Anda di halaman 1dari 12

TUGAS SISTEM TRANSMISI ARUS SEARAH

HIGH VOLTAGE DIRECT CURRENT


DI INDONESIA

Dibuat oleh:
Maria Gusti Agung Ayu Permata (1404405084)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
HIGH VOLTAGE DIRECT CURRENT
ISJ

Pemakaian High Voltage Direct Current Transmission (HVDC) dimulai


kembali dikarenakan teknologi tabung/mercury arc sudah mulai berkembang
sehingga konverter daya ac/dc atau dc/ac bisa dibuat. Ditemukan thyristor sekitar
tahun 1970, thyristor ini menjadi dasar perkembangan pesat dari teknologi HVDC
karena bisa dibuat untuk keperluan daya besar, dibandingkan transistor/IGBT
yang dengan teknologi saat ini memiliki kapasitas daya lebih kecil daripada
thyristor.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan
proyek kabel listrik bertegangan tinggi bawah laut bagi jaringan listrik Jawa-
Sumatera (High Voltage Direct Current/HVDC) atau proyek interkoneksi
Sumatera Jawa (ISJ) akan dibuat dua arah, yaitu Jawa-Sumatera dan Sumatera-
Jawa. Proyek ini akan dimasukkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik (RUPTL) 2016 hingga 2025. Tujuan pembangunan transmisi yang pertama
di Indonesia yang menggunakan teknologi HVDC adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan dan keandalan pasokan listrik di Sumatera dan
Jawa.
2. Mendukung program pemerintah dalam rangka diverifikasi energi
pembangkit berbahan bakar non-BBM dengan mengoptimalkan batubara
yang melimpah di Pulau Sumatera.
3. Meningkatkan rasio elektrifikasi di Sumatera dan Jawa.
4. Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Transmisi HVDC ISJ akan menyalurkan tenaga listrik sebesar 3000MW
dari PLTU Indepensent Power Producer / IPP (listrik swasta) Sumsel 8,9 dan 10
ke sistem Sumatera dan Jawa. Panjang keseluruhan transmisi HVDC ISJ 742 km
yang meliputi transmisi DC (Direct Current) sepanjang 464 km dan transmisi AC
(Alternating Current) 278 km. Pembangungan transmisi HVDC ISJ terdiri atas
pembangunan melewati empat provinsi, yaitu Sumatera Selatan, Lampung,
Banten, dan Jawa Barat. Pembangunan transmisi HVDC ISJ memerlukan lahan
seluas 300 Hektar.
Pembangunan transmisi HVDC ISJ terdiri atas pembangungan Converter
Station 500kV AC/DC dan Electrode Station di sisi Sumatera dan Jawa termasuk
Gardu Induk AC 500 kV, 275 kV, dan 150 kV. Kabel laut HVDC sepanjang 40
km di Selat Sunda berikut Landing Point di sisi Sumatera dan Jawa Transmisi
HVDC sepanjang 464 km di sisi Sumatera dan Jawa. Kemudian transmisi 500
kV AC sepanjang 278 km di sisi Sumatera dan Jawa.
Ada beberapa paket yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan proyek
kabel listrik bawah laut Sumatera-Jawa. Paket pertama yaitu stasiun
konverter/inverter yang akan dipasang di Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten
Bogor. Paket kedua merupakan saluran transmisi kabel bawah laut 500 kV DC
sepanjang 40 kilometer dari Ketapang (Lampung) Salira (Banten). Paket ketiga
yaitu saluran transmisi udara 500 kV Dc Muara Enim-Ketapang dan Salira
Bogor. Paket keempat berupa saluran transmisi udara 500 Kv AC dari stasiun
konverter Muara Enim PLTU Mulut Tambang dan stasiun inverter Bogor
sistem transmisi Jawa Bali. Kemudian, paket terakhir yakni kabel transmisi 275
kV dari Muara Enim ke sistem transmisi 275 kV Sumatera.
Proyek transmisi Sumatera-Jawa memakai teknologi kabel tegangan tinggi
berkapasitas 500 kV dengan arus searah (high voltage direct current/HVDC)
kabel akan menyalurkan tenaga listrik sebesar 3000 MW dari pembangkit milik
produsen listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) yakni PLTU Sumsel 8,
9, dan 10 ke sistem Sumatera dan Jawa. Proyek kabel bawah laut HVDC
Sumatera-Jawa ini memiliki nilai investasi sekitar US$2miliar. Sebagian besar
pendanaan diperoleh dari pinjaman Japan International Cooperation Agency
(JICA).
Dengan memperhatikan kondisi negara Indonesia, luas wilayahnya
sebagian besar adalah lautan. Lautan ini bukanlah suatu pemisah antara pulau
yang satu dengan pulau lainnya, melainkan dipandang sebagai penghubung anatar
pulau. Para ahli perencanaan penyediaan tenaga listrik di negara ini turut
menyikap akan penyatuan sistem ketenagalistrikan, dengan menerapkan transmisi
dengan menggunaakn kabel bawah laut. Pengaliran tenaga listrik dengan sistem
arus searah baru dianggap ekonomis bila panjang saluran udaha lebih dari 640 km
atau saluran bawah tanah lebih panjang 50 km.
Terdapat 2 jenis teknologi konverter AC/DC/AC yang digunakan pada
sistem HVDC saat ini. HVDC yang menggunakan Current Source Converter
(CSC) komutasi jala-jala menggunakan thyristor dan HVDC yang menggunakan
Voltage Source Converter (VSC) yang menggunakan IGBT.
Teknologi CSC-HVDC digunakan untuk keperluan diatas 1000 MW.
Proses CSC-HVDC terbesar yang sedang dibangun saat ini adalah Xiangjiaba -
Shanghai HVDC yang mentransmisikan daya 6400 MW pada 800 kV sejauh 2071
km.
Komutasi jala-jala merupakan salah satu kelemahan yang ada pada CSC-
HVDC, akibatnya pada HVDC yang menggunakan CSC diperlukan jaringan arus
bolak-balik yang kuat di sisi kirim maupun sisi penerima. Berikut merupakan
gambar HVDC yang menggunakan CSC.

Gambar 1. CSC-HVDC

VSC-HVDC merupakan perkembangan terbaru dari teknologi HVDC.


Keunggulan VSC-HVDC dibanding CSC-HVDC adalah kemampuannya untuk
komutasi tanpa bergantung kondisi jala-jala, pengaturan daya aktif dan reaktif
yang independen, serta kemampuan untuk black-start. Keunggulan tersebut
membuat VSC-HVDC menarik untuk aplikasi penyaluran daya ke beban berjarak
jauh yang tidak memiliki sumber jala-jala lokal, seperti pada anjungan lepas
pantas, dsb.
Kelemahan VSC-HVDC adalah teknologi IGBT sekarang belum mampu
untuk melayani transmisi daya berkapasitas besar seperti halnya CSC-HVDC.
Proyek VSC-HVDC terbesar saat ini adalah Ciprivi Line HVDC di Namibia yang
berkapasitas 300MW pada 350 kV sejauh 970 km. Berikut merupakan gambar
HVDC yang menggunakan VSC.

Gambar 2. VSC-HVDC

Pemilihan konfigurasi sangat bergantung pada kondisi lokal, tujuan, dan


faktor ekonomi. Konfigurasi VSC maupun CSC-HVDC dapat dilakukan
modifikasi bergantung kondisi lokal masing-masing.

Back-to-back

Gambar 3. Konfigurasi Back-to-back

Pada konfigurasi ini gardu induk konverter berada pada lokasi yang sama
dan tidak menggunakan saluran arus searah jarak jauh. Umumnya konfigurasi ini
berfungsi sebagai interkoneksi frekuensi antara dua sistem arus bolak-balik yang
berdekatan, walaupun konfigurasi ini juga bisa dipakai pada interkoneksi dua
sistem arus bolak-balik yang memiliki frekuensi yang sama.

Monopolar
Gambar 4. Konfigurasi Monopolar

Pada konfigurasi ini dua gardu induk konverter dipisahkan menggunakan


satu saluran arus searah berjarak jauh, berbeda dengan konfigurasi back-to-bak
yang hanya membutuhkan satu lokasi saja. Saluran arus searah yang dipakai
hanya memiliki satu (1) kutub tegangan, bisa positif ataupun negatif sehingga
tanah diperlukan sebagai saluran balik arus. Konfigurasi ini sering digunakan
untuk transmisi saluran bawah laut karena jarang terjadi kerusakan pada
konduktor yang tertanam permanen di bawah laut. Hal ini menyebabkan tidak
menggunakan dua konduktor seperti konfigurasi lainnya yang bertujuan apabila
satu konduktor mengalami gangguan konduktor yang lain masih bisa beroperasi.
Konfigurasi ini lebih murah karena menggunakan satu konduktor dan
memerlukan dua konverter. Oleh karena itu, konfigurasi ini cocok digunakan
untuk HVDC Interkoneksi Sumatera-Jawa yang akan dibuat saluran bawah laut.

Bipolar

Gambar 5. Konfigurasi Bipolar


Pada konfigurasi ini dua gardu induk konverter dipisahkan menggunakan
dua saluran arus bolak-balik yang berbeda kutub tegangan, satu positif dan satu
lagi negatif. Relatif terhadap tanah, konfigurasi bipolar merupakan dua buah
konfigurasi monopolar yang berbeda kutub tegangan, sehingga masing-masing
monopolar dapat dioperasikan secara independen. Setiap terminal pada
konfigurasi ini memiliki dua konverter yang terhubung seri dan tidak ada arus ke
tanah. Pada konfigurasi ini menggunakan dua konduktor dan empat konverter.
Pada keadaan normal arus yang mengalir melalui tanah akan bernilai nol akibat
dua kutub monopolar yang berbeda. Keunggulan konfigurasi ini adalah salah satu
kutub tegangan tetap dapat beroperasi ketika kutub tegagnan yang lainnya tidak
beroperasi akibat gangguan atau alasan lain. Reliabilitas konfigurasi ini lebih baik
daripada konfigurasi monopolar.

Multiterminal or Homopolar

Gambar 6. Konfigurasi Multiterminal

Konfigurasi ini adalah perluasan dari konfigurasi bipolar dengan


menempatkan gardu konverter baru di tengah-tengah saluran bipolar. Jumlah
saluran masuk di tengah-tengah konfiurasi bipolar tidak dibatasi hanya satu,
melainkan bisa banyak sesuai dengan keperluan.
Pengguanaan sistem transmisi arus bolak-balik yang sudah menyeluruh
memang memberikan keuntungan harga yang lebih kompetitif karena pasar dan
produsen sudah sama-sama mapan, dibandingkan dengan transmisi HVDC yang
masih relatif lebih sedikit pemakiannya. Namun sistem HVDC akan dipandang
lebih menguntungkan dibandingkan sistem AC pada beberapa aplikasi tertentu.

Transmisi Jarak Jauh


Pada transmisi daya besar dengan jarah yang jauh, HVDC memberikan
alternatif yang kompetitif secara ekonomi terhadap sistem transmisi arus bolak-
balik. Terlepas dari adanya tambahan rugi-rugi akibat penggunaan konverter
dibandingkan pada sistem arus bolak-balik, rugi-rugi saluran pada transmisi
HVDC bisa lebih kecil 30%-50% dari ekuivalen saluran arus bolak-balik pada
jarak yang sama. Pada jarak yang sangat jauh, sistem transmisi arus bolak-balik
membutuhkan gardu induk di tengah saluran dan juga kompensasi reaktif.
Dibandingkan dengan transmisi arus searah yang tidak memerlukan gardu induk
intermediet. Jarak tipikal yang dianggap pemakaian sistem HVDC akan
menguntungkan secara ekonomis daripada transmisi arus searah adalah sekitar
500 km keatas.

Penggunaan Kabel
Pada kasus jika penggunaan kabel diperlukan, seperti pada transmisi yang
melewati laut, atau transmisi yang dirancang bawah tanah, penggunaan HVDC
memberikan keuntungan lebih secara ekonomis daripada penggunaan kabel arus
bolak-balik. Permasalahan lain pada penggunaan kabel dengan sistem arus bolak-
balik adalah penurunan kapasitas daya kabel karena jarak yang jauh akibat daya
reaktif yang cukup tinggi. Ini dikarenakan karakteristik kabel yang memiliki
kapasitansi yang lebih besar dan induktansi yang lebih kecil daripada ekuivalen
konduktor udara.

Interkoneksi Frekuensi
Interkoneksi antara 2 area yang berbeda frekuensi hanya bisa dilakukan
dengan menggunakan HVDC untuk menjamin kelangsungan operasi yang handal.
Contohnya adalah gardu induk Shin-Shinano 600 MW yang menghubungkan
Jepang bagian barat yang berfrekuensi 60 Hz dengan Jepang bagian timur yang
berfrekuensi 50 Hz. Tidak hanya pada kasus seperti Shin-Shinano yang beda
frekuensi operasi diantara dua terminalnya, beberapa kasus lain menggunakan
konverter frekuensi HVDC untuk menghubungkan antara dua perusahaan listrik
yang berbeda. Selain untuk pengaturan aliran daya, hal ini dimaksudkan untuk
melindungi area perusahaan satu dari fluktuasi frekuensi di perusahaan tetangga
disamping juga untuk mencegah menjalarnya gangguan akibat dari perusahaan
tetangga.

Kabel Tenaga dan Sistem Transmisi HVDC


Untuk penyaluran tenaga listrik digunakan kabel tenaga. Jenis kabel
tenaga dapat diklasifikasikan atas beberapa kelompok, yaitu :
a. Kelompok menurut kulit pelindungnya (armor)
b. Kelompok menurut konstruksinya
c. Kelompok menurut penggunaan, misalnya kabel saluran, kabel laut
(submarine), kabel corong utama, kabel udara, dan kabel taruh. Kabel
taruh yang dimaksud adalah cara menaruh kabel yang meliputi cara
menaruh langsung, sistem pita, dan sistem terusan tertutup.
Saluran transmisi dapat dikatergorikan atas saluran udara (overhead line)
dan saluran bawah tanah (under ground). Saluran HVDC yang digunakan untuk
interkoneksi Sumatera-Jawa ialah saluran bawah laut. Kabel yang digunakan ini,
pada umumnya mempunyai sifat yang sama dengan kabel tanah, namun dengan
konstruksi yang berbeda. Sebagai penghantar biasanya digunakna kawat tembaga
berlilit (annealed stranded), dan sebagai kulit pelindung digunakan pita baja yang
dapat ditaruh di dasar laut.
Kemudian dilakukan survei dan penetapan panjang kabel yang bertujuan
untuk mendapatkan data-data kondisi laut dan jalur kabel yang sesuai. Lintasan
yang dilalui kabel diusahakan yang pendek dan lurus, dasar laut tanpa lembah dan
laut yang tidak terlalu dalam. Survei jalur ini meliputi karakteristik permukaan
dasar laut, kedalaman laut, pergerakan arus, arus pasang surut, pergeseran pasir
dasar laut, dan data pendukung. Perbedaan antara panjang aktual dan panjang
yang direncanakan disebut panjang kabel slack. Berdasarkan data yang telah
diketahui, panjang kabel laut HVDC sepanjang 40 km di Selat Sunda berikut
Landing Point di sisi Sumatera dan Jawa Transmisi HVDC sepanjang 464 km di
sisi Sumatera dan Jawa.
Konfigurasi HVDC terdiri dari dua buah konverter, yaitu rectifier dan
inverter. Rectifier adalah sebuah konverter yang berfungsi untuk mengubah
tegangan AC menjadi tegangan DC. pada Rectifier digunakan thyristor karena
waktu konduksinya dapat dikontrol sehingga besar tegangan keluaran rectifier
dapat diatur besarnya melalui sudut picu () yang diberikan. Inverter adalah
sebuah konverter yang berfungsi untuk mengubah tegangan DC menjadi tegangan
AC dan penerima daya. Untuk mencari tegangan keluaran DC rectifier dan
inverter adalah sebagai berikut:

........................ (1)

Dimana,
P = Jumlah pulsa pada rectifier
Vdc = Tegangan keluaran Dc rectifier
Vm = Tegangan maksimum

= Sudut tunda konduksi thyristor pada rectifier

= Sudut tunda konduksi thyristor pada inverter

Konverter-konverter pada kedua ujung saluran membutuhkan daya reaktif


dari sistem AC. Kabel-kabel tanah yang digunakan untuk transmisi AC dapat juga
digunakan untuk DC dan biasanya dapat menyalurkan daya DC yang lebih besar
dari AC. Hal ini disebabkan karena tidak adanya arus pemuatan kapasitif dan
pemanfaatan isolasi yang lebih baik serta pemakaian bahan dielektrik lebih
sedikit.
Berikut ini perkiraan data jaringan HVDC ISJ yang akan dibuat:
1. Jenis konfigurasi HVDC ISJ : Monopolar
2. Panjang Keseluruhan Transmisi : 742 km
3. Panjang Transmisi DC : 464 km
4. Panjang Transmisi AC : 278 km
5. Panjang Kabel Bawah Laut : 40 km
6. Lahan Transmisi HVDC : 300 Ha
7. Kapasitas Konverter : lebih dari 3000 MW
8. Sistem Tegangan : 500 kV dan 275 kV
Dikarenakan menggunakan konfigurasi monopolar, komponen-komponen
yang digunakan dalam HVDC ISJ ini adalah satu konduktor dan dua konverter
yang terdiri dari rectifier dan inverter, kabel khusus di bawah laut yang
panjangnya kurang lebih 40 km dengan konstruksi kawat tembaga berlilit
(annealed stranded) dan sebagai kulit pelindung digunakan pita baja,
transformator step up dan transformator step down.
DAFTAR PUSTAKA

Andika. 2016. Kabel Listrik Bawah Laut Jawa-Sumatra akan Dibuat Dua
Arah. https://fakta.co.id/2016/06/06/kabel-listrik-laut-jawa-sumatra-dibuat-dua-
arah/. Diakses pada tanggal 19 Februari 2017.
Nurmayanti. 2014. Ini Proyek PLN Pemasok Listrik ke Sumatera.
http://bisnis.liputan6.com/read/2117413/ini-proyek-pln-pemasok-listrik-ke-
sumatera. Diakses pada tanggal 19 Februari 2017.
Anonim. 2015. PLN Mulai Konstruksi Kabel Listrik Jawa-Sumatera Mei
2015. http://listrik.org/news/pln-konstruksi-kabel-listrik-jawa-sumatera-mei-
2015/. Diakses pada tanggal 19 Februari 2017.
Admin. 2014. Proyek Transmisi Sumatera dan Transmisi Sumatera-JAwa
Dicanangkan. http://www2.esdm.go.id/berita/listrik/39-listrik/6942-proyek-
transmisi-sumatera-dan-transmisi-sumatera--jawa-dicanangkan.html. Diakses
pada tanggal 19 Februari 2017.
Angin165. 2010. Memahami HVDC : Teknologi dan Pemanfaatan.
https://konversi.wordpress.com/2010/06/07/memahami-hvdc-teknologi-dan-
pemanfaatan/. Diakses pada tanggal 20 Februari 2017.
Hage. 2008. Prospek Penggunaan Transmisi HVDC dengan Kebel Laut di
Indonesia. http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2008/11/prospek-penggunaan-
transmisi-hvdc.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2017.
Firman, Dedy Sastra dan Petrus Tahir Ursam. 2014. PERANCANGAN
TRANSMISI DC PADA SALURAN BAWAH LAUT. Jakarta : Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Anda mungkin juga menyukai