b. Vasa Previa
Adalah keadaan di mana pembuluh darah janin berada di dalam selaput ketuban
melewati ostium uteri internum untuk kemudian sampai ke dalam insersinya di tali
pusat.3 Pada keadaan ini, perdarahan terjadi ketika selaput ketuban pecah baik
spontan maupun pada tindakan amniotomi. Perdarahan berhubungan erat dengan
perubahan cepat pola dan kecepatan denyut jantung janin. Secara khas, terjadi
takikardia janin dan diikuti dengan bradikardia. Berbeda dengan vasa previa,
perdarahan yang terjadi tidak berhubungan dengan pecahnya selaput ketuban.
Perdarahan juga tidak berhubungan dengan perubahan denyut jantung janin.
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radio-isotop
1) Plasentografi jaringan lunak (soft tissue placentography)
Yaitu membuat foto dengan sinar rontgen lemah untuk memcoba melokalisir
plasenta. Hasil foto dibaca oleh ahli radiologi yang berpengalaman.
2) Sitografi
Mula-mula kandung kemih dikosongkan terlebih dahulu, lalu memasukkan 40 cc
larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul, lalu dibuat
foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih berselisih lebih dari 1 cm, maka
terdapat kemungkinan plasenta previa.
3) Plasentografi indirek
Yaitu membuat foto seri lateral dan anteroposterior (ibu dalam posisi berdiri atau
duduk setengah berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli radiologi berpengalaman
dengan cara menghitung jarak antar kepala ke simfisis dan kepala ke
promontorium.
4) Arteriografi
Dengan memasukkan zat kontras ke dalam arteri femoralis. Karena plasenta
sangat kaya pembuluh darah, maka ia akan banyak menyerap kontras, ini akan
jelas terlihat dalam foto dan juga lokasinya.
5) Amniografi
Dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga amnion, lalu dibuat foto dan
dilihat dimana terdapat daerah kosong (diluar janin) dalam rongga rahim.
6) Radio-isotop plasentografi
Dengan menyuntikkan zat radio aktif, biasanya RISA (Radioiodinated Serum
Albumin) secara intravena, lalu diikuti dengan detektor GMC.
b. Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak menimbulkan
bahaya radiasi terhadap janin. Cara ini sudah mulai banyak dipakai di Indonesia.
1) USG Transvaginal
Transvaginal ultrasonografi merupakan baku emas untuk diagnosis plasenta previa.
Pemeriksaan ini memiliki tingkat akurasi 100% dalam mendeteksi plasenta previa.
Diagnosis ditegakkan dengan adanya jaringan plasenta yang menutupi keseluruhan
atau 2 cm dari ostium uteri internum.
2) USG Transabdominal
Transabdominal
ultrasonografi
dapat menjadi pilihan alternatif pada pemeriksaan plasenta previa. Pemeriksaan ini
memiliki tingkat akurasi sebesar 95% dalam mendiagnosis plasenta previa.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, rustam. 2007. Sinopsis Obstetri. Jilid 1 Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.