol tablet (Schering), buah Takokak, minuman sampai ad libidum. Serbuk


serbuk gergaji kayu, akuades, Na CMC gergaji kayu sebagai alas pada kandang
0,1 %, pakan tikus, metylen blue, amoniak mencit diganti 2 hari sekali untuk menjaga
25%, kloroform, pereaksi Dragendroff, kebersihan kandang. Pakan yang diberikan
asam klorida 10 %, pereaksi Meyer, adalah pellet.
serbuk Mg, amil alkohol, asam klorida 2 3.5.2. Pembuatan Simplisia Buah
N, besi (III) klorida 1 %, gelatin 1 %, Takokak (Depkes RI, 1985)
pereaksi Steasny, NaOH 1 N, eter, Tanaman Takokak dipetik buahnya
anhidrida asetat dan asam sulfat pekat. dengan tangan. Buah yang digunakan
3.3. Hewan Uji adalah buah yang sudah masak, siap
Hewan uji yang digunakan dalam dimakan/dilalap dengan warna buah hijau
penelitian ini adalah tikus putih betina keunguan. Kemudian buah Takokak
galur Swiss Wistar, yang sehat dan normal dipisahkan dari kotoran-kotoran atau
dengan umur 2-3 bulan dan berat badan bahan-bahan asing lainnya yang
200-350 gram. menempel pada simplisia tersebut. Buah
3.4. Metode penelitian takokak dicuci dengan air bersih untuk
Penelitian ini dilakukan dalam 2 menghilangkan kotoran dan mikroba yang
kegiatan. Kegiatan pertama adalah menempel pada simplisia tersebut.
mengidentifikasi zat aktif buah takokak Menurut Frazier (1978) dalam Depkes RI
melalui skrining fitokimia. Kegiatan yang (1985), pencucian sebanyak 3 kali dapat
kedua adalah menentukan tahapan estrus. menghilangkan mikroba sebanyak 78%.
Tikus putih dewasa dikelompokkan Buah takokak dijemur terlebih dahulu 1
menjadi 5 kelompok kelompok I sampai hari sebelum dirajang. Perajangan buah
V. Variabel yang diamati pada kegiatan takokak dilakukan dengan pisau menjadi 8
kedua adalah tahapan estrusnya. bagian. Buah takokak yang telah dirajang
Pengamatan dilakukan setiap hari selanjutnya dikeringkan dengan cara
sebanyak 1 kali sejak hari pertama dimasukkan ke dalam oven sampai kering.
perlakuan sampai hari ke-4. Buah takokak yang telah kering disortir
3.5. Prosedur Penelitian dari bahan-bahan lain yang masih
3.5.1. Persiapan Hewan Uji menempel pada simplisia tersebut.
Hewan uji berupa tikus putih betina 3.5.3. Skrining fitokimia (Farnsworth,
dicek kelayakannya sebagai hewan uji 1966; Nurliani, 2007)
penelitian. Tikus putih yang memenuhi 3.5.3.1. Alkaloid
syarat untuk penelitian adalah yang sehat Sebanyak 2 gram ekstrak
dan menunjukkan kenormalan secara fisik. dicampurkan dengan 5 mL amonia 25%,
Tikus putih tersebut kemudian dipelihara digerus dalam mortir, kemudian
selama 10 hari, diberi makanan dan ditambahkan 20 mL kloroform, dan

96
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014

digerus kuat-kuat. Campuran disaring. setinggi 1-10 cm dan busa tidak hilang
Filtrat diteteskan pada kertas saring, pada penambahan asam klorida 2 N.
kemudian ditetesi pereaksi Dragendorff. 3.5.3.4. Tanin
Terbentuknya warna merah atau jingga Sebanyak 10 gram ekstrak bahan
pada kertas saring menunjukkan adanya yang akan diperiksa dicampur dengan 100
alkaloid. Filtrat yang sama diekstraksi dua mL air panas, kemudian dididihkan
kali dengan larutan asam klorida 10%, lalu selama 15 menit. Campuran tersebut
dimasukkan ke dalam dua tabung masing- didinginkan, kemudian disaring dan filtrat
masing 5 mL. Filtrat dalam tiap tabung dibagi tiga. Ke dalam filtrat yang pertama
diuji dengan pereaksi Mayer dan ditambahkan larutan besi (III) klorida 1%.
Dragendorff. Terbentuknya endapan Terbentuknya warna biru tua atau hitam
merah bata dengan pereaksi Dragendorff kehijauan menunjukkan adanya golongan
atau endapan putih dengan pereaksi Mayer senyawa tanin. Ke dalam filtrat kedua
menunjukkan adanya golongan senyawa ditambahkan larutan gelatin 1%,
alkaloid. terbentuknya endapan putih menunjukkan
3.5.3.2. Flavonoid adanya tanin. Ke dalam filtrat ketiga
Sebanyak 1 gram ekstrak ditambahkan 15 mL pereaksi Steasny dan
ditambahkan 100 mL air panas, dididihkan dipanaskan dalam penangas air suhu 90oC.
selama 15 menit, kemudian disaring. Terbentuknya endapan warna merah muda
Sebanyak 5 mL filtrat yang diperoleh menunjukkan adanya tanin katekat.
ditambah serbuk magnesium, amil alkohol Endapan kemudian dipisahkan dan filtrat
dan 2 mL campuran alkohol-asam klorida dijenuhkan dengan natrium asetat,
(1:1). Kemudian dibiarkan memisah, dan kemudian ditambahkan beberapa tetes
diamati warna yang terbentuk pada lapisan larutan besi (III) klorida 1%.
amil alkohol. Terbentuknya warna merah, Terbentuknya warna biru tinta
kuning, atau jingga pada lapisan amil menunjukkan adanya tanin galat.
alkohol menunjukkan adanya golongan 3.5.3.5. Kuinon
senyawa flavonoid. Ke dalam 5 mL larutan filtrat yang
3.5.3.3. Saponin sama seperti yang digunakan pada uji
Sebanyak 10 mL filtrat yang sama flavonoid ditambahkan beberapa tetes
seperti yang digunakan pada uji flavonoid larutan natrium hidroksida 1 N.
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan Terbentuknya warna merah menunjukkan
dikocok vertikal selama 10 detik. adanya golongan senyawa kuinon.
Kandungan saponin dalam ekstrak positif 3.5.3.6. Steroid/Triterpenoid
apabila busa yang terbentuk di tabung Sebanyak 1 gram ekstrak dimaserasi
stabil selama tidak kurang dari 10 menit dengan 20 mL eter selama 2 jam. Hasil
maserasi disaring dan diambil filtratnya.

97
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014

Sebanyak 5 mL filtrat diuapkan dalam suhunya mencapai 90oC kemudian


cawan penguap hingga diperoleh residu. simplisia diinfus selama 15 menit.
Residu tersebut ditambahkan 2 tetes Campuran simplisia sesekali diaduk.
anhidrida asetat dan 1 tetes asam sulfat Setelah infus dingin, infus disaring dengan
pekat. menggunakan kain flanel, filtratnya
Terbentuknya warna merah ungu ditampung pada beker glass. Ampas
menunjukkan adanya golongan senyawa simplisia yang masih tertinggal di panci
triterpenoid, sedangkan terbentuknya infus ditambahkan sejumlah air panas
warna biru hijau menunjukkan adanya kemudian disaring kembali. Filtrat hasil
golongan senyawa steroid. saringan ampas ditambahkan ke beker
3.5.4. Pembuatan Infus Buah Takokak glass hingga memperoleh volume 100 mL.
Infus adalah sediaan air yang dibuat Konsentrasi infus yang didapatkan adalah
dengan menyari simplisia nabati dengan 15 % (BPOM, 2010).
air pada suhu 90C selama 15 menit. Infus 3.5.5. Pemberian Infus pada Tikus
yang akan dibuat adalah 15 % dari putih Perlakuan
simplisia. Pembuatan infus buah Takokak Tikus putih dikelompokkan ke dalam 5
dilakukan dengan memasukkan buah kelompok, yang masing-masing kelompok
Takokak kering sebanyak 15 gram ke terdapat 5 ekor. Tikus putih
panci infus. Air sebanyak 100 mL dikelompokkan menjadi 5 kelompok
ditambahkan ke dalam panci infus dengan perlakuan seperti yang tertera
kemudian panci infus dipanaskan di atas pada Tabel 3.1. Kelompok I sampai V
tanggas air. Waktu yang digunakan untuk diberikan sedian selama 3 hari berturut-
menginfus simplisia adalah 15 menit. turut secara oral dosis tunggal
Campuran simplisia dipanaskan hingga (Kemenkes, 1993)

Tabel 3.1. Perlakuan, sediaan yang diberikan dan jumlah yang diberikan tiap kelompok uji
penelitian
Perlakuan Sediaan yang diberikan Jumlah
Kontrol Suspensi Na CMC 0,1 % 0,52 mL
negatif
Kontrol positif suspensi etinil estradiol dalam 0,52 mL
Na CMC 0,1 %
Dosis uji I Infus buah Takokak kering 0,13 mL/200 g BB tikus
(0,0195 g/200 g BB tikus )
Dosisi uji II Infus buah Takokak kering 0,26 mL/200 g BB tikus
(0,039 g/200 g BB tikus )
Dosis uji III Infus buah Takokak kering 0,52 mL/200 g BB tikus
(0,078 g/200 g BB tikus )

3.5.6. Pengecekan Apus Vagina pertama sampai dengan hari keempat


Pengecekan tahapan estrus dilakukan perlakuan. Metode yang digunakan adalah
setiap hari sebelum perlakuan dan hari apus vagina. Metode pembuatan preparat

98
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014

apus vagina dilakukan dengan cara 3.6. Analisis data


mengoleskan kapas (cutton but) yang telah Data yang diperoleh berupa hasil
dibasahi dengan NaCl 0,9 % fisiologis ke skrining fitokimia dan daur estrus
dalam vagina mencit. Kemudian hasil dianalisis secara deskriptif (Sari dan
yang didapat dioleskan tipis ke object Nunung, 2004).
glass satu arah. Olesan dibuat 3 oles. 3.7. Waktu dan Tempat Penelitian
Kemudian preparat ditetesi metylen blue, Penelitian akan dilaksanakan pada
dibiarkan selama 5-10 menit. Kemudian bulan Oktober 2013 sampai dengan
dicuci dengan air mengalir dan Februari 2014 di Laboratorium
dikeringkan. Setelah itu preparat diamati Farmakologi STIKes Bakti Tunas Husada
di bawaah mikroskop dengan perbesaran (BTH) Tasikmalaya.
10x16. Kemudian pengamatan dilakukan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk menentukan fase-fase estrus yang
I. SKRINING FITOKIMIA
terjadi yaitu estrus, metestrus, diestrus dan
Zat aktif yang terdapat pada buah
proestrus (Turner dan Bagnara, 1976
takokak berdasarkan hasil skrining tertera
dalam Susanti, 2002; Sari dan Nunung,
seperti pada Tabel 4.1. Berdasarkan tabel
2004; Suntoro, 1983 dalam Megawati et
hasil skrining fitokimia menunjukkan
al, 2005).
bahwa buah takokak mengandung zat aktif
Penentuan fase siklus dari hasil apus
diantaranya flavonoid, saponin, kuinon
vagina dilakukan berdasarkan keberadaan
dan steroid.
dan jumlah kualitatif sel-sel epitel
vagina. Fase proestrus ditandai dengan
banyaknya sel-sel epitel berinti berukuran Tabel 4.1. Hasil skrining fitokimia buah
kecil hingga sedang dan sedikit leukosit. takokak
Fase estrus ditandai dengan epitel berinti Pengujian Hasil uji
berukuran besar dan/atau sel epitel yang Alkaloid -
Flavonoid +
telah mengalami kornifikasi (cornified Saponin +
Tanin -
cells) sehingga intinya tidak lagi tampak.
Kuinon +
Fase metestrus ditandai dengan Steroid +
Triterpenoid -
ditemukannya sel-sel epitel terkornifikasi Keterangan : Tanda + (Terdeteksi); -
dan sedikit leukosit. Fase diestrus ditandai (Tidak terdeteksi)
dengan dominasi leukosit (sel darah putih)
dan sedikit epitel berinti berukuran kecil II. PENGAMATAN TAHAPAN
(Baker et al., 1980 dalam Sadsoeitoeboen, SIKLUS ESTRUS
2005). Siklus estrus terdiri dari 4 fase yaitu
fase proestrus, estrus, metestrus dan
diestrus. Pengamatan tahapan siklus estrus

99
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014

berdasarkan pada struktur sel-sel epitel dalam jumlah banyak (75-90%)


penyusun dinding vagina diantaranya sel sedangkan leukosit hanya sedikit (10-
epitel, sel epitel terkornifikasi, dan 25%). Fase estrus (Gambar 4.1.b)
leukosit. Sel epitel berbentuk oval, berinti ditandai adanya sel epitel dan sel
bulat terletak di tengah. Sel epitel dapat terkornifikasi. Persentase sel epitel
mengalami perubahan struktur baik secara berkisar 25% sedangkan sel terkornifikasi
ukuran maupun keberadaan inti selnya 75-100%. Fase metestrus (Gambar 4.1.c)
serta bentuk. Sel epitel dimana inti sel ditandai adanya sel terkornifikasi dan
sudah tidak ada dan mengalami perubahan leukosit. Persentase sel terkornifikasi 75-
bentuk menjadi polygonal disebut sel 90% sedangkan leukosit 10-25%. Fase
epitel terkornifikasi (mengalami diestrus (Gambar 4.1.d) ditandai adanya
penandukan). Leukosit berukuran lebih leukosit dan sel epitel. Persentase leukosit
kecil daripada sel epitel, bentuknya bulat berkisar 75-90% sedangkan sel epitelnya
dengan inti bervariasi bentuk. 10-25%.
Fase proestrus (Gambar 4.1.a) ditandai
dengan adanya sel epitel dan leukosit. Sel

2
1

a b

1 Keterangan ;
1. Sel epitel
2
3 2. Sel terkonifikasi
3. Leukosit

c d
Gambar 4.1. Fase siklus estrus : a (proestrus); b (estrus); c (Metestrus); d (diestrus)
(Dokumen penelitian)

Berdasarkan hasil penelitian positif ada kecenderungan peningkatan


diperoleh data seperti tertera pada Gambar persentase pada fase proestrus dan estrus,
4.2. Persentase tahapan siklus estrus sedangkan pada fase metestrus dan
kontrol positif dan dosis uji menunjukkan diestrus cenderung mengalami penurunan
hasil yang berbeda dengan kontrol negatif. dibandingkan dengan tikus kelompok
Secara deskripstif bahwa fase kelompok kontrol negatif. Hal ini dimungkinkan
tikus yang diberi perlakuan berupa kontrol karena efek dari etinil estradiol.

100
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014

Fase siklus estrus pada kelompok dosis uji sedangkan fase metestrus menunjukkan
yakni dosis uji 1 (0,0195 g/200 g BB persentase yang sama dengan kelompok
tikus), dosis 2 (0,039 g/200 g BB tikus) kontrol negatif. Tikus pada kelompok
dan dosis 3 (0,078 g/200 g BB tikus) dosis 3 menunjukkan persentase yang
secara deskriptif menunjukkan hasil yang mengalami peningkatan adalah pada fase
berbeda dengan kelompok kontrol negatif. estrus dan diestrus sedangkan pada fase
Pada tikus kelompok dosis 1, terlihat proestrus dan metestrus mengalami
adanya kecenderungan peningkatan penurunan. Hal ini dimungkinkan karena
persentase pada fase estrus dan metestrus, pengaruh infus buah takokak yang
sedangkan pada fase proestrus dan diberikan. Berdasarkan hasil skrining
diestrus mengalami penurunan persentase. fitokimia, buah takokak mengandung zat
Pada tikus kelompok dosis 2, yang aktif berupa flavonoid, saponin, kuinon
mengalami peningkatan persentase dan steroid.

proestrus dan estrus, fase diestrus


menglami penurunan persentase

Gambar 4.2. Fase siklus estrus tikus perlakuan (%)

Berdasarkan hasil penelitian (Gambar Apabila dibandingkan antar dosis, dosis 2


4.3), persentase fase estrus pada kelompok memiliki efek yang hampir setara dengan
dosis uji lebih tinggi daripada kelompok kelompok kontrol positif.
kontrol negatifnya. Semakin tinggi dosis
uji yang diberikan, persentase fase estrus
juga semakin tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa buah takokak mempunyai pengaruh
meningkatkan persentase fase estrus.

101
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014

Lawrence, T,L,J and V.R., Fowler. 2002.


Growth of Farm Animal. CABI
Publishing. New York.
Malole, M.B.M. dan C.S.U., Pramono.
1989. Penggunaan Hewan-hewan
Percobaan di Laboratorium.
Departemen Pendidikan dan
Gambar 4.3. Fase estrus tiap perlakuan Kebudayaan. Direktorat Jenderal
(%)
IV. KESIMPULAN Pendidikan Tinggi. Pusat Antar

Berdasarkan hasil penelitian dapat Universitas Bioteknologi, IPB.

disimpulkan sebagai berikut : Megawati, D., Sutarno dan Shanti, L.

1. Berdasarkan hasil skrining fitokimia, 2005. Siklus Estrus dan Struktur

buah takokak mengandung zat aktif Histologis Ovarium Tikus Putih

berupa flavonoid, saponin, kuinon (Rattus norvegicus L.) Setelah

dan steroid. Pemberian Monosodium Glutamat

2. Pemberian buah takokak memicu (MSG) Secara Oral. BioSMART. 7

adanya peningkatan persentase fase (1) : 7-52.

estrus dibandingkan dengan Nurliani, A. 2007. Penelusuran Potensi

kelompok kontrol negatif. Antifertilitas Kulit Kayu Durian


(Durio zibethinus Murr) Melalui
DAFTAR PUSTAKA Skrining Fitokimia. Sains dan
Badan POM RI. 2010. Acuan Sediaan Terapan Kimia. 1 (2) : 53-58.
Herbal. Volume 5. Edisi 1. Badan Prawirohardjo, S. 1999. Ilmu Kebidanan.
Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta Edisi Ketiga. Yayasan Bina Pustaka
: 3-4. Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Sadsoeitoeboen, P.D. 2005. Manfaat
Indonesia. 1985. Cara Pembuatan Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum
Simplisia. petersianum Klotzsch) terhadap
Herlina, T., Euis, J., Unang, S., Wahyu, Penampilan Reproduksi Mencit Putih
W., Anas, S. dan Supriyatna, S. Betina. Tesis. IPB, Bogor.
2008. Potensi Tumbuhan Erythrina Sari, I.P. dan Nunung, Y. 2004. Efek
(Leguminosae) sebagai Antifertilitas. Estrogenik dari Ekstrak Etanol
JKM. 7 (2) : 1-7. Daun Sambung Nyawa (Gynura
Jaiswal, B.S. Solanum torvum : A Review procumbens (Lour.) Merr.) pada
of Its Traditional Uses, Tikus. Majalah Farmasi Indonesia.
Phytochemistry and Pharmacology. 15(4) : 158-162.
Int j Pharm Bio Sci. 3 (4) : 10-111.

102
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014

Sirait, Nursalam. 2009. Terong Cepoka


(Solanum torvum) Herba yang
Berkhasiat sebagai Obat. Warta
Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. 15 (1) : 11-13.
Susanti, F. 2002. Efek Estrogenik
Isoflavon dalam Tepung Tempe
terhadap Bobot Badan dan Uterus
Tikus Ovariektomi. Skripsi. IPB,
Bogor.
Smith, J.B., dan S, Mangkoewidjojo.
1988. Pemeliharaan Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di
daerah Tropis. University Indonesia
Press, Jakarta.
Toelihere, MR. 1985. Fisiologi
Reproduksi pada Ternak. Angkasa,
Bandung.
Turner, C.D. dan J.T., Bagnara. 1988.
Endokrinologi Umum. Ed ke-6.
Airlangga University Press,
Yogyakarta.

103

Anda mungkin juga menyukai