Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menghadapi era globalisasi, ketenaga-kerjaan semakin diharapkan


konstribusinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan
tercermin dengan meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos kerja
dan produktivitas kerja. Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja
dan lingkungan kerja yang sehat, selamat, nyaman dan menjamin
peningkatan produktivitas kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menekan
atau mengurangi resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja terhadap pekerja
yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahan, tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya. K3 baik sekarang
maupun di masa mendatang merupakan sarana menciptakan situasi kerja yang
aman, nyaman dan sehat, ramah lingkungan sehingga mendorong effisiensi dan
produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan semua
pihak, bagi pekerja maupun pengusaha.

Modernisasi teknologi industri yang semakin maju menyebabkan semakin


luasnya pemaparan getaran. Paparan getaran terhadap pekerja yang tersebar
dalam berbagai industri merupakan masalah yang harus mendapat perhatian
khusus sebab akan berakibat menimbulkan penyakit atau kecelakaan kerja.

Pada banyak kasus, getaran tidak diinginkan kerena dapat membuang energi,
menimbulkan ketidak nyamanan, menghasilkan bunyi derau (noise) dan bahkan
dapat menyebabkan kerusakan. Selain dapat terjadi pada sistem mekanik dan
sistem elektrik yang pada dasarnya berskala kecil, getaran juga dapat terjadi
pada struktur dengan skala yang sangat besar seperti jembatan suspensi,
gedung bertingkat tinggi maupun struktur ruang angkasa. Dewasa ini,
pembangunan struktur skala besar dengan bobot kecil menjadi trend baru
karena dapat mengurangi biaya dan energi. Akan tetapi, efek terhadap
kesehatan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan
gangguan tingkat produktifitas, gangguan kesehatan kerja tersebut dapat timbul
akibat pekerjaanya, karena semakin kecilnya rasio antara berat dan ukuran
struktur tersebut akan menyebabkan struktur lebih lentur sehingga menjadi
sangat sensitif terhadap masalah getaran. Maka dari itu perlu diketahui pula
cara-cara pencegahan dan penanggulangan penyakit kerja akibat getaran, agar
produktivitas kerja tetap meningkat.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan Getaran ?
2. Bagaimanakan cara mengukur getaran?
3. Berapa nilai ambang batas getaran ?
4. Bagaimanakan dampak getaran?
5. Bagaimanakan cara pengendalian getaran?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang defenisi tentang getaran
2. Untuk mengetahui tentang cara mengukur getaran
3. Untuk mengetahui nilai ambang batas getaran
4. Untuk mengetahui tentang dampak getaran
5. Untuk mengetahui tentang pengendalian getaran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Getaran
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran Dan Industri, yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan
bolak-balik suatu massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik
acuan, sedangkan yang dimaksud dengan getaran mekanik adalah
getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia.
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah
bolak- balik dari kedudukan keseimbangannya. Nilai ambang batas (NAB)
getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada
lengan dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik
kuadrat (m/det2).
Getaran yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam Getaran dapat diartikan sebagai gerakan
dari suatu sistem bolak-balik, gerakan tersebut dapat berupa gerakan
yang harmonis sederhana dapat pula sangat kompleks, sifatnya dapat
periodik atau random, stady-state atau intermitent (solid). Sistem/media :
dapat berupa gas (udara), cairan (liquid) dan padat (solid). Apabila media
tersebut adalah udara dan getaran yang terjadi dalam frekuensi 20 -
20.000 Hz akan menimbulkan suara (bunyi).
Gerakan partikel-partikel dari suatu sistem (gas, cair, padat) mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
1. Mempunyai amplitude
2. Mempuyai frekuensi
3. Mempunyai kecepatan
4. Mempunyai percepatan (akselerasi)

Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam surat keputusannya


mencantumkan bahwa getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa
melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang
dimaksud dengan getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh
sarana dan peralatan kegiatan manusia (Kep.MENLH No: KEP-
49/MENLH/11/1996). Pendapat tersebut ditegaskan dalam buku saku
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari Sucofindo (2002) yang
menyatakan bahwa getaran ialah gerakan ossillatory/bolak-balik suatu
massa melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik tertentu. Dalam
kesehatan kerja, getaran yang terjadi secara mekanis dan secara umum
terbagi atas:

1. Getaran seluruh badan (whole body vibration).


Getaran seluruh tubuh biasanya dialami pengemudi kendaraan;
traktor, bus, helikopter, atau bahkan kapal. Efek yang timbul
tergantung kepada jaringan manusia, seperti: (Sucofindo, 2002)
a. 3 . 6 Hz untuk bagian thorax (dada dan perut)
b. 20-30 Hz untuk bagian kepala
c. 100-150 Hz untuk rahang.

Di samping rasa tidak ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh


goyangan organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah
dilaporkan efek jangka lama yang menimbulkan orteoartritis tulang
belakang (Harrington dan Gill, 2005).

2. Getaran Tangan Lengan (tool hand vibration)


Getaran jenis ini biasanya dialami oleh tenaga kerja yang diperkerjakan
pada:
a. Operator gergaji rantai
b. Tukang semprot
c. potong rumput
d. Gerinda
e. Penempa palu.

Besaran getaran dinyatakan dalam akar rata-rata kuadrat percepatan


dalam satuan meter per detik (m/detik2 rms). Frekuensi getaran
dinyatakan sebagai putaran per detik (Hz). Getaran seluruh tubuh
biasanya dalam rentang 0,5 . 4,0 Hz dan tangan-lengan 8-1000 Hz
(Harrington dan Gill, 2005).

Getaran adalah suatu factor fisik yang bekerja pada manusia dengan
penjalaran ( Transmission ) dari pada tenaga mekanik yang berasal dari
sumber goyangan ( osilattor ). Getaran kerja adalah getaran mekanis yang
ada ditempat kerja dan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Getaran
dihasilkan oleh :

a. Mesin-mesin diesel, mesin produksi


b. Kendaraan-kendaraan, Tractor, truk, bus, tank dll
c. Alat-alat kerja tangan ( hand tool ) dengan menggunakan mesin : jack
hammer ( pembuka jalan ), pneumatic hammer ( pabrik besi ), jack lec
drill ( pengebor batu gunung, karang dll )

Vibrasi atau getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran
mekanis misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya, oleh sebab itu
dapat dibedakan dalam 2 bentuk:

1. Vibrasi karena getaran udara yang pengaruh utamanya pada akustik.


2. Vibrasi karena getaran mekanis mengakibatkan timbulnya
resonansi/turut bergetarnya alat-alat tubuh dan berpengaruh terhadap
alat-alat tubuh yang sifatnya mekanis pula (Gabroel, 1996).

Penjalaran vibrasi mekanik melalui sentuhan/kontak dengan


permukaan benda yang bergerak, sentuhan ini melalui daerah yang
terlokasi (tool hand vibration) atau seluruh tubuh (whole body
vibration). Bentuk tool hand vibration merupakan bentuk yang terlazim
di dalam pekerjaan.
Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang
mengenai tubuh:

1. 3 . 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.


2. 6 . 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut
jantung, pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah.
Pada intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan sistem
peredaran darah.
3. 10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan
beresonansi.
4. 13 . 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.
5. < 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini
otot menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.

B. Cara mengukur Getaran


Alat untuk mengukur intensitas getaran adalah vibration meter.
Adapun cara kerja dalam melakukan praktek tentang pengukuran getaran
adalah sebagai berikut :
1. Pertama pastikan alat dan bahan telah tersedia, serta alat dan
bahannya dapat berfungsi dengan baik.
2. Hidupkan motor .
3. Tempelkan Vibrator meter ke mesin motor dan jangan lupa sambil
menekan tombol yang ada di Vibrator meter.
4. Pindahkan tombol pada pencarian nilai frekuensi, karena nilai yang
pertama di cari adalah nilai frekuensi.
5. Carilah frekuensi getaran mulai dari nilai yang terendah dan tertinggi
serta cari juga nilai yang sering muncul. Pada saat mencari nilai
frekuensi nilai yang rendah keadaan motor dalam keadaan hidup tapi
tanpa di gas sedangkan mencari nilai frekuensi tertinggi gas lah motor
sekuat- kuat mungkin .
6. Catat hasilnya pada lembar kerja.
7. Lalu pindahkan tombol pada pencarian simpangan .
8. Sama seperti pencarian frekuensi cari nilai simpangan yang terendah
sampai yang tertinggi dan cari juga nilai yang sering muncul. Pada saat
mencari nilai simpangan yang rendah keadaan motor dalam keadaan
hidup tapi tidak perlu di gas sedangkan mencari nilai simpangan yang
tinggi gas lah motor sekuat-kuat mungkin .
9. Catat juga hasilnya pada lembar kerja .
10. Lalu carilah simpangan mikron dengan cara mengalikan hasil nilai
simpangan dengan 10. { simpangan (mm) x 10 = simpangan ( mikron )
}.
11.Lalu cek kategorinya melalui Grafik Baku Tingkat Getaran Untuk
Kenyamanan dan kesehatan untuk mengetahui tingkat getaran
tersebut masih diizinkan atau tidak.

Pengukuran dilakukan pada titik-titik yang terdapat kontak atau terdapat


aktifitas dari pekerja. Hasil pengukuran tersebut kemudian dibandingkan
dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang berlaku. Apabila hasil pengukuran
melebihi NAB maka perlu dilakukan teknik-teknik pengendalian getaran,
untuk mencegah terjadinya efek yang merugikan bagi kesehatan pekerja
di lingkungan kerja tersebut.

C. Nilai Ambang Batas Getaran


Nilai ambang batas adalah alternatif bahwa walau apapun yang terdapat
dalam lingkungan kerjanya, manusia merasa aman. Dalam perkataan lain,
nilai ambang batas juga diidentikkan dengan kadar maksimum yang
diperkenankan. Kedua pengertian ini mempunyai tujuan sama. Untuk
mengetahui pengaruh getaran terhadap kesehatan kerja, maka perlu
diketahui nilai ambang batas dari getaran ini. Cara untuk mengetahui nilai
ambang batas dilakukan dengan mengukur getaran yang ada kemudian
dibandingkan dengan NAB yang diijinkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat Kerja, untuk Getaran
adalah :
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Getaran

Acceleration ( m/dtk2 )
Lama Pemaparan

4 - 8 jam 4

2 - 4 Jam 6

1 - 2 Jam 8

Satuan percepatan getaran adalah m/detik2 satuan kecepatan getaran adalah


m/detik. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
KEP49/MENLH/11/1996 baku tingkat getaran adalah batas maksimal tingkat
getaran yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada media padat
sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan
serta keutuhan bangunan. Dan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, tingkat getaran maksimal untuk
kenyamanan dan kesehatan karyawan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

Tabel 2. Frekuensi dan Tingkat Getaran

Nilai Tingkat Getar, dalam mikron (10-6 meter)


Frekuensi
(Hz) Tidak Tidak
Mengganggu Menyakitkan
Mengganggu Nyaman

4 < 100 100-500 > 500-1000 > 1000

5 < 80 80-350 > 350-1000 > 1000

6,3 < 70 70-275 > 275-1000 > 1000

8 < 50 50-160 > 160-500 > 500


10 < 37 37-120 > 120-300 > 300

12,5 < 32 32-90 > 90-220 > 220

16 < 25 25-60 > 60-120 > 120

20 < 20 20-40 > 40-85 > 85

25 < 7 17-30 > 30-50 > 50

31,5 < 2 12-20 > 20-30 > 30

40 < 9 9-15 > 15-20 > 20

50 < 8 8-12 > 12-15 > 15

> 9-
63 < 6 6-9 > 12
12

Konversi :

Percepatan = (2pf)2 x simpangan

Kecepatan = 2 pf x simpangan

P = 3,14

D. Dampak Getaran
1. Getaran Umum ((Whole body vibration )
Efek vibrasi dalam tubuh tergantung dari jaringan. Hal ini didapatkan
sebesar-besarnya pada frekuensi alami yang menyebabkan resonansi.
Untuk frekuensi 3-9 Hz berpengaruh pada dada dan perut. Getaran-
getaran kuat menyebabkan perasaan sakit yang luar biasa. Sistem
peredaran darah dipengaruhi hanya oleh getaran-getaran dengan
intensitas tinggi. Tekanan darah, denyut jantung, pemakaian O2 dan
volume berdenyut berubah sedikit pada intensitas 0,6 g tetapi berubah
banyak pada 1,2 g dengan frekuensi 6-10 Hz. Dari semua alat badan
mata paling banyak dipengaruhi oleh getaran mekanis. Mata masih
dapat mengikuti getaran antara getaran dan sasaran sampai dengan 4
Hz, sedangkan unutk frekuensi selanjutnya mata tidak dapat lagi
mengikutinya. Pengaruh getaran mekanis terhadap saraf dan endokrin
kadang-kadang terlihat pada tenaga kerja di perindustrian.
Efek getaran pada seluruh tubuh dapat mengganggu saat melakukan
pekerjaan yaitu akibat gangguan menggerakan tangan dan
menurunnya ketajaman penglihatan. Getaran-getaran yang terdiri dari
campuran aneka frekuensi bersifat menegangkan dan melemaskan
tonus otot secara serta merta, kedua efek ini melelahkan maka
diperlukan peredam.
Sesuai dengan tingkatnya dapat dibagi menjadi 3 macam :
a. Mengganggu kenyamanan kerja
b. Mempercepat timbulnya kelelahan kerja
c. Menimbulkan gangguan kesehatan tenaga kerja

Penentuan ke 3 macam tersebut berdasarkan 2 faktor yaitu :

a. Tingkat Accelerasi / percepatan getaran


1) Mengganggu kenyamanan : 0,01 0,1 m/d t 2
2) Mempercepat timbulnya kelelahan : 0,1 1,1 m/d t 2
3) Gangguan kesehatan ; 1 10 m/d t 2
b. Frekwensi getaran
1) Frekwensi getaran : berpengaruh terhadap tubuh yaitu :
a) Sumbu Z : arah kaki kepala atau sebaliknya yaitu 4 8 Hz
b) Sumbu X : arah depan kebelakang atau sebaliknya
c) Sumbu Y : arah kanan kekiri atau sebaliknya
d) Sumbu X dan sumbu Y yaitu : 1 2 Hz
2) Gangguan kesehatan yang ditimbulkan Wbv yaitu :
a) Gangguan aliran darah
b) Gangguan syaraf pusat menyebabkan kelemahan degeneratif
syaraf.
c) Gangguan metabolisme/ pencernaan / pertukaran oxygen
dalam paru-paru
d) Gangguan pada otot atau persendian
e) Gejala yang timbul yaitu pusing, ngantuk, sakit perut, mual,
pegal-pegal, kaki kesemutan.

Mesin-mesin yang menghasilkan Wbv biasanya berkisar antara 1 20 Hz Efek


terhadap gangguan kesehatan berlangsung jangka panjang.

Pada stadium I

Terjadi gangguan perut : kembung, mual, kolik usus


Terjadi gangguan penglihatan : mata berkunang kunang
Terjadi gangguan syaraf : insomnia, gangguan keseimbangan

Pada stadium II
Terjadi gangguan : pada otot / sendi

2. Getaran Setempat ( Hand arm vibration


Ada dua gejala sehubungan dengan akibat-akibat getaran mekanis
pada lengan yaitu:
a. Kelainan-kelainan pada peredaran darah dan persyarafan.
Gejala pada kelainan pada peredaran darah dan persyarafan sangat
mirip dengan fenomin raynaud. Gejala-gejalanya adalah pemucatan
dan kekakuan ujung-ujung jari yang terjadi berulang secara tidak
teratur yang sering kali berakibat kedinginan. Mula-mula pada
sebelah tangan, tapi meluas kepada kedua tangan. Serangan
berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam dengan tingkat
yang berbeda dalam hal sakit, kehilangan daya pegang dan
pengendalian otot. Gejala fenomin terjadi pada frekuensi sekitar 30-
40 Hz. Frekuensi diatas 60 Hz mengakkibatkan gejala iritasi saraf.
b. Kerusakan-kerusakan pada persendian.
Getaran-getaran mekanis dengan frekuensi-frekkunsi rendah dan
amplitude besar menjadi sebab kerusakan tulang dan persendian.
Sebab utama kerusakan persendian atau tulang adalah kekerasan
kepada tulang rawan oleh getaran. Gejala-gejala subyektif adalah
nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi-sendi. Kelainan-kelainan
klinis yang mungkin ditemukan yaitu osteochondrosis dissecans,
kerusakan kepala tulang radius dan persendian karpometakarpal
pertama, myositis ossificans pada muka depan humerus dan
osteoartritis pada sendi bahu. Namun sendi bahu lebih jarang
terganggu dibanding dengan sendi-sendi pergelangan tangan dan
siku.

Sensitivitas maximum pada frekwensi 12 16 Hz. Gangguan kesehatan


yang ditimbulkan adalah WFS ( white fingers syndrome ) Gangguan
dapat berupa penyempiten pembuluh darah, gangguan syaraf perifer,
gangguan tulang sendi dan otot. Gejala yang timbul berupa jari-jari
pucat dan kaku, mati rasa terhadap suhu / sentuhan. Terjadinya gejala
tersebut memerlukan jangka waktu 3 6 tahun dengan melalui
beberapa stadium yaitu :
Stadium I : Ujung jari pucat,rasa kaku pada waktu dingin atau
bangun tidur.
Stadium II : Perluasan jari pucat, kesemutan, rasa kaku.
Stadium III : Gejala semakin luas disertai rasa sakit yang hebat.

3. Cara Pengendalian Getaran


1. Pencegahan Penyakit Akibat Getaran
Ada empat hal utama yang perlu diperhatikan agar pekerja terhindar
dari HAVS ( Hand-Arm Vibration Syndrome) Empat hal tersebut adalah :
a. Modifikasi kerja untuk mengurangi paparan getaran
Modifikasi kerja untuk mengurangi paparan getaran dilakukan
dengan mendesain ulang alat-alat yang bergetar untuk
meminimalisasikan pajanan pada tangan dan lengan. Bila
pendesainan ulang tidak memungkinkan, maka perlu dicari cara lain
untuk mengurangi efek getaran tersebut. Demikian juga bila
memungkinkan, alat-alat yang bergetar tinggi perlu diimprovisasi
agar efek getaran yang sampai kepada genggaman tangan lebih
kecil.
b. Evaluasi kesehatan
Adanya waktu istirahat untuk menghindari waktu yang terus
menerus terpapar getaran. Pekerja yang menggunakan alat
bergetar terus menerus perlu mengambil waktu istirahat 10 menit
tiap jam selama penggunaan alat bergetar tersebut. Pekerja yang
ditempatkan pada pekerjaan yang berisiko tinggi terkena HAVS
perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan pra kerja dan perlu
diperiksa oleh dokter yang memahami diagnosis dan penanganan
terhadap HAVS. Pekerja yang memiliki riwayat sirkulasi darah yang
abnormal dan terutama pekerja dengan Raynauds Syndrometidak
boleh bekerja dengan alat-alat tangan yang bergetar. Demikian pula
pekerja yang pernah mendapat gejala HAVS yang sedang ataupun
berat sama sekali tidak boleh bersentuhan dengan apapun alat
yang bergetar.
c. Cara kerja sehari-hari
Pekerja yang bekerja dengan alat-alat tangan yang bergetar perlu
memakai sarung tangan hangat dengan multi lapisan dan
sebaiknya memakai sarung tangan anti getaran bila
memungkinkan. Sebelum bekerja, tangan perlu dihangatkan untuk
menjaga aliran darah tetap lancar. Ini terutama penting bila udara
dingin. Idealnya agar tetap hangat ketika digunakan, maka sarung
tangan perlu ditaruh di lemari penghangat atau dekat radiator.
Usahakan untuk tidak menyentuh benda-bendadingin. Pekerja yang
menggunakan alat-alat bergetar sebaiknya tidak boleh membiarkan
tangannya menjadi dingin. Bila tangan pekerja tersebut menjadi
basah atau dingin, dia harus mengeringkannya dan memakai
sarung tangan yang kering dan hangat sebelum terpapar getaran.
Pekerja yang terpapar udara dingin perlu memakai baju yang tetap
bisa menghangatkan tubuh karena temperatur tubuh yang rendah
dapat membuat pekerja lebih rentan terhadap HAVS.
d. Pendidikan bagi pekerja
Pekerja yang akan menggunakan alat-alat tangan bergetar perlu
diberikan pelatihan tentang hazard getaran dan mereka perlu
diajarkan bagaimana meminimalisasikan efek getaran tersebut.
Pekerja perlu diberitahukan gejala-gejala awal HAVS sehingga
mereka dengan segera mencari pengobatan agar terhindar dari
gejala yang semakin parah.Pekerja yang merokok lebih rentan
terkena HAVS daripada mereka yang tidak merokok. Hal ini
disebabkan karena tembakau dapat mempengaruhi aliran darah.
Dan pekerja yang terkena HAVS dengan merokok biasanya
menderita lebih parah, itu sebabnya mereka yang bekerja dengan
alat-alat bergetar dilarang merokok.

2. Penanggulangan Penyakit Akibat Getaran


Penatalaksanaan penderita HAVS perlu dilakukan secara menyeluruh
dengan melibatkan berbagai ahli yang terkait yang meliputi:
a. Physiobalneotherapy (terapi olahraga, olahraga di dalam kolam dan
fisioterapi)
b. Pemberian obat (vasodilator, stabilisasi otonomik, calcium channel
blockers, pentoxyphylline) untuk memperbaiki fleksibilitas sel darah
merah
c. Terapi bloking saraf
d. Terapi bedah untuk paralisa atau paresis nervus ulnaris
e. Pendidikan bagi pasien. Sekalipun telah dilakukan seluruh terapi
tersebut di atas, efek pemulihan membutuhkan waktu yang lama.

3. Pengendalian Getaran
Cara-cara pengendalian getaran antara lain adalah sebagai berikut :
a. Eliminasi
Mendesign ulang alat-alat yang bergetar angan bersentuhan
langsung.
b. Subtitusi
Memilih peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya.
Peralatan tersebut adalah yang telah dilengkapi dengan damping
didalamnya (internal damping). Misalnya : Bor listrik yang
dilengkapi dengan damping piston.
c. Rekayasa Teknik
Menambah/menyisipkan damping diantara tangan dan peralatan.
misalnya : memasang damping material diantara badan peralatan
dan pegangan peralatan dan membalut pegangan peralatan karet.
d. Isolasi
Memakai remote controle.
e. Administrasi
Mengatur waktu kerja, sebagai berikut : Rotasi jenis pekerjaan dan
pengaturan jam kerja, sehingga sesuai dengan Threshold Limit
Values.
f. Alat Pelindung Diri
Memakai sarung tangan karet busa pada waktu mengoperasikan
peralatan.
g. Ada 4 cara untuk mengurangi bahaya keterpaparan vibrasi atau
Hav
1) Dengan meredam peralatan disebelah dalam
2) Dengan menyisipkan peredam antara tool housing dan tangan
3) Mengoperasikan alat dengan remote controle
4) Dengan mengurangi waktu terpapar dengan operator

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui
keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan.
2. Cara menilai getaran adalah menggunakan alat ukur
intensitas getaran adalah vibration meter. Satuan
percepatan getaran adalah m/detik2 satuan kecepatan
getaran adalah m/detik.
3. Dampak getaran bagi kesehatan adalah:
a. Mengganggu kenyamanan kerja
b. Mempercepat timbulnya kelelahan kerja
c. Gangguan aliran darah
d. Gangguan syaraf pusat menyebabkan kelemahan
degeneratif syaraf
e. Gangguan metabolisme/ pencernaan / pertukaran oxygen
dalam paru-perut kembung, mual, kolik usus
f. Gangguan pada otot atau persendian
4. Cara-cara pengendalian getaran antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Eliminasi
Mendesign ulang alat-alat yang bergetar angan
bersentuhan langsung.
b. Subtitusi
Memilih peralatan kerja yang rendah intensitas
getarannya. Peralatan tersebut adalah yang telah
dilengkapi dengan damping didalamnya (internal
damping). Misalnya : Bor listrik yang dilengkapi dengan
damping piston.
c. Rekayasa Teknik
Menambah/menyisipkan damping diantara tangan dan
peralatan. misalnya : memasang damping material
diantara badan peralatan dan pegangan peralatan dan
membalut pegangan peralatan karet.
d. Isolasi
Memakai remote controle.
e. Administrasi
Mengatur waktu kerja, sebagai berikut : Rotasi jenis
pekerjaan dan pengaturan jam kerja, sehingga sesuai
dengan Threshold Limit Values.
f. Alat Pelindung Diri
Memakai sarung tangan karet busa pada waktu
mengoperasikan peralatan.

B. Saran
1. Bagi pekerja, agar pekerja bisa nyaman dan produktif dalam
meminimalkan bahaya fisik di tempat kerja khususnya dalam
mengendalikan suhu dan getaran sehingga tidak
menimbulkan penyakit.
2. Bagi pembaca khususnya mahasiwa, agar dapat
meningkatkan pemahaman khususnya tentang bahaya fisik
suhu dan getaran dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Daftar Pustaka

1. http://ellyaniabadi.blogspot.co.id/2014/10/hyperkes-suhu-dan-
getaran.html
Diposkan oleh ellyhani abadi di 08.58 Minggu, 12 Oktober 2014

2. https://noviakl10jambi.wordpress.com/2012/02/16/getaran/
Diposkan oleh noviakl10jambi di 8:19 am Februari 16, 2012

3. http://myblogabdulmalikdarmin.blogspot.co.id/2015/01/makalah-
hyperkes-getaran.html
Diposkan oleh Abdul Malik Darmin di 23.31 Rabu, 21 Januari 2015

4. http://k3pelakan.blogspot.co.id/2010/10/getaran.html
Diposkan oleh PANITIA BULAN K3-2010 22.55

5. Hanafi Aremania. 2009. Mengenal Penyakit Akibat


Kerja. http://hanscoy.blogspot.com/2009/04/mengenal-penyakit-akibat-
kerja.html, diakses pada tanggal 2 April 2014

6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996


tentang Baku Tingkat Getaran

7. Munif. 2012. Pengaruh Getaran terhadap


Kesehatan.http://helpingpeopleideas.com/publichealth/index.php/2012/
02/pengaruh-getaran-terhadap-kesehatan/, diakses pada tanggal 2
April 2014

8. Aditama,Tj.Y.2006.Kesehatan dan Keselamatan Kerja.UI-Press.Jakarta


9. Harrington & F.S Gill. 2005.Buku Saku Kesehatan Kerja.Edisi 3. Penerbit
EGCCetakan I. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai