(PPN)
1
HAKEKAT PPN
Bahan Baku
(PKP) PPN Masukan
PRODUSEN PPN
DISTRIBUTOR
(PKP) Keluaran (PKP)
BDP
PENGECER/
PRODUSEN RETAILER
(PKP)
KONSUMEN
KONSUMEN
2
DASAR HUKUM
4/7/2016 3
POKOK PIKIRAN PERUBAHAN UU PPN
TH 2009
Perkembangan ekonomi yang sangat dinamis
dan Cepat
4/7/2016 5
*
Wilayah RI yang didalamnya berlaku UU No.
10 Th 1995 tentang KEPABEANAN:
Meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang
udara diatasnya,
Tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
Eksklusif
Landas kontinen
6 4/7/2016
Gambaran
Objek PPN
2. Impor BKP
Bukan Daerah Pabean 1. Pemanfaatan BKP
Tdk berwujud
5. Pemanfaatan JKP
BKP/JKP Pengusaha/
PKP/Pengusaha Siapapun
1. Penyerahan BKP
2. Penyerahan JKP
7. Penyerhn aktiva
sesuai Psl 16D
oleh PKP 8. Melakukan kegiatan
membangun sendiri
Sesuai Psl. 16C
4/7/2016 7
MEKANISME UMUM PPN
Im
por
Brg/Jasa Brg/Jasa
PKP PKP N PEMBELI
PM PK
LB KB
Nihil
Pasal 4 UU PPN
Pasal 16C UU PPN
Pasal 16D UU PPN
4/7/2016 9
Bentuk Objek
Dalam Pasal 4:
1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha ;
2. Impor BKP;
3. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha;
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
5. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean;
6. Ekspor BKP oleh Pengusaha Kena Pajak
7. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh PKP
8. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
4/7/2016 10
Rincian Objek
4/7/2016 11
KARAKTERISTIK PPN
4/7/2016 12
Penyerahan BKP (1)
(Pasal 1A (1) UU PPN Th 2009)
Penyerahan BKP :
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;
b. Penyerahan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian
leasing;
c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru
lelang;
d. Pemakaian sendiri dan pemberian Cuma - Cuma;
e. Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;
f. Penyerahan BKP dari Kantor Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP antar Cabang;
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi;
h. Penyerahan BKP olehj PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan
Berdasarkan prinsip syariah
4/7/2016 13
PENYERAHAN BKP (2)
perjanjian meliputi jual beli, tukar-menukar, jual beli dengan
angsuran, atau perjanjian lain yang mengakibatkan
penyerahan hak atas barang.
Leasing - penyerahan BKP yang disebabkan oleh perjanjian
sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi.
pemakaian sendiri adalah pemakaian untuk kepentingan
pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang
produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri.
pemberian cuma-cuma adalah pemberian yang diberikan
tanpa pembayaran baik barang produksi sendiri maupun bukan
produksi sendiri, seperti pemberian contoh barang untuk
promosi kepada relasi atau pembeli.
pemindahan BKP antartempat (pusat ke cabang) merupakan
penyerahan BKP.
4/7/2016 14
PENYERAHAN BKP (3)
4/7/2016 15
Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak
(Pasal 1A (2) UU PPN Th 2009)
a. penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana
diatur dalam KUHD;
b. penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang;
c. penyerahan BKP dari pusat ke cabang dan antar
cabang bagi PKP yang telah memperoleh izin
pemusatan tempat PPN terutang;
d. pengalihan BKP dalam rangka penggabungan,
peleburan, pemekaran,pemecahan, dan
pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang
melakukan PKP
e. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan
4/7/2016 16
Bukan BKP dan Bukan JKP
(Pasal 4A UU PPN Tahun 2009)
4/7/2016 17
BARANG YANG TIDAK DIKENAKAN PPN
(1)
1 . barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya, yaitu :
a. minyak mentah (crude oil );
b. gas bumi;
c. panas bumi;
d. pasir dan kerikil;
e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara;
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel,
bijih perak;dan
4/7/2016 18
BARANG YANG TIDAK DIKENAKAN PPN
(2)
barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
rakyat banyak:
a]. Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras
merah, beras ketan hitam atau beras ketan putih
b]. Segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning,
jagung kuning kemerahan atau popcorn (jagung brondong)
c]. Sagu
d]. Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau,
kedelai kuning atau kedelai hitam dalam bentuk pecah atau
utuh
e]. Garam baik yang berjodium maupun tidak berjodium
4/7/2016 19
BARANG HASIL PERTAMBANGAN
Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya meliputi:
a. minyak mentah (crude oil);
b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap
dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
c. panas bumi;
d. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara;
e.asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu
apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar),
garam batu (halite), grafit, granit/andesit,gips, kalsit, kaolin,
leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir
dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah
serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum),
tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel,
bijih perak, serta bijih bauksit.
4/7/2016 20
Bukan Jasa Kena Pajak (1)
4/7/2016 21
BUKAN JASA KENA PAJAK (2)
4/7/2016 22
Subjek Pajak
Non PKP PKP
Objek Pajak :
Objek Pajak : a. Penyerahan BKP/JKP di dalam
a. Impor BKP; Daerah Pabean oleh pengusa-
ha termasuk oleh kerjasama
b. Kegiatan membangun sendiri di
operasi;
luar kegiatan usaha atau b. Penyerahan JKP di dalam
pekerjaannya; Daerah Pabean oleh Pengu-
c. Pemanfaatan JKP/BKP tidak saha;
berwujud dari luar Daerah c Penyerahan aktiva yang menu-
Pabean di dalam Daerah rut tujuan semula tidak untuk
Pabean diperjualbelikan apabila Pajak
Masukan pada saat pembelian
nya menurut ketentuan dapat
dikreditkan;
d. Ekspor BKP;
4/7/2016 23
23
MEMBANGUN SENDIRI (1)
(PMK NO. 39/PMK.03/2010)
4/7/2016 24
MEMBANGUN SENDIRI (2)
(PMK NO. 39/ 39/PMK.03/2010)
a. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu
bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
b. diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan
usaha;
c. Luas keseluruhan paling sedikit 300 m2.
4/7/2016 25
MEMBANGUN SENDIRI (3)
(PMK NO. 39/ 39/PMK.03/2010)
Pajak Pertambahan Nilai terutang dihitung dgn cara
mengalikan tarif 10% dengan Dasar Pengenaan Pajak.
Dasar Pengenaan Pajak adalah 20% dari jumlah biaya yang
dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun
bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.
Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan
membangun sendiri terjadi pada saat mulai dibangunnya
bangunan.
4/7/2016 26
MEMBANGUN SENDIRI (4)
(PMK NO. 39/ 39/PMK.03/2010)
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap
dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang
tenggang waktu antara tahapan -tahapan tersebut tidak lebih
dari 2 tahun.
Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan kegiatan
membangun sendiri tidak dapat dikreditkan.
4/7/2016 27
SUBJEK PAJAK (1)
4/7/2016 28
SUBJEK PAJAK (2)
4/7/2016 29
PERUBAHAN KRITERIA PENGUSAHA
KECIL
Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 197/PMK.03/2013 ,
kriteria pengusaha kecil adalah pengusaha yang memiliki
peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp
4,8 miliar
Pengusaha kecil tidak wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP. Namun diperbolehkan untuk menjadi
PKP.
Pengusaha Kecil tidak wajib untuk melaporkan aktivitas usaha
mereka
Saat peredaran bruto mencapai lebih Rp 4,8 miliar, pengusaha
kecil tersebut wajib dikukuhkan menjadi PKP dan wajib
melaporkan kegiatan usaha mereka.
Bilamana peredaran bruto turun di bawah Rp 4,8 miliar , maka
pengusaha tersebut dapat dicabut pengukuhannya sebagai PKP.
4/7/2016 30
SYARAT PENGUKUHAN PKP (1)
Syarat Subjektif:
Mengisi Formulir (formulir di-cap jika permohonan adalah
badan usaha)
Fotokopi KTP Direktur atau Pemilik Usaha
Fotokopi NPWP Direktur atau Pemilik Usaha
Fotokopi NPWP Perusahaan
Fotokopi SITU dan SIUP
Fotokopi NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah) dan TDP
(Tanda Daftar Perusahaan)
Fotokopi Akta Perusahaan
Surat Kuasa Bermaterai (jika pengurusan selain direktur atau
pimpinan)
4/7/2016 31
SYARAT PENGUKUHAN PKP (2)
Syarat Objektif:
Laporan Keuangan Bulan Terakhir (Posisi Keuangan dan
Laporan Laba rugi)
Daftar Aset Perusahaan secara terperinci
Foto Tempat Kegiatan Usaha
Denah Lokasi Kegiatan Usaha
4/7/2016 32
Hubungan Istimewa
4/7/2016 33
HUBUNGAN ISTIMEWA
Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak
langsung sebesar 25% atau lebih pada Pengusaha lain, atau
hubungan antara Pengusaha dengan penyertaan 25% atau
lebih pada 2 Pengusaha atau lebih, demikian pula hubungan
antara 2 Pengusaha atau lebih yang disebut terakhir; atau
Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua atau lebih
Pengusaha berada di bawah penguasaan Pengusaha yang
sama baik langsung maupun tidak langsung;
Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda
dalam garis keturunan lurus satu derajat dan/atau ke
samping satu derajat.
Indikasi Adanya Hubungan
Istimewa
(Pasal 2 UU PPN 2000)
Pengusaha Pengusaha
Investasi 50% B
A
Pengusaha Pengusaha
D C
- Pengusaha A punya hub. Istimw dgn B karena ada hub. ekonomi langsung sebesar 50%;
- Peng. C punya hub. Isimewa dgn A karena ada hub. Ekonomi scr. Tidak langsung 25%;
- Peng. B,C,D punya hub. Istimewa karena dibawah penguasaan pengusaha yang sama, A.
Cat ; Sebab penguasaan juga dapat disebabkan karena faktor manajemen.
4/7/2016 35
TARIP PAJAK PPN (PASAL 7 UU PPN
2009)
1 . Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10%
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen)
diterapkan atas:
a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
c. ekspor Jasa Kena Pajak
3. Tarif pajak dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan
paling tinggi 15%
4/7/2016 36
DASAR PENGENAAN PAJAK
4/7/2016 37
HARGA JUAL
Pengusaha Kapas
Rp 7.000 Kapas
Pabrik Pemintalan
Benang
Rp 13.000 Benang
PM =Rp 1.300 PPN disetor
Pabrik Kain Rp 1.200
PK = Rp 2.500
Rp 25.000 Kain
Konsumen
Akhir Dari kapas hingga menjadi pakaian jadi, telah terjadi pertambahan
nilai sebanyak Rp 40.000 dengan total PPN Rp 4.000
4/7/2016 42
4/7/2016 43
Saat Terutangnya PPN (1)
(Psl. 11 UU PPN)
1. Penyerahan BKP
- untuk Brg bergerak : Saat penyerahan kepada pembeli/ pihak
ke 3 untuk dan atas nama pembeli atau penyerahan kepada
juru kirim/pengusaha jasa angkutan
- Brg. Tidak bergerak : saat penyerahan hak untuk menggunakan/
menguasai BKP Ybs. Scr hukum atau kenyataan kepada pembeli
2. Penyerahan JKP
- saat tersedia fasilitas/kemudahan untuk dipakai secara nyata
- saat penagihan
- saat pembayaran yang mendahului penyerahan
3. Ekspor BKP
- saat BKP dikeluarkan dari Daerah Pabean
4. Impor BKP
- saat BKP dimasukan ke dalam Daerah Pabean
4/7/2016 44
Saat Terutangnya PPN (2)
(Pasal 11 UU PPN)
7. Saat Pembayaran
Jika pembayaran diterima sebelum penyerahan
4/7/2016 45
Tempat PPN Terutang
(Pasal 12 UU PPN)
4/7/2016 47
Pemusatan Tempat PPN terutang
(Pasal 12 (2) UU PPN)
4/7/2016 48
Persyaratan Pemusatan
(KEP-128/PJ./2003)
4/7/2016 50
Prosedur Pemusatan (2)
Bagi yang SPT-nya e-filing :
1. PKP mengajukan pemberitahuan tertulis kepada DJP c.q. Kakanwil
yang membawahi KPP tempat pemusatan diinginkan paling lambat
tiga bulan sebelum dimulai pemusatan yang memuat keterangan :
- Nama, alamat, dan NPWP tempat kegiatan penyerahan BKP dan
atau JKP yang dipusatkan dan pusat;
- Tanggal yang diinginkan untuk dimulainya pemusatan
- Melampirkan fotokopi dan memperlihatkan yang asli berita acara
penyampaian SPT Masa PPN dengan e-filing bagi tempat masa
pajak yang dipusatkan.
2. Kakanwil atas nama Dirjen Pajak menerbitkan keputusan
paling lambat 14 hari sejak tanggal diterimanya pemberitahuan.
4/7/2016 51
Faktur Pajak
(Psl 13 UU PPN)
4/7/2016 52
FAKTUR PAJAK
BAGI PKP
4/7/2016 53
FAKTUR PAJAK DITERBITKAN
Penyerahan BKP
Penyerahan JKP
Ekspor BKP tidak
berwujud
Ekspor JKP
4/7/2016 54
FAKTUR PAJAK
4/7/2016 55
4/7/2016 56
E - FAKTUR PAJAK
4/7/2016 57
SAAT FAKTUR PAJAK DIBUAT
4/7/2016 58
PAJAK MASUKAN
4/7/2016 59
PAJAK MASUKAN
4/7/2016 60
PAJAK MASUKAN YANG DAPAT
DIKREDITKAN (FORMULIR 1195 B1)
Dalam Penjelasan Pasal 9 ayat 8 huruf b UU PPN, Pajak
Masukan berhubungan langsung dengan kegiatan usaha,
yaitu pengeluaran untuk kegiatan- kegiatan sbb :
1. Produksi
2. Distribusi
3. Pemasaran
4. Manajemen
atas penyerahan BKP atau JKP yang bersangkutan.
Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha.
penyerahan yang terutang PPN (Pasal 9 ayat 5 UU PPN).
Berdasarkan Pasal 16 B ayat 2 UU PPN, penyerahannya
tidak dipungut PPN.
Faktur Pajak yang diterbitkan sebelum 3 (tiga) bulan sejak
berakhirnya batas waktu penerbitan Faktur Pajak, dianggap
sebagai Faktur Pajak Standar. Faktur Pajak yang
diterbitkan setelah melewati batas waktu tidak dianggap
sebagai Faktur Pajak Standar. (KEP-DJP No.424/PJ./2002)
4/7/2016 61
PAJAK MASUKAN YANG TAK DAPAT
DIKREDITKAN
perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha
dikukuhkan sebagai PKP,
perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usaha;
perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor
berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan
barang dagangan atau disewakan;
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan
JKP dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha
dikukuhkan sebagai PKP;
perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan
4/7/2016 62
PAJAK MASUKAN YANG TAK DAPAT
DIKREDITKAN
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan
JKP dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya
tidakmemenuhi ketentuan
perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya
ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;
perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya
tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa
PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan
pemeriksaan;
perolehan BKP selain barang modal atau JKP
sebelum PKP berproduksi
4/7/2016 63
PAJAK KELUARAN (PASAL 5A) -1
4/7/2016 64
PAJAK KELUARAN (PASAL 5A) -2
4/7/2016 65
CONTOH (1)
4/7/2016 66
CONTOH (2)
4/7/2016 67
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK
MASUKAN SETIAP MASA PAJAK
PKP yang melakukan ekspor BKP Berwujud;
PKP yang melakukan penyerahan BKP
dan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut
PPN;
PKP yang melakukan penyerahan BKP
dan/atau penyerahan JKP yang PPNnya tidak
dipungut;
PKP yang melakukan ekspor BKP Tidak
Berwujud;
PKP yang melakukan ekspor JKP; dan/atau
PKP dalam tahap belum berproduksi
4/7/2016 68
PERLAKUAN KHUSUS (PASAL 16B)
4/7/2016 69
PERLAKUAN KHUSUS (PASAL 16B)
4/7/2016 70
PASAL 16 C KEGIATAN MEMBANGUN
SENDIRI
Kegiatan Membangun Sendiri adalah :
Kegiatan membangun sendiri bangunan yang diperuntukkan
bagi tempat tinggal atau tempat usaha dengan luas bangunan
paling sedikit 200 m2 atau lebih dan bersifat permanen.
Ketentuan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
163/PMK.03/2012:
a. Konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata
atau bahan sejenis, dan/atau baja;
b. Diperuntukan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c. Luas keseluruhan paling sedikit 200m2 (dua ratus meter
persegi).
4/7/2016 71
PENGHITUNGAN PPN 16C
4/7/2016 72
SAAT TERUTANG PPN
4/7/2016 73
KETENTUAN PEMBAYARAN PPN
4/7/2016 74
CONTOH
Bulan Desember 2015 Bapak Kastari membangun sebuah
rumah untuk tempat tinggal pribadinya. Luas keseluruhan dari
rumah tersebut adalah sebesar 215 m2. Keseluruhan biaya
yang dikeluarkan oleh Bapak Kastari untuk membangun rumah
tersebut hingga selesai pembangunan sebagai berikut:
pembelian tanah sebesar Rp 300.000.000,
pembelian material bangunan & perlengkapan keseluruhan
Rp 480.000.000,
biaya upah mandor dan pekerja bangunan Rp 170.000.000.
Berapakah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas
pembangunan rumah tersebut?
4/7/2016 75
JAWAB
4/7/2016 76
Pasal 16 D :
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang
Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas
penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat
dikreditkan
4/7/2016 77
PENGHITUNGAN PPN 16 D
4/7/2016 78
RESTITUSI PPN ORANG ASING (PASAL
16E)
Turis yang berkunjung ke Indonesia diberi insentif
pengembalian PPN & PPnBM atas BKP
BKP dibeli dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum orang
pribadi pemegang paspor luar negeri meninggalkan Indonesia
Pemegang paspor luar negeri dapat memiliki NPWP & tidak
memiliki NPWP
4/7/2016 79
TANGGUNG RENTENG (PASAL 16F)
4/7/2016 80
MEKANISME PPN UNTUK PENYERAHAN
KENDARAAN BEKAS OLEH DEALER
4/7/2016 81
CONTOH
4/7/2016 82
Perhitungan PPN:
Jumlah harga jual dalam Masa Pajak Rp 500juta
Dasar Pengenaan Pajak Rp 500juta
PPN yang dipungut dari konsumen = 10% x Rp500juta = Rp 50juta
PPN yang disetor ke Kas Negara dengan Pedoman Pengkreditan
- Pajak Keluaran Rp 50juta
- Pajak Masukan= 90% x Rp 50juta = Rp 45juta -
Pajak kurang dibayar Rp 5juta
Dengan ketentuan ini, yang diterima oleh Negara adalah sbb:
- Pembayaran PPN yang tidak dapat dikreditkan oleh PKP dealer
sebesar Rp 23juta, dan
- PPN yang disetor ke Kas Negara oleh Dealer sebesar Rp 5juta
sehingga total ada Rp 28 juta.
4/7/2016 83
Pajak Penjualan Barang Mewah
4/7/2016 84
PENGERTIAN BARANG MEWAH (1)
4/7/2016 85
PENGERTIAN BARANG MEWAH (2)
4/7/2016 86
PENGERTIAN BARANG MEWAH (3)
4/7/2016 87
PENGENAAN PPnBM
Produsen/Importir Distributor
BKP Mewah Dipungut Barang Mewah
PPnBM
Dipungut Tidak Pungut
PPnBM PPnBM
Konsumen Barang
Mewah
4/7/2016 88
BARANG MEWAH (PASAL 16E) - 1
4/7/2016 89
BARANG MEWAH (PASAL 16E) - 2
4/7/2016 90
TARIP PPNBM (PASAL 8 UU PPN 2009)
4/7/2016 91
TARIP PPNBM 10%
4/7/2016 92
TARIP PPNBM KENDARAAAN
4/7/2016 93
BKP BEBAS PPNBM
PMK NO 106/PMK.010/2015
Peralatan elektronik: lemari pendingin, pemanas air, mesin
cuci baju, monitor televisi, AC, AC mobil, alat perekam video,
alat fotografi, kompor, proyektor, mesin cuci piring, mesin
pengering, danmicrowave oven
Alat olahraga: alat pancing, peralatan golf, peralatan selam,
selancar, serta peralatan untuk olahraga menembak
Alat musik: piano dan alat musik elektrik
Peralatan rumah dan kantor: permadani, kaca kristal, kursi,
kasur, lampu, porselen dan ubin
Lain-lain: wewangian, saddler y dan harness, tas, pakaian,
arloji, jam, barang dari logam mulia, dan alas kaki
4/7/2016 94
CONTOH
4/7/2016 95
APLIKASI PPNBM
4/7/2016 96
CONTOH
4/7/2016 97
CONTOH (LANJUTAN)
4/7/2016 98