Gambar 1.
Lokasi Sub Cekungan Arjuna pada Cekungan Jawa
Barat Utara (Noble dkk, 1997)
PRAKTIKUM PEMODELAN SIMULASI
Lokasi daerah telitian dapat dilihat pada Gambar 2.
250000 300000 350000 400000 450000
9450000
-5 00'
AV
AVS AA
APN
9400000
ZU
-5 30'
LL B
9350000
MM BQ HZ
L BZZ Y EW E FW FN
MQ
M
KLX/Y LESK - 6 00'
MB
UR
ES
F
U
KL KK FXE
JJ FF
OW
FS O
X
9300000 OC
GG
-6 30'
106 30' 107 00' 107 30' 108 00' 108 30'
9250000
Gambar 2.
Lokasi Lapangan Milan
Terdapat lima even tektonik yang mempengaruhi perkembangan struktur dan juga
stratigrafi di Cekungan Jawa Barat Utara (Gresko dkk, 1995), antara lain :
1. Pre Rift (Kapur Akhir-Awal Eosen)
Subduksi dan perkembangan busur meratus menghasilkan metamorfisme regional
pada passive margin dataran Sunda. Terjadi deformasi, pengangkatan, erosi, dan
pembekuan magma dalam kurun Paleosen pada seluruh bagian di Arjuna (Gresko
dkk, 1995).
2. Syn-Rift I (Eosen)
Lempeng Hindia bertumbukan dengan lempeng Eurasia menyebabkan dextral
wrenching pada bagian selatan Paparan Sunda. Periode ini merupakan episode
ekstensional yang mengawali terjadinya rifting. Terdapat dua arah patahan yang
mempengaruhi perkembangan fase Rift I ini, berarah U 600 B sampai U 400 B
dan berarah utara-selatan dengan arah ekstensional U 300 - 700 T.
Endapan pada fase ini merupakan Formasi Jatibarang yang terdiri dari sedimen
asal daratan yang berumur Awal Oligosen terendapkan di atas basement dan
berada di bawah ketidakselarasan. Terdiri dari endapan lakustrin dan
vulkaniklastik yang terisolasi pada sistem half graben. Endapan vulkanik pada
Formasi Jatibarang terdiri dari vulkaniklastik andesitik dan tuf (Gresko dkk,
1995).
3. Syn-Rift II (Oligosen)
Pada Awal Oligosen, vulkanisme dan rifting I berhenti di wilayah Arjuna. Periode
ini berlainan dengan even tumbukan di busur depan Jawa dan Sumatera. Fase
tumbukan ini menyebabkan reorientasi dari arah kompresi regional yang
menghasilkan beberapa pengangkatan regional dan erosi sepanjang bagian selatan
Paparan Sunda. Terjadi rifting kembali pada akhir Awal Oligosen yang
berhubungan dengan pergerakan lateral blok Indocina dan membukanya Laut
Cina Selatan.
Pada Akhir Oligosen terjadi penghentian pergerakan sistem patahan pada
semenanjung Malay dan Thailand, selanjutnya terjadi pengangkatan yang
menyebabkan pergantian arah provenance dari sekitar punggung cekungan
menjadi arah regional dari utara Paparan Sunda.
Sedimen pada fase ini merupakan endapan sedimen Formasi Talang Akar Bagian
Bawah yang terendapkan di atas Formasi Jatibarang. Litologi pada Formasi
Talang akar bagian bawah terdiri dari konglomerat masif dan batupasir sedang-
kasar, batulempung lakustrin dan paleosols. Kemudian endapan ini disebut
dengan Anggota Kontinental Formasi Talang Akar (Ponto, 1998).
4. Post-Rift ( Oligosen Akhir - Miosen Awal)
Berhentinya pemekaran pada Laut Cina Selatan disebabkan tumbukan antara
fragmen Gondwana (Australia Timur/Papua) dengan batas timur Paparan Sunda.
Pada Oligosen Akhir, terendapakan Formasi Talang Akar Bagian Atas yang
terendapakan di atas Formasi Talang Akar Bagian Bawah dan terendapkan pada
bagian atasnya oleh batuan karbonat dari Formasi Baturaja. Anggota ini terdiri
dari perselingan batupasir halus-sedang, batulempung, batulanau, batubara, dan
batugamping yang terendapkan pada kondisi umum transgresif.
Batupasir pada Anggota Deltaik Formasi Talang Akar umumnya terpilah lebih
baik dan berbutir lebih halus daripada anggota Kontinental Formasi Talang Akar.
Terdapat pula endapan batubara dengan jumlah yang cukup banyak pada bagian
bawah dan berkurang ke arah atas seiring perubahan setting pengendapan menuju
marine Talang Akar. Pada Miosen Awal terendapkan Formasi Baturaja yang
terdiri dari batuan karbonat selaras di atas Formasi Talang Akar Bagian Atas
(Gresko dkk, 1995).
5. Inversi (Miosen Tengah Miosen Akhir)
Barat laut Australia bertumbukan dengan Palung Sunda yang mengakibatkan
terjadinya rezim kompresi pada cekungan Arjuna. Endapan yang dihasilkan pada
fase ini, terdiri dari Formasi Cibulakan dan Formasi Cisubuh.