ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui zat aktif buah takokak melalui metode skrining
fitokimia dan pengaruh terhadap siklus estrus tikus putih. Uji skrining fitokimia meliputi uji
alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, kuinon dan steroid/triterpenoid. Tikus putih
dikelompokkan berdasarkan Rancangan Acak lengkap dengan perlakuan kontrol negatif
(Suspensi Na CMC 0,1 %), kontrol positif (suspense etinil estradiol dalam Na CMC 0,1%),
dosis 1 (0,0195 g/200 g BB tikus), dosis 2 (0,039 g/200 g BB tikus) dan dosis 3(0,078 g/200
g BB tikus). Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Pemberian perlakuan peroral
sehari 1 kali selama 5 hari. Fase siklus estrus ditentukan setiap hari selama perlakuan. Data
hasil fase siklus estrus dideskripsikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zat aktif yang
terdapat pada buah takokak adalah flavonoid, saponin, kuinon dan steroid. Pemberian buah
takokak memberikan pengaruh berupa kecenderungan adanya peningkatan persentase fase
estrus dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif.
94
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
Menurut Sirait (2009), tanaman 1. Jenis zat aktif yang diperoleh dari
Takokak (Solanum torvum Swartz) hasil skrining fitokimia buah
memiliki senyawa sterol carpesterol yakni Takokak
pada buah dan daunnya. Buah dan 2. Pengaruh buah Takokak terhadap
daunnya mengandung solasodin 0,84% siklus estrus pada tikus putih.
yang merupakan bahan baku hormon 1.4 Manfaat Penelitian
seks untuk kontrasepsi. Oleh karena itu, Manfaat yang diperoleh dari hasil
perlu dilakukan uji klinis terhadap hewan penelitian ini adalah diperolehnya
percobaan. Namun, data empiris tersebut informasi tentang zat aktif pada buah
belum diperkuat data ilmiah. Takokak dan uji hayati terhadap siklus
Secara ilmiah, potensi antifertilitas estrus. Informasi ini dapat dikembangkan
dapat diuji dengan melakukan skrining lebih lanjut untuk pengaplikasian
fitokimia terhadap kandungan senyawa penggunaan buah Takokak sebagai bahan
bioaktif buah takokak dan atau melalui uji antifertilitas alami sehingga mengurangi
aktivitas biologik pada hewan percobaan. efek samping terhadap metabolisme
Melalui uji biologik hewan percobaan, manusia.
potensi antifertilitas dapat dilihat dari
II. METODOLOGI PENELITIAN
pemeriksaan siklus estrus (May, 1971
3.1. ALAT
dalam Sari dan Nunung, 2004). Metode
Alat-alat yang digunakan dalam
tersebut didasarkan adanya pengaruh
penelitian ini meliputi cawan petri, tabung
hormon estrogen pada siklus ovulasi pada
reaksi, penjepit tabung reaksi, pembakar
hewan mengerat (tikus dan mencit)
bunsen, kaki tiga, kassa,kertas saring,
sehingga terjadi perubahan pada sel-sel di
timbangan analitik elektrik (Sartorius),
permukaan vagina yaitu adanya
mikroskop (XSZ-107 BN 002621),
kornifikasi sel apus vagina.
kandang pemeliharaan, tempat minum,
1.2 Perumusan Masalah
pipet Pasteur, cutton but, object glass,
Berdasarkan uraian di atas dapat
cover glass, kertas saring, beker glass,
dirumuskan masalah sebagai berikut :
kain flanel, panci infus, termometer, kain
1. Zat aktif apa saja yang terdapat pada
lap, gelas ukur 100mL dan 250 mL
buah Takokak yang didapat melalui
(Pyrex), spuit injeksi 1 mL yang
metode skrining fitokimia?
termodifikasi, sonde oral, tisu, kamera
2. Apakah pemberian infus buah
digital, pipet tetes, mortar dan penumbuk,
Takokak berpengaruh terhadap siklus
kertas label.
estrus pada tikus putih?
3.2. BAHAN
1.3 Tujuan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan
Tujuan dilaksanakannya penelitian
dalam penelitian ini antara lain etinil
ini adalah untuk mengetahui :
95
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
96
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
digerus kuat-kuat. Campuran disaring. setinggi 1-10 cm dan busa tidak hilang
Filtrat diteteskan pada kertas saring, pada penambahan asam klorida 2 N.
kemudian ditetesi pereaksi Dragendorff. 3.5.3.4. Tanin
Terbentuknya warna merah atau jingga Sebanyak 10 gram ekstrak bahan
pada kertas saring menunjukkan adanya yang akan diperiksa dicampur dengan 100
alkaloid. Filtrat yang sama diekstraksi dua mL air panas, kemudian dididihkan
kali dengan larutan asam klorida 10%, lalu selama 15 menit. Campuran tersebut
dimasukkan ke dalam dua tabung masing- didinginkan, kemudian disaring dan filtrat
masing 5 mL. Filtrat dalam tiap tabung dibagi tiga. Ke dalam filtrat yang pertama
diuji dengan pereaksi Mayer dan ditambahkan larutan besi (III) klorida 1%.
Dragendorff. Terbentuknya endapan Terbentuknya warna biru tua atau hitam
merah bata dengan pereaksi Dragendorff kehijauan menunjukkan adanya golongan
atau endapan putih dengan pereaksi Mayer senyawa tanin. Ke dalam filtrat kedua
menunjukkan adanya golongan senyawa ditambahkan larutan gelatin 1%,
alkaloid. terbentuknya endapan putih menunjukkan
3.5.3.2. Flavonoid adanya tanin. Ke dalam filtrat ketiga
Sebanyak 1 gram ekstrak ditambahkan 15 mL pereaksi Steasny dan
ditambahkan 100 mL air panas, dididihkan dipanaskan dalam penangas air suhu 90oC.
selama 15 menit, kemudian disaring. Terbentuknya endapan warna merah muda
Sebanyak 5 mL filtrat yang diperoleh menunjukkan adanya tanin katekat.
ditambah serbuk magnesium, amil alkohol Endapan kemudian dipisahkan dan filtrat
dan 2 mL campuran alkohol-asam klorida dijenuhkan dengan natrium asetat,
(1:1). Kemudian dibiarkan memisah, dan kemudian ditambahkan beberapa tetes
diamati warna yang terbentuk pada lapisan larutan besi (III) klorida 1%.
amil alkohol. Terbentuknya warna merah, Terbentuknya warna biru tinta
kuning, atau jingga pada lapisan amil menunjukkan adanya tanin galat.
alkohol menunjukkan adanya golongan 3.5.3.5. Kuinon
senyawa flavonoid. Ke dalam 5 mL larutan filtrat yang
3.5.3.3. Saponin sama seperti yang digunakan pada uji
Sebanyak 10 mL filtrat yang sama flavonoid ditambahkan beberapa tetes
seperti yang digunakan pada uji flavonoid larutan natrium hidroksida 1 N.
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan Terbentuknya warna merah menunjukkan
dikocok vertikal selama 10 detik. adanya golongan senyawa kuinon.
Kandungan saponin dalam ekstrak positif 3.5.3.6. Steroid/Triterpenoid
apabila busa yang terbentuk di tabung Sebanyak 1 gram ekstrak dimaserasi
stabil selama tidak kurang dari 10 menit dengan 20 mL eter selama 2 jam. Hasil
maserasi disaring dan diambil filtratnya.
97
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
Tabel 3.1. Perlakuan, sediaan yang diberikan dan jumlah yang diberikan tiap kelompok uji
penelitian
Perlakuan Sediaan yang diberikan Jumlah
Kontrol Suspensi Na CMC 0,1 % 0,52 mL
negatif
Kontrol positif suspensi etinil estradiol dalam 0,52 mL
Na CMC 0,1 %
Dosis uji I Infus buah Takokak kering 0,13 mL/200 g BB tikus
(0,0195 g/200 g BB tikus )
Dosisi uji II Infus buah Takokak kering 0,26 mL/200 g BB tikus
(0,039 g/200 g BB tikus )
Dosis uji III Infus buah Takokak kering 0,52 mL/200 g BB tikus
(0,078 g/200 g BB tikus )
98
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
99
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
2
1
a b
1 Keterangan ;
1. Sel epitel
2
3 2. Sel terkonifikasi
3. Leukosit
c d
Gambar 4.1. Fase siklus estrus : a (proestrus); b (estrus); c (Metestrus); d (diestrus)
(Dokumen penelitian)
100
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
Fase siklus estrus pada kelompok dosis uji sedangkan fase metestrus menunjukkan
yakni dosis uji 1 (0,0195 g/200 g BB persentase yang sama dengan kelompok
tikus), dosis 2 (0,039 g/200 g BB tikus) kontrol negatif. Tikus pada kelompok
dan dosis 3 (0,078 g/200 g BB tikus) dosis 3 menunjukkan persentase yang
secara deskriptif menunjukkan hasil yang mengalami peningkatan adalah pada fase
berbeda dengan kelompok kontrol negatif. estrus dan diestrus sedangkan pada fase
Pada tikus kelompok dosis 1, terlihat proestrus dan metestrus mengalami
adanya kecenderungan peningkatan penurunan. Hal ini dimungkinkan karena
persentase pada fase estrus dan metestrus, pengaruh infus buah takokak yang
sedangkan pada fase proestrus dan diberikan. Berdasarkan hasil skrining
diestrus mengalami penurunan persentase. fitokimia, buah takokak mengandung zat
Pada tikus kelompok dosis 2, yang aktif berupa flavonoid, saponin, kuinon
mengalami peningkatan persentase dan steroid.
101
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
102
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
103