Contact
About
Sitemap
Download
C. Language (Bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan
yang meliputi :
1. Bereaksi
2. Bersuara
3. Oooo ? Aaaah
4. Tertawa
5. Berteriak
6. Menoleh ke bunyi icik-icik
7. Menoleh ke arah suara
8. Satu silabel
9. Meniru bunyi kata-kata
10. Papa/mama tidak spesifik
11. Kombinasi silabel
12. Mengoceh
13. Papa/mama spesifik
14. 1 kata
15. 2 kata
16. 3 kata
17. 6 kata
18. Menunjuk 2 gambar
19. Kombinasi kata
20. menyebut 1 gambar
21. Menyebut bagian badan
22. Menunjuk 4 gambar
23. Bicara dengan dimengerti
24. Menyebut 4 gambar
25. Mengetahui 2 kegiatan
26. Mengerti 2 kata sifat
27. Menyebut satu warna
28. Kegunaan 2 benda
29. Mengetahui
30. Bicara semua dimengerti
31. Mengerti 4 kata depan
32. Menyebut 4 warna
33. Mengartikan 6 kata
34. Mengetahui 3 kata sifat
35. Menghitung 6 kubus
36. Berlawanan 2
37. Mengartikan 7 kata
Agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining, maka dapat digunakan tahap pra skrining
dengan menggunakan :
1. DDST Short Form, yang masing-masing sektor hanya diambil 3 tugas (sehingga seluruhnya
ada 12 tugas) yang ditanyakan pada ibunya. Bila didapatkan salah satu gagal atau ditolak, maka
dianggap suspect dan perlu dilanjutkan dengan DDST lengkap.
2. PDQ (Pra-Screening Development Questionnaire)
Bentuk kuisioner ini digunakan bagi orang tua yang berpendidikan SLTA ke atas dapat diisi
orang tua di rumah atau pada saat menunggu di klinik. Dipilih 10 pertanyaan pada kuisioner
yang sesuai dengan umur anak. Kemudian dinilai berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dan
pada kasus yang dicurigai dilakukan tes DDST lengkap. (Soetjiningsih, 1998)
VI. Stimulasi dasar atau kebutuhan dasar untuk tumbuh-kembang yang diberikan Ibu
pada anak
Secara umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar, yaitu:
1. Kebutuhan Fisik Biomedis (ASUH)
- Pangan/gizi merupakan kebutuhan terpenting
- Perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur,
pengobatan kalau sakit.
- Papan/pemukiman yang layak.
- Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan
- Sandang
- Kesegaran jasmani, rekreasi.
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASUH)
- Kebutuhan hubungan ibu dan anak
- Emosi
- Psikososial
- Kasih sayang
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASUH)
- Kecerdasan - Kreativitas - Moral Etika
- Ketrampilan - Agama - Produktivitas
- Kemandirian - Kepribadian - dsb.
Stimulasi yang diberikan tenaga profesional, meliputi:
1. Fisioterapi
2. Terapi okupasi
3. Terapi wicara
4. Terapi bermain
5. Terapi pijat
6. Latihan persepsi motorik
7. Psikoterapi
8. Edukasi
Stimulasi yang diberikan orang tua dan tenaga profesional berupa stimulasi sensori yang
terintegrasi meliputi:
1. Penglihatan
2. Pendengaran
3. Proprioseptif raba
4. Sentuhan
5. Keseimbangan
Hospitalisasi Anak
HOSPITALISASI ANAK
Tujuan Umum :
Mampu memahami dampak hospitalisasi pada anak dan melaksanakan askep yang benar
Tujuan Instruksional khusus :
Mahasiswa :
1. Bayi dan anak tentang sulitnya perpisahan dengan keluarga
2. Nyeri selama hospitalisasi
3. Reaksi di RS sesuai dengan perkembangan anak
4. Reaksi keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat di RS
5. Peran perawat dalam mengurangi stress akibat hospitalisasi
6. Bermain untuk mengurangi stress akibat hospitalisasi
7. Perilaku anak setelah mengalami perawatan di RS ( MRS )
Pengalaman mengancam
Stresor Kurang mengerti / kekurangantahuan pada kenyamanan
Menimbulkan krisis
Gerakan badan
Menarik anggota badan
3. Penilaian fisik
Aktivitas :
o Jantung ( meningkat )
o Pernapasan ( > cepat )
o Tekanan darah ( meningkat )
o Gas darah
o Kadar kimia dan hormon
o Telapak tangan berkeringat
Reaksi di RS sesuai dengan Perkembangan Anak
1. Bayi 0 - 1 th
Bayi :
Rasa percaya dan pembinaan kasih sayangnya terganggu
6 bulan :
Sulit memahami perawatan belum dapat mengungkapkan yang dirasakan
Menunjukan banyak perubahan
8 bulan
Sudah mengenal ibunya tranger anxiety
Penolakkan
Manifestasi
- Menangis
- Marah
Gerakkan berlebih
2. Toddler ( 1 3 th )
Komunikasi Bahasa belum memadai
Sumber stress Separatic anxiety = Analitic Depression
Respon anak :
A. Tahap protes ( Protest )
B. Tahap putus asa ( Despair )
C. Tahap menolak / denial ( detachment )
4. Usia sekolah ( 6 12 th )
Khawatir akan perpisahan sebaya
Takut kehilangan ketrampilan, kesepian
Anak berusaha :
Independen dan kooperatif
RS kehilangan kontrol dan kekuatan
RS :
Peran
Takut mati
Kelemahan fisik
Kehilangan kegiatan dalam kelompok
5. Usia remaja ( 12 15 th )
Takut akibat perpisahan dengan sebaya
Kehilangan status
Hubungan dengan kelompoknya
Penyakit cacat fisik
Ancaman terhadap identitas diri
Reaksi anak :
o Tidak kooperatif
o Menarik diri
o Marah / frustasi
Reaksi keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat di RS :
A. Reaksi Orangtua
B. Reaksi Sibling
Peran Perawat dalam mengurangi stress akibat hospitalisasi.
1. Mencegah/meminimalkan dampak dari perpisahan
a. Rooming in
b. Partisipasi orangtua
c. Membuat ruang perawatan seperti situasi rumah
d. Membantu anak mempertahankan kontak (relasi)
2. Prinsip Bermain di RS
a. Tidak lebih menggunakan energi, singkat dan sederhana
b. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
c. Kelompok umur yang sama
d. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan
e. Semua alat permainan dapat dicuci
f. Melibatkan orangtua
NCP anak di dalam RS:
DIAGNOSA PERAWATAN
1. Kecemasan/ketakutan berhubungan dengan perpisahan dari kebiasaan rutin dan sistem
dukungan, lingkungan yang tidak familiar.
2. Kecemasan/ketakutan berhubungan dengan prosedur yang dialami
3. Ketidak berdayaan (tidak punya tenaga) berhubungan dengan lingkungan perawatan
4. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan gerak, kerusakan jaringan otot di tahan di RS atau
rumah, efek daripada penyakit
5. Ketidak inginan melakukan aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh, lelah,
ketidak seimbangan antara oksigen yang didapat dan dikontrol.
6. Potensial terjadinya luka trauma berhubungan dengan lingkungan yang kurang famillier,
terapi lingkungan yang kurang berbahaya/perawatan yang menyeramkan.
7. Kekuarangan kebebasan mandi dan pakaian sampai dengan ketidak mampuan fisik dan
mental, pembatasan akibat mekanisme pengobatan.
8. Keterbatasan melakukan eleminasi sampai dengan ketidak mampuan fisik dan mental,
pembatasan akibat mekanisme pengobatan
9. Pola eleminasi terganggu sampai dengan ketidak nyamanan karena posisi.
Konsep anak terhadap kematian
On Death & Dying
I. Kematian bagian dari kehidupan
A. Ketakutan akan kematian
B. Tahap tahap kematian
Tahap I : Penyangkalan dan pengasingan diri
Tahap II : Marah
Tahap III : Menawar
Tahap IV : Depresi
Tahap V : Menerima
II. Konsep anak terhadap kematian :
1. Tidak punya gambaran tentang kematian namun ada reaksi kehilangan
2. Kematian tidak dapat kembali tapi tidak ada kerelaan, kematian mungkin perorangan dan
digambarkan sebagai keresahan penyelesaian kematian adalah alami dan kejiwaan
3. Kematian hanya sebentar dan akan kembali
4. Kematian tidak dapat kembali menyeluruh dan tidak terelakkan ,kematian masih tampak
individu namun kejadian berjarak. Penjelasan kematian atau kejiwaan dan persoalan keTuhanan