Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN
A. ETIKA PROFESI AUDITOR
1. Definisi Etika Profesi
Etika profesi berasal dari dua kata yaitu etika (adat istiadat atau kebiasaan baik) dan profesi
(bidang kerja). Jadi Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.
Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar
atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.
2. Peranan Etika dalam Profesi Auditor
Etika profesi sangat diperlukan dalam profesi seorang auditor, hal ini dikarenakan peranan
etika profesi yang sangat penting bagi seorang auditor. Adapun peranan etika dalam profesi
auditor adalah sebaai berikut:
a. Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral yang tinggi.
b. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar kualitas yang
tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri. Itulah sebabnya profesi auditor
menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus dijadikan panduan oleh para auditor
dalam melaksanakan audit
c. Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang
kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan.
d. Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para auditor profesional
dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-keputusan sulit.

3. Prinsip Etika Akuntan


Etika sudah menjadi kebutuhan setiap orang dalam menjalankan aktivitas mereka. Etika
merupakan serangkaian prinsip atau nilai moral yang dimiliki oleh setiap orang. Kegiatan
material dan immaterial pasti mempunyai etika tersendiri, termasuk etika dalam menjalankan
profesi. Salah satu profesi yang mempunyai etika adalah akuntan publik.
Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi delapan butir pernyataan
(IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007). Kedelapan butir pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang
seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan. Delapan butir tersebut adalah, sebagai berikut:
a. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama
anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua
anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
b. Kepentingan Publik
Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak sedemikian rupa demi melayani
kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme.
c. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Untuk memelihara dan
memperluas keyakinan publik, anggota harus melaksanakan semua tanggung jawab profesinal
dengan integritas tertinggi
d. Objektivitas
Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka , serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh
pihak lain. Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan
dalam menunaikan tanggung jawab profesional. Seorang anggota dalam praktik publik
seharusnya menjaga independensi dalam fakta dan penampilan saat memberikan jasa auditing
dan atestasi lainnya
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Seorang anggota profesi harus selalu mengikuti standar-standar etika dan teknis profesi
terdorong untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensi dan kualitas jasa, dan
menunaikan tanggung jawab profesional sampai tingkat tertinggi kemampuan anggota yang
bersangkutan.

f. Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerhasiaanin formasi yang diperolehnya
sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta tidak boleh mengungapkan informasi
apa pun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban
hukum atau terdapat hak profesional untuk mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan
berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
g. Perilaku Profesional
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan yang relevan
dan harus menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h. Standar Teknis
Sebagai profesional setiap anggota dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

4. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Sektor Publik


Aturan etika merupakan penjabaran lebih lanjut dari prinsip-prinsip etika dan ditetapkan
untuk masing-masing kompartemen. Untuk akuntan sektor publik, aturan etika ditetapkan oleh
IAI Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP). Sampai saat ini, aturan etika ini masih
dalam bentuk exposure draft, yang penyusunannya mengacu pada Standard of Professional
Practice on Ethics yang diterbitkan oleh the International Federation of Accountants (IFAC).
Berdasarkan aturan etika ini, seorang profesional akuntan sektor publik harus memiliki
karakteristik yang mencakup:
a. Penguasaan keahlian intelektual yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.
b. Kesediaan melakukan tugas untuk masyarakat secara luas di tempat instansi kerja maupun untuk
auditan.
c. Berpandangan obyektif.
d. Penyediaan layanan dengan standar pelaksanaan tugas dan kinerja yang tinggi.
Penerapan aturan etika ini dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan profesi akuntan
yaitu:

a. Bekerja dengan standar profesi yang tinggi,


b. Mencapai tingkat kinerja yang diharapkan
c. Mencapai tingkat kinerja yang memenuhi persyaratan kepentingan masyarakat.
Oleh karena itu, menurut aturan etika IAI-KASP, ada tiga kebutuhan mendasar yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. Kredibilitas akan informasi dan sistem informasi.
b. Kualitas layanan yang didasarkan pada standar kinerja yang tinggi.
c. Keyakinan pengguna layanan bahwa adanya kerangka etika profesional dan standar teknis yang
mengatur persyaratan-persyaratan layanan yang tidak dapat dikompromikan.
B. KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR
1. Tanggung Jawab Auditor
Dalam hal terjadinya pelangaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat
pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK No.
17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif, berupa: sanksi peringatan, sanksi
pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin.
Penghukuman dalam pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru dilakukan dalam hal
seorang Akuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam SPAP
dan termasuk juga pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh IAPI, serta juga melakukan
pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang jasa
yang diberikan, atau juga akibat dari pelanggaran yang terus dilakukan walaupun telah
mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumya, ataupun tindakan-tindakan yang menentang
langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan pelanggaran profesionalisme akuntan
publik.
Akan tetapi, hukuman yang bersifat administratif tersebut walaupun diakui merupakan suatu
hukuman yang cukup berat bagi eksistensi dan masa depan dari seorang Akuntan Publik ,
ternyata masih belum menjawab penyelesaian permasalahan ataupun resiko kerugian yang telah
diderita oleh anggota masyarakat, sebagai akibat dari penggunaan hasil audit dari Akuntan
Publik tersebut.
Selama melakukan audit, auditor juga bertanggungjawab (Boynton,2003,h.68):

a. Mendeteksi kecurangan
1) Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-kesalahan yang tidak
disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk mendapatkan keyakinan
yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan
oleh kesalahan ataupun kecurangan.
2) Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan jika terdapat bukti adanya kecurangan. Laporan
ini dilaporkan oleh auditor kepada pihak manajemen, komite audit, dewan direksi
b. Tindakan pelanggaran hukum oleh klien
1) Tanggung jawab untuk mendeteksi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien. Auditor
bertanggung jawab atas salah saji yang berasal dari tindakan melanggar hukum yang memiliki
pengaruh langsung dan material pada penentuan jumlah laporan keuangan. Untuk itu auditor
harus merencanakan suatu audit untuk mendeteksi adanya tindakan melanggar hukum serta
mengimplementasikan rencana tersebut dengan kemahiran yang cermat dan seksama.
2) Tanggungjawab untuk melaporkan tindakan melanggar hukum. Apabila suatu tindakan
melanggar hukum berpengaruh material terhadap laporan keuangan, auditor harus mendesak
manajemen untuk melakukan revisi atas laporan keuangan tersebut. Apabila revisi atas laporan
keuangan tersebut kurang tepat, auditor bertanggung jawab untuk menginformasikannya kepada
para pengguna laporan keuangan melalui suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar bahwa laporan keuangan disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
Lebih jauh Soedarjono dalam Sarsiti (2003) mengungkapkan bahwa auditor memiliki
beberapa tanggung jawab yaitu:
a. Tanggung jawab terhadap opini yang diberikan.
Tanggung jawab ini hanya sebatas opini yang diberikan, sedangkan laporan keuangan
merupakan tanggung jawab manajemen. Hal ini disebabkan pengetahuan auditor terbatas pada
apa yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu penyajian yang wajar posisi keuangan,
hasil usaha dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum, menyiratkan
bagian terpadu tanggung jawab manajemen.

b. Tanggung jawab terhadap profesi.


Tanggung jawab ini mengenai mematuhi standar/ketentuan yang telah disepakati IAI, termasuk
mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku, standar auditing dan kode etik akuntan Indonesia.
c. Tanggung jawab terhadap klien.
Auditor berkewajiban melaksanakan pekerjaan dengan seksama dan menggunakan kemahiran
profesionalnya, jika tidak dia akan dianggap lalai dan bisa dikenakan sanksi.
d. Tanggung jawab untuk mengungkapkan kecurangan.
Bila ada kecurangan yang begitu besar tidak ditemukan, sehingga menyesatkan, akuntan publik
harus bertanggung jawab.
e. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga
Tanggung jawab ini seperti investor, pemberi kredit dan sebagainya. Contoh dari tanggung jawab
ini adalah tanggung jawab atas kelalaiannya yang bisa menimbulkan kerugian yang cukup besar,
seperti pendapat yang tidak didasari dengan dasar yang cukup.
f. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga atas kecurangan yang tidak ditemukan. Dengan melihat
lebih jauh penyebabnya, jika kecurangan karena prosedur auditnya tidak cukup, maka auditor
harus bertanggung jawab.
2. Pemahaman Hukum dan Kewajiban auditor
Banyak profesional akuntansi dan hukum percaya bahwa penyebab utama tuntutan hukum
terhadap kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman pemakai laporan keuangan
tentang perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit, dan antara kegagalan audit serta
risiko audit.
Berikut ini defenisi mengenai kegagalan bisnis, kegagalan audit dan risiko audit menurut
Loebbecke dan Arens (1999,h.787) :
a. Kegagalan bisnis
Adalah kegagalan yang terjadi jika perusahaan tidak mampu membayar kembali utangnya
atau tidak mampu memenuhi harapan para investornya, karena kondisi ekonomi atau bisnis,
seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk, atau persaingan yang tak terduga dalam
industri itu.
b. Kegagalan audit
Adalah kegagalan yang terjadi jika auditor mengeluarkan pendapat audit yang salah karena
gagal dalam memenuhi persyaratan-persyaratan standar auditing yang berlaku umum.
c. Risiko Audit
Adalah risiko dimana auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disajikan dengan
wajar tanpa pengecualian, sedangkan dalam kenyataannya laporan tersebut disajikan salah secara
material.

Bila di dalam melaksanakan audit, akuntan publik telah gagal mematuhi standar profesinya,
maka besar kemungkinannya bahwa business failure juga dibarengi oleh audit failure. Dalam hal
yang terakhir ini, akuntan publik harus bertanggung jawab. Sementara, dalam menjalankan
tugasnya, akuntan publik tidak luput dari kesalahan. Kegagalan audit yang dilakukan dapat
dikelompokkam menjadi ordinary negligence, gross negligence, dan fraud (Toruan,2001,h.28).
Ordinary negligence merupakan kesalah yang dilakukan akuntan publik, ketika menjalankan
tugas audit, dia tidak mengikuti pikiran sehat (reasonable care). Dengan kata lain setelah
mematuhi standar yang berlaku ada kalanya auditor menghadapi situasi yang belum diatur
standar. Dalam hal ini auditor harus menggunakan common sense dan mengambil keputusan
yang sama seperti seorang (typical) akuntan publik bertindak.
Sedangkan gross negligence merupakan kegagalan akuntan publik mematuhi standar
profesional dan standar etika. Standar ini minimal yang harus dipenuhi. Bila akuntan publik
gagal mematuhi standar minimal (gross negligence) dan pikiran sehat dalam situasi tertentu
(ordinary negligence), yang dilakukan dengan sengaja demi motif tertentu maka akuntan publik
dianggap telah melakukan fraud yang mengakibatkan akuntan publik dapat dituntut baik secara
perdata maupun pidana.
Sebagian besar profesional akuntan setuju bahwa bila suatu audit gagal mengungkapkan
kesalahan yang material dan oleh karenanya dikeluarkan jenis pendapat yang salah, maka kantor
akuntan publik yang bersangkutan harus diminta mempertahankan kualitas auditnya. Jika auditor
gagal menggunakan keahliannya dalam pelaksanaan auditnya, berarti terjadi kegagalan audit,
dan kantor akuntan publik tersebut atau perusahaan asuransinya harus membayar kepada mereka
yang menderita kerugian akibat kelalaian auditor tersebut.
Kesulitan timbul bila terjadi kegagalan bisnis, tetapi bukan kegagalan audit. Sebagai contoh,
jika sebuah perusahaan bangkrut, atau tidak dapat membayar hutangnya, maka umumnya
pemakai laporan keuangan akan mengklaim bahwa telah terjadi kegagalan audit, khususnya bila
laporan audit paling akhir menunjukkan bahwa laporan itu dinyatakan secara wajar. Lebih buruk
jika terdapat kegagalan bisnis dan laporan keuangan yang kemudian diterbitkan salah saji, para
pemakai akan mengklaim auditor telah lalai sekalipun telah melaksanakannya sesuai dengan
standar auditing yang berlaku umum.
Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit, pajak,
konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi kesalahan
yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta pertanggungjawabannya secara
hukum. Beberapa faktor utama yang menimbulkan kewajiban hukum bagi profesi audit
diantaranya adalah (Loebbecke dan Arens,1999,h.786):
a. Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab akuntan public
b. Meningkatnya perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal sehubungan dengan
tanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor
c. Bertambahnya kompleksitas audit yang disebabkan adanya perubahan lingkungan yang begitu
pesat diberbagai sektor bisnis, sistem informasi, dsb
d. Kesediaan kantor akuntan publik untuk menyelesaikan masalah hukum diluar pengadilan, untuk
menghindari biaya yang tinggi.

Pemahaman terhadap hukum tidaklah mudah mengingat pemahaman tersebut menuntut


suatu kesadaran dari perilaku-perilaku yang terlibat di dalamnya dan juga adanya kemungkinan
interpretasi yang berbeda-beda terhadap keberadaan suatu hukum.
Hal ini juga yang terjadi pada profesi akuntan publik di mana perilaku-perilaku yang terlibat
terkadang kurang memahami secara benar apa yang telah menjadi kewajiban yang nantinya akan
mempunyai konsekuensi terhadap hukum. Suatu pemahaman yang baik terhadap hukum akan
membawa profesi akuntan publik minimal ke dalam praktek-praktek yang sehat, yang dapat
meningkatkan performance dan kredibilitas publik yang lebih baik.
Sebaliknya apabila akuntan publik kurang memahaminya pada iklim keterbukaan di era
reformasi seperti sekarang ini maka akan dapat membawa perkembangan fenomena ke dalam
konteks yang lebih luas pada publik yang sudah mulai berani melakukan tuntutan hukum
terhadap berbagai profesi termasuk profesi akuntan publik.
3. Kewajiban Hukum Bagi Auditor
Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan subjek hukum dan peraturan
lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas kelalaiannya, seperti kegagalan untuk mematuhi
standar profesional di dalam kinerjanya. Profesi ini sangat rentan terhadap penuntutan perkara
(lawsuits) atas kelalaiannya yang digambarkan sebagai sebuah krisis (Huakanala dan
Shinneke,2003,h.69).
Lebih lanjut Palmrose dalam Huanakala dan Shinneka menjelaskan bahwa litigasi terhadap
kantor akuntan publik dapat merusak citra atau reputasi bagi kualitas dari jasa-jasa yang
disediakan kantor akuntan publik tersebut.
Menurut Rachmad Saleh AS dan Saiful Anuar Syahdan (Media akuntansi, 2003) tanggung
jawab profesi akuntan publik di Indonesia terhadap kepercayaan yang diberikan publik
seharusnya akuntan publik dapat memberikan kualitas jasa yang dapat dipertanggungjawabkan
dengan mengedepankan kepentingan publik yaitu selalu bersifat obyektif dan independen dalam
setiap melakukan analisa serta berkompeten dalam teknis pekerjaannya.
Terlebih-lebih tanggung jawab yang dimaksud mengandung kewajiban hukum terhadap
kliennya. Kewajiban hukum auditor dalam pelaksanaan audit apabila adanya tuntutan ke
pengadilan yang menyangkut laporan keuangan menurut Loebbecke dan Arens serta Boynton
dan Kell yang telah diolah oleh Azizul Kholis, I Nengah Rata, Sri Sulistiyowati dan Endah Prepti
Lestari (2001) adalah sebagai berikut:
a. Kewajiban kepada klien (Liabilities to Client) Kewajiban akuntan publik terhadap klien karena
kegagalan untuk melaksanakan tugas audit sesuai waktu yang disepakati, pelaksanaan audit yang
tidak memadai, gagal menemui kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan public
b. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common Law (Liabilities to Third party) Kewajiban
akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi kerugian pada pihak penggugat karena
mengandalkan laporan keuangan yang menyesatkan
c. Kewajiban Perdata menurut hukum sekuritas federal (Liabilities under securities laws)
Kewajiban hukum yang diatur menurut sekuritas federal dengan standar yang ketat.
d. Kewajiban kriminal (Crime Liabilities) Kewajiban hukum yang timbul sebagai akibat
kemungkinan akuntan publik disalahkan karena tindakan kriminal menurut undang-undang.
Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia secara eksplisit
memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut sudah ada seperti tertuang dalam
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Peraturan-
Peraturan mengenai Pasar Modal atau Bapepam, UU Perpajakan dan lain sebagainya yang
berkenaan dengan kewajiban hukum akuntan (Rachmad Saleh AS dan Saiful Anuar
Syahdan,2003).
Keberadaan perangkat hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia sangat dibutuhkan
oleh masyarakat termasuk kalangan profesi untuk melengkapi aturan main yang sudah ada. Hal
ini dibutuhkan agar disatu sisi kalangan profesi dapat menjalankan tanggung jawab
profesionalnya dengan tingkat kepatuhan yang tinggi, dan disisi lain masyarakat akan
mempunyai landasan yang kuat bila sewaktu-waktu akan melakukan penuntutan tanggung jawab
profesional terhadap akuntan publik.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kewajiban hukum bagi seorang akuntan publik
adalah bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi kesalahan
yang diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor, maka akuntan publik dapat dimintai pertanggung
jawaban secara hukum sebagai bentuk kewajiban hukum auditor.
4. Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum
AICPA dan profesi mengurangi resiko terkena sanksi hukum dengan langkah-langkah berikut
:
a. Riset dalam auditing
b. Penetapan standar dan aturan.
c. Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
d. Menetapka persyaratan penelaahan sejawat .
e. Melawan tuntutan hukum
f. Pendidikan bagi pemakai laporan
g. Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas
h. Perundingan untuk perubahan hukum

5. Tanggapan Akuntan Publik Terhadap Kewajiban Hukum


Dalam meringankan kewajibannya auditor dapat melakukan langkah-langkah berikut :
a. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
b. Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi dengan pantas
c. Mengikuti standar profesi
d. Mempertahankan independensi
e. Memahami usaha klien
f. Melaksanakan audit yang bermutu
g. Mendokumentasika pekerjaan secara memadai
h. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan
i. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
j. Perlunya asuransi yang memadai
k. Mencari bantuan hukum
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mengingat profesi akuntan publik sangat penting perannya dalam dunia bisnis di Indonesia,
maka Akuntan Publik harus selalu menjaga integritas (integrity) dan profesionalisme melalui
pelaksanaan standar dan kode etik profesi secara konsekuen dan konsisten. Dalam setiap
penugasan yang diberikan, Akuntan Publik harus selalu bersikap independen dan menggunakan
kemahiran jabatannya secara profesional (due professional care).
Akuntan Publik dan KAP agar menghindarkan diri dari tindakan tercela, seperti kolusi
(collusion) dengan klien atau menutupi terjadinya tindak kecurangan (fraud) yang sangat
merugikan berbagai pihak. Semoga Rancangan Undang-Undang Akuntan Publik (RUU-AP)
yang telah disusun cukup lama tersebut, segera dapat ditetapkan oleh Pemerintah beserta Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) menjadi UU-AP, sehingga akuntan publik memiliki landasan
operasional (aspek legal) yang kuat dan masyarakat (publik) mendapatkan perlindungan hukum
dari tindakan malpraktik yang melanggar kode etik profesi.

B. SARAN
1. Setiap anggota kelompok hendaknya menguasai makalahnya masing- masing
2. Setiap anggota kelompok hendaknya tidak memaksakan pendapatnya masiing- masing
Kepala Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Sekretariat Jenderal Kementerian
Keuangan Langgeng Subur mengatakan, dengan adanya Organisasi Audit Indonesia (OAI)
otomatis pasar jasa audit bisa semakin besar. Jadi perusahaan besar tidak hanya
menggunakan jasa audit besar, ujar Langgeng pada acara peresmian Perpustakaan
Kemenkeu di Aula Djuanda, Kementerian Keuangan, Jakarta pada Selasa (26/04).

OAI merupakan organisasi yang terdiri dari gabungan kantor akuntan publik (KAP) yang
mendaftarkan dirinya untuk tergabung dalam OAI. Menurut Langgeng, selama ini hanya
terdapat the big four auditors yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan
publik maupun perusahaan tertutup. Keempatnya yaitu PricewaterhouseCoopers dengan
jumlah karyawan sebanyak 146.700, Deloitte Touche Tohmatsu dengan karyawan mencapai
165.000, Ernst & Young dengan jumlah karyawan mencapai 130.000, dan KPMG yang
memiliki karyawan mencapai 123.000.

Langgeng mengatakan, KAP yang tergabung dalam OAI akan mengikuti beberapa sistem
yang telah ditetapkan oleh OAI. Sistemnya saja, pajak dan lainnya itu masing-masing,
ungkapnya. Dengan adanya OAI, lanjut Langgeng, pasar audit di Indonesia yang selama ini
dikuasai oleh the big four auditors dapat dikerjakan oleh OAI bersama KAP yang ikut
tergabung di dalamnya. Ia menambahkan, jika dalam satu bulan ini Undang-Undang Akuntan
Publik sudah ditandatangani Presiden, OAI hanya membutuhkan dua peratuan pemerintah
(PP) dan satu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) untuk mempertegas keberadaannya.

Anggota The Big Four Auditors

1. Deloitte Touche Tohmatsu

Merupakan salah satu KAP yang memiliki total pendapatan secara global tertinggi
(dicapai

pada tahun 2013) diantara Anggota Big Four yang lainnya yakni dengan total pendapatan
$32.4

Billion. Deloitte Touche Tohmatsu berkantor pusat di Amerika Serikat.

Pertumbuhan Delloitte Touche Tohmatsu secara global mengalami kenaikan yang signifikan
dalam beberapa tahun terakhir, dan juga bersaing keat dengan PricewaterhuseCoper dalam
segi pendapatan. Deloitte Touche Tohmatsu memiliki lebih dari 200.000 tenaga kerja
profesional dan mempunyai cabang lebih dari 150 negara di dunia.

Di Indonesia, Deloitte Touche Tohmatsu bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Osman
Bing Satrio & Eny dan berlokasi di 2 tempat, yaitu Jakarta dan Surabaya.

Berbagai jenis jasa yang ditawarkan oleh Deloitte Touche Tohmatsu Indonesia diantaranya:

1) Advisory & Assurance


Jasa yang ditawarkan berupa jasa atestasi & kosultan, jasa audit merupakan salah satu jenis
jasa yang ditawarkan Deloitte untuk assurance nya. Sedangkan untuk assurance-nya, Deloitte
mengedepankan konsultasi mengenai adopsi laporan keuangan berbasis IFRS (International
Financial Reporting Standart)

2) Consulting

Jasa yang diberikan berupa masukan-masukan pendapat professional kepada klien-klien yang
membutuhkan. Umumnya konsultasi berupa target pasar, lokasi pendirian pabrik, isu hukum
di indonesia, dll. Klien-klien luar negri umumnya membutuhkan tenaga konsultasi yang
handal dan professional sebelum mendirikan perusahaan-nya disini.

3) Enterprise Risk Service

Berupa jasa yang berhubungan dengan pengendalian resiko & compliance di perusahaan,
baik di sisi operasional, teknikal maupun secara finansial perusahaan. Jasa yang dimaksud
diantaranya :

Control Assurance : Membantu perusahaan membuat dan mengawasi SOP yang dibuat
agar berjalan dengan baik di lingkungan perusahaan.

Internal Audit : Melihat apakah SOP yang ditetapkan perusahaan sudah dijalankan dengan
baik dan maksimal oleh masing-masing divisi.

Security Service : Berhubungan dengan tingkat keamaan data perusahaaN.

Risk Management : Meminimalisasikan resiko yang mungkin terjadi di manajemen


perusahaan, misalnya : Turn-over karyawan yang tinggi

Regulatory Compliance :Menjaga agar perusahaan taat dengan regulasi yang di buat oleh
pemerintah

4) Financial Advisory

Berupa jasa pemberi nasihat yang berfokus pada hal-hal yang berhubungan dengan laporan
keuangan. Jika Consulting mungkin lebih ditekankan kearah teknikal, tapi financial advisory
lebih kearah laporan keuangan yang akan disajikan. Financial advisory di Deloitte dipecah
sebagai berikut :

Corporate Finance : Jasa konsultasi jika perusahaan ingin melakukan IPO, Akuisisi,
Merger, dll

Forensic : Fraud, Corrupt, Money Loundring adalah hal-hal yang akan divisi ini tangani.

M & A Transaction Service : Bagaimana proses awal hingga akhir untuk perusahaan yang
akan melakukan M&A (Merger & Acquisition)

Reorganisation : Jasa advisory mengenai bagaimana cara perusahaan ingin


merestrukturisasi ulang perusahaan nya.

Valuation : Berfokus pada penilaian tentang berapa biaya yang akan dikeluarkan jika
sengketa masuk ke ranah hukum, bisa juga tentang penilaian prospek bisnis, dll

5) Tax

Jasa yang diberikan ketika perusahaan menghadapi kesulitan dalam menangani masalah
perpajakan.

Perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh Deloitte Touche Tohmatsu :

1) PT Barito Pasific

2) PT Petrosea

3) PT Jakarta Setiabudi International

4) Garuda Indonesia

2. PricewaterhouseCoopers

PricewaterhouseCoopers dibentuk pada tahun 1998 dari penggabungan usaha antara Price
Waterhouse dan Coopers & Lybrand. Penghasilan gabungan PricewaterhouseCoopers di
seluruh dunia mencapai 20.3 billion dolar Amerika Serikat untuk tahun fiskal 2005, dan
mempekerjakan lebih dari 130.000 profesional di 148 negara. PricewaterhouseCoopers
berkantor pusat di Britania Raya.

Afiliasi Price Waterhouse Cooper di Indonesia adalah Kantor Akuntan Publik (KAP)
Tanudiredja, Wibisana & Rekan. Jenis-jenis jasa yang disediakan oleh PWC Indonesia
diantaranya :

1) Advisory
Berupa jasa yang berhubungan dengan masukan dan nasihat kepada pemilik modal atau
perusahaan dalam menghadapi suatu permasalahan atau issue-issue yang krusial.

2) Audit and Assurance

Pekerjaan di bidang jasa astetasi, jasa yang ditawarkan diantaranya jasa audit, jasa financial
accounting, IT, dan lain-lain.

3) Tax

Jasa yang berkaitan dengan perencanaan dan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan, jasa
yang ditawarkan diantaranya : jasa konsultasi pajak, jasa compliance terhadap pajak, isu
transfer pricing, dll.

4) Capital Market

Jasa di capital market lebih mirip ke arah jasa konsultasi (Advisory) namun lebih spesifik
kepada ekspansi perusahaan secara menyeluruh. Jasa yang ditawarkan diantaranya: Go
Public (IPO) Service, Securitizations and Structured Finance Arrangements dan Private
Placements Equity or Debt.

5) Accounting Advisory Service

Menurut penulis, jasa untuk Accounting Advisory ini merupakan gabungan jasa konsultasi
(Advisory) dan jasa astetasi (Assurance). Jasa yang ditawarkan diantaranya : Konvergensi
IFRS, Accounting change manage, Training, dll.

6) Korean Business Desk

Jasa yang ditawarkan perusahaan ini masih cukup baru, karena segmentasi-nya lebih kepada
seluruh perusahaan korea yang ada di Indonesia. Menurut sumber terkait, PWC Indonesia
merupakan Pelopor Kantor Akuntan Public Indonesia pertama yang masuk ke pasar
perusahaan Korea di Indonesia.

Perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh PWC:

1) Astra Intrenational Group

2) Chevron

3) XL Axiata Tbk.

4) Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.


5) United Tractor

3. Ernst & Young

Merupakan firma jasa profesional multinasional yang berpusat di London, Inggris, Britania
Raya. EY merupakan firma jasa profesional terbesar ketiga di dunia menurut pendapatan
pada tahun 2012. Berbagai jenis jasa yang ditawarkan oleh EY di Indonesia, diantara nya :

1) Advisory

Ada beragam jenis jasa yang ditawarkan oleh EY di divisi advisory, diantaranya IT Advisor,
Advisor Financial Service dan Performance Improvement.

Jasa advisor ini lebih berfokus ke arah jasa konsultasi terhadap klien, dimana klien meminta
pendapat kepada mereka tentang hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan. Bisa bertanya di
sisi legal perusahaan, peraturan pemerintah / daerah, operasional, dll.

2) Assurance

Jenis jasa yang ditawarkan oleh EY di divisi ini, diantaranya,

1) Accounting Compliance Report

Berfokus pada ke-taatan pelaporan keuangan dibidang akuntansi. misalnya cara melakukan
cost accounting, plantation accounting (Untuk perusahaan sawit), Oil accounting.

2) Audit

Berfokus pada pemeriksaan laporan keuangan kepada perusahaan

3) Fraud Investigation

Berfokus pada pemeriksaan terhadap perusahaan, apakah manajemen melakukan kecurangan


(Fraud) terhadap perusahaan.

4) Climate Change and Sustainability

Kemungkinan merupakan jasa yang berhubunganya dengan kejadian-kejadian ekonomi di


suatu negara (Politik) atau regulasi tentang global warning.

3) Tax
Merupakan jenis jasa yang berhubungan dengan pajak perusahaan. Jenis yang ditawarkan
oleh EY cukup beragam, ada yang berhubungan dengan issue yang berat seperti Transfer
Pricing, Cross Border Tax, ada juga jasa yang ditawarkan masih sebatas normal seperti jasa
VAT, GTS dan Personal tax.

4) Transaction

Jenis jasa yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan. Jasa yang ditawarkan bisa mencakup konsultasi transaksi dalam proses akuisisi
perusahaan, konsultasi transaksi yang berhubungan dengan pajak , operasional transaksi
perusahaan, dll.

Beberapa perusahaan yang diaudit oleh EY di Indonesia :

1) Bank Bukopin

2) Indofood Sukses Makmur

3) PT Kalbe Farma

4) Telkom Indonesia

4. KMPG

KMPG terdiri dari beberapa nama pendirinya itu sendiri. yaitu K dari Klijnveld, P dari Peat,
M dari Marwick, dan G dari Goerdeler. KAP yang berkantor di Netherlands (Belanda) ini
mempunyai lebih dari 152.000 karyawan dan beroperasi di lebih dari 145 negara di
dunia.Pendapatan Global KPMG berada di nomor 4 setelah EY, yaitu sebanyak USD 23.4
Billion. Di Indonesia sendiri, KPMG berafiliasi dengan KAP lokal yaitu KAP Siddharta &
Widjaja.

Berbagai jasa yang ditawarkan KMPG ,diantaranya:

1) Audit Service

Jasa pemeriksaan laporan keuangan terhadap perusahaan ini umumnya adalah core business
dari setiap kantor akuntan publik.

2) Tax Service

Jasa di bidang perpajakan jika perusahaan mengalami kesulitan di bidang pajak, khususnya
untuk masalah juridiksi perpajakan, transfer pricing, pajak internasional.

3) Advisory Service
Jika perusahaan mengalami kesulitan dalam mengembangkan bisnis takut akan resiko yang
muncul. Maka jasa inilah yang bisa menjadi solusi ketidakpastian tersebut.

4) Japanese Business Desk

Jasa ini mengarah terhadap perusahaan-perusahaan jepang yang ada di Indonesia, Jasa yang
ditawarkan hampir sama seperti diatas (Audit, Tax, Advisory), namun segmentasi nya lebih
kepada perusahaan-perusahaan jepang.

5) Korean Business Desk

Menurut penulis, jasa ini lebih terhadap perusahaan-perusahaan korea yang ada di Indonesia,
jasa yang ditawarkan hampir sama seperti diatas (Audit, Tax, Advisory), namun segmentasi
nya lebih kepada perusahaan-perusahaan korea.

Perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh KPMG Indonesia adalah :

1. Bank Permata

2. Bank BCA

3. Gudang Garam

4. Standard Chartered Bank


Sidharta & Wijaya KPMG International

No Kantor Akuntan Publik Afiliasi Internasional Ket


1 Haryanto Sahari & Rekan PricewaterhouseCoopers Big4
2 Osman Bing Satrio & Rekan Delloitte Touche Tohmatsu
3 Purwantono, Sarwoko & Sandjaja Ernst & Young Global
4 Siddharta & Widjaja KPMG International
5 Abubakar Usman & Rekan GMN International Non
6 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar&Saptoto RSM International Big4
7 Chaeroni & Rekan Affilica International
8 Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang BKR International
9 Eddy Prakarsa Permana & Siddharta Kreston International
10 F.X Irwan Tanamas & Rekan Midsnell Group International
11 Ghazali, Sahat & Rekan IAPA
12 Hadori Sugiarto Adi & Rekan HLB International
13 Hananta Budianto & Rekan UHY International
14 Heliantono & Rekan Masamitsu Magawa
15 Hendrawinata Gani & Rekan Grant Thornton International
16 Hertanto, Sidik & Rekan Polaris International
17 Joachim Sulistyo & Rekan The Leading Edge Alliance
18 Johan, Malonda, Astika & Rekan Baker Tilly International
19 Johannes & Rekan INAA Group
20 J. Tanzil & Rekan The International Group of Accounting
21 Kanaka Puradiredja, Suhartono Firm
22 Kanto, Tony, Frans & Darmawan Nexia International
23 Kosasih, Nurdiyaman, Tjahyo & Rekan AGN International
24 Mulyamin Sensi Suryanto Geneva Group International
25 Paul Hadiwinata,Hida jat,Arsono,Ade Fatma Moore Stephens International Limited
26 &Rkn PKF International
27 Pieter, Uways & Rekan Kingston Sorel International
28 Purbalauddin & Rekan Enterprise Network Worldwide
29 Rama Wendra Parker Randall International
30 Rasin, Ichwan & Rekan Alliot Group
31 Riza, Wahono & Rekan Clarkson Hyde International
32 S Mannam, Wahjudi & Rekan Integra International
33 Safril Nahar & Rekan Maclntyre Strater International
34 Salaki & Salaki Limited
35 Santoso Harsokusomo, Irwan & Rekan Jeffreys Henry International
36 Soejatna, Mulyana & Rekan Association
37 Sugijadi, Kurdi & Riyono Horwath International
38 Sulaiman & Rekan Padilia & Company LLP
39 Syarief Basir & rekan IEC International
40 Tanubrata Sutanto & Rekan MSI Legal & Accounting Network
41 Tasnim Ali Widjanarko & Rekan Russel Bedford International
42 Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja BDO Global Coordination
43 Tjiendradjaja & Handoko Tomo Inpact Asia Pacific
44 Tommy Santoso Morison International
45 Trisno, Hendang, Adams & rekan Mazars
Wisnu B, Soewito & rekan Anthony Kam & Co
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada
audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih
sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa
(HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut
terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober
2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah
ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan
yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau
24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku
yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral
berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar
Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar
Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam
daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya,
menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari
2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar
penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan
kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan
ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak
disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan
Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah
mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain
itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.

Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa


Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di
PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam
laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar
Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2
Khusus huruf m Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan
Mendasar, sebagai berikut:

Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan


dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau
kelalaian.

Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum
periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian
dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa
transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru.
Sanksi dan Denda

Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang Nomor
8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo
Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di
Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif
berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:

Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara,
karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31
Desember 2001.

Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT
Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta
rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi
adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut,
meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap
diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan
Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 Tanggung Jawab & Fungsi Auditor
Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan
profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan
dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.

Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan baik atas
manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun terhadap akuntan publik Hans
Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus
bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun buku
31 Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.
Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan atas
laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta Mustofa
(HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan. Sehingga Bapepam sebagai
lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa Penilai
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi
para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik dalam
kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku 2001.

Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena mereka
adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam
pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan
adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah
melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor
tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi
akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran
peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT.
Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi
kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar
profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam
manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans
Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu
apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.

Keterkaitan Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk

Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus
dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik
negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu
menyatakan kembali (restated) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma tahun
buku 2001. Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta pertanggungjawabannya.
Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah mencatatkan laba bersih
2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah terjadi penggelembungan.
Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya hanya sekitar Rp 100
miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan keuangan per 31 Desember 2001 dan
laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik.
Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta &
Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma juga siap melakukan revisi
dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti ternyata ditemukan kesalahan
dalam pencatatan. Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa
sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba
bersih Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap menilai
bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas yang bertanggung jawab
atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan laba terlihat di-
mark up ini, merupakan kesalahan manajemen lama.

Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam laporan
keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai tindak pidana
di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa keuangan dan
menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bukti-
bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak sengaja
atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada karena
laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti diketahui, perusahaan
farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan keuangan tahun
buku 2001. Namun, kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku pemegang saham
mayoritas mengetahui adanya ketidakberesan laporan keuangan tersebut. Sehingga meminta
akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) menyajikan kembali
(restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah mengoreksi laba bersih
Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini dalam bentuk penyajian
kembali laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham Kimia Farma dalam
rapat umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat tersebut, akhirnya pemegang saham
Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM sebagai akuntan
publik.

Dampak Terhadap Profesi Akuntan

Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak terlepas
dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang
menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah
melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang
menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat
pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan
dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para
akuntan publik.

PEMBAHASAN

Keterkaitan Manajemen Risiko Etika disini adalah pada pelaksanaan audit oleh KAP HTM
selaku badan independen, kesepakatan dan kerjasama dengan klien (PT Kimia Farma Tbk.)
dan pemberian opini atas laporan keuangan klien.

Dalam kasus ini, jika dipandang dari sisi KAP HTM, maka urutan stakeholder mana ditinjau
dari segi kepentingan stakeholder adalah:

1. Klien atau PT Kimia Farma Tbk.

2. Pemegang saham

3. Masyarakat luas

Dalam kasus ini, KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan dihentikannya jasa
audit mereka. Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM semata yang tidak mampu
melakukan review menyeluruh atas semua elemen laporan keuangan, tetapi lebih karena
kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi manipulasi dengan
penggelembungan nilai persediaan.

Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu tugas
audit. Sedari awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan ada
risiko manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat KAP HTM adalah
KAP yang telah berdiri cukup lama. Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata
pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi konsekuensi risiko
seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan
pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah kemungkinan di tutupnya Kantor
Akuntan Publik tersebut.
Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada kemungkinan
dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi laporan
keuangan. Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam kasus manipulasi
tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi.

Sesuai dengan teori yang telah di paparkan diatas, manajemen risiko yang dapat diterapkan
oleh KAP HTM antara lain adalah dengan mengidentifikasi dan menilai risiko etika, serta
menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stakeholder.

1. Mengidentifikasi dan menilai risiko etika

Dalam kasus antara KAP HTM dan Kimia Farma ini, pengidentifikasian dan penilaian risiko
etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut:

A.) Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder HTM

HTM selayaknya membuat daftar mengenai siapa dan apa saja para stakeholder yang
berkepentingan beserta harapan mereka. Dengan mengetahui siapa saja para stakeholder dan
apa kepentingannya serta harapan mereka, maka KAP HTM dapat melakukan penilaian
dalam pemenuhan harapan stakeholder melalui pembekalan kepada para auditor senior dan
junior sebelum melakukan audit pada Kimia Farma.

B) Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder, dan


menilai risiko ketidak sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas audit.

C) Mengutamakan reputasi KAP HTM

Yaitu dengan berpegang pada nilai-nilai hypernorm, seperti kejujuran, kredibilitas,


reliabilitas, dan tanggung jawab. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi kerangka kerja dalam
melakukan perbandingan.
Tiga tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan pimpinan KAP HTM dapat
mengawasi adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara untuk
menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secara strategis mengambil
keuntungan dari kesempatan tersebut.

2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stakeholder

KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stakeholder dan meratingnya dari segi
kepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stakeholder yang
dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat memenuhi harapan para
stakeholder HTM.

Anda mungkin juga menyukai