Anda di halaman 1dari 2

KEARIFAN LOKAL NUSANTARA

Kearifan lokal sering dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat local wisdom,


kecerdasan setempat local genius , dan pengetahuan setempat local knowledge (Fajriani, 2014).
Menurut Soebadio, kearifan lokal merupakan identitas/kepribadian budaya bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak
dan kemampuan sendiri. Menurut Rahyono, kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang
dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh dari pengalaman masyarakat. Artinya,
kearifan lokal merupakan sesuatu yang didapat berdasarkan hal yang telah dialami dan dilalui
masyarakat tersebut, yang belum tentu dialami kelompok masyarakat lainnya. Nilai tersebut akan
melekat kuat setelah melalui perjalanan waktu yang sangat panjang, sepanjang keberadaan
masyarakatnya.

Pada umumnya, etika dan moral yang terkandung dalam kearifan lokal itu diwariskan
secara turun-temurun melalui sastra lisan (antara lain dalam bentuk pepatah dan peribahasa,
folklore) dan manuskrip (Suyatno). Menurut Pasal 1 Nomor 30 Undang Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup, kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku
dalam tata kehidupan masyarakat.

Menurut Suyatno, kearifan lokal akan tercermin dalam nilai yang berlaku dalam
kelompok masyarakat tertentu dan menjadi pegangan dan bagian dari hidup yang tak bisa
dipisahkan. Kearifan lokal itu nantinya dapat terlihat dalam perilaku orang-orangnya dalam
kehidupan sehari-hari. Namun, kearifan lokal nusantara kita tidak begitu saja dibelenggu untuk
masyarakat etnis tertentu, melainkan memiliki sifat lintas etnik, sehingga membentuk nilai
budaya yang bersifat nasional. Misalnya saja hampir di setiap budaya lokal di nusantara dikenal
kearifan lokal yang mengajarkan gotong royong, toleransi, etos kerja, dan seterusnya (Suyatno).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kearifan lokal merupakan salah satu sumber untuk
membentuk identitas bangsa, terlebih dalam konteks Indonesia yang memungkinkan kearifan
lokal bertransformasi secara lintas budaya dan menjadi nilai budaya nasional.

Kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya
(Sartini, 2014). Di Indonesia, kearifan lokal adalah filosofi dan pandangan hidup yang mewujud
dalam berbagai bidang kehidupan (tata nilai social dan ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata
lingkungan, dan sebagainya). Sebagai contoh, kearifan lokal yang bertumppu pada keselarasan
alam telah menghasilkan pendopo dalam arsitektur Jawa. Pendopo memiliki konsep terbuka
sehinga sirkulasi udara lancar, sejuk, menciptakan kenyamanan, lega, dan hemat energi. Pendopo
merupakan warisan masa lampau. Namun pada zaman sekarang, gedung dan rumah dibangun
dengan konsep bangunan tertutup sehingga memerlukan penyejuk udara yang boros energi.
Suyatno menyatakan pancasila sebagai ideologi negara pada dasarnya telah
mengakomodasi kearifan lokal yang hidup di nusantara. Contoh kearifan lokal yang dimaksud
misalnya nilai gotong royong, sehingga dalam sila ke-5 berisi Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.. Dalam Pasal 32 ayat (1) UUD 1945 dinyatakan Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

Uraian yang telah dijelaskan sebelumnya menunjukkan adanya lahan subur untuk
menggali kearifan lokal nusantara. Luasnya budaya dan kemungkinan pengembangannya
menjadi tantangan tersendiri. Di samping itu persepektif perubahan yang terjadii juga menjadi
peluang tersendiri untuk menelusuri eksistensinya. Arus modernisasi, liberalisasi, dan globalisasi
semestinya tidak meniadakan suatu negara jatuh dalam perctauran global, asalkan negara itu
ditopang oleh identitas nasional yang kuat (Hargens 2011 dalam Suyatno).

Anda mungkin juga menyukai