Bahan Present
Bahan Present
PEMBAHASAN
A. ETIKA PROFESI AUDITOR
1. Definisi Etika Profesi
Etika profesi berasal dari dua kata yaitu etika (adat istiadat atau kebiasaan baik) dan profesi
(bidang kerja). Jadi Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.
Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar
atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.
2. Peranan Etika dalam Profesi Auditor
Etika profesi sangat diperlukan dalam profesi seorang auditor, hal ini dikarenakan peranan
etika profesi yang sangat penting bagi seorang auditor. Adapun peranan etika dalam profesi
auditor adalah sebaai berikut:
a. Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral yang tinggi.
b. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar kualitas yang
tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri. Itulah sebabnya profesi auditor
menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus dijadikan panduan oleh para auditor
dalam melaksanakan audit
c. Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang
kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan.
d. Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para auditor profesional
dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-keputusan sulit.
f. Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerhasiaanin formasi yang diperolehnya
sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta tidak boleh mengungapkan informasi
apa pun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban
hukum atau terdapat hak profesional untuk mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan
berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
g. Perilaku Profesional
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan yang relevan
dan harus menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h. Standar Teknis
Sebagai profesional setiap anggota dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
a. Mendeteksi kecurangan
1) Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-kesalahan yang tidak
disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk mendapatkan keyakinan
yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan
oleh kesalahan ataupun kecurangan.
2) Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan jika terdapat bukti adanya kecurangan. Laporan
ini dilaporkan oleh auditor kepada pihak manajemen, komite audit, dewan direksi
b. Tindakan pelanggaran hukum oleh klien
1) Tanggung jawab untuk mendeteksi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien. Auditor
bertanggung jawab atas salah saji yang berasal dari tindakan melanggar hukum yang memiliki
pengaruh langsung dan material pada penentuan jumlah laporan keuangan. Untuk itu auditor
harus merencanakan suatu audit untuk mendeteksi adanya tindakan melanggar hukum serta
mengimplementasikan rencana tersebut dengan kemahiran yang cermat dan seksama.
2) Tanggungjawab untuk melaporkan tindakan melanggar hukum. Apabila suatu tindakan
melanggar hukum berpengaruh material terhadap laporan keuangan, auditor harus mendesak
manajemen untuk melakukan revisi atas laporan keuangan tersebut. Apabila revisi atas laporan
keuangan tersebut kurang tepat, auditor bertanggung jawab untuk menginformasikannya kepada
para pengguna laporan keuangan melalui suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar bahwa laporan keuangan disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
Lebih jauh Soedarjono dalam Sarsiti (2003) mengungkapkan bahwa auditor memiliki
beberapa tanggung jawab yaitu:
a. Tanggung jawab terhadap opini yang diberikan.
Tanggung jawab ini hanya sebatas opini yang diberikan, sedangkan laporan keuangan
merupakan tanggung jawab manajemen. Hal ini disebabkan pengetahuan auditor terbatas pada
apa yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu penyajian yang wajar posisi keuangan,
hasil usaha dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum, menyiratkan
bagian terpadu tanggung jawab manajemen.
Bila di dalam melaksanakan audit, akuntan publik telah gagal mematuhi standar profesinya,
maka besar kemungkinannya bahwa business failure juga dibarengi oleh audit failure. Dalam hal
yang terakhir ini, akuntan publik harus bertanggung jawab. Sementara, dalam menjalankan
tugasnya, akuntan publik tidak luput dari kesalahan. Kegagalan audit yang dilakukan dapat
dikelompokkam menjadi ordinary negligence, gross negligence, dan fraud (Toruan,2001,h.28).
Ordinary negligence merupakan kesalah yang dilakukan akuntan publik, ketika menjalankan
tugas audit, dia tidak mengikuti pikiran sehat (reasonable care). Dengan kata lain setelah
mematuhi standar yang berlaku ada kalanya auditor menghadapi situasi yang belum diatur
standar. Dalam hal ini auditor harus menggunakan common sense dan mengambil keputusan
yang sama seperti seorang (typical) akuntan publik bertindak.
Sedangkan gross negligence merupakan kegagalan akuntan publik mematuhi standar
profesional dan standar etika. Standar ini minimal yang harus dipenuhi. Bila akuntan publik
gagal mematuhi standar minimal (gross negligence) dan pikiran sehat dalam situasi tertentu
(ordinary negligence), yang dilakukan dengan sengaja demi motif tertentu maka akuntan publik
dianggap telah melakukan fraud yang mengakibatkan akuntan publik dapat dituntut baik secara
perdata maupun pidana.
Sebagian besar profesional akuntan setuju bahwa bila suatu audit gagal mengungkapkan
kesalahan yang material dan oleh karenanya dikeluarkan jenis pendapat yang salah, maka kantor
akuntan publik yang bersangkutan harus diminta mempertahankan kualitas auditnya. Jika auditor
gagal menggunakan keahliannya dalam pelaksanaan auditnya, berarti terjadi kegagalan audit,
dan kantor akuntan publik tersebut atau perusahaan asuransinya harus membayar kepada mereka
yang menderita kerugian akibat kelalaian auditor tersebut.
Kesulitan timbul bila terjadi kegagalan bisnis, tetapi bukan kegagalan audit. Sebagai contoh,
jika sebuah perusahaan bangkrut, atau tidak dapat membayar hutangnya, maka umumnya
pemakai laporan keuangan akan mengklaim bahwa telah terjadi kegagalan audit, khususnya bila
laporan audit paling akhir menunjukkan bahwa laporan itu dinyatakan secara wajar. Lebih buruk
jika terdapat kegagalan bisnis dan laporan keuangan yang kemudian diterbitkan salah saji, para
pemakai akan mengklaim auditor telah lalai sekalipun telah melaksanakannya sesuai dengan
standar auditing yang berlaku umum.
Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit, pajak,
konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi kesalahan
yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta pertanggungjawabannya secara
hukum. Beberapa faktor utama yang menimbulkan kewajiban hukum bagi profesi audit
diantaranya adalah (Loebbecke dan Arens,1999,h.786):
a. Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab akuntan public
b. Meningkatnya perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal sehubungan dengan
tanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor
c. Bertambahnya kompleksitas audit yang disebabkan adanya perubahan lingkungan yang begitu
pesat diberbagai sektor bisnis, sistem informasi, dsb
d. Kesediaan kantor akuntan publik untuk menyelesaikan masalah hukum diluar pengadilan, untuk
menghindari biaya yang tinggi.
B. SARAN
1. Setiap anggota kelompok hendaknya menguasai makalahnya masing- masing
2. Setiap anggota kelompok hendaknya tidak memaksakan pendapatnya masiing- masing
Kepala Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Sekretariat Jenderal Kementerian
Keuangan Langgeng Subur mengatakan, dengan adanya Organisasi Audit Indonesia (OAI)
otomatis pasar jasa audit bisa semakin besar. Jadi perusahaan besar tidak hanya
menggunakan jasa audit besar, ujar Langgeng pada acara peresmian Perpustakaan
Kemenkeu di Aula Djuanda, Kementerian Keuangan, Jakarta pada Selasa (26/04).
OAI merupakan organisasi yang terdiri dari gabungan kantor akuntan publik (KAP) yang
mendaftarkan dirinya untuk tergabung dalam OAI. Menurut Langgeng, selama ini hanya
terdapat the big four auditors yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan
publik maupun perusahaan tertutup. Keempatnya yaitu PricewaterhouseCoopers dengan
jumlah karyawan sebanyak 146.700, Deloitte Touche Tohmatsu dengan karyawan mencapai
165.000, Ernst & Young dengan jumlah karyawan mencapai 130.000, dan KPMG yang
memiliki karyawan mencapai 123.000.
Langgeng mengatakan, KAP yang tergabung dalam OAI akan mengikuti beberapa sistem
yang telah ditetapkan oleh OAI. Sistemnya saja, pajak dan lainnya itu masing-masing,
ungkapnya. Dengan adanya OAI, lanjut Langgeng, pasar audit di Indonesia yang selama ini
dikuasai oleh the big four auditors dapat dikerjakan oleh OAI bersama KAP yang ikut
tergabung di dalamnya. Ia menambahkan, jika dalam satu bulan ini Undang-Undang Akuntan
Publik sudah ditandatangani Presiden, OAI hanya membutuhkan dua peratuan pemerintah
(PP) dan satu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) untuk mempertegas keberadaannya.
Merupakan salah satu KAP yang memiliki total pendapatan secara global tertinggi
(dicapai
pada tahun 2013) diantara Anggota Big Four yang lainnya yakni dengan total pendapatan
$32.4
Pertumbuhan Delloitte Touche Tohmatsu secara global mengalami kenaikan yang signifikan
dalam beberapa tahun terakhir, dan juga bersaing keat dengan PricewaterhuseCoper dalam
segi pendapatan. Deloitte Touche Tohmatsu memiliki lebih dari 200.000 tenaga kerja
profesional dan mempunyai cabang lebih dari 150 negara di dunia.
Di Indonesia, Deloitte Touche Tohmatsu bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Osman
Bing Satrio & Eny dan berlokasi di 2 tempat, yaitu Jakarta dan Surabaya.
Berbagai jenis jasa yang ditawarkan oleh Deloitte Touche Tohmatsu Indonesia diantaranya:
2) Consulting
Jasa yang diberikan berupa masukan-masukan pendapat professional kepada klien-klien yang
membutuhkan. Umumnya konsultasi berupa target pasar, lokasi pendirian pabrik, isu hukum
di indonesia, dll. Klien-klien luar negri umumnya membutuhkan tenaga konsultasi yang
handal dan professional sebelum mendirikan perusahaan-nya disini.
Berupa jasa yang berhubungan dengan pengendalian resiko & compliance di perusahaan,
baik di sisi operasional, teknikal maupun secara finansial perusahaan. Jasa yang dimaksud
diantaranya :
Control Assurance : Membantu perusahaan membuat dan mengawasi SOP yang dibuat
agar berjalan dengan baik di lingkungan perusahaan.
Internal Audit : Melihat apakah SOP yang ditetapkan perusahaan sudah dijalankan dengan
baik dan maksimal oleh masing-masing divisi.
Regulatory Compliance :Menjaga agar perusahaan taat dengan regulasi yang di buat oleh
pemerintah
4) Financial Advisory
Berupa jasa pemberi nasihat yang berfokus pada hal-hal yang berhubungan dengan laporan
keuangan. Jika Consulting mungkin lebih ditekankan kearah teknikal, tapi financial advisory
lebih kearah laporan keuangan yang akan disajikan. Financial advisory di Deloitte dipecah
sebagai berikut :
Corporate Finance : Jasa konsultasi jika perusahaan ingin melakukan IPO, Akuisisi,
Merger, dll
Forensic : Fraud, Corrupt, Money Loundring adalah hal-hal yang akan divisi ini tangani.
M & A Transaction Service : Bagaimana proses awal hingga akhir untuk perusahaan yang
akan melakukan M&A (Merger & Acquisition)
Valuation : Berfokus pada penilaian tentang berapa biaya yang akan dikeluarkan jika
sengketa masuk ke ranah hukum, bisa juga tentang penilaian prospek bisnis, dll
5) Tax
Jasa yang diberikan ketika perusahaan menghadapi kesulitan dalam menangani masalah
perpajakan.
1) PT Barito Pasific
2) PT Petrosea
4) Garuda Indonesia
2. PricewaterhouseCoopers
PricewaterhouseCoopers dibentuk pada tahun 1998 dari penggabungan usaha antara Price
Waterhouse dan Coopers & Lybrand. Penghasilan gabungan PricewaterhouseCoopers di
seluruh dunia mencapai 20.3 billion dolar Amerika Serikat untuk tahun fiskal 2005, dan
mempekerjakan lebih dari 130.000 profesional di 148 negara. PricewaterhouseCoopers
berkantor pusat di Britania Raya.
Afiliasi Price Waterhouse Cooper di Indonesia adalah Kantor Akuntan Publik (KAP)
Tanudiredja, Wibisana & Rekan. Jenis-jenis jasa yang disediakan oleh PWC Indonesia
diantaranya :
1) Advisory
Berupa jasa yang berhubungan dengan masukan dan nasihat kepada pemilik modal atau
perusahaan dalam menghadapi suatu permasalahan atau issue-issue yang krusial.
Pekerjaan di bidang jasa astetasi, jasa yang ditawarkan diantaranya jasa audit, jasa financial
accounting, IT, dan lain-lain.
3) Tax
Jasa yang berkaitan dengan perencanaan dan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan, jasa
yang ditawarkan diantaranya : jasa konsultasi pajak, jasa compliance terhadap pajak, isu
transfer pricing, dll.
4) Capital Market
Jasa di capital market lebih mirip ke arah jasa konsultasi (Advisory) namun lebih spesifik
kepada ekspansi perusahaan secara menyeluruh. Jasa yang ditawarkan diantaranya: Go
Public (IPO) Service, Securitizations and Structured Finance Arrangements dan Private
Placements Equity or Debt.
Menurut penulis, jasa untuk Accounting Advisory ini merupakan gabungan jasa konsultasi
(Advisory) dan jasa astetasi (Assurance). Jasa yang ditawarkan diantaranya : Konvergensi
IFRS, Accounting change manage, Training, dll.
Jasa yang ditawarkan perusahaan ini masih cukup baru, karena segmentasi-nya lebih kepada
seluruh perusahaan korea yang ada di Indonesia. Menurut sumber terkait, PWC Indonesia
merupakan Pelopor Kantor Akuntan Public Indonesia pertama yang masuk ke pasar
perusahaan Korea di Indonesia.
2) Chevron
3) XL Axiata Tbk.
Merupakan firma jasa profesional multinasional yang berpusat di London, Inggris, Britania
Raya. EY merupakan firma jasa profesional terbesar ketiga di dunia menurut pendapatan
pada tahun 2012. Berbagai jenis jasa yang ditawarkan oleh EY di Indonesia, diantara nya :
1) Advisory
Ada beragam jenis jasa yang ditawarkan oleh EY di divisi advisory, diantaranya IT Advisor,
Advisor Financial Service dan Performance Improvement.
Jasa advisor ini lebih berfokus ke arah jasa konsultasi terhadap klien, dimana klien meminta
pendapat kepada mereka tentang hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan. Bisa bertanya di
sisi legal perusahaan, peraturan pemerintah / daerah, operasional, dll.
2) Assurance
Berfokus pada ke-taatan pelaporan keuangan dibidang akuntansi. misalnya cara melakukan
cost accounting, plantation accounting (Untuk perusahaan sawit), Oil accounting.
2) Audit
3) Fraud Investigation
3) Tax
Merupakan jenis jasa yang berhubungan dengan pajak perusahaan. Jenis yang ditawarkan
oleh EY cukup beragam, ada yang berhubungan dengan issue yang berat seperti Transfer
Pricing, Cross Border Tax, ada juga jasa yang ditawarkan masih sebatas normal seperti jasa
VAT, GTS dan Personal tax.
4) Transaction
Jenis jasa yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan. Jasa yang ditawarkan bisa mencakup konsultasi transaksi dalam proses akuisisi
perusahaan, konsultasi transaksi yang berhubungan dengan pajak , operasional transaksi
perusahaan, dll.
1) Bank Bukopin
3) PT Kalbe Farma
4) Telkom Indonesia
4. KMPG
KMPG terdiri dari beberapa nama pendirinya itu sendiri. yaitu K dari Klijnveld, P dari Peat,
M dari Marwick, dan G dari Goerdeler. KAP yang berkantor di Netherlands (Belanda) ini
mempunyai lebih dari 152.000 karyawan dan beroperasi di lebih dari 145 negara di
dunia.Pendapatan Global KPMG berada di nomor 4 setelah EY, yaitu sebanyak USD 23.4
Billion. Di Indonesia sendiri, KPMG berafiliasi dengan KAP lokal yaitu KAP Siddharta &
Widjaja.
1) Audit Service
Jasa pemeriksaan laporan keuangan terhadap perusahaan ini umumnya adalah core business
dari setiap kantor akuntan publik.
2) Tax Service
Jasa di bidang perpajakan jika perusahaan mengalami kesulitan di bidang pajak, khususnya
untuk masalah juridiksi perpajakan, transfer pricing, pajak internasional.
3) Advisory Service
Jika perusahaan mengalami kesulitan dalam mengembangkan bisnis takut akan resiko yang
muncul. Maka jasa inilah yang bisa menjadi solusi ketidakpastian tersebut.
Jasa ini mengarah terhadap perusahaan-perusahaan jepang yang ada di Indonesia, Jasa yang
ditawarkan hampir sama seperti diatas (Audit, Tax, Advisory), namun segmentasi nya lebih
kepada perusahaan-perusahaan jepang.
Menurut penulis, jasa ini lebih terhadap perusahaan-perusahaan korea yang ada di Indonesia,
jasa yang ditawarkan hampir sama seperti diatas (Audit, Tax, Advisory), namun segmentasi
nya lebih kepada perusahaan-perusahaan korea.
1. Bank Permata
2. Bank BCA
3. Gudang Garam
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam
daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya,
menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari
2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar
penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan
kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan
ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak
disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan
Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah
mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain
itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum
periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian
dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa
transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru.
Sanksi dan Denda
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang Nomor
8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo
Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di
Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif
berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:
Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara,
karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31
Desember 2001.
Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT
Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta
rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi
adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut,
meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap
diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan
Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 Tanggung Jawab & Fungsi Auditor
Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan
profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan
dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan baik atas
manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun terhadap akuntan publik Hans
Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus
bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun buku
31 Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.
Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan atas
laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta Mustofa
(HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan. Sehingga Bapepam sebagai
lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa Penilai
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi
para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik dalam
kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku 2001.
Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena mereka
adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam
pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan
adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah
melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor
tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi
akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran
peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT.
Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi
kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar
profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam
manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans
Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu
apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.
Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus
dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik
negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu
menyatakan kembali (restated) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma tahun
buku 2001. Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta pertanggungjawabannya.
Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah mencatatkan laba bersih
2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah terjadi penggelembungan.
Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya hanya sekitar Rp 100
miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan keuangan per 31 Desember 2001 dan
laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik.
Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta &
Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma juga siap melakukan revisi
dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti ternyata ditemukan kesalahan
dalam pencatatan. Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa
sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba
bersih Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap menilai
bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas yang bertanggung jawab
atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan laba terlihat di-
mark up ini, merupakan kesalahan manajemen lama.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam laporan
keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai tindak pidana
di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa keuangan dan
menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bukti-
bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak sengaja
atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada karena
laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti diketahui, perusahaan
farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan keuangan tahun
buku 2001. Namun, kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku pemegang saham
mayoritas mengetahui adanya ketidakberesan laporan keuangan tersebut. Sehingga meminta
akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) menyajikan kembali
(restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah mengoreksi laba bersih
Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini dalam bentuk penyajian
kembali laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham Kimia Farma dalam
rapat umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat tersebut, akhirnya pemegang saham
Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM sebagai akuntan
publik.
Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak terlepas
dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang
menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah
melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang
menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat
pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan
dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para
akuntan publik.
PEMBAHASAN
Keterkaitan Manajemen Risiko Etika disini adalah pada pelaksanaan audit oleh KAP HTM
selaku badan independen, kesepakatan dan kerjasama dengan klien (PT Kimia Farma Tbk.)
dan pemberian opini atas laporan keuangan klien.
Dalam kasus ini, jika dipandang dari sisi KAP HTM, maka urutan stakeholder mana ditinjau
dari segi kepentingan stakeholder adalah:
2. Pemegang saham
3. Masyarakat luas
Dalam kasus ini, KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan dihentikannya jasa
audit mereka. Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM semata yang tidak mampu
melakukan review menyeluruh atas semua elemen laporan keuangan, tetapi lebih karena
kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi manipulasi dengan
penggelembungan nilai persediaan.
Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu tugas
audit. Sedari awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan ada
risiko manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat KAP HTM adalah
KAP yang telah berdiri cukup lama. Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata
pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi konsekuensi risiko
seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan
pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah kemungkinan di tutupnya Kantor
Akuntan Publik tersebut.
Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada kemungkinan
dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi laporan
keuangan. Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam kasus manipulasi
tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi.
Sesuai dengan teori yang telah di paparkan diatas, manajemen risiko yang dapat diterapkan
oleh KAP HTM antara lain adalah dengan mengidentifikasi dan menilai risiko etika, serta
menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stakeholder.
Dalam kasus antara KAP HTM dan Kimia Farma ini, pengidentifikasian dan penilaian risiko
etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut:
HTM selayaknya membuat daftar mengenai siapa dan apa saja para stakeholder yang
berkepentingan beserta harapan mereka. Dengan mengetahui siapa saja para stakeholder dan
apa kepentingannya serta harapan mereka, maka KAP HTM dapat melakukan penilaian
dalam pemenuhan harapan stakeholder melalui pembekalan kepada para auditor senior dan
junior sebelum melakukan audit pada Kimia Farma.
2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stakeholder
KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stakeholder dan meratingnya dari segi
kepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stakeholder yang
dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat memenuhi harapan para
stakeholder HTM.