Anda di halaman 1dari 98

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

(PPN)

1
HAKEKAT PPN

Bahan Baku
(PKP) PPN Masukan

PRODUSEN PPN
DISTRIBUTOR
(PKP) Keluaran (PKP)

BDP
PENGECER/
PRODUSEN RETAILER
(PKP)

KONSUMEN
KONSUMEN

2
DASAR HUKUM

UU No. 42 tahun 2009 tentang perubahan ketiga


PPN & PPn BM
UU No. 18 tahun 2000 tentang perubahan kedua
atas UU No. 8 tahun 1983 tentang PPN & PPnBM
PP No.143 Th. 2000 tentang Pelaksanaan UU
PPN tahun 2000
PP No.144 th 2000 tentang Jenis BKP & JKP
PP No.145 Th 2000 tentang BKP tergolong
mewah yang dikenakan PPnBM
PP No.146 Th 2000 tentang impor/penyerahan
BKP & JKP tertentu yang dibebaskan PPN
Beberapa Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
tahun 2010

4/7/2016 3
POKOK PIKIRAN PERUBAHAN UU PPN
TH 2009
Perkembangan ekonomi yang sangat dinamis
dan Cepat

UU PPN 1983/2000 Tidak bisa Perubahan UU PPN dilakukan untuk


mengakomodasi perkembangan dunia menciptakan:
usaha

a. kepastian hukum dan keadilan


a. Belum adil walau telah sesuai
ketentuan b. Sederhana
b. Kurang beri hak kpd WP c. Mengurangi biaya kepatuhan
c. Kurang beri kemudahan bagi WP d. Meningkatkan penerimaan
negara
d. Kurang beri kepastian hukum
e. Mengurangi distorsi dan
4/7/2016
peningkatan kegiatan ekonomi4
PENGERTIAN

PPN adalah pajak atas konsumsi barang atau


jasa di dalam daerah pabean yang dikenakan
secara bertingkat di setiap jalur produksi dan
distribusi.
Ciri khas PPN : setiap terjadi penyerahan BKP
atau JKP wajib dibuatkan faktur pajak.
Faktur pajak sebagai bukti pemungutan PPN
dan dibuat oleh PKP

4/7/2016 5
*
Wilayah RI yang didalamnya berlaku UU No.
10 Th 1995 tentang KEPABEANAN:
Meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang
udara diatasnya,
Tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
Eksklusif
Landas kontinen

6 4/7/2016
Gambaran
Objek PPN
2. Impor BKP
Bukan Daerah Pabean 1. Pemanfaatan BKP
Tdk berwujud
5. Pemanfaatan JKP

Daerah Pabean 6. Ekspor BKP


Oleh PKP

BKP/JKP Pengusaha/
PKP/Pengusaha Siapapun
1. Penyerahan BKP
2. Penyerahan JKP
7. Penyerhn aktiva
sesuai Psl 16D
oleh PKP 8. Melakukan kegiatan
membangun sendiri
Sesuai Psl. 16C

4/7/2016 7
MEKANISME UMUM PPN
Im
por
Brg/Jasa Brg/Jasa
PKP PKP N PEMBELI

Terutang Tdk Terutang Tdk Terutang Terutang

PM PK

Uncreditable Creditable Tak Dpt Faslts Dpt. Fasilitas

LB KB

Nihil

Disetor Dgn SSP PL. Tgl 15


Kompensasi/Rest. Bulan Berikutnya

SEMUANYA DILAPORKAN DALAM SPT MASA PPN


4/7/2016 8
Objek Pajak PPN

Pasal 4 UU PPN
Pasal 16C UU PPN
Pasal 16D UU PPN

4/7/2016 9
Bentuk Objek
Dalam Pasal 4:
1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha ;
2. Impor BKP;
3. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha;
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
5. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean;
6. Ekspor BKP oleh Pengusaha Kena Pajak
7. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh PKP
8. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

4/7/2016 10
Rincian Objek

Dalam Pasal 16C: Dalam Pasal 16D:


Kegiatan membangun sendiri Penyerahan aktiva oleh
yang dilakukan tidak dalam Pengusaha Kena Pajak yang
kegiatan usaha atau menurut tujuan semula
pekerjaan oleh orang pribadi aktiva tersebut tidak untuk
atau badan yang hasilnya diperjualbelikan, sepanjang
digunakan sendiri atau Pajak Pertambahan Nilai yang
digunakan pihak lain yang dibayar pada saat
batasan dan tata caranya perolehannya dapat
diatur dengan Keputusan dikreditkan.
Menteri Keuangan.

4/7/2016 11
KARAKTERISTIK PPN

Menganut negative lists,


artinya semua barang adalah barang /jasa kena pajak (objek
PPN) selain yang dikecualikan.
Menerapkan prinsip destinasi,
artinya barang kena pajak & jasa kena pajak yg dikonsumsi di
dalam Daerah Pabean dikenakan PPN.
Dibayar/dipungut oleh PKP

4/7/2016 12
Penyerahan BKP (1)
(Pasal 1A (1) UU PPN Th 2009)

Penyerahan BKP :
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;
b. Penyerahan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian
leasing;
c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru
lelang;
d. Pemakaian sendiri dan pemberian Cuma - Cuma;
e. Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;
f. Penyerahan BKP dari Kantor Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP antar Cabang;
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi;
h. Penyerahan BKP olehj PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan
Berdasarkan prinsip syariah

4/7/2016 13
PENYERAHAN BKP (2)
perjanjian meliputi jual beli, tukar-menukar, jual beli dengan
angsuran, atau perjanjian lain yang mengakibatkan
penyerahan hak atas barang.
Leasing - penyerahan BKP yang disebabkan oleh perjanjian
sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi.
pemakaian sendiri adalah pemakaian untuk kepentingan
pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang
produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri.
pemberian cuma-cuma adalah pemberian yang diberikan
tanpa pembayaran baik barang produksi sendiri maupun bukan
produksi sendiri, seperti pemberian contoh barang untuk
promosi kepada relasi atau pembeli.
pemindahan BKP antartempat (pusat ke cabang) merupakan
penyerahan BKP.

4/7/2016 14
PENYERAHAN BKP (3)

Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak Tidak


Berwujud adalah:
a. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang
kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau
model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau
bentuk hak kekayaan intelektual/ industrial atau hak serupa
lainnya;
b. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan
industrial, komersial, atau ilmiah;
c. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah,
teknikal, industrial, atau komersial;
d. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan
penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada butir a,
butir b, & butir c.
e. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion
picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita
suara untuk siaran radio;

4/7/2016 15
Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak
(Pasal 1A (2) UU PPN Th 2009)
a. penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana
diatur dalam KUHD;
b. penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang;
c. penyerahan BKP dari pusat ke cabang dan antar
cabang bagi PKP yang telah memperoleh izin
pemusatan tempat PPN terutang;
d. pengalihan BKP dalam rangka penggabungan,
peleburan, pemekaran,pemecahan, dan
pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang
melakukan PKP
e. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan
4/7/2016 16
Bukan BKP dan Bukan JKP
(Pasal 4A UU PPN Tahun 2009)

Bukan Barang Kena Pajak :

1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang langsung


diambil dari sumbernya;
2. Barang-barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh rakyat
banyak: daging segar, telur belum diolah, susu perah, sayuran,
dan buah-buahan
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung dan sejenisnya;
4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga
5.

4/7/2016 17
BARANG YANG TIDAK DIKENAKAN PPN
(1)
1 . barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya, yaitu :
a. minyak mentah (crude oil );
b. gas bumi;
c. panas bumi;
d. pasir dan kerikil;
e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara;
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel,
bijih perak;dan

4/7/2016 18
BARANG YANG TIDAK DIKENAKAN PPN
(2)
barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
rakyat banyak:
a]. Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras
merah, beras ketan hitam atau beras ketan putih
b]. Segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning,
jagung kuning kemerahan atau popcorn (jagung brondong)
c]. Sagu
d]. Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau,
kedelai kuning atau kedelai hitam dalam bentuk pecah atau
utuh
e]. Garam baik yang berjodium maupun tidak berjodium

4/7/2016 19
BARANG HASIL PERTAMBANGAN
Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya meliputi:
a. minyak mentah (crude oil);
b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap
dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
c. panas bumi;
d. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara;
e.asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu
apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar),
garam batu (halite), grafit, granit/andesit,gips, kalsit, kaolin,
leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir
dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah
serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum),
tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel,
bijih perak, serta bijih bauksit.
4/7/2016 20
Bukan Jasa Kena Pajak (1)

1. Jasa di bidang Pelayanan Kesehatan;


2. Jasa di bidang Pelayanan Sosial;
3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;
4. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna
usaha dengan hak opsi;
5. Jasa di bidang keagamaan;
6. Jasa di bidang pendidikan;
7. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;
8. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;
9. Jasa di bidang tenaga kerja;
10. Jasa di bidang perhotelan;
11. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum.
12 Jasa di bidang kesenian & hiburan yg telah dikenakan
pajak hiburan.

4/7/2016 21
BUKAN JASA KENA PAJAK (2)

13. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka


menjalankan pemerintahan secara umum
14. Jasa penyediaan tempat parkir;
15. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
16. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
17. jasa boga atau katering

4/7/2016 22
Subjek Pajak
Non PKP PKP
Objek Pajak :
Objek Pajak : a. Penyerahan BKP/JKP di dalam
a. Impor BKP; Daerah Pabean oleh pengusa-
ha termasuk oleh kerjasama
b. Kegiatan membangun sendiri di
operasi;
luar kegiatan usaha atau b. Penyerahan JKP di dalam
pekerjaannya; Daerah Pabean oleh Pengu-
c. Pemanfaatan JKP/BKP tidak saha;
berwujud dari luar Daerah c Penyerahan aktiva yang menu-
Pabean di dalam Daerah rut tujuan semula tidak untuk
Pabean diperjualbelikan apabila Pajak
Masukan pada saat pembelian
nya menurut ketentuan dapat
dikreditkan;
d. Ekspor BKP;
4/7/2016 23
23
MEMBANGUN SENDIRI (1)
(PMK NO. 39/PMK.03/2010)

Kegiatan membangun sendiri adalah kegiatan membangun


bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya
digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
Bangunan dapat berupa satu atau lebih konstruksi teknik
yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada satu
kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria:

4/7/2016 24
MEMBANGUN SENDIRI (2)
(PMK NO. 39/ 39/PMK.03/2010)
a. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu
bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
b. diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan
usaha;
c. Luas keseluruhan paling sedikit 300 m2.

4/7/2016 25
MEMBANGUN SENDIRI (3)
(PMK NO. 39/ 39/PMK.03/2010)
Pajak Pertambahan Nilai terutang dihitung dgn cara
mengalikan tarif 10% dengan Dasar Pengenaan Pajak.
Dasar Pengenaan Pajak adalah 20% dari jumlah biaya yang
dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun
bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.
Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan
membangun sendiri terjadi pada saat mulai dibangunnya
bangunan.

4/7/2016 26
MEMBANGUN SENDIRI (4)
(PMK NO. 39/ 39/PMK.03/2010)
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap
dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang
tenggang waktu antara tahapan -tahapan tersebut tidak lebih
dari 2 tahun.
Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan kegiatan
membangun sendiri tidak dapat dikreditkan.

4/7/2016 27
SUBJEK PAJAK (1)

Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP Tidak


Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau yang
memanfaatkan JKP dari luar Daerah Pabean wajib memungut,
menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai
Subyek pajak dapat berupa Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan
non PKP

4/7/2016 28
SUBJEK PAJAK (2)

Orang asing diberikan pengembalian PPN dan PPnBM atas


barang yang dibawanya keluar daerah pabean dengan syarat
nilai PPN minimal Rp 500 ribu
Kriteria orang asing adalah orang pribadi pemegang paspor
luar negeri:
Bukan warganegara Indonesia atau Bukan permanent resident of
Indonesia
Bukan kru dari maskapai penerbangan

4/7/2016 29
PERUBAHAN KRITERIA PENGUSAHA
KECIL
Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 197/PMK.03/2013 ,
kriteria pengusaha kecil adalah pengusaha yang memiliki
peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp
4,8 miliar
Pengusaha kecil tidak wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP. Namun diperbolehkan untuk menjadi
PKP.
Pengusaha Kecil tidak wajib untuk melaporkan aktivitas usaha
mereka
Saat peredaran bruto mencapai lebih Rp 4,8 miliar, pengusaha
kecil tersebut wajib dikukuhkan menjadi PKP dan wajib
melaporkan kegiatan usaha mereka.
Bilamana peredaran bruto turun di bawah Rp 4,8 miliar , maka
pengusaha tersebut dapat dicabut pengukuhannya sebagai PKP.

4/7/2016 30
SYARAT PENGUKUHAN PKP (1)

Syarat Subjektif:
Mengisi Formulir (formulir di-cap jika permohonan adalah
badan usaha)
Fotokopi KTP Direktur atau Pemilik Usaha
Fotokopi NPWP Direktur atau Pemilik Usaha
Fotokopi NPWP Perusahaan
Fotokopi SITU dan SIUP
Fotokopi NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah) dan TDP
(Tanda Daftar Perusahaan)
Fotokopi Akta Perusahaan
Surat Kuasa Bermaterai (jika pengurusan selain direktur atau
pimpinan)

4/7/2016 31
SYARAT PENGUKUHAN PKP (2)

Syarat Objektif:
Laporan Keuangan Bulan Terakhir (Posisi Keuangan dan
Laporan Laba rugi)
Daftar Aset Perusahaan secara terperinci
Foto Tempat Kegiatan Usaha
Denah Lokasi Kegiatan Usaha

Proses pengukuhan PKP membutuhkan waktu 5-7 hari.

4/7/2016 32
Hubungan Istimewa

Ketentuan ini untuk mengantisipasi bila terjadi pengenaan PPN yang


dihitung dari Harga Jual atau Penggantian yang tidak wajar
(dibawah harga pasar)
Bila terjadi penyerahan di bawah harga pasar pemeriksa akan
melihat apakah ada hubungan istimewa. Dan bila terjadi hubungan
istimewa maka DPP disesuaikan dengan harga pasar.
Hubungan istimewa bisa terjadi karena ;
- Faktor Ekonomis, adanya investasi/penguasaan asset
- Faktor Manajemen, kewenangan pengambilan keputusan pada
pihak yang sama;
- Faktor hubungan darah, ada hubungan darah atau semenda satu
derajat garis lurus .

4/7/2016 33
HUBUNGAN ISTIMEWA
Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak
langsung sebesar 25% atau lebih pada Pengusaha lain, atau
hubungan antara Pengusaha dengan penyertaan 25% atau
lebih pada 2 Pengusaha atau lebih, demikian pula hubungan
antara 2 Pengusaha atau lebih yang disebut terakhir; atau
Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua atau lebih
Pengusaha berada di bawah penguasaan Pengusaha yang
sama baik langsung maupun tidak langsung;
Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda
dalam garis keturunan lurus satu derajat dan/atau ke
samping satu derajat.
Indikasi Adanya Hubungan
Istimewa
(Pasal 2 UU PPN 2000)

Pengusaha Pengusaha
Investasi 50% B
A

Invest 25% Invest. 50%

Pengusaha Pengusaha
D C

- Pengusaha A punya hub. Istimw dgn B karena ada hub. ekonomi langsung sebesar 50%;
- Peng. C punya hub. Isimewa dgn A karena ada hub. Ekonomi scr. Tidak langsung 25%;
- Peng. B,C,D punya hub. Istimewa karena dibawah penguasaan pengusaha yang sama, A.
Cat ; Sebab penguasaan juga dapat disebabkan karena faktor manajemen.
4/7/2016 35
TARIP PAJAK PPN (PASAL 7 UU PPN
2009)
1 . Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10%
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen)
diterapkan atas:
a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
c. ekspor Jasa Kena Pajak
3. Tarif pajak dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan
paling tinggi 15%

4/7/2016 36
DASAR PENGENAAN PAJAK

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara


mengalikan tarif dengan Dasar Pengenaan Pajak yang
meliputi Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor,
atau nilai lain
Ketentuan mengenai nilai lain diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

4/7/2016 37
HARGA JUAL

Nilai berupa uang


Termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual Barang Kena
Pajak.
Tidak termasuk PPN dan potongan harga yang
tercantum dalam faktur pajak.

Yang termasuk dalam pengertian biaya yang


merupakan unsur harga jual, antara lain :
pengangkutan, asuransi, bantuan teknik,
pemeliharaan, dan garansi.
PENGGANTIAN

Nilai berupa uang


Termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP
Tidak termasuk PPN dan potongan harga yang tercantum
dalam faktur pajak.
NILAI IMPOR

Nilai berupa uang yang menjadi Dasar


penghitungan bea masuk
Ditambah pungutan yang dikenakan sesuai
Undang-Undang Pabean.
Tidak termasuk PPN/PPn BM.
Nilai Impor = Harga Impor (CIF) + Bea Masuk
PPN = 10% x Nilai Impor
NILAI EKSPOR

Nilai berupa uang


Termasuk biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir, yaitu,
nilai yang tercantum dalam dokumen PEB
(Pemberitahuan Ekspor Barang yang telah
difiat muat oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai).
PPN Ekspor = 0% x Nilai Ekspor
PROSES PENGENAAN PPN

Pengusaha Kapas
Rp 7.000 Kapas

Pabrik Pemintalan
Benang
Rp 13.000 Benang
PM =Rp 1.300 PPN disetor
Pabrik Kain Rp 1.200
PK = Rp 2.500
Rp 25.000 Kain

Pabrik Pakaian PM =Rp 2.500


PPN Disetor
Rp 40.000 PK = Rp 4.000 Rp 1.500
Pakaian

Konsumen
Akhir Dari kapas hingga menjadi pakaian jadi, telah terjadi pertambahan
nilai sebanyak Rp 40.000 dengan total PPN Rp 4.000

4/7/2016 42
4/7/2016 43
Saat Terutangnya PPN (1)
(Psl. 11 UU PPN)

1. Penyerahan BKP
- untuk Brg bergerak : Saat penyerahan kepada pembeli/ pihak
ke 3 untuk dan atas nama pembeli atau penyerahan kepada
juru kirim/pengusaha jasa angkutan
- Brg. Tidak bergerak : saat penyerahan hak untuk menggunakan/
menguasai BKP Ybs. Scr hukum atau kenyataan kepada pembeli
2. Penyerahan JKP
- saat tersedia fasilitas/kemudahan untuk dipakai secara nyata
- saat penagihan
- saat pembayaran yang mendahului penyerahan
3. Ekspor BKP
- saat BKP dikeluarkan dari Daerah Pabean
4. Impor BKP
- saat BKP dimasukan ke dalam Daerah Pabean
4/7/2016 44
Saat Terutangnya PPN (2)
(Pasal 11 UU PPN)

5. Penyerahan BKP tidak berwujud


- saat dinyatakan sebagai piutang
- saat penagihan
- saat diterima pembayaran
- saat kontrak ditandatangani

6. Aktiva perusahaan dan persediaan BKP pada saat pembubaran


- saat akte pembubaran ditandatangani
- kenyataan bubar
- berdasarkan penetapan pengadilan
- Anggaran Dasar

7. Saat Pembayaran
Jika pembayaran diterima sebelum penyerahan

4/7/2016 45
Tempat PPN Terutang
(Pasal 12 UU PPN)

5. Penyerahan di dalam Daerah Pabean :


Pajak terutang di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan tempat kegiatan
usaha dilakukan yaitu di tempat usaha dikukuhkan atau seharusnya
dikukuhkan.
6. Impor BKP :
Pajak terutang di tempat BKP dimasukkan ke dalam Daerah Pabean.
7. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean:
Di tempat Orang Pribadi atau Badan yang memanfaatkan, Yg memanfaatkan ,
atau terdaftar sb. WP
Saat BKP tidak berwujud/JKP dari luar Daerah Pabean dimanfaatkan di
dalam Daerah Pabean (KMK No. 568/KMK.04/2000)
8. Kegiatan membangun sendiri di luar kegiatan usaha/pekerjaannya, tempat
terutang di tempat bangunan didirikan;
9. Ditentukan lain oleh DJP atas permintaan PKP/secara jabatan
4/7/2016 46
CONTOH 1

PT. Sarujuk menjual bangunan secara kredit dengan


pembayaran tidak sekaligus. Misalnya masa kredit 5 tahun,
harga bangunan Rp 600 juta dengan pembayaran per bulan
senilai Rp 12 juta. Kapan PPN terutang dan berapa nilainya?

PPN = 10% x Rp 12 juta = Rp 1,2 juta

Terhutang (dibayar) pada saat pembeli membayar angsuran

4/7/2016 47
Pemusatan Tempat PPN terutang
(Pasal 12 (2) UU PPN)

Ada dua Jenis Pemusatan

a. Pemusatan secara b. Pemusatan melalui permohonan atau


otomatis/ Scr. melalui pemberitahuan (KEP-
Jabatan, yaitu bagi PKP 128/PJ./2003):
yang dikukuhkan di KPP - melalui pemberitahuan bagi PKP
WP Besar, KPP BUMN,
KPP PMA; KPP Madya; yang menyampaikan SPT
dengan e-efiling (menyampaikan
SPT) melalui internet baik induk
maupun lampiran).
- melalui permohonan, yaitu bagi
PKP selain menyampaikan
SPTnya dengan e-filing.

4/7/2016 48
Persyaratan Pemusatan
(KEP-128/PJ./2003)

Administrasi penjualan dan pembelian dilakukan oleh tempat


pemusatan;
Fungsi tempat dipusatkan hanya melakukan penyerahan BKP atau
JKP kepada pembeli atas perintah tempat pemusatan;
Semua Faktur Pajak dan Faktur Penjualan diterbitkan oleh tempat
pemusatan, kecuali dicetak berdasarkan data yang diinput secara on
line dari tempat pemusatannya.
Tempat dipusatkan hanya mengadministrasi persediaan dan
administrasi kegiatan perolehan BKP/JKP untuk keperluan
operasional kantor ybs. Yang dananya dari kas kecil.
Khusus untuk PKP Pedagang eceran dapat dikabulkan jika kegiatan
dan administrasi pembelian untuk jaringan penjualan yang tersebar
di berbagai tempat, dipusatkan di tempat pemusatan yang
dimohonkan.
4/7/2016 49
Prosedur Pemusatan (1)
(KEP-128/PJ./2003)

Bagi yang SPT-nya tidak e-filing:


1. PKP mengajukan permohonan secara
tertulis kepada DJP c.q. Kakanwil yang
membawahi KPP tempat pemusatan
diinginkan paling lambat tiga bulan
sebelum dimulai pemusatan yang memuat keterangan :
- Nama, alamat, dan NPWP tempat kegiatan penyerahan
BKP dan atau JKP yang dipusatkan dan pusat;
- Tanggal yang diinginkan untuk dimulainya pemusatan
- Pernyataan PKP bahwa sistem administrasinya telah
sesuai dengan persyaratan pemusatan tempat PPN terutang.
2. Kakanwil DJP memerintahkan ke KPP tempat yang akan dipusatkan
untuk melakukan PSL dan dalam waktu paling lambat 2 bulan
harus ada laporan hasil pemeriksaan;
3. Berdasarkan LHP, Paling lambat 3 bulan sejak permohonan diterima
lengkap Kakanwil menerbitkan keputusan.

4/7/2016 50
Prosedur Pemusatan (2)
Bagi yang SPT-nya e-filing :
1. PKP mengajukan pemberitahuan tertulis kepada DJP c.q. Kakanwil
yang membawahi KPP tempat pemusatan diinginkan paling lambat
tiga bulan sebelum dimulai pemusatan yang memuat keterangan :
- Nama, alamat, dan NPWP tempat kegiatan penyerahan BKP dan
atau JKP yang dipusatkan dan pusat;
- Tanggal yang diinginkan untuk dimulainya pemusatan
- Melampirkan fotokopi dan memperlihatkan yang asli berita acara
penyampaian SPT Masa PPN dengan e-filing bagi tempat masa
pajak yang dipusatkan.
2. Kakanwil atas nama Dirjen Pajak menerbitkan keputusan
paling lambat 14 hari sejak tanggal diterimanya pemberitahuan.

4/7/2016 51
Faktur Pajak
(Psl 13 UU PPN)

Adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh


Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak atau
penyerahan Jasa Kena Pajak atau bukti
pungutan pajak karena impor Barang Kena
Pajak yang dipungut oleh DJBC.

4/7/2016 52
FAKTUR PAJAK
BAGI PKP

Faktur pajak bagi Faktur pajak bagi


PENJUAL BKP atau PEMBELI BKP atau
JKP merupakan bukti JKP merupakan bukti
PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN

4/7/2016 53
FAKTUR PAJAK DITERBITKAN

Penyerahan BKP
Penyerahan JKP
Ekspor BKP tidak
berwujud
Ekspor JKP

4/7/2016 54
FAKTUR PAJAK

Faktur Pajak Standar


Faktur Pajak
Pengganti
Dokumen Tertentu

4/7/2016 55
4/7/2016 56
E - FAKTUR PAJAK

e-Faktur adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau


sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
dimaksudkan untuk memberikan kemudahan, kenyamanan, dan
keamanan bagi Pengusaha Kena Pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan khususnya pembuatan Faktur Pajak.
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang diwajibkan membuat Faktur
Pajak berbentuk elektronik ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak.
PKP yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jawa dan
Bali wajib menggunakan e-Faktur per 1 Juli 2015. Sedangkan
pemberlakukan e-Faktur secara nasional akan secara serentak
dimulai pada 1 Juli 2016.
PKP yang telah wajib e-Faktur namun tidak menggunakannya,
secara hukum dianggap tidak membuat faktur pajak sehingga
akan dikenakan sanksi pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

4/7/2016 57
SAAT FAKTUR PAJAK DIBUAT

Saat penyerahan BKP atau JKP


Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan
pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau
penyerahan JKP
Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan
Saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendahara
Pemerintah sbg Pemungut PPN.
Saat lain yang diatur dgn berdasar Peraturan MenKeu
Bila faktur pajak tidak dibuat atau terlambat diterbitkan
dikenakan sanksi denda 2% (KUP pasal 14 ayat 4).

4/7/2016 58
PAJAK MASUKAN

Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya


sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP
dan/atau perolehan JKP dan/atau pemanfaatan
BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean dan/atau impor BKP.
Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak
dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa
Pajak yang sama
Pajak masukan: (a) dapat dikreditkan; (b) tidak
dapat dikreditkan

4/7/2016 59
PAJAK MASUKAN

1.Pajak Masukan yang dapat dikreditkan (Formulir 1195 B1)


2.Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan (Formulir 1195
B4)
3.Pajak Masukan yang terkait Fasilitas Bapeksta (Formulir
1195 B2)
4.Pajak Masukan dikoreksi akibat penghitungan kembali
Pengkreditan Pajak Masukan (Formulir 1195 B3)
5.PPN Pajak Masukan bagi PKP yang memilih menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan neto (Formulir B 1)
6.PPN Pajak Masukan akibat Penghapusan Piutang, Rusak
atau Musnah
7.PKP Penjual atau pemberi jasa salah dalam memungut PPN
dan atau PPnBM
8.Permohonan Tempat Lain sebagai tempat pengkreditan
Pajak Masukan
9.Konfirmasi Faktur Pajak Masukan

4/7/2016 60
PAJAK MASUKAN YANG DAPAT
DIKREDITKAN (FORMULIR 1195 B1)
Dalam Penjelasan Pasal 9 ayat 8 huruf b UU PPN, Pajak
Masukan berhubungan langsung dengan kegiatan usaha,
yaitu pengeluaran untuk kegiatan- kegiatan sbb :
1. Produksi
2. Distribusi
3. Pemasaran
4. Manajemen
atas penyerahan BKP atau JKP yang bersangkutan.
Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha.
penyerahan yang terutang PPN (Pasal 9 ayat 5 UU PPN).
Berdasarkan Pasal 16 B ayat 2 UU PPN, penyerahannya
tidak dipungut PPN.
Faktur Pajak yang diterbitkan sebelum 3 (tiga) bulan sejak
berakhirnya batas waktu penerbitan Faktur Pajak, dianggap
sebagai Faktur Pajak Standar. Faktur Pajak yang
diterbitkan setelah melewati batas waktu tidak dianggap
sebagai Faktur Pajak Standar. (KEP-DJP No.424/PJ./2002)

4/7/2016 61
PAJAK MASUKAN YANG TAK DAPAT
DIKREDITKAN
perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha
dikukuhkan sebagai PKP,
perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usaha;
perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor
berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan
barang dagangan atau disewakan;
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan
JKP dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha
dikukuhkan sebagai PKP;
perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan

4/7/2016 62
PAJAK MASUKAN YANG TAK DAPAT
DIKREDITKAN
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan
JKP dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya
tidakmemenuhi ketentuan
perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya
ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;
perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya
tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa
PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan
pemeriksaan;
perolehan BKP selain barang modal atau JKP
sebelum PKP berproduksi
4/7/2016 63
PAJAK KELUARAN (PASAL 5A) -1

Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh


PKP yang melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor
BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud, dan/atau ekspor
JKP.
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar
daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan PPN yang
harus disetor oleh PKP.

4/7/2016 64
PAJAK KELUARAN (PASAL 5A) -2

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat


dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya
merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa
Pajak berikutnya.
Atas kelebihan Pajak Masukan dapat diajukan permohonan
pengembalian pada akhir tahun buku.
Termasuk dalam pengertian akhir tahun buku dalam
ketentuan ini adalah Masa Pajak saat Wajib Pajak melakukan
pengakhiran usaha (bubar).

4/7/2016 65
CONTOH (1)

Masa Pajak Mei 2015


Pajak Keluaran = Rp 2.000.000
Pajak Masukan yg dpt Dikreditkan =Rp 4.500.000
Pajak yang lebih dibayar = Rp 2.500.000
Pajak yang lebih dibayar tersebut dikompensasikan ke Masa
Pajak Juni 2015.

4/7/2016 66
CONTOH (2)

Masa Pajak Juni 2015


Pajak Keluaran = Rp 5.000.000
Pajak Masukan yg dpt Dikreditkan = Rp 3.500.000
Pajak yang kurang dibayar = Rp 1 .500.000
Kompensasi pajak bulan Mei = Rp 2.500.000
Pajak yang lebih dibayar = Rp 1 .000.000
dapat dikompensasikan ke Masa Pajak Juli 2015

4/7/2016 67
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK
MASUKAN SETIAP MASA PAJAK
PKP yang melakukan ekspor BKP Berwujud;
PKP yang melakukan penyerahan BKP
dan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut
PPN;
PKP yang melakukan penyerahan BKP
dan/atau penyerahan JKP yang PPNnya tidak
dipungut;
PKP yang melakukan ekspor BKP Tidak
Berwujud;
PKP yang melakukan ekspor JKP; dan/atau
PKP dalam tahap belum berproduksi
4/7/2016 68
PERLAKUAN KHUSUS (PASAL 16B)

1 . Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau


dibebaskan dari pengenaan pajak, baik sementara waktu
maupun selamanya, untuk:
a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam
Daerah Pabean;
b. penyerahan Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan
Jasa Kena Pajak tertentu;
c. impor Barang Kena Pajak tertentu;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud tertentu
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; dan
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean, diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

4/7/2016 69
PERLAKUAN KHUSUS (PASAL 16B)

2. Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena


Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas
penyerahannya tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
dapat dikreditkan. > fasilitas pembebasan PPN atas
BKP/JKP yg dibeli PKP
3. Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena
Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas
penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai tidak dapat dikreditkan > pemerintah
memberikan fasilitas pembebasan PPN atas BKP/JKP yg
dijual PKP

4/7/2016 70
PASAL 16 C KEGIATAN MEMBANGUN
SENDIRI
Kegiatan Membangun Sendiri adalah :
Kegiatan membangun sendiri bangunan yang diperuntukkan
bagi tempat tinggal atau tempat usaha dengan luas bangunan
paling sedikit 200 m2 atau lebih dan bersifat permanen.
Ketentuan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
163/PMK.03/2012:
a. Konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata
atau bahan sejenis, dan/atau baja;
b. Diperuntukan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c. Luas keseluruhan paling sedikit 200m2 (dua ratus meter
persegi).

4/7/2016 71
PENGHITUNGAN PPN 16C

Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap


dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang
tenggang waktu antar tahapan-tahapan tersebut tidak lebih
dari 2 tahun. Pembangunan bertahap sepanjang masih dalam
jangka waktu 2 tahun, diperlakukan sebagai paket bangunan.
Penentuan PPN nya:
Kegiatan membangun sendiri akan dikenakan PPN dengan tarif
sebesar 10 % (sepuluh persen) dari Dasar Pengenaan Pajak
Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah
20% (dua puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau
yang dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga
perolehan tanah.

PPN = 10% x (20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau


dibayarkan untuk membangun bangunan)

4/7/2016 72
SAAT TERUTANG PPN

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor


163/PMK.03/2012 Pasal 4 ditentukan bahwa:
1 . Saat yang menentukan PPN terutang adalah saat mulai
dibangunnya bangunan.
2. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara
bertahap dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan
sepanjang tenggang waktu antara tahapan-tahapan tersebut
tidak lebih dari 2 (dua) tahun.
3. Tempat pajak terutang atas kegiatan membangun sendiri
adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.

4/7/2016 73
KETENTUAN PEMBAYARAN PPN

Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan


membangun sendiri dilakukan setiap bulan sebesar 10%
(sepuluh persen) dikalikan dengan 20% (dua puluh persen)
dikalikan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang
dibayarkan pada setiap bulannya.
Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan membangun
sendiri wajib disetor ke kas negara seluruhnya dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atas nama orang
pribadi atau badan yang melaksanakan kegiatan membangun
sendiri melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun
sendiri wajib melaporkan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai
terutang tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang
wilayah kerjanya meliputi tempat bangunan didirikan dengan
mempergunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak paling lama
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.

4/7/2016 74
CONTOH
Bulan Desember 2015 Bapak Kastari membangun sebuah
rumah untuk tempat tinggal pribadinya. Luas keseluruhan dari
rumah tersebut adalah sebesar 215 m2. Keseluruhan biaya
yang dikeluarkan oleh Bapak Kastari untuk membangun rumah
tersebut hingga selesai pembangunan sebagai berikut:
pembelian tanah sebesar Rp 300.000.000,
pembelian material bangunan & perlengkapan keseluruhan
Rp 480.000.000,
biaya upah mandor dan pekerja bangunan Rp 170.000.000.
Berapakah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas
pembangunan rumah tersebut?

4/7/2016 75
JAWAB

Sesuai dengan PMK No. 163/PMK.03/2012 tarif PPN atas


Kegiatan Membangun Sendiri yang terhutang adalah:

PPN = 10% X DPP


PPN = 10% X (20% X Total biaya Pembangunan)
PPN = 10% X (20% X (Rp 480.000.000 + Rp 170.000.000)
PPN = 10% X Rp 130.000.000 = Rp 13.000.000

4/7/2016 76
Pasal 16 D :
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang
Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas
penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat
dikreditkan

4/7/2016 77
PENGHITUNGAN PPN 16 D

PPN yang terutang atas pengalihan aktiva yang


dikenakan PPN 10% dari Nilai Penjualan, harus
disetor seluruhnya atau sebesar Pajak Keluaran,
dengan menggunakan SSP tersendiri. Jadi berbeda
dengan cara mempertanggungjawabkan PPN PK
pada umumnya.
Penyetoran harus dilakukan pada tanggal 15 bulan
berikutnya setelah bulan terjadinya pengalihan.
Atas pengalihan ini dapat dibuatkan faktur pajak
standar, namun tidak diperlakukan seperti pada
umumnya, artinya tidak perlu dimasukkan dalam
Formulir SPT SPT Masa PPN 1195-A1

4/7/2016 78
RESTITUSI PPN ORANG ASING (PASAL
16E)
Turis yang berkunjung ke Indonesia diberi insentif
pengembalian PPN & PPnBM atas BKP
BKP dibeli dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum orang
pribadi pemegang paspor luar negeri meninggalkan Indonesia
Pemegang paspor luar negeri dapat memiliki NPWP & tidak
memiliki NPWP

4/7/2016 79
TANGGUNG RENTENG (PASAL 16F)

Pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak


bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran pajak,
sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti bahwa pajak telah
dibayar.
Tangung renteng terjadi bila PPN tidak dapat ditagih kepada
penjual atau pemberi jasa dan pembeli atau penerima jasa
tidak dapat menunjukkan bukti telah melakukan pembayaran
pajak kepada penjual atau pemberi jasa.

4/7/2016 80
MEKANISME PPN UNTUK PENYERAHAN
KENDARAAN BEKAS OLEH DEALER

Diatur dalam Pasal 9 ayat 7a dan 7b UU PPN 1984 dan


ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 79/PMK.03/2010
PKP yang melakukan kegiatan usaha yang semata-mata
melakukan penyerahan kendaraan bermotor bekas
secara eceran, besarnya Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan dihitung menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan, yaitu
sebesar 90% dari Pajak Keluaran
Penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
ditentukan berdasarkan taksiran, yaitu 90% dari Pajak
Keluaran.

4/7/2016 81
CONTOH

Dalam catatan dealer kendaraan bermotor bekas pada suatu Masa


Pajak diperoleh datasbb:
Penyerahan dan PPN yang dipungut:
Penjualan kendaraan bekas: Harga Jual Rp500juta, Pajak
Keluaran Rp 50juta
Pembelian barang dan jasa ser ta Pajak Masukan yang berhubungan
dengan penyerahan kena pajak:
Pembelian barang dan jasa ser ta Pajak Masukan yang berhubungan
dengan penyerahan kena pajak:
Harga Jual/ Pajak Masukan
Penggantian
- Pembelian mobil bekas dari PKP Rp 1 80juta Rp 1 8juta
- Pembelian mobil bekas dari non PKP Rp 300juta --
- Pemanfaatan JKP Rp 50juta Rp 5 juta

4/7/2016 82
Perhitungan PPN:
Jumlah harga jual dalam Masa Pajak Rp 500juta
Dasar Pengenaan Pajak Rp 500juta
PPN yang dipungut dari konsumen = 10% x Rp500juta = Rp 50juta
PPN yang disetor ke Kas Negara dengan Pedoman Pengkreditan
- Pajak Keluaran Rp 50juta
- Pajak Masukan= 90% x Rp 50juta = Rp 45juta -
Pajak kurang dibayar Rp 5juta
Dengan ketentuan ini, yang diterima oleh Negara adalah sbb:
- Pembayaran PPN yang tidak dapat dikreditkan oleh PKP dealer
sebesar Rp 23juta, dan
- PPN yang disetor ke Kas Negara oleh Dealer sebesar Rp 5juta
sehingga total ada Rp 28 juta.

4/7/2016 83
Pajak Penjualan Barang Mewah

4/7/2016 84
PENGERTIAN BARANG MEWAH (1)

Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang


tergolong mewah adalah:
1. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan
pokok (barang sekunder atau tersier);
2. barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
3. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh
masyarakat berpenghasilan tinggi;
4. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan
status.

4/7/2016 85
PENGERTIAN BARANG MEWAH (2)

Pertimbangan pengenaan PPnBM


a. perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen
yang berpenghasilan rendah dan konsumen yang
berpenghasilan tinggi;
b. perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena
Pajak yang tergolong mewah;
c. perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau
tradisional; dan
d. perlu untuk mengamankan penerimaan negara.

4/7/2016 86
PENGERTIAN BARANG MEWAH (3)

Kriteria dalam pengenaan PPnBM


Tingkat kemampuan golongan masyarakat yang
mempergunakan barang mewah
Nilai guna barang mewah bagi masyarakat pada umumnya.
Barang mewah yang dikonsumsi oleh masyarakat banyak
perlu dikenai PPnBM dgn tarip yang rendah.

Pengenaan PPnBM lebih berfungsi sebagai pengatur pajak


(regulerend) daripada fungsi penerimaan (budgeter).

4/7/2016 87
PENGENAAN PPnBM

Produsen/Importir Distributor
BKP Mewah Dipungut Barang Mewah
PPnBM
Dipungut Tidak Pungut
PPnBM PPnBM

Konsumen Barang
Mewah

4/7/2016 88
BARANG MEWAH (PASAL 16E) - 1

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang


Mewah yang sudah dibayar atas pembelian Barang Kena Pajak
yang dibawa ke luar Daerah Pabean oleh orang pribadi
pemegang paspor luar negeri dapat diminta kembali.
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang dapat diminta kembali harus memenuhi syarat:
a. nilai Pajak Per tambahan Nilai paling sedikit Rp500.000,00
(lima ratus ribu rupiah) dan dapat disesuaikan dengan
Peraturan Pemerintah;
b. pembelian Barang Kena Pajak dilakukan dalam jangka
waktu 1 (satu) bulan sebelum keberangkatan ke luar
Daerah Pabean;
c. Faktur Pajak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (5)

4/7/2016 89
BARANG MEWAH (PASAL 16E) - 2

Prinsipnya pemungutan PPnBM hanya 1 kali saja,


yaitu pada waktu:
a. penyerahan oleh pabrikan atau produsen Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah;
b. impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.

4/7/2016 90
TARIP PPNBM (PASAL 8 UU PPN 2009)

Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah ditetapkan paling


rendah 10% dan paling tinggi
200%
Ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
dikenai pajak dengan tarif 0%
Ketentuan mengenai kelompok BKP yang tergolong mewah
yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah diatur dgn
PP
Ketentuan mengenai jenis barang yang dikenai Pajak
Penjualan atas Barang Mewah diatur dgn PP
Penentapan BKP barang mewah diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan (PMK No. 130 th 2013 untuk non
kendaraan bermotor)

4/7/2016 91
TARIP PPNBM 10%

1. Alat rumah tangga, alat pendingin, alat


pemanas, alat penerima siaran TV
2. Peralatan dan perlengkap an olaharaga.
3. Mesin pengatur suhu udara
4. Alat perekam atau repro duksi gambar
5. Alat fotografi, alat sinematografi,beserta
perlengkapannya

4/7/2016 92
TARIP PPNBM KENDARAAAN

PPnBM mobil yang berlaku sekarang


Sedan Tarif (%)
<1,5 lt 30
1,5 lt 40
>3,0 lt (P)/2,5 (D) 75

MPV (tipe 4x2) Tarif (%)


<1,5 lt 10
1,5 lt 20
2,5 lt 40
>3,0 lt (P)/2,5 lt (D) 75

SUV (tipe 4X4) Tarif (%)


1,5 lt 30
1,5 lt 40
>3,0 lt(P)/2,5 lt (D) 75

4/7/2016 93
BKP BEBAS PPNBM
PMK NO 106/PMK.010/2015
Peralatan elektronik: lemari pendingin, pemanas air, mesin
cuci baju, monitor televisi, AC, AC mobil, alat perekam video,
alat fotografi, kompor, proyektor, mesin cuci piring, mesin
pengering, danmicrowave oven
Alat olahraga: alat pancing, peralatan golf, peralatan selam,
selancar, serta peralatan untuk olahraga menembak
Alat musik: piano dan alat musik elektrik
Peralatan rumah dan kantor: permadani, kaca kristal, kursi,
kasur, lampu, porselen dan ubin
Lain-lain: wewangian, saddler y dan harness, tas, pakaian,
arloji, jam, barang dari logam mulia, dan alas kaki

4/7/2016 94
CONTOH

Pengusaha Kena Pajak Aduhai mengimpor BKP dengan Nilai


Impor Rp 150.000.000. BKP tersebut, selain dikenakan PPN,
misalnya juga dikenakan PPnBM dengan tarif 20%.

Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang


Kena Pajak tersebut adalah:
Dasar Pengenaan Pajak = Rp 150.000.000
PPN = 10% x Rp 50.000.000 = Rp 15.000.000
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah : 20% x Rp 150.000.000
= Rp 30.000.000

4/7/2016 95
APLIKASI PPNBM

PPnBM tidak mengenal istilah pengkreditan. PPnBM yang


sudah dibayar pada waktu perolehan atau impor BKP Yang
Tergolong Mewah, tidak dapat dikreditkan dengan PPN
maupun PPnBM yang dipungut.
PPnBM dapat ditambahkan ke dalam harga Barang Kena
Pajak yang bersangkutan atau dibebankan sebagai biaya.

4/7/2016 96
CONTOH

Barang yang diimpor oleh PKP Aduhai tersebut dipakai untuk


memproduksi BKP lain yang atas penyerahannya dikenakan PPN
10% dan PPnBM 30%. Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas
Barang Kena Pajak yang diimpor tersebut tidak dapat dikreditkan,
maka PPnBM sebesar Rp 10.000.000 dapat ditambahkan ke
dalam harga Barang Kena Pajak yang dihasilkan oleh Pengusaha
Kena Pajak Aduhai atau dibebankan sebagai biaya.
Apabila PKP Aduhai menjual Barang Kena Pajak yang
dihasilkannya kepada Pengusaha Kena Pajak Beres dengan
Harga Jual Rp 60.000.000. Maka, penghitungan PPN dan PPnBM
yang terutang adalah:
Dasar Pengenaan Pajak = Rp 60.000.000
PPN = 10% x Rp 60.000.000 = Rp 6.000.000
PPnBM = 30% x Rp 60.000.000 = Rp 18.000.000

4/7/2016 97
CONTOH (LANJUTAN)

Dalam contoh ini, Pengusaha Kena Pajak Asooii dapat


mengkreditkan PPN sebesar Rp 500.000 di atas terhadap Pajak
Pertambahan Nilai sebesar Rp 5.000.000.
Sedangkan PPnBM sebesar Rp 1 .000.000 tidak dapat
dikreditkan, baik dengan PPN sebesar Rp 5.000.000 maupun
dengan PPnBM sebesar Rp 15.000.000.

Apabila terjadi ekspor BKP yang tergolong mewah, Pengusaha


Kena Pajak yang telah membayar PPnBM pada saat perolehan
BKP Yang Tergolong Mewah, sepanjang PPnBM tersebut belum
dibebankan sebagai biaya, Pengusaha Kena Pajak berhak
meminta kembali PPnBM yang dibayarnya, apabila Pengusaha
Kena Pajak dimaksud telah mengekspor BKP Yang Tergolong
Mewah tersebut.

4/7/2016 98

Anda mungkin juga menyukai