Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA BODY CONDITION SCORE (BCS) DAN LINGKAR PANGGUL

TERHADAP LITTER SIZE KAMBING JAWARANDU DI KABUPATEN PEMALANG

(RELATION BETWEEN BODY CONDITION SCORE AND PELVIC RING TO THE


LITTER SIZE OF JAWARANDU GOAT IN PEMALANG)

D. Prasita*, D.Samsudewa** dan E.T. Setiatin**


Email : derra.prasita@gmail.com
*Mahasiswa Program Studi S1Peternakan Universitas Diponegoro
** Dosen Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara Body Condition
Score (BCS) atau Nilai Kondisi Tubuh (NKT) dan lingkar panggul dengan jumlah anak kambing
Jawarandu dalam satu kali periode. Materi penelitian yang digunakan adalah kambing Jawarandu
sejumlah 32 ekor. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier sederhana, sebagai
independent variabel adalah lingkar panggul dan BCS, sedangkan dependent variabelnya adalah
jumlah anak sekelahiran (litter size). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rataan linier tubuh
kambing Jawarandu di Pemalang untuk lingkar panggul dan BCS adalah 90,25 cm dan 2,5.
Sedangkan rataan litter size 1 sampai 2 ekor. Kesimpulan dari hasil analisis regresi menunjukkan
bahwa keterkaitan antara BCS dan lingkar panggul terhadap litter size sangat rendah.

Kata kunci : Lingkar panggul; body condition score; litter size; kambing Jawarandu.

ABSTRACT
Research this time have purpose the relation of pelvic ring and Body Condition Score
(BCS) and pelvic ring to the litter size of Jawarandu goat. The research material used was 32
Jawarandu goat. This study used simple linear regression analysis, as the independent variable
was the pelvic ring and the BCS, dependent variable was litter size. The results showed that the
average BCS and pelvic ring of jawarandu goat in pemalang was 90,25 cm and 2.5, moreover litter
size was at 1 to 2 .Conclusion between BCS and pelvic ring against litter size was very low.

Keyword: Pelvic ring; body condition score; litter size; Jawarandu goats.

PENDAHULUAN diperlukan adanya penelitian mengenai


Kambing Jawarandu adalah salah penilaian dari luar tubuh ternak terhadap
satu komoditas ternak yang banyak keberhasilan reproduksinya. Penelitian ini
dibudidayakan oleh masyarakat di difokuskan pengamatannya pada
Indonesia. Populasi kambing Jawarandu hubungan antara BCS dan lingkar
banyak ditemukan di wilayah Pantura panggul terhadap litter size kambing
Jawa Tengah seperti Pekalongan, Jawarandu.
Pemalang, dan Tegal. Kondisi peternakan Banyak faktor yang
rakyat yang memelihara kambing mempengaruhi keberhasilan reproduksi
Jawarandu masih sangat tradisional, ternak, baik faktor internal maupun
sehingga perlu dilakukan penyuluhan dan eksternal. Faktor internal meliputi
bimbingan dari pihak yang bersangkutan hormon, genetik, Body Condition Score
secara benar. Kambing Jawarandu (BCS) dan ukuran tubuh. Ukuran tubuh
memiliki potensi produksi dan reproduksi yang mempengaruhi reproduksi seperti
yang cukup baik. Melihat hal tersebut, lingkar dada, tinggi gumba, panjang
untuk mengoptimalkan kemampuan badan, bobot tubuh dan lingkar panggul
reproduksi kambing Jawarandu maka (Toelihere, 1981). Faktor eksternal
D. Prasita*, D.Samsudewa** dan E.T. Setiatin** : Hubungan Antara Body Condition Score (BCS) Dan Lingkar Panggul 65
meliputi pakan, suhu, kandang, sistem gambaran mengenai level cadangan otot
pemeliharaan, sanitasi dan lainnya. Salah dan lemak tubuh dari setiap ekor ternak
satu parameter yang dapat digunakan sapi. Skor tersebut berkisar pada skala 1-
untuk menilai keberhasilan reproduksi 5 (Pennington, 2003).
adalah litter size. Jumlah anak yang Tubuh yang baik seharusnya
dihasilkan pada setiap kelahiran akan menunjukkan tampilan ternak yang baik
menambah keuntungan bagi peternak. juga. Selain penilaian melalui BCS,
Litter size dipengaruhi oleh ukuran tubuh juga dapat mengindikasikan
banyak faktor yaitu, umur induk, bobot penilaian dari luar. Nilai BCS yang terlalu
badan, tipe kelahiran, pengaruh pejantan, rendah ataupun terlalu tinggi dapat
musim, tingkat nutrisi, keturunan, ukuran mengakibatkan gangguan reproduksi
tubuh, dan hormon (Land dan Robinson, (Matthew, 2005). Sehingga ternak
1985). Beberapa hal yang dapat seharusnya dipelihara dengan
mempengaruhi litter size, hormon memperhatikan nilai BCS ternaknya.
merupakan salah satu faktor yang Panggul merupakan tempat
mempengaruhi secara internal atau dari dimana semua organ reproduksi berada,
dalam. Faktor internal yang sehingga dimungkinkan lingkar dari
mempengaruhi litter size dapat dilihat dari panggul berpengaruh terhadap jumlah
luar melalui BCS dan lingkar panggul. anak yang akan dilahirkan. Lingkar
Nilai BCS yang tinggi menjadi panggul merupakan salah satu penilaian
indikasi adanya perlemakan yang baik dari luar, lingkar panggul berfungsi
pada tubuh ternak. Ketersediaan lemak menyangga isi abdomen, membentuk
yang baik akan menunjang proses jalan lahir dan tempat alat genital
produksi hormon, karena salah satu (Marjono, 1999). Lingkar panggul memiliki
penyusun hormon reproduksi adalah hubungan dengan lemak intraabdominal
steroid yang berasal dari lemak. Penilaian (Hill et al., 2006) sehingga terdapat
terhadap tubuh ternak juga memiliki hubungan antara BCS, lingkar panggul
beberapa penilaian dan salah satu dan keberhasilan reproduksi yang diukur
diantaranya adalah lingkar panggul. dari litter size induk ternak.
Penilaian BCS ternak yang ideal Penilaian BCS dan lingkar
tergantung pada tujuan pemeliharaan. panggul memiliki hubungan dengan
Ternak yang dipelihara untuk ternak reproduksi, oleh karena itu perlu
pedaging atau penggemukan maka dilakukan penelitian untuk mengetahui
semakin besar BCS tubuh semakin besar hubungan BCS dan lingkar panggul
maka akan semakin baik.Ternak dengan terhadap produksi jumlah anak pada satu
tujuan pembibitan tidakmemerlukan kali periode melahirkan (litter size).
kondisi tubuh yang terlalu gemuk. Ternak Penelitian ini dilakukan agar peternak
yang ideal untuk bibit yang ideal adalah dapat memperkirakan kemampuan litter
mempunyai nilai kondisi tubuh ternak nilai size kambing Jawarandu dilihat dari luar
3 atau ternak tidak terlalu gemuk dan tidak yaitu BCS dan lingkar panggulnya.
terlalu kurus (Kellog, 2008). Penilaian
BCS merupakan penilaian perlemakan MATERI DAN METODE
pada tubuh ternak dari bagian samping Waktu dan Lokasi Penelitian
yaitu tulang rusuk, ruas-ruas belakang Penelitian dilaksanakan pada
tulang hook, kondisi tulang belakang pada tanggal 1 Juni sampai 7 Agustus 2014, di
punggung, daerah bahu dan dada, serta Kelompok Tani Ternak Desa Pegongsoran
paha. Bagian belakang yang dinilai yaitu Kecamatan Pemalang Kabupaten
pangkal ekor, tulang pin, dan kaki. Skor Pemalang dan Desa Penggarit
relatif yang didapatkan dari metode BCS Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang.
membantu peternak dalam memperoleh Penelitian dilakukan dengan penilaian
66 ,Vol. 33, No. 2 September 2015
BCS dan pengukuran lingkar panggul antara BCS dan lingkar panggul dengan
dihubungkan terhadap potensi litter size litter size, namun jika dilihat dari nilai
kambing Jawarandu. regresi tersebut hubungan variabel
tersebut termasuk kategori sangat lemah.
Materi Penelitian Angka tersebut berarti setiap
Materi yang digunakan untuk peningkatan 1 satuan BCS maka akan
penelitian diambil secara purposive berpengaruh terhadap nilai litter size
sample sebanyak 32 ekor kambing betina sebesar 1,779 satuan, sedangkan pada
Jawarandu. Jumlah kambing 18 ekor di lingkar panggul angka tersebut berarti
Desa Pegongsoran, Kecamatan setiap peningkatan 1 cm lingkar panggul
Pemalang Kabupaten Pemalang dan 14 maka akan berpengaruh terhadap
ekor di Desa Penggarit, Kecamatan peningkatan litter size sebesar 1,503
Taman Kabupaten Pemalang. satuan.
METODE PENELITIAN Body Condition Score
Pengukuran Body ConditionScore Rata-rata nilai BCS pada kambing
Pengukuran Metode yang Jawarandu di Kabupaten Pemalang
dilakukan adalah dengan melakukan adalah 2,65 dan rata-rata litter size
penilaian pada masing-masing ternak berkisar 1-2 ekor. Penilaian BCS pada
sesuai dengan standar yang digunakan. ternak berhubungan sangat rendah
Ternak dinilai langsung dengan penilaian terhadap litter size karena banyak faktor.
1 sampai dengan 5 sesuai dengan Hal ini karena lemak di dalam tubuh ternak
ketentuan (Spahr, 2005). digunakan sebagai zat essensial yang
menjadi prekusor pembuatan hormon
Pengukuran Lingkar Panggul steroid di dalam darah. Hormon steroid
Pengukuran pada lingkar panggul berbahan baku lemak (Sitepoe, 2008).
dilakukan dengan menggunakan pita ukur Perlemakan pada tubuh ternak
dari batas tulang ekor melingkar sampai mempunyai hubungan dengan reproduksi
perut bawah ternak tepat sampai didepan karena lemak berperan dalam pembuatan
kaki belakang. hormon reproduksi. Hal ini karena lemak
Rancangan percobaan yang digunakan di dalam tubuh ternak digunakan sebagai
adalah analisis Regresi Linear zat essensial yang menjadi prekusor
Sederhana. pembuatan hormon steroid di dalam
darah. Hormon steroid berbahan baku
HASIL DAN PEMBAHASAN lemak, sehingga hormon estrogen dan
Berdasarkan hasil penelitian progesteron yang termasuk hormon
angka rata-rata yang diperoleh dapat steroid pembentukannya dipengaruhi
dilihat pada tabel dibawah ini : oleh kadar lemak dalam darah (Sitepoe,
2008). Lemak pada tubuh ternak sebagai
Tabel.1 Data Primer Persamaan Analisis cadangan energi yang dapat digunakan
saat mengalami kebuntingan hingga
Regresi Linear Sederhana melahirkan, dimana kurangnya nutrisi dari
luar akan membuat tubuh ternak
menggunakan cadangan lemaknya untuk
memenuhi nutrisi fetus.
Perlemakan pada nilai BCS yang
tinggi dimungkinkan berpengaruh pada
Persamaan diatas menjadi perkembangan folikel yang banyak,
adanya hubungan positif dan searah sehingga terjadi ovulasi yang optimum.
Litter size ditentukan dari perkembangan
D. Prasita*, D.Samsudewa** dan E.T. Setiatin** : Hubungan Antara Body Condition Score (BCS) Dan Lingkar Panggul 67
folikel yang terjadi, sehingga lemak Lingkar Panggul
berperan pada proses pembuatan Rata-rata ukuran lingkar panggul
hormon steroid. kambing Jawarandu di Kabupaten
Perlemakan yang tinggi belum Pemalang adalah 90,25cm. Tulang-tulang
tentu dapat menentukan perkembangan panggul merupakan struktur penyusun
folikel, karena sistem hormon saling pelvis (Toelihere, 1981). Tulang-tulang
berpengaruh. FSH tidak akan berjalan penyusun panggul berhubungan dengan
optimal jika tidak ada hormon LH yang ruang abdomen dan uterus.
mengakibatkan ovulasi. Hal ini dapat Tulang-tulang pada panggul
terjadi karena faktor genetik dari masing- merupakan struktur penyusun pelvis
masing induk yang berbeda. Produksi ( To e l i h e r e , 1 9 8 1 ) . Tu l a n g - t u l a n g
hormon yang berjalan tidak optimal akan penyusun panggul berhubungan dengan
mempengaruhi perkembangan folikel ruang abdomen dan uterus. Ruang
sehingga hasil reproduksi ternak menjadi abdomen dan uterus yang luas
kurang optimal. Matthew (2005) kemungkinan dapat memberikan
menyatakan bahwa nilai BCS yang terlalu kesempatan induk kambing untuk
rendah menyebabkan ternak terganggu beranak kembar, yaitu berpengaruh
dalam reproduksinya termasuk saat terhadap kemampuan induk kambing
penentuan litter size sebelum dilahirkan, dalam menjamin perkembangan anak
karena litter size adalah salah satu yang lebih dari satu ekor selama masa
keberhasilan proses bereproduksi. kebuntingan (Purbowati, 2006). Ukuran
Beberapa hal diatas menjelaskan pinggul yang lebih luas membentuk
bahwa hormon dan lemak saling pinggul lebih besar yang diikuti dengan
berkaitan. Proses sistematis kerja hormon luasnya ruang abdomen dan uterus dapat
dipengaruhi banyak faktor, salah satunya menjadikan ruangan yang lebih luas untuk
lemak. Hal ini dimungkinkan bahwa BCS perkembangan anak yang lebih banyak
berpengaruh pada litter size. Genetik selama kebuntingan. Soenarjo (1988)
induk mempengaruhi saat keadaan tubuh menyatakan bahwa bentuk tubuh yang
ternak sudah berada pada nilai BCS yang melebar di bagian belakang
ideal tetapi genetik induknya kurang baik mengakibatkan rongga abdomen lebih
maka hasil reproduksi yang diinginkan luas, sehingga organ-organ dalamnya
tidak akan tercapai. Perlemakan dalam dapat berkembang dengan baik. Kondisi
tubuh ternak dapat memperkirakan uterus selama masa kebuntingan sangat
berapa ekor anak yang sanggup dihidupi membesar dan tertarik ke depan dan ke
selama proses kebuntingan, karena bawah ke dalam rongga abdomen
dengan BCS yang optimal maka ternak (Toeliehere, 1981).
dapat menghidupi anak lebih dari satu Induk kambing yang memiliki
ekor. Nilai BCS sangat rendah berarti potensi beranak kembar memiliki ruang
tubuh ternak tidak sanggup menghidupi abdomen, rahim dan kondisi pelvis yang
anak lebih dari satu (Matthew, 2005), jadi besar sehingga perkembangan fetus lebih
dapat dilihat bahwa BCS dan litter size baik. Tiesnamurti (1991) menyatakan
memang memiliki hubungan. bahwa kemampuan induk dalam
Penelitian ini menunjukkan angka membesarkan anaknya agar kualitasnya
yang tidak terlalu berpengaruh karena terjamin, apabila rahim induk telah
dapat diakibatkan dari banyak faktor. dipersiapkan untuk perkembangan anak
Rekaman genetik induk yang kurang lebih dari dua ekor. Disamping itu, induk
jelas, angka pada data yang terlalu kambing yang melahirkan dengan
bervariatif, perlakuan ternak yang ukuranpinggul yang lebar memungkinkan
berbeda, pakan yang berbeda dan induk lebih mudah melahirkan anak. Hal
kualitas semen yang berbeda. diatas menunjukkan bahwa lingkar
68 ,Vol. 33, No. 2 September 2015
panggul berkaitan dengan litter size, Beberapa penelitian (Kirkwood et al.,
karena lingkar panggul memberi ruang 1986; Manspeaker et al, 1989).
berkembangnya fetus. Hasil dari penelitian tersebut
Lingkar panggul dan BCS memiliki mengungkapkan bahwa nutrisi kurang
hubungan erat karena pada lingkar baik yang disebabkan tidak cukup atau
panggul terdapat lemak viceral atau kelebihan dan ketidakseimbangan
intraabdominal (Hill et al., 2006). konsumsi nutrisi dapat berpengaruh
Berdasarkan hal diatas, lingkar panggul buruk terhadap berbagai tahap proses
dan BCS memiliki hubungan dengan litter reproduksi mulai dari keterlambatan
size. Faktor yang mempengaruhi litter pubertas, mengurangi tingkat ovulasi,
size terdiri dari berbagai faktor, sehingga mempengaruhi litter size, rendahnya
ada faktor yang berpengaruh langsung angka konsepsi, tingginya kehilangan
dan ada yang berpengaruh tidak langsung embrio dan fetus, panjangnya waktu lama
pada litter size. Penelitian ini perlu anestrus paska melahirkan, kurangnya air
memperhatikan faktor yang lain untuk susu, tingginya kematian prenatal dan
lebih mengetahui hubungan sebenarnya rendahnya performans ternak yang baru
antara lingkar panggul dan BCS terhadap dilahirkan.
litter size.
Santosa (2008) menyatakan SIMPULAN DAN SARAN
bahwa lebar panggul berkolerasi positif Berdasarkan hasil penelitian
terhadap kelahiran anak, dalam artian dapat disimpulkan bahwa Body Condition
semakin besar lebar pinggul dapat Score dan lingkar panggul mempunyai
berpeluang melahirkan anak dengan baik. hubungan yang sangat rendah terhadap
Faktor lain yang mempengaruhi litter size ternak kambing jawarandu.
seperti genetik, pakan, perlakuan dan Saran yang diberikan perlu
lainnya. Performans reproduksi ternak memperhatikan parameter pada
ruminansia pada daerah tropis umumnya penelitian dan dapat ditambahkan dengan
ditentukan oleh empat faktor, yaitu rekaman kebuntingan, masa kawin, masa
genetik, lingkungan fisik, nutrisi dan birahi, penambahan sampel dan kualitas
manajemen (Smith dan Akinbamijo, semen penjantannya.
2000). Lemak pada tubuh ternak dapat
berpengaruh terhadap litter size namun DAFTAR PUSTAKA
banyak faktor lain yang lebih berperan Hill, McGraw, Higher Education, New
langsung pada litter size. Yo r k : T h e M c G r a w - H i l l
Pakan yang diberikan pada ternak Companies, 2007.
dimungkinkan kurang memenuhi syarat
pada kandungan nutrisinya. Ternak yang Kellog, W. 2008. Body Condition Scoring
sedang bunting akan memiliki perbedaan with Dairy Cattle. www.uaex.edu/
kebutuhan nutrisi pakan dengan ternak other_Areas/.../FSA-4008.pdf.
tidak bunting atau pada fase lainnya Diakses 24 April 2013. Lalman,
seperti melahirkan, menyusui, D.L., D.H. Keisler, J.E. Williams,
pertumbuhan dan produksi. Situasi E.J. Scholljegerdes, and D.M.
dimana kuantitas dan kualitas pakan yang
tersedia sepanjang tahun tidak terbatas Kirkwood, A.C . 1986 . History, biology and
perlu diperhatikan, maka masalah control of sheep scab . Parasitol.
reproduksi jarang ditemukan namun Today. 11 : 302-307
demikian, pada kondisi peternakan
ektensif dimana ketersedian pakan Mallett. 1997. Influence of Postpartum
berfluktuasi sekali sepanjang musim Weight and Body Condition
maka reproduksi dapat menjadi masalah. Change on Duration of Anestrus
D. Prasita*, D.Samsudewa** dan E.T. Setiatin** : Hubungan Antara Body Condition Score (BCS) Dan Lingkar Panggul 69
by Undernourished Suckled Beef farm animals. Animal
Heifers. J.Anim.Sci. 75(8): 2003- Reproduction Science. 60-
8. 61:549-560.

Land, R. B. and D. W. Robinson. 1985. Soenarjo, C.H. 1988. Buku Pedoman


Genetics of Reproduction in Kuliah Ilmu Tilik Ternak. CV. Baru,
Sheep. Garden City Press Ltd, Jakarta.
Letchworth, Herts. England
Spahr, L. I. 2005. Body Condition Scoring
Marjono A.B. 1999. Perubahan Anatomi in Meat Goats. Penn State
dan Fisiologi Saat Bunting University. College of Agricultural
(http://www.geocities.com) Science. Available at http://
bedford. extension. Psu. edu/
Matthew H. Poore. 2005. Extension agriculture /goat/ Body Condition
Animal Husbandary Specialist. Scoring. htm. Accession date 21st
Department of Animal Science February 2013.

Pennington .2003 . Body condition Sutiyono, B., N.J. Widyani dan E.


scoring. Agriculture and Natural Purbowati. 2006. Seminar
Resources.University of Nasional Teknologi Peternakan
Arkansas, United States dan Veteriner. 537-543.
Department of Agriculture, and
County Governments Tiesnamurti, B. 1991. Pokok-pokok
Cooperating. Usaha Pemanfaatan Ternak
Domba Lokal dengan Laju
Santosa, U. 2008. Mengelola Peternakan Kesuburan Berbeda. Proseding
Kambing Secara Profesional. Seminar Nasional Usaha
Penebar Swadaya, Jakarta. Peningkatan Produktivitas
Peternakan dan Perikanan.
Sitepoe, M. 2008. Cara Memelihara Fakultas Peternakan Universitas
Domba dan Kambing Organik. PT. Diponegoro. Semarang. hlm. 52
Indeks, Jakarta. 57.

Smith, O.B., and O.O. Akinbamijo. 2000. Toelihere, M.R.1981. Fisiologi Reproduksi
Micronutrients and reproduction in pada Ternak. Cetakan ke-1. An

70 ,Vol. 33, No. 2 September 2015

Anda mungkin juga menyukai