Anda di halaman 1dari 9

1.

Sengketa Internasional antara Jepang Dan Korea


Penyebab :
Perebutan kepemilikan Pulau Daioyu/Senkaku antara China-Jepang
telah berlangsung sejak tahun 1969. Sengketa ini diawali ketika ECAFE
menyatakan bahwa diperairan sekitar Pulau Daioyu/Senkaku terkandung
hidrokarbon dalam jumlah besar. Kemudian pada tahun 1970, Jepang dan
Amerika Serikat menandatangani perjanjian pengembalian Okinawa,
termasuk pulau Daioyu/Senkaku kepada Jepang. Hal inilah yang kemudian
diprotes China, karena China merasa bahwa pulau tersebut adalah
miliknya.Sengketa ini semakin berkembang pada tahun 1978, ketika
Jepang membangun mercusuar di Pulau Daioyu untuk melegitimasi pulau
tersebut.
Ketegangan ini berlanjut ketika Jepang mengusir kapal Taiwan dari
perairan Daioyu. Meskipun protes yang terus menerus dari China maupun
Taiwan, namun tahun 1990an Jepang kembali memperbaiki mercusuar
yang telah dibangun oleh kelompok kanan Jepang di Daiyou. Secara resmi
Penyelesaian :
China memprotes tindakan Jepang atas Pulau tersebut. Sampai saat
ini permasalahan ini belum dapat diselesaikan. Kedua negara telah
mengadakan pertemuan untuk membicarakan dan menyelesaikan
sengketa. Namun dari beberapa kali pertemuan yang telah dilakukan
belum ada penyelesaian, karena kedua negara bersikeras bahwa pulau
tersebut merupakan bagian kedaulatan dari negara mereka, akibat
overlapping antara ZEE Jepang dan landas kontinen China. Hal inilah yang
belum terjawab oleh Hukum laut 1982. Meskipun saat ini banyak yang
menggunakan pendekatan median/equidistance line untuk pembagian
wilayah yang saling tumpang tindih, namun belum dapat menyelesaikan
perebutan antara kedua negara, karena adanya perbedaan interpretasi
terhadap definisi equidistance line.
Alternatif lain juga telah ditawarkan untuk penyelesaian konflik,
yaitu melalui pengelolaan bersama (JDA, Joint Development Agreement).
Sebenarnya dengan pengelolaan bersama tidak hanya akan
menyelesaikan sengketa perbatasan laut kedua negara, tetapi memiliki
unsur politis. Hal ini akan memperbaiki hubungan China-Jepang, karena
menyangkut kepentingan kedua negara, sehingga kedua negara harus
selalu menjaga hubungan baik agar kesepakatan dapat berjalan dengan
baik. Namun sayangnya tawaran ini ditolak China, padahal sebenarnya
kesepakatan ini dapat digunakan untuk membangun masa depan yang
cerah bersama Jepang.Melihat sulitnya dicapai kesepakatan China-Jepang,
alternatif penyelesaian akhir yang harus ditempuh adalah melalui
Mahkamah Internasional. Namun penyelesaian tersebut cukup beresiko,
karena hasilnya akan take all or nothing.

2. Sengketa Internasional antar Irak dan Kuwait


Penyebab :
Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak
setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak
sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya
sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak
oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein
sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla
sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak
dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak
mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris
dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah
Turki.
Penyelesaian:
Dewan Keamanan PBB mengambil hak veto. Israel diminta Amerika
Serikat untuk tidak mengambil serangan balasan atas Irak untuk
menghindari berbaliknya kekuatan militer Negara Negara Arab yang
dikhawatirkan akan mengubah jalannya peperangan. Pada tanggal 27
Februari 1991 pasukan Koalisi berhasil membebaskan Kuwait dan Presiden
Bush menyatakan perang selesai.

3. Sengketa Internasional antara Indonesia dan Timor Leste


Penyebab :
Klaim wilayah Indonesia, ternyata bukan hanya dilakukan oleh
Malaysia, tetapi juga oleh Timor Leste, negara yang baru berdiri sejak
lepas dari Negara KesatuanRepublik Indonesia pada tahun 1999. Klaim
wilayah Indonesia ini dilakukan oleh sebagian warga Timor Leste tepatnya
di perbatasan wilayah Timor Leste dengan wilayah Indonesia, yaitu
perbatasan antara Kabupaten Timor Tengah Utara (RI) dengan Timor
Leste.
Penyelesaian :
Permasalahan perbatasan antara RI dan Timor Leste itu kini sedang
dalam rencana untuk dikoordinasikan antara Pemerintah RI dengan
Pemerintah Timor Leste dan kemungkinan akan dibawa ke Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mendapatkan penyelesaian.Masalah
perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste, khususnya di lima titik yang
hingga kini belum diselesaikan akan dibawa ke Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB).
Lima titik tersebut adalah Imbate, Sumkaem, Haumeniana, Nimlat,
dan Tubu Banat, yang memiliki luas 1.301 hektare (ha) dan sedang
dikuasai warga Timor Leste. Tiga titik diantaranya terdapat di perbatasan
Kabupaten Belu dan dua di perbatasan Timor Leste dengan Kabupaten
Timor Tengah Utara (TTU).Berlarutnya penyelesaian lima titik di
perbatasan tersebut mengakibatkan penetapan batas laut kedua negara
belum bisa dilakukan. Di lima titik tersebut, ada dua hal yang belum
disepakati warga dari kedua negara yakni:
Penetapan batas apakah mengikuti alur sungai terdalam, dan
persoalan pembagian tanah. Semula, pemerintah Indonesia dan Timor
Leste sepakat batas kedua negara adalah alur sungai terdalam, tetapi
tidak disepakati warga, karena alur sungai selalu berubah-ubahSelain itu,
ternak milik warga di perbatasan tersebut minum air di sungai yang
berada di tapal batas kedua negara.
Jika sapi melewati batas sungai terdalam, warga tidak bisa
menghalaunya kembali, karena melanggar batas negara.warga kedua
negara yang bermukim di perbatasan harus rela membagi tanah ulayat
mereka, karena menyangkut persoalan batas Negara.

5. Sengketa Internasional antara Israel dan Palestina


Penyebab :
Dimulai setelah perang dunia kedua. ketika masyarakat israel
(yahudi) berpikir untuk memiliki negara sendiri. (menurut sejarah mereka
keluar dari tanah israel setelah perang salib karena dituduh pro-kristen
oleh tentara islam, yang kemudian ditinggali oleh orang-orang filistin atau
palestine).Pikiran berbentuk zionisme yang didorong oleh genosida oleh
NAZI pada perang dunia kedua. pilihan letak negara itu tentu saja adalah
tanah leluhur mereka yang pada saat itu merupakan tanah jajahan
inggris. karena secara leluhur mereka memilikinya tapi juga secara
religius beberapa tempat keagamaan Yahudi ada disana.Meskipun tidak
secara terbuka, negara-negara barat setuju dan mendukung(alasannya
karena sebelum orang palestina tinggal disana, tanah itu adalah milik
israel). sebaliknya negara-negara arab berargumen bahwa adalah karena
jerman yang melakukan genosida maka tanah jermanlah yang harus
disisihkan untuk dijadikan negara yahudi. Dibalik semua intrik politik dan
keuntungan dan kerugian politik, strategis , dll. inggris secara sukarela
mundur dari negara dan memberikan siapa saja untuk mengklaimnya.
berhubung israel lebih siap maka mereka lebih dahulu memproklamasikan
negara.
Sebaliknya orang-orang palestina yang telah tinggal dan besar
disana tidak mau terima mejadi bagian negara Yahudi (dalam literatur
doktrin Islam pemimpin negara harus seorang Muslim), sehingga bangsa
Israel kemudian melihat orang palestina sebagai ancaman dalam negeri,
begitu juga dengan bangsa palestina yang menganggap Israel sebagai
penjajah baru. Hasilnya perang dan konflik yang telah berbelit-belit. yang
sebenarnya adalah urusan antara dua negara/bangsa menjadi konflik
antara agama (Yahudi vs. Islam) belum lagi stabilitas kawasan timur
tengah dan ikut campur Amerika dengan kebijakan MINYAK mereka.
Sampai saat ini belum ada penyelesaiannya.

6. Sengketa Internasional antara Georgia , Republik Abkhazia


dan Republik Ossetia Selatan
Abkhazia dan Ossetia Selatan adalah dua negara republik pecahan
Georgia di Kaukasus. Keduanya telah berupaya melepaskan diri dari
Georgia sejak tahun 1920-an. Setelah Revolusi Rusia tahun 1917,
Abkhazia dan Ossetia Selatan ditetapkan sebagai dua republik otonom
yang merupakan bagian dari Georgia dan termasuk di dalam wilayah Uni
Soviet. Namun setelah perang tahun 1920-an, Abkhazia dan Ossetia
Selatan mendeklarasikan kemerdekaannya pada 1923 dan 1922. Masalah
kedaulatan keduanya semakin kompleks di masa keruntuhan Uni Soviet
dan Georgia mendeklarasikan independensinya yang akhirnya berujung
pada perang di tahun 1992 dan 2008. Rusia pada akhirnya mengakui
kedua republik tersebut sebagai negara yang terpisah dan berdiri sendiri.
Namun PBB, Uni Eropa dan NATO menolak mengakui kedaulatan Abkhazia
dan Ossetia Selatan.

7. Sengketa Internasional antara Republik Serbia dan Republik


Kosovo
Keruntuhan negara sosialis di tahun 1990-an juga berpengaruh pada
Yugoslavia. Pada masa keruntuhan Yugoslavia, terbentuk lima negara
baru; Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Makedonia, Slovenia, dan Republik
Federasi Yugoslavia yang menaungi daerah otonomi Kosovo. Pada tahun
1998-1999 pecah perang ketika "Kosovo Liberation Army" menuntut
kemerdekaan dari RF Yugoslavia. Setelah perang berakhir, RF Yugoslavia
melepas semua klaimnya atas Kosovo dan menerimanya sebagai wilayah
yang diawasi PBB. Pada tahun 2006, RF Yugoslavia pecah menjadi Serbia
dan Montenegro, sementara Kosovo mendeklarasikan kemerdekaannya
dari Serbia pada 17 Februari 2008 dengan memilih Pristina sebagai
ibukota. Kosovo diakui secara resmi sebagai sebuah negara oleh 80
negara anggota PBB plus Taiwan. Meski telah menjadi anggota IMF dan
Bank Dunia, status Kosovo sampai saat ini masih belum diakui sebagai
negara berdaulat secara sepenuhnya.

8. Sengketa Internasional antara Maroko dan Republik


Demokratik Arab Sahrawi
Sahara Barat berada di wilayah Afrika yang dikelilingi Maroko,
Algeria, dan Mauritania. Wilayahnya sebagian besar terdiri atas padang
pasir sehingga populasinya pun hanya sekitar 500 ribu penduduk yang
sebagian besar tinggal di kota. Pada awalnya, Sahara Barat berada di
bawah kekuasaan Imperium Spanyol. Namun setelah Kesepakatan Madrid
pada tahun 1975, ketika Spanyol sepakat untuk mengakhiri
keberadaannya di wilayah itu, Sahara Barat diklaim oleh Maroko dan
Republik Demokratik Arab Sahrawi (RDAS). Sebanyak 20-25% wilayah
Sahara Barat berada di bawah kekuasaan RDAS sementara Maroko
mengontrol selebihnya. Kekuasaan RDAS diakui oleh 58 provinsi
sedangkan 22 provinsi lain menarik dukungan meerka dan 12 lainnya baru
akan menentukan sikap setelah referendum PBB. Namun hingga saat ini,
PBB tidak mengakui Sahara Barat sebagai negara berdaulat di bawah
pemerintahan RDAS.

9. Sengketa Internasional antara Spanyol dan Inggris


Wilayah Gibraltar telah jadi sengketa sejak bertahun-tahun lalu. Posisinya
yang strategis di Selat Gibraltar memungkinkan akses ke Laut Tengah dan
Suez, yang merupakan jalur penting pelayaran dan perdagangan
internasional. Saat ini, kendali militer selat itu dipegang oleh Inggris dan
Maroko meskipun Spanyol memiliki pangkalan militer yang cukup besar di
area yang sama. Awalnya, Gibraltar dikuasai oleh kekuatan Anglo-Belanda
pada tahun 1704. Kemudian pada tahun 1713 Spanyol menyerahkannya
pada Inggris melalui Perjanjian Utrecht. Sejak itu, Spanyol tiga kali
berusaha mengambil alih kembali Gibraltar namun tidak berhasil.
Referendum yang diadakan pada 1967 dan 2002 yang bertujuan untuk
mengembalikan wilayah itu ke Spanyol, justru menghasilkan sebaliknya,
99% penduduk memilih untuk tetap berada di bawah kekuasaan Inggris.
Memang tidak ada ketegangan berarti antara Spanyol dan Inggris terkait
klaim wilayah ini, namun Spanyol tetap tidak mau melepaskan kekuasaan
politiknya atas Gibraltar.

10. Sengketa Internasional antara Argentina dan Inggris Raya


Kepulauan ini terkait erat dengan Kepualaun Falkland yang juga
menjadi sumber keretakan hubungan Argentina dan Inggris. Sejak James
Cook mendarat di Georgia Selatan pada tahun 1775 dan Kepulauan
Sandwich pada tahun 1908, Inggris menganeksasi keduanya pada 1908.
Sedangkan Argentina mengklaim kekuasaannya berdasarkan keberadaan
perusahaan penangkapan paus yang mulai beroperasi tahun 1908 di
Georgia Selatan, namun telah menandatangani perjanjian sewa kepada
pemerintah Kepulauan Falkland sejak tahun 1906. Pada tahun 1985,
Georgia Selatan dan Kepualauan Sandwich Selatan resmi menjadi wilayah
luar negeri Inggris. Namun Argentina tetap melanjutkan klaim
kedaulatannya atas kedua wilayah kepualauan itu. Perkembangan terbaru
pada tahun 2010, Presiden Venezuela, Hugo Chavez, menelpon Ratu
Elizabeth II untuk menyerahkan Georgia Selatan dan Kepulauan Falkland
kepada Argentina.

11. Sengketa Internasional antara Pemerintah Adminsitrasi Tibet


dan Republik Rakyat China
Sejarah kedaulatan Tibet terentang panjang sejak abad 13. Secara
hukum, pemerintah Republik Rakyat China (RRC) melihat Tibet sebagai
bagian tak terpisahkan sejak Dinasti Yuan. Fakta ini didukung peta kuno
dan negara-negara lain sehingga menjadikan Tibet sebagai wilayah
otonom China. Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa dan Perancis serta
banyak negara lain mengakui Tibet sebagai bagian dari China. Akar konflik
yang terus berlanjut hingga saat ini terjadi saat Invasi China ke Tibet pada
tahun 1950, ketika pemerintahan baru komunis memulai "Pembebasan
Seluruh Wilayah China" sehingga menimbulkan pecahnya perang. Setalah
perang berakhir, Pemerintah Administrasi Tibet (PAT), yang diwakili Dalai
Lama, menyerahkan Tibet kepada China dengan 17 poin kesepakatan.
Namun, delegasi Tibet dipaksa menandatangani kesepakatan tersebut.
Hingga saat ini PAT berada di pengasingan di India dan tidak ada tanda-
tanda Tibet akan memperoleh kemerdekaannya.

12. Sengketa Internasional antara Republik Siprus dan Republik


Turki Siprus Utara
Siprus merupakan kelanjutan konflik Yunani dan Turki di era modern.
Konflik kedua negara sendiri telah berlangsung selama berabad-abad.
"Kepemilikan" Siprus selalu berpindah tangan antara Turki dan Inggris
sepanjang sejarah sejak pertama kali dikuasai Kekaisaran Turki Ottoman.
Diantara penguasaan kedua negara tersebut, muncul pula beberapa kali
pemberontakan yang mendukung kedaulatan penuh dari salah satu
negara. Salah satunya dilakukan kelompok perlawanan Siprus Turki EOKA
yang menginginkan penyatuan Siprus dengan Turki. Dari sekian lama
pergolakan yang masih terjadi hingga sekarang, Turki menguasai 37%
bagian utara pulau tersebut dan mengklaim secara de facto berdirinya
Republik Turki Siprus Utara. Meski begitu, pertempuran antara Yunani dan
Siprus Turki masih jadi pemandangan harian hingga saat ini. Inggris,
Yunani, dan Turki pun harus meminta NATO untuk turut menjaga
perdamaian. Sementara di sisi lain, hanya Turki yang mengakui Republik
Turki Siprus Utara sebagai sebuah negara dan sampai sekarang tidak ada
tanda-tanda pulau tersebut akan bersatu dalam sebuah negara utuh.

13. Sengketa Internasional antara Republik Rakyat China dan


Republik China (Taiwan)
Republik China (Taiwan) memperoleh dukungan internasional atas
keputusannya memisahkan diri dari Republik Rakyat China (RRC).
Beberapa negara bahkan menyarankan untuk menanggalkan nama China
dan menggantinya menjadi Republik Taiwan untuk melepaskan hubungan
dari negara komunis itu. Sebelum Perang Dunia (PD) 2, Taiwan dimiliki
oleh Jepang sedangkan nama Republik China mengacu pada negeri China
daratan. Setelah PD 2, Jepang menyerahkan Taiwan kepada Republik
China. Namun karena perang saudara yang terjadi antara RRC dan
Republik China, kepemilikan Taiwan pun jadi tidak jelas sehingga pada
akhirnya mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara berdaulat yang
terlepas dari RRC yang menguasai China daratan. RRC menolak mengakui
Taiwan sebagai sebuah negara dan tidak menjalin hubungan diplomatik
dengan negara-negara yang mengakui Taiwan. Sampai sekarang, Taiwan
belum memperoleh pengakuan penuh sebagai sebuah negara. Hanya 23
negara yang menjalin hubungan diplomatik resmi dengan negara pulau
itu sementara negara lainnya, meskipun mengakui Taiwan sebagai sebuah
negara, memilih untuk menjalin hubungan diplomatik tidak resmi.

KONFLIK PALESTINA DENGAN ISRAEL


Konflik ini dimulai setelah perang dunia kedua,ketika masyarakat Israel (yahudi) berpikir
untuk memiliki negara sendiri. (menurut sejarah mereka keluar dari tanah Israel setelah
Perang Salib karena dituduh pro-Kristen oleh tentara Islam, yang kemudian ditinggali oleh
orang-orang Filistin atau Palestine) pikiran berbentuk zionisme yang didorong oleh genosida
oleh Nazi pada perang dunia kedua. Pilihan letak negara itu tentu saja adalah tanah leluhur
mereka yang pada saat itu merupakan tanah jajahan Inggris karena secara leluhur mereka
memilikinya tapi juga secara religius beberapa tempat keagamaan Yahudi ada disana.
Meskipun tidak secara terbuka, negara-negara barat setuju dan mendukung (alasannya karena
sebelum orang Palestina tinggal disana, tanah itu adalah milik Israel). sebaliknya negara-
negara Arab berargumen bahwa adalah karena Jerman yang melakukan genosida maka tanah
Jerman lah yang harus disisihkan untuk dijadikan negara Yahudi.Dibalik semua intrik politik
dan keuntungan dan kerugian politik, strategis,dll. Inggris secara sukarela mundur dari negara
dan memberikan siapa saja untuk mengklaimnya. berhubung Isreal lebih siap maka mereka
lebih dahulu memproklamirkan negara.
Sebaliknya orang-orang palestina yang telah tinggal dan besar disana tidak mau terima
mejadi bagian negara Yahudi (dalam literatur doktrin Islam pemimpin negara harus seorang
Muslim),sehingga bangsa Israel kemudian melihat orang Palestina sebagai ancaman dalam
negeri, begitu juga dengan bangsa Palestina yang menganggap Israel sebagai penjajah baru.
Hasilnya bisa ditebak, perang dan konflik yang telah berbelit-belit. yang sebenarnya adalah
urusan antara dua negara/bangsa menjadi konflik antara agama (Yahudi vs Islam) belum lagi
stabilitas kawasan timur tengah dan ikut campur Amerika dengan kebijakan Minyak mereka.
Jadi sebenarnya masalah dasarnya tidak ada hubungannya dengan orang Palestina itu
beragama Islam atau orang Israel itu beragama Yahudi, tapi masalahnya adalah "Tanah dan
Kekuasaan".

Tiga Alasan Dasar Perebutan Kota Suci Jerusalem:

1.AlasanEkonomi
Presiden Bill Clinton sudah menjelaskan hal ini di Gedung Putih dalam wawancaranya
dengan koran Otto Citizen Canada pada tanggal 1 Desember 2000, bahwasanya kota
Jerusalem akan menjadi tempat tujuan utama para turis internasional dan para pelancong
dunia dalam sejarah keparawisataan dan karenanya pula ia berusaha merayu Presiden Yasir
Arafat agar mau memindahkan masjid Al-Aqsho dari sana.
Pada realitasnya, sesungguhnya musuh Israel dengan usaha keras mereka untuk menguasai
kota Jerusalem dan kota Jerusalem yang lama dengan seluruh mesjid dan gereja yang ada di
dalamnya- mereka ingin menguasai dan menjadi coordinator tunggal untuk mengurusi para
Haji dan Kristiani ke sana dan mereka pula yang mengurusi kunjungan umat Islam untuk
menyempurnakan Hajinya. Dan ini akan mendatangkan pendapatan devisa yang sangat besar
yang mereka dapat dari kunjungan umat Kristiani dan umat Islam, bukan kunjungan para
turis internasional seperti yang diungkapkan Bill Clinton.

2.AlasanPolitis
Alasan ini terealisasikan lewat program mereka untuk menjadikan kota Jerusalem lama yang
memiliki posisi yang strategis dan sejarah panjang menjadi Ibu Kota Negara yang Abadi
menurut keyakinan mereka), yang dari sanalah mereka akan menguasai seluruh wilayah
sekitarnya.
Bariz, seorang politisi Libanon pernah bercerita ketika ada pertemuan di PBB setelah Zionis
Israel mencaplok Libanon pada tahun 1982, ketika Perdana Menteri Israel pada waktu itu
Manahen Begin, mengundang mantan Perdana Mentri Libanon Kamil Syam`un untuk
mengunjungi kota suci Jerusalem,(seperti diceritakan oleh Kamil Syam`un dalam
otobiografinya dalam bahasa Prancis) Manahen Begin berprilaku seolah-olah ia Raja
Sulaiman sedangkan Kamil Syam`un diberlakukan seolah-olah salah satu raja Al-
guwaiyiim ( buta huruf /bodoh) di masa mendatang. Yang datang dari kota Shuur untuk
menyembahkan rasa tunduk dan loyal kepada raja Israel yang baru.
Penggalan cerita ini sudah cukup sebagai simulasi untuk menjelaskan alasan yang sangat
esensi yang terwujud lewat aturan yang ada di Timur Tengah. Sebuah aturan dan undang-
undang yang ingin diberlakukan secara paksa oleh Amerika Serikat kepada seluruh wilayah
itu, dengan kerja keras untuk menyamakan aturan bagi warga Arab bagaimanapun caranya.

3.AlasanHistoris
Dengan alasan perang budaya, maka merebut kota suci Jerusalem dan menguasai seluruh
barang bersejarah umat Islam dan Kristen di kota itu merupakan kemenangan budaya Barat
atas budaya Arab Islam, dengan keunggulan dan hegemoni politik Barat mengajak sekutunya
untuk mengusik dendam sejarah masa lalu yang
berkobar dalam jiwa dan dada mereka atas budaya Arab Islam yang mengalahkan mereka
dalam perang orang-orang Barat delapan abad yang lalu.

Sudah berapa nyawa melayang ya gara-gara konflik ini...mari kita doakan semoga perang ini
akan jadi perang terakhir dan konflik ini bisa selesai...ya

KESIMPULAN
Konflik antara Kamboja dan Thailand adalah perebutan wilayah seluas 4,6 km2 di sekitar Kuil Preah
Vihear tersebut. Sebenarnya sejak dahulu, wilayah seluas 4,6 km2 ini memang sudah menjadi
perdebatan. Akan tetapi, perdebatan semakin memanas sejak dikeluarkannya keputusan UNESCO
yang memasukkan kuil itu ke dalam daftar warisan sejarah dunia, dan Makama internasional
mmengatakan bahwa kuil itu adalah milik kamboja, tetapi yang saat ini yang di rebut hingga terjadi
konflik adalah wilayah di sekitar kuil. Menyusul baku tembak yang terjadi antara tentara Thailand dan
Kamboja di perbatasan kedua negara pada tanggal 4-6 Februari 2011 lalu, yang menewaskan
sedikitnya 8 orang dan mencederai beberapa orang lainnya, pada tanggal 22 Februari 2011 di Jakarta
digelar Informal ASEAN Foreign Ministers Meeting (pertemuan informal para Menlu ASEAN)
dengan agenda tunggal pembahasan penyelesaian konflik Thailand dan Kamboja.
Seperti dilaporkan Aris Heru Utomo, pegawai departemen luar negeri di Kompasiana,
pertemuan informal para Menlu ASEAN yang diprakarsai Indonesia selaku Ketua ASEAN,
merupakan tindak lanjut dari hasil sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).
Sidang itu sebelumnya meminta Thailand dan Kamboja bekerjasama dengan ASEAN sebagai
mediator untuk menuntaskan persoalan perbatasan melalui jalan damai. Di tengah upaya negara-
negara ASEAN mengimplementasikan kesepakatan yang tercantum dalam Piagam ASEAN dan
proses pembentukan Komunitas ASEAN 2015, pertemuan informal para Menlu ASEAN kali ini
memiliki arti yang sangat penting sebagai langkah awal untuk memperlihatkan kredibilitas ASEAN
dalam menangani masalah internal kawasannya. Sebagai suatu organisasi kerjasama regional, ASEAN
yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh lima negara yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia,
Singapura dan Thailand, terus tumbuh dan berkembang sebagai suatu organisasi yang semakin solid.
Dari suatu organisasi yang longgar, ASEAN tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang
berdasarkan hukum seperti tercermnin dari diratifikasinya Piagam ASEAN pada akhir tahun 2008.
Selain Piagam ASEAN, negara-negara ASEAN juga memiliki Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama
di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia) yang ditandatangani di Bali
tahun 1976. Melalui Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama negara anggota ASEAN menyepakati
code of conduct atau aturan perilaku dalam pelaksanaan hubungan kerjasama antar negara anggota
ASEAN yang meninggalkan kekerasan dan mengedepankan cara-cara damai dalam penyelesaian
konflik di antara negera-negara anggota ASEAN.
Ada Piagam ASEAN dan Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama belum pernah di pertegas
oleh Negara-negara anggota Asia Tenggara sekalipun digunakan untuk menyelesaikan konflik antar
negara-negara ASEAN. Bukan karena tidak ada konflik di negara-negara ASEAN, melainkan karena
masih rendahnya rasa saling percaya di antara negara anggota. Negara-negara ASEAN yang bekonflik
lebih memilih penyelesaian secara bilateral atau menyerahkan penyelesaian persoalan kepada
lembaga internasional seperti:
1) Mahkamah Internasional yang berkedudukan di Den Haag. Pada tahun 1996, ketika Indonesia dan
Malaysia bersengketa mengenai masalah perbatasan di Sipadan dan Ligitan, keduanya membawa
permasalahan tersebut ke Mahkamah Internasional.
2) Sementara itu Filipina yang ditahun 1990-an tengah berupaya menyelesaikan konflik di Mindanao
Selatan, pihak yang diundang untuk menyelesaikan adalah Organisasi Konperensi Islam (OKI).
Langkah Indonesia, Malaysia dan Filipina yang melibatkan lembaga internasional dalam
penyelesaian konflik pada akhirnya diikuti pula oleh Kamboja. Bahkan Kamboja tidak perlu waktu
lama unuk segera meminta bantuan DK PBB di New York. Langkah cepat Kamboja melaporkan
permasalahan perbatasannya ke DK PBB tentu saja memunculkan kekhawatiran bahwa penyelesaian
konflik perbatasan Thailand dan Kamboja akan diselesaikan atas bantuan pihak eksternal di luar
ASEAN. Kalau sampai DK PBB mengabulkan permintaan Kamboja agar PBB membantu
penyelesaian konflik perbatasannya dengan Thailand, maka muka ASEAN akan tercoreng dan
keberadaan ASEAN kembali dipertanyakan. Bagaimana mungkin ASEAN bisa berperan di forum
global seperti yang tercermin dalam tema ASEAN 2011 ASEAN Community in a Global Community
of Nations, jika mengelola konflik internal saja tidak berhasil untuk apa di bentuk Komunitas Asean
dengan mempunyai tujuan dan prinsip-prinsip oleh anggota Negara-negara ASEAN.
.

Anda mungkin juga menyukai