Anda di halaman 1dari 11

Definisi

Adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan dalam
bola mata (Tekanan Intra Okular = TIO) yang disertai pencekungan diskus optikus
dan pengecilan lapang pandang. Penyakit ini disebabkan:
* Bertambahnya produksi humor akueus (cairan mata) oleh badan siliar
* Berkurangnya pengeluaran humor akueus (cairan mata) di daerah sudut bilik mata
atau di celah pupil.
Aliran Humor Akueus (cairan mata)
Terdapat 2 rute dalam pengeluaran humor akueus

1. Melalui jaringan trabekular


Sekitar 90% humor akueus dikeluarkan melalui jalur ini. Dari sini akueus akan
disalurkan ke kanal schlemm kemudian berakir di vena episklera.
2. Melalui jaringan uveoskleral
Mempertanggung jawaban 10% dari pengeluaran akueus .
Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian glaukoma antara lain :
1. glaukoma sudut terbuka (glaukoma kronis)
2. glaukoma sudut tertutup (glaukoma akut)
Pemeriksaan penunjang untuk menilai glaukoma secara klinis
1. Tonometri. Alat ini berguna untuk menilai tekanan intraokular. Tekanan bola mata
normal berkisar antara 10-21 mmHg.
2. Gonioskopi. Sudut bilik mata depan merupakan tempat penyaluran keluar humor
akueus. Dengan gonioskopi kita berusaha menilai keadaan sudut tersebut, apakah
terbuka, sempit atau tertutup ataukah terdapat abnormalitas pada sudut tersebut.
3. Penilaian diskus optikus. Dengan menggunakan opthalmoskop kita bisa
mengukur rasio cekungan-diskus (cup per disc ratio-CDR). CDR yang perlu
diperhatikan jika ternyata melebihi 0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan
tekanan intraokular yang signifikan.
4. Pemeriksaan lapang pandang. Hal ini penting dilakukan untuk mendiagnosis dan
menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan
berkurang karena peningkatan TIO akan merusakan papil saraf optikus.
Glaukoma Akut
Merupakan glaukoma yang terjadi secara tiba-tiba dengan sumbatan aliran humor
akueus yang lebih komplit. Nama lainnya adalah glaukoma sudut tertutup primer.
Epidemiologi
Terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun dengan angka kejadian
yang bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria pada penyakit ini adalah
4:1. sering terjadi pada kedua mata.
Gejala
Gejala-gejala yang ada antara lain :
* Keluhan :
o penglihatan kabur mendadak
o nyeri hebat
o mual
o muntah
o melihat halo (pelangi disekitar objek)
* Pemeriksaan Fisik :
o Visus sangat menurun
o TIO meninggi
o Mata merah
o Kornea suram
o Bilik mata depan dangkal
o Rincian iris tidak tampak
o Pupil sedikit memlebar, tidak bereaksi terhadap sinar
o Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
Penatalaksanaan
* Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO terutama dengan menggunakan obat sistemik
(obat yang mempengaruhi seluruh tubuh)
A. obat sistemik
o Inhibitor karbonik anhidrase. Pertama diberikan secara intravena (acetazolamide
500mg) kemudian diberikan dalam bentuk obat minum lepas lambat 250mg 2x
sehari
o Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum adalah
glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah manitol. Obat ini
diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
o Untuk gejala tambahan dapat diberikan anti nyeri dan anti muntah.
B. obat tetes mata lokal
o Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol, levobunolol,
carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan TIO.
o Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata.
Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
o Miotikum. Pilokarpin 2% pertama digunakan sebanyak 2x dengan jarak 15 menit
kemudian diberikan 4x sehari. Pilokarpin 1% bisa digunakan sebagai pencegahan
pada mata yang lainnya 4x sehari sampai sebelum iridektomi pencegahan
dilakukan.
* Terapi Bedah
o Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan
depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini
hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
o Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50%
atau gagal dengan iridektomi.
Glaukoma Kronis
Merupakan glaukoma yang terjadi perlahan-lahan dengan ciri-ciri :
o Kerusakan seraf optikus glaukomatosa
o Kerusakan lapangan pandang glaukomatosa
o TIO beberapa kali berulang lebih tinggi dari 21 mmHg
o Usia dewasa
o Sudut bilik mata depan terbuka dan terkesan normal
o Tidak adanya penyebab sekunder lainnya
Umumnya terjadi pada kedua mata akan tetapi tidak terdapat kesamaan pada
perburukannya. Nama lainnya adalah glaukoma sudut terbuka primer.
Epidemiologi
Glaukoma kronis merupakan glaukoma yang tersering, mengenai sekitar 1 dari 200
seluruh populasi yang berusia lebih dari 40 tahun dan jumlahnya semakin meningkat
sesuai dengan usia. Pria dan wanita mempunyai angka kejadian yang sama dan
lebih sering mengenai kulit hitam dibandingkan kulit putih.
Faktor keturunan juga berperan terjadinya keadaan ini karena TIO, cara
pengeluaran akueus dan ukuran diskus optikus dipengaruhi oleh genetik. Secara
umum risiko terjadinya glaukoma pada saudara kandung sekitar 10% sedangkan
pada keturunan sebanyak 4%.
Gejala klinis
Dari keluhan pasien umumnya penglihatannya yang makin menurun. Bahkan jika
berlangsung cukup lama pasien akan mengeluhkan kehilangan penglihatan pada
salah satu mata sedangkan mata yang lainnya menurun penglihatannya. Hal ini
sesuai dengan teori dimana glaukoma kronik dimana umumnya kedua mata akan
terkena meski perburukan keduanya tidak sama. Selain itu karena TIO yang
meningkat pasien juga akan mengeluhkan adanya nyeri pada mata, sakit kepala dan
perasaan seperti melihat halo (pelangi di sekitar objek) karena pembengkakkan
pada kornea.
Gejala
1. Penurunan lapang pandang
2. Peningkatan TIO. Terdapat perbedaan 5 mmHg antara kedua mata perlu dicurigai
adanya peningkatan yang abnormal.
3. Sudut bilik mata depan terbuka
4. Perubahan pada diskus optikus. Tampak kerusakan nervus optikus glaukomatosa
atau terdapat ketidaksamaan pada cekungan pada pemeriksaan rutin.
5. Tidak terdapat sebab lain yang dapat menyebabkan glaukoma kronik
Penatalaksanaan
* Terapi obat-obatan
Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang diberikan
adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol)
atau simpatomimetik (adrenalin dan depriverin). Untuk mencegah efek samping obat
diberikan dengan dosis terendah dan frekuensi pemberiannya tidak boleh terlalu
sering. Miotikum (pilocarpine dan carbachol) meski merupakan antiglaukoma yang
baik tidak boleh digunakan karena efek sampingnya.
Jika pengobatan belum efektif maka dapat dilakukan peningkatan konsentrasi obat,
mengganti jenis obat atau menambah dengan obat lain.
* Terapi bedah
o Trabekuloplasti jika TIO tetap tidak bisa terkontrol dengan pengobatan
medikamentosa yang maksimal.
o Trabekulotomi (bedah drainase) jika trabekuloplasti gagal, atau kontraindikasi
dengan trabekuloplasti atau diperlukan TIO yang lebih rendah lagi.

secara rutin misalnya:pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter,
obat inhaleruntuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai
steroidsecara rutin lainnya. Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mata. Penyakit lain seperti
riwayatpenyakit katarak, diabetes, hipertensi dan migren.
4

1.2

Batasan Masalah
Pembahasan dalam makalah ini dibatasi pada diagnosis dan p
Glaukoma merupakan suatu keadaan dimana tekanan mata seseorang
demikian tinggi atau tidak normal. Sehingga mengakibatkan kerusakan pada
saraf
optik dan mengakibatkan gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandang
atau
buta.Tekanan mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu
antara
15-20 mmHg.
Didalam mata terdapat cairan mata yang terdiri dari 99,9% air murni (akuos
humor) bening yang mengalir terus. Pengaliran cairan ini didalam bola mata
seperti
air yang berada di dalam kolam tertutup yang bertukar dan mengalir terus. Bila
terjadi
gangguan pengeluaran cairan maka air akan terbendung di dalam kolam.
Demikian
pula jika cairan mata tidak dapat keluar maka tekanan di dalam bola mata akan
naik
dan merusak saraf penglihatan.
Di dalam bola mata sebelah depan terdapat apa yang disebut dengan bilik
mata depan. Bilik mata depan merupakan ruangan di dalam mata yang dibatasi
kornea, iris, pupil, dan lensa yang diisi oleh cairan mata (akuos humor). Cairan
mata
(akuos humor) mengatur oksigen dan makanan seperti : gula dan nutrient/zat
gizi
penting lainnya untuk kornea dan lensa. Cairan mata (akuos humor) mempunyai
kapasitas isi tertentu untuk mempertahankan bola mata agar menjadi bulat.
Cairan
mata (akuos humor) dihasilkan oleh jonjot badan siliar yang terletak di belakang
iris.
Melalui celah iris dan lensa, cairan mata (akuos humor) keluar melalui pupil dan
terus
ke bilik mata depan. Setelah itu, melalui jaring trabekulum cairan mata (akuos
humor) masuk ke dalam saluran yang disebut kanal Schlemm menuju ke
pembuluh
darah. Normalnya antara produksi cairan mata (akuos humor) dan aliran
keluarnya
adalah seimbang. Jika aliran keluarnya terhambat atau produksinya berlebihan,
maka
tekanan bola mata akan meninggi (cairan akuos humor tidak sama dengan air
mata).
E. ASUHAN KEPERAWATAN
1). Pengkajian
a) Aktivitas / Istirahat :
Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b) Makanan / Cairan :
Mual, muntah (glaukoma akut)
c) Neurosensori :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda :
Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan air mata.
d) Nyeri / Kenyamanan :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut).
e) Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena),
ketidakseimbangan endokrin.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
2). Pemeriksaan Diagnostik
(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina
atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Pengukuran tonografi: Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
(4) Pengukuran gonioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dari
sudut tertutup glaukoma.
(5) Tes Provokatif : Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma
jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(6) Pemeriksaan oftalmoskopi: Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
(7) Darah lengkap, LED : Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
(8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK.
(9) Tes Toleransi Glukosa : Menentukan adanya DM.

F. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler


(TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
- Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
- Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
- Ekspresi wajah rileks
Intervensi :
- Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
- Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
- Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
- Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman
- Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
- Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
- Berikan analgesik sesuai anjuran

b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan


penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang
pandang progresif.
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil :
- Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
- Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan
lebih lanjut.
Intervensi :
- Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
- Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan
kehilangan penglihatan
- Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti
jadwal, tidak salah dosis
- Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan
penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala
ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
- Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
- Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian
hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang

Kriteria Hasil :

- Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun


sampai tingkat dapat diatasi.

- Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah

- Pasien menggunakan sumber secara efektif

Intervensi :
- Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini.
- Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan
kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan
penglihatan tambahan.
- Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
- Identifikasi sumber/orang yang menolong.

c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan


pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat,
salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi,
tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi, prognosis dan pengobatannya.

Kriteria Hasil :

- Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis,


dan pengobatan.

- Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit


- Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
- Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
- Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
- Izinkan pasien mengulang tindakan.
- Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan
obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid
topikal.
- Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu
makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll.
- Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
- Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong,
menggunakan baju ketat dan sempit.
- Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
- Tekankan pemeriksaan rutin.
- Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.

BAB III
TUP

A. KESIMPULAN
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler. Penyakit yang di tandai peninggian tekanan intraokuler ini
disebabkan oleh :
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil

B. SARAN

Semoga dengan pembuatan makalah ini, makalah ini dapat bermanfaat bagi
yang membacanya dan dapat di gunakan sebagai pedoman pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982

2. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.

3. Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992

4. Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan


Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000

5. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi


dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998
6. Brunner & Suddart. Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002

Anda mungkin juga menyukai

  • Asuhan Keperawatan2
    Asuhan Keperawatan2
    Dokumen8 halaman
    Asuhan Keperawatan2
    Ani Farida
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen5 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Ani Farida
    Belum ada peringkat
  • K
    K
    Dokumen5 halaman
    K
    Ani Farida
    Belum ada peringkat
  • Eklamsi
    Eklamsi
    Dokumen8 halaman
    Eklamsi
    Ani Farida
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Ani Farida
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Ani Farida
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Ani Farida
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Ani Farida
    Belum ada peringkat