ASFIKSIA PERINATAL
P 21.9
1. Definisi Kegagalan bernapas spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga terjadinya
gangguan pertukaran gas ( O2 dan CO2 ) yang mengakibatkan bayi baru lahir
mengalami hipoksia, hiperkarbia dan asidosis metabolik
2. Anamnesis Faktor resiko ( etiologi ) perkiraan asfiksia.
Riwayat persalinan lahir langsung menangis ( bernapas spontan ) atau tidak.
3. Pemeriksaan Fisik Dinilai appearance (warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace (mimik wajah),
activity (tonus otot), respiratory effort (usaha nafas) pada menit 1 dan 5, kalau perlu
setiap 5 menit sampai menit 20 sesuai dengan kondisi bayi.
Penilaian bersamaan dengan langkah-langkah resusitasi. Sambil melakukan resusitasi,
menilai APGAR 1 menit, 5 menit, dan 10 menit. Setelah selesai resusitasi, dilanjutkan
dengan perawatan pasca resusitasi, dipantau fungsi vital (nadi, pernafasan, kesadaran),
mencari komplikasi dan penyakit penyerta serta pemeriksaaan fisik lengkap.
4. Kriteria Diagnosis 1. Nilai APGAR 0 3 pada menit ke 5
2. Asidosis metabolik atau campuran ( pH darah arteri umbikalsis < 7 )
3. Manifestasi neurologik ( kejang, hipotoni, koma, esefalopatia hipoksik
iskemik )
5. Diagnosis Sesuai dengan nilai APGAR menit ke 5 dan manifestasi neurologik
6. Diagnosis Banding Neonatal ensefalopati
7. Pemeriksaan Glukosa darah, hemoglobin, leukosit, diff. count, serta pemeriksaan lain atas indikasi
Penunjang (foto thoraks, ECG,USG).
8. Terapi Sebelum melakukan langkah awal resusitasi lakukan penilaian awal:
1.Apakah cukup bulan ?
2.Apakah bernapas atau menagis ?
3.Apakah tonus otot baik ?
Bila ada jawaban tidak dari ke tiga pertanyaan ini maka langkah awal resusitasi
harus dimulai, sedangkan bila semua jawaban ya maka bayi tersebut hanya dilakukan
perawatan rutin saja (jaga kehangatan, bersihkan jalan napas dan keringkan).
A. Langkah Awal Resusitasi
Letakkan bayi di meja resusitasi dengan alat pemancar panas,
letakkan pada posisi yang benar, lakukan penghisapan (bila perlu),
keringkan, rangsangan taktil, reposisi dan nilai: pernapasan frekuensi
jantung dan warna kulit.
B. Ventilasi Tekanan Positip ( VTP )
Ventilasi tekanan positip dapat diberikan dengan balon resusitasi dan
sungkup atau dengan balon resusitasi dan intubasi endotrakheal
(ETT).
1. Indikasi :
Bila bayi apnu/megap-megap atau bernapas tetapi frekuensi
jantung <100 kali permenit atau sianosis sentral menetap meskipun
diberikan oksigen aliran bebas sampai 100 %
2. Frekuensi :
Lakukan ventilasi dengan frekuensi 40-60 kali per menit selama 30
detik dengan oksigen 21 - 100% ( pada bayi cukup bulan dimulai
dengan oksigen 21 % dan pada bayi preterm dimulai dengan
oksigen lebih dari 21 % yang dapat ditingkatkan sampai dengan
target saturasi oksigen preduktal tercapai ) , lalu nilai frekuensi
jantung :
Frekuensi Jantung: Tindakan:
a. Di atas 100 : 1. Bila napas spontan dan saturasi
oksigen membaik, VTP hentikan bertahap.
2. Bila tidak bernapas, atau megap-megap
lanjutkan VTP
b. Diantara 60 dan 100 : 1. Membaik, pasang pipa orogastrik dan
lanjutkan VTP
2. Tidak membaik, evaluasi VTP yang
telah dilakukan ( posisi, perlekatan
sungkup, jalan napas bersih, mulut
terbuka, tekanan pada balon ), per-
timbangkan intubasi dan lanjutkan VTP
c. Di bawah 60 : 1. Lanjutkan VTP
2. Mulai kompresi dada
C. Kompresi Dada
1. Indikasi:
Frekuensi jantung < 60 kali per menit setelah 30 detik mendapat
VTP dengan oksigen 100%.
2. Frekuensi:
Kompresi dada dilakukan selama 30 detik. Setiap 2 detik dilakukan
3 kali kompresi dada dan 1 kali VTP ( selama 30 detik dilakukan
45 kali kompresi dada dan 15 kali VTP detik).
3. Evaluasi:
Setelah 30 detik melakukan tindakan kompresi dada dan ventilasi,
periksa frekuensi jantung atau nadi. Bila frekuensi jantung:
a. Kurang dari 60 kali per menit: lanjutkan tindakan kompresi
dada dan ventilasi dan pemberian epinefrin.
b. 60 kali per menit atau lebih : hentikan tindakan penekanan
dada tetapi lanjutkan ventilasi dengan oksigen 100%.
D. Intubasi Endotrakheal
1. Indikasi :
a. Bila cairan amnion bercampur mekoneum dan bayi mengalami
depresi napas, tonus otot jelek atau denyut jantung < 100 kali
permenit maka intubasi dilakukan pada kesempatan pertama
( perlu elakukan penghisapan melalui trakhea untuk mengeluar
kan mekoneum), sebelum memulai tindakan resusitasi yang
lain.
b. Bila VTP dengan balon dan sungkup tidak efektif (tidak
mengembangkan dada) atau memaksimalkan efisiensi VTP,
membutuhkan pemberian VTP agak lama, dicurigai ada hernia
diafragmatika, pemberian surfaktan dan bayi berat amat sangat
rendah (berat lahir kurang dari 1.000 gram).
Bila diperlukan kompresi dada, intubasi memudahkan koordinasi
kompresi dada dan VTP.
E. Obat-obatan
Obat-obatan baru diperlukan pada resusitasi neonatus bila tidak memberikan respon
dengan pemberian VTP yang adekuat dengan oksigen 100 % dan kompresi dada.
1. Epinefrin
a. Indikasi:
- Frekuensi jantung tetap di bawah 60 kali per menit walaupun telah dilakukan paling
sedikit 30 detik ventilasi adekuat dengan oksigen 100% dan penekanan dada.
- Frekuensi jantung nol. Bila detak jantung tidak dapat dideteksi, epinefrin harus
diberikan segera pada saat yang sama dengan VTP dan penekanan dada dimulai.
b. Pemberian:
Dosis 0,1-0,3 ml/kgBB epinefrin 1:10.000 intravena atau 0,3-1
ml/kgBB melalui ETT, dapat diulang setiap 3-5 menit bila frekuensi
jantung kurang dari 60 kali per menit.
2. Cairan penambah volume darah
Bila bayi tidak memberikan respon terhadap resusitasi dan ada bukti
kehilangan darah maka indikasi pemberian cairan penambah volume
darah, yaitu garam fisiologis atau ringer laktat dengan dosis 10
ml/kgBB.
3. Nalokson
Bila ibu mendapat morphin atau petidin dalam waktu 4 jam terakhir
dan tidak ada usaha napas, tetapi frekuensi jantung dan kulit normal
langsung diberikan Nalokson 0,1 mg/kgBB intravena melalui vena
umbilikalis atau pipa endotrakeal.
Ingatlah, walaupun didapatkan frekuensi jantung nol, penekanan dan ventilasi harus
dilanjutkan sampai diambil keputusan medik untuk menghentikan tindakan resusitasi.
Resusitasi dihentikan bila semua langkah dilakukan dengan baik selama 15 menit
frekuensi jantung tetap nol.
9. Edukasi Penjelasan mengenai komplikasi jangka panjang dan jangka pendek dari asfiksia
perinatal.
Penjelasan mengenai faktor risiko asfiksia neonatorum.
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens II
12. Tingkat B
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
14. Indikator Medis Nilai Apgar dan manifestasi neurologik
15. Target Tidak sesak, dengan frekuensi napas 40-60 kali per menit. Tidak ada tanda-tanda
infeksi, penyakit penyerta dan komplikasi telah teratasi dan bisa minum secara adekuat.
16. Kepustakaan 1. American Heart Association and Amercan Academy of Pediatric. Textbook of
neonatal resuscitation. Kattwinkel J, penyunting. Edisi ke 6, 2011.
2. Rehan KV, Phibbs RH. Delivery room management. Dalam : MacDonald MG, Seshia
MK, Mullett MD, penyunting. Averys Neonatology, pathopysiology & management
of the newborn. Edisi ke Philadelphia : Lippincot William & Wilkins, 2005; 302- 26.
3. Sill J. Perinatal asphyxia. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE,
penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease, and drug.
Edisi ke 6. New York: Lange McGraw Hill, 2009;624-36.
4. Goldsmith JP. Delivery room resuscitaion of the newborn. Dalam : Martin RJ,
Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and Martins Neonatal-perinatal
medicine. Edisi ke 9. Missouri: Elsevier, 2011;449-74
5. Papile LA, Adcock LM. Perinatal Asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi ke 6. Philadelphia : Lippincott
William & Wilkins, 2008; 518-28.
Mengetahui/Menyetujui Palembang, 1 Maret 2014
Ketua Departemen Kesehatan Anak Ketua Divisi Neonatologi/NICU
HERNIA DIFRAGMATIKA
K44.9
1. Definisi Adanya defek pada diafragma sehingga isi abdomen masuk ke rongga thorak
2. Anamnesis Riwayat afiksia dan sesak nafas sejak lahir
3. Pemeriksaan Dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler menurun, dada tampak lebih
Fisik cembung, perut skapoid, dapat terdengar peristaltik usus pada thoraks
4. Kriteria Gejala klinis + foto thorak ( tampak gambaran usus di rongga thorak )
Diagnosis
5. Diagnosis Sesuai klinis dan foto thorak
6. Diagnosis Eventrasi diafragma kongenital
Banding Kelumpuhan syaraf phrenikus
7. Pemeriksaan Darah : Hb, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED dan CRP.
Penunjang Radiologi : foto toraks
8. Terapi 1. Suportif, umumnya sama pada semua gawat napas, yaitu :
a. Pemberian cairan
# IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai degan
kebutuhan bayi
# Mulai hari ke 3 ditambahkan NaCl 15 % sebanyak 6 cc/kolf
# Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
# Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium bikarbo
nat ( 4 : 1 ) Bila dapat diperiksa analisa gas darah, asidosis da
dikoreksi langsung dengan pemberian cairan Natrium
Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
# Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino
1-3 g/kgBB/hari. Bila sudah bisa minum per oral beri ASI atau
susu formula
b. Terapi oksigen ( intra nasal, head box, buble CPAP, ventilator )
2. Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin, bila tidak ada perbaikan dalam
2 hari, gentamisin diganti dengan ceftazidim.
3. Terapi khusus :
Operatif ( repair diafragma )
9. Edukasi Penjelasan mengenai faktor risiko dan penatalaksanaan serta komplikasi yang mungkin
timbul.
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat II
Evidens
12. Tingkat B
Rekomendasi
13. Penelaah Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Kritis Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
14. Indikator Klinis : Tanda-tanda gawat nafas
Medis Foto thorak
15. Target Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik, tidak ada tanda
infeksi dan penyakit penyebab telah terkendali
16. Kepustakaan 1. Whitsett J.A., Rice W.R., Warner B.B., Wert S.E., Pryhuber G.S. Acute Respiratory
Disorders. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Averys
Neonatology Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia :
Lippincott William & Walkins, 2005;553-77.
2. Truog W.E., Golombek S.G., Principles of Management of Respiratory Problems.
Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Averys Neonatology
Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;600-21.
3. M.Sholeh Kosim. Gangguan Nafas pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto
A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI, 2008;126-46.
4. Bhakta K.Y. Respiratory Distress Syndrome. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;323-30.
5. Rodriguez R.J., Martin R.J., Fanaroff A.A. Respiratory Distress Syndrome and its
management. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and
Martins Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Missouri : Mosby Elsevier, 2006;1097-
107.
6. Respiratory disorder. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S,
penyunting. Essential Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia :
Blackwell Publishing, 2008 ; 92-110.
PERDARAHAN PARU
P26.9
1. Definisi Terdapatnya darah di saluran napas yang disertai perburukan klinis penderita
dan bukan disebabkan oleh trauma
2. Anamnesis Terdapat darah yang keluar dari endotracheal tube atau dari laring.
3. Pemeriksaan Terdapat darah atau keluar dari endotracheal tube atau dari laring pada bayi
Fisik yang tidak diintubasi. Hipoaktif, pucat, takikardi, hipotensi, sesak, sianosis,
vesikuler melemah. Pada perdarahan masif klinis penderita cepat memburuk.
Mungkin dapat ditemui manifestasi perdarahan di tempat lain.
4. Kriteria a. Pemeriksaan Fisik
Diagnosis Terdapat darah atau keluar dari endotracheal tube atau dari laring pada bayi
yang tidak diintubasi. Hipoaktif, pucat, takikardi, hipotensi, sesak, sianosis,
vesikuler melemah. Pada perdarahan masif klinis penderita cepat
memburuk. Mungkin dapat ditemui manifestasi perdarahan di tempat lain.
b. Pemeriksaan laboratorium
i. Pemeriksaan hematologi (kadar hemoglobin, hematokrit, lekosit,
hitung jenis, trombosit, clotting time, prothrombin time, partial
thromboplastin time, trombin time,
ii. Analisis gas darah.
c. Radiologi: foto thoraks: pada perdarahan lokal terdapat infiltrat (pachy,
linier atau noduler ) dan pada perdarahan masif didapati gambaranradio
opaque pada kedua lapangan paru dengan air bronchogram
5. Diagnosis Sesuai klinis dan pemeriksaan penunjang
6. Diagnosis Ditujukan pada etiologi
Banding
7. Pemeriksaan a. Pemeriksaan laboratorium
Penunjang 1. Pemeriksaan hematologi (kadar hemoglobin, hematokrit, lekosit, hitung
jenis, trombosit, clotting time, prothrombin time, partial thromboplastin
time, trombin time,
2. Analisis gas darah.
b. Radiologi : foto thoraks: pada perdarahan lokal terdapat infiltrat (pachy,
linier atau noduler) dan pada perdarahan masif didapati gambaran adio
opaque pada kedua lapangan paru dengan air bronchogram
8. Terapi Umum :
1. Bersihkan jalan napas
2. Perbaiki tekanan darah
3. Koreksi asidosis
4. Transfusi darah (bila perlu)
5. Obati penyebab yang mendasari
Khusus :
1. Ventilator terpasang:
a. Bersihkan jalan napas melalui ETT
b. Tingkatkan FiO2
c. Tingkatkan PEEP sampai 6-8 cmH2O
d. Pertimbangkan untuk meningkatkan PIP
2. Bila tidak menggunakan ventilator:
a. Bersihkan jalan nafas
b. Pertimbangkan pemasangan ventilator
9. Edukasi Penjelasan mengenai factor risiko dan penatalaksanaan serta komplikasi
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat II
Evidens
12. Tingkat B
Rekomendasi
13. Penelaah Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Kritis Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
14. Indikator Klinis
Medis
15. Target Perdarahan teratasi
16. Kepustakaan 1. Whitsett J.A., Rice W.R., Warner B.B., Wert S.E., Pryhuber G.S. Acute
Respiratory Disorders. Dalam: MacDonald MG, Mullet MD, Seshia M,
penyunting. Averys Neonatology, pathophysiology & management of the
newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott William & Walkins, 2005;573-
4.
2. Pulmonary hemorrhage. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG,
Zenk KE, penyunting. Neonatology, management, procedures, on-call
problems, desease ,and drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill,
2004;304-5.
3 Louis N.A. Pulmonary hemorrhage. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia :
Lippincott William & Wilkins, 2008;366-68.
4. Jobe A.H. The respiratory system. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA. Walsh
MG, penyunting. Fanaroff and Martins Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi
8. Sint Louis : Mosby Elsevier, 2006;1127.
5. Massive pulmonary haemorrhage. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha
S, penunting. Essential Neonatal Medicine, Edisi 4. Australia: Blackwell
Publishing, 2008; 104.
2. Anamnesis timbul umur 2 5 hari, pada mata ditemukan sekret pus, banyak, bisa mengenai satu
mata atau dua mata.
3. Pemeriksaan Pada mata ditemukan edema kelopak mata, palpebra/konjungtiva merah, sekret pus,
Fisik banyak, bisa mengenai satu mata atau dua mata.
4. Kriteria Gejala klinis + ditemukan diplokokus gram negatip intra & ekstraseluler di sekret mata
Diagnosis
5. Diagnosis Sesuai klinis dan pemeriksaan penunjang
6. Diagnosis Konjungtivitis akut
Banding
7. Pemeriksaan Darah : Hb, lekosit, diff. count, trombosit, dan mikro LED.
Penunjang Pengecatan gram dari sekret mata ditemukan kuman gram negatif diplokokus (bentuk
biji kopi) intra dan ekstra sel.
8. Terapi Isolasi, irigasi mata dengan ringer laktat, beri antibiotika ceftriakson dosis tunggal
25-50 mg/kgBB ( maksimal 125 mg ).
Profilaksis : Salep mata tetrasiklin diberikan segera pada semua bayi baru lahir
9. Edukasi Penjelasan mengenai faktor risiko infeksi dan penatalaksanaan serta komplikasi.
NEONATAL HIPOGLIKEMI
P70.4
1. Definisi Kondisi bayi dengan kadar glukose darah kurang nilai normal ( < 45 mg/dL ) yang
dapat menimbulkan gejala (simptomatis) atau tidak (asimptomatis).
2. Anamnesis Cari faktor resiko : bayi dari ibu DM, neonatus besar masa kehamilan, neonatus kecil
masa kehamilan, bayi prematur/postmatur, neonatus puasa, polisitemia dan
eritroblastosis.
3. Pemeriksaan Dapat asimptomatik atau simptomatik (apatis, hipotoni, muntah, sianosis, apnu,
Fisik twitching / kejang, nistagmus dan temperatur tidak stabil).
4. Kriteria Berdasarkan pemeriksan fisik dan pemeriksaan laboratorium yaitu bila kadar gula
Diagnosis darah < 45 mg/dL.
5. Diagnosis Sesuai pemeriksaan kadar gula darah sewaktu
6. Diagnosis Ditujukan pada etiologi hipoglikemi
Banding
7. Pemeriksaan Pemeriksaan gula darah, elektrolit, hemoglobin, hematokrit, leukosit,
Penunjang hitung jenis,trombosit, kultur darah
8. Terapi Curigai dan antisipasi hipoglikemia neonatus dengan faktor resiko.
a. Bila hipoglikemia asimptomatik pemberian makanan sedini
mungkin, bila dua kali pemberian makan dini (interval 2 jam) tidak
berhasil berikan IVFD dekstrose 10%
b. Bila hipoglikemia simptomatik berikan dekstrose10% dengan inisial
2 cc/kgBB diboluskan selama 5 menit (8-10 mg/kgBB/menit)
dilanjutkan IVFD dekstrose 10% (jumlah cairan sesuai umur dan
berat badan) atau infus Glukose 10 % dengan GIR 6-8 mg/kg/mnt.
Monitor kadar gula darah setiap 2 jam dalam 6 jam pertama,
selanjutnya setiap 4 jam. Bila 2 kali pemeriksaan kadar gula
darah stabil tidak perlu dimonitor lagi. Bila kadar gula darah
normal tidak tercapai dalam 4 jam, maka diberi dekstrose 12%.
Bila 4 jam belum tercapai kadar gula darah normal, maka
ditambahkan Hidrokortison 5 mg/kgBB dalam cairan infus setiap 12
jam atau prednison 2 mg/kgBB dibagi 3 dosis. Dalam keadaan
lanjut (menjadi progresif) baru dipertimbangkan penyebab yang
jarang seperti inborn error of metabolism, tumor pankreas dan
lain-lain
9. Edukasi Penjelasan mengenai faktor risiko dan penatalaksanaan serta
Komplikasi
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat II
Evidens
12. Tingkat B
Rekomendasi
13. Penelaah Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Kritis Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
14. Indikator 1. Klinis
Medis 2. Gula darah sewaktu lebih dari 45 mg/dl
15. Target Hipoglikemi, penyebab dan komplikasi telah teratasi
16. Kepustakaan 1. Ogata E.S. Carbohydrate homeostasis. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia
M, penyunting. Averys Neonatology pathophysiology & managementof the
newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott William & Walkins, 2005;876-91.
2. Gilmore M.M. Hypoglicemia. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk
KE, penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease,
and drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;262-6.
3. Wilker R.E. Hypoglicemia and hyperglicemia. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;540-9.
4. Kalhan S.C., Parimi P.S. Disorders of carbohydrate metabolism. Dalam: Martin RJ,
Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and Martins Neonatal-Perinatal
Medicine. Edisi 8. Missouri : Mosby Elsevier, 2006; 1467-90.
5. Hypoglycemia. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential
Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 158
163.
IKTERUS NEONATORUM
P 59.9
1. Definisi Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonyugasi yang berlebih.
Hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin plasma lebih dari 5 - 7 mg/dL
2. Anamnesis Lakukan anamnesis riwayat kehamilan ( penyakit yang diderita ibu selama
kehamilan), riwayat persalinan ( masa gestasi, cara persalinan ), faktor resiko infeksi (
sepsis ), golongan darah ibu dan ayah, kapan timbulnya ikterus, riwayat ikterus pada
anak sebelumnya
3. Pemeriksaan - Terlihat kuning pada sclera, mukosa dan kulit.
Fisik - Cari manifestasi klinis dari penyakit atau kelainan patologis yang menyebabkan
ikterus untuk memperkirakan ikterus fisiologis atau non fisiologis.
4. Kriteria Sesuai dengan etiologi diatas.
Diagnosis Untuk mencari etiologi perlu dilakukan :
- Anamnesis sedini dan secermat mungkin mengenai riwayat kehamilan dan
persalinan
- Ikterus timbul pada hari 1: periksa kadar bilirubin, darah tepi lengkap, golongan
darah ibu dan bayi, Coomb test
- Ikterus timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3: periksa kadar bilirubin, periksa darah
tepi lengkap, golongan darah ibu dan bayi, Coomb test (bila peningkatan bilirubin
>5 mg% dalam 24 jam, karena masih ada kemungkinan penyebabnya
inkompabilitas ABO atau Rh), pemeriksaan enzim G6PD
- Ikterus timbul pada hari ke 4 atau lebih: periksa kadar bilirubin, periksa darah tepi,
pemeriksaan enzim G6PD
5. Diagnosis Sesuai klinis dan pemeriksaan bilirubin serum
6. Diagnosis Ditujukan pada etiologi ikterus
Banding
7. Pemeriksaan Darah : Kadar bilirubin, hemoglobin, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED,
Penunjang golongan darah ibu dan anak, kultur dan Coomb test
8. Terapi - Foto terapi atau transfusi tukar bila ada indikasi berdasarkan Grafik AAP pada
bayi dengan masa gestasi > 35 minggu dan berdasarkan tabel terlampir untuk bayi
preterm dan bayi berat blahir rendah.
- Foto terapi dihentikan bila kadar bilirubin tidak meningkat lagi dan kadarnya lebih
dari 3 mg/dL dibawah garis resiko.
- Tranfusi tukar dilakukan dengan golongan darah yang sesuai dengan golongan
darah ibu dan anak. Jumlah darah diberikan 2 kali volume darah bayi. Sebelum dan
sesudah tranfusi tukar lakukan terapi sinar.
9. Edukasi Penjelasan mengenai faktor resiko dan penatalaksanaan serta komplikasi
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat II
Evidens
12. Tingkat B
Rekomendasi
13. Penelaah Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Kritis Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
14. Indikator 1. Klinis
Medis 2. Kadar bilirubin serum
15. Target Kadar bilirubin serum sudah dibawah indikasi fototerapi dan etiologi sudah teratasi.
16. Kepustakaan 1. Maisels M.J. Jaundice. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting.
Averys Neonatology, pathophysiology & managementof the newborn. Edisi 6.
Philadelphia : Lippincot William & Wilkins, 2005;768-846.
2. Abdulrahman Sukadi. Hiperbilirubinemia. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,
Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI, 2008;147-69.
3. Gilmore M.M. Hyperbilirubinemia. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal
FG, Zenk KE, penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem,
desease, and drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;244-50.
4. Martin C.R., Cloherty J.P., Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty JP,
Eichenwald EC, Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6.
Philadelphia : Lippincott William & Wilkins, 2008;181-212.
5. Wong R.J., DeSandre G.H. Sibley E., Stevenson D.K. Neonatal Jaundice and Liver
Disease. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and
Martins Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Missouri : Mosby Elsevier,
2006;1419-65.
6. Jaundice. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S,penyunting.
Essential Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell
Publishing, 2008 ; 130 41
Rasio bilirubin total / albumin sebagai penunjang untuk memutuskan transfusi tukar
Rasio B /A S aat Transfusi Tukar
Harus Dipertimbangkan
Rasio BT/Alb Rasio BT/Alb
Bayi > 38 0/7 mg 8,0 0,94
Bayi 35 0/7 mg 36 6/7 mg dan sehat atau > 38 07 mgJika 7,2 0,84
resiko tinggi atau iso imune hemolytic disease atau Defisiensi
G6PD
Bayi 35 0/7 37 6/7 mg, jika resiko tinggi atau IsoimM une 6,8 0,80
hemolytic desease atau defisiensi G6PD
Pedoman terapi sinar dan transfusi tukar bayi berat lahir rendah
berdasarkan berat badan
Pedoman terapi sinar dan transfusi tukar bayi berat lahir rendah
berdasarkan masa gestasi
PANDUAN TRANFUSI TUKAR PADA BAYI USIA > 35 MINGGU ( Sumber : AAP )
Keterangan:
Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan keaadan tanpa patokan pasti karena terdapat
terdapat pertimbangan klinis dan tergantung respon terhadap fototerapi.
Transfusi tukar dianjurkan segera dilakukan bila bayi menunjukkan tanda-tanda ensefalopati bilirubin
akut atau bila kadar bilirubin total 5 mg/dl di atas garis pedoman.
Faktor risiko adalah: penyakit hemolitik isoimun, def G6PD, asfiksia, letargi yang nyata, instabilitas
suhu, sepsis, asidosis.
Hitung kadar albumin serum dan hitung rasio bilirubin/albumin.
Gunakan kadar bilirubin total.
Rasio bilirubin total / albumin se bagai penunjang untuk memutuskan transfusi tukar
Rasio B /A S aat Transfusi Tukar
Harus Dipertimbangkan
Rasio BT/Alb Rasio BT/Alb
Bayi > 38 0/7 mg 8,0 0,94
Bayi 35 0/7 mg 36 6/7 mg dan sehat atau > 38 07 mgJika 7,2 0,84
resiko tinggi atau iso imune hemolytic disease atau Defisiensi
G6PD
Bayi 35 0/7 37 6/7 mg, jika resiko tinggi atau IsoimM une 6,8 0,80
hemolytic desease atau defisiensi G6PD
Pedoman terapi sinar dan transfusi tukar bayi berat lahir rendah
berdasarkan berat badan
Pedoman terapi sinar dan transfusi tukar bayi berat lahir rendah
berdasarkan masa gestasi
MENINGITIS NEONATORUM
G03.9
1. Definisi Meningitis pada neonatus adalah infeksi pada meningen dan susunan syarap pusat bayi
baru lahir pada bulan pertama kehidupan.
2. Anamnesis Faktor resiko atau faktor predisposisi infeksi ( suhu ibu > 38o C, leukosit ibu >
15.000/mm3 , air ketuban keruh & berbau busuk, ketubah pecah > 12 jam, partus
kasep), perawatan tali pusat, pemberian zalf mata setelah melahirkan.
3. Pemeriksaan Klinis mirip dengan sepsis. Gejala dini umumnya iritabel.
Fisik a. Gejala umum: bayi tampak lemah, terdapat gangguan minum
yang disertai penurunan berat badan, keadaan umum memburuk
hipotermi/hipertermi
b. Gejala SSP: letargi, iritabilitas, hiporefleks, tremor, kejang,
hipotoni/hipertoni, serangan apnea, gerak bola mata tidak
terkoordinasi.
c. Gejala pernapasan: dispnu, takipnu, apnu, dan sianosis
d. Gejala TGI: muntah, diare, meteorismus, hepatomegali
e. Kelainan kulit: purpura, eritema, pustula, sklerema
f. Kelainan sirkulasi: pucat/sianosis, takikardi/aritmia, hipotensi,
edema, dingin.
g. Kelainan hematologi: perdarahan, ikterus, purpura
4. Kriteria gejala klinis sepsis ditambah hasil pemeriksan cairan serebrospinalis :
Diagnosis o Tes Pandy : + atau ++
o Jumlah sel : umur 0 s/d 48 jam:>100/mm3
umur 2 s/d 7 hari :>50/mm3
umur >7 hari :>32/mm3
o Diff. count :PMN meningkat, protein meningkat dan glukosa
menurun
5. Diagnosis Sesuai klinis dan hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis
6. Diagnosis Sepsis neonatorum
Banding
7. Pemeriksaan Darah : Hb, lekosit, diff. count, trombosit, mikro LED, dan kultur dan
Penunjang tes resistensi
LCS : Protein, sel diff. count, pengecatan gram dan kultur
Urin : Rutin dan kultur dan tes resistensi
USG transfontanela
8. Terapi a. Pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan bayi.
b. Terapi oksigen bila diperlukan
c. Antibiotik : Ceftazidime
Bila tidak ada perbaikan klinis dalam 48 jam atau keadaan umum
semakin memburuk, pertimbangkan pindah ke antibiotika yang lebih
poten, misalnya meropenem, atau sesuai dengan hasil tes resistensi.
Antibiotika diberikan 21 hari
9. Edukasi Penjelasan mengenai faktor risiko infeksi dan penatalaksanaan serta komplikasi.
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat II
Evidens
12. Tingkat B
Rekomendasi
13. Penelaah Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Kritis Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
14. Indikator 1. Klinis
Medis 2. Hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis
3. USG transfontanela
15. Target Klinis dan hasil USG transfontanela perbaikan
16. Kepustakaan 1. Schelonka R.L., Freij B. J., McCracken G.H. Bacterial and fungal infections. Dalam:
MacDonald MG, Mullet MD, Seshia M, penyunting. Averys Neonatology,
pathophysiology & management of the newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;1235-73.
2. Naglie R. Infectious Diseases. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk
KE, penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease, and
drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;434-68.
3. Puopolo K.M. Bacterial and fungal infections. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;274-300.
4. Edwards M. S. Postnatal bacterial infections. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh
MC, penyunting. Fanaroff and Martins Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8.
Misouri : Mosby Elsevier, 2006;791-829.
5. Infection. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential Neonatal
Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 61 76
6. Klein J.O., Nizet V. Bacterial sepsis and meningitis. Dalam: Remington JS, Jerome
O, Klein MD, penyunting. Remingtons Infectious Disease of the Fetus and Newborn
Infant. Edisi 5. Philadelphia : WB Saunders Company, 2001;222-75.
PNEUMOTHORAKS
P 25.1
1. Definisi Terdapat udara dalam rongga pleura
2. Anamnesis Mengidentifikasi faktor resiko : aspirasi mekoneum, tindakan VTP, bronkopneumonia,
pemakaian ventilasi mekanik
3. Pemeriksaan Dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler menurun, sela iga melebar dan
Fisik dada tampak lebih cembung, asimetris gerakan dinding dada.
4. Kriteria Gejala klinis + foto thorak ( radiolusen dan kolaps parsial atau total paru yang terkena,
Diagnosis pergeseran mediastinum, pendataran diafragma ) + transiluminasi positip, terutama pada
bayi kecil.
5. Diagnosis Sesuai klinis dan pemeriksaan penunjang
6. Diagnosis Takipneu sementara pada neonatus
Banding Penyakit membran hyalin
Pneumonia
Sepsis
7. Pemeriksaan Darah : Hb,lekosit, diff. Count, trombosit, mikro LED
Penunjang Foto thoraks AP dan lateral
Transiluminasi
8. Terapi 1. Suportif, umumnya sama pada semua gawat napas, yaitu :
a. Pemberian cairan
# IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai degan
kebutuhan bayi
# Mulai hari ke 3 ditambahkan NaCl 15 % sebanyak 6 cc/kolf
# Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
# Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium bikarbo
nat ( 4 : 1 ) Bila dapat diperiksa analisa gas darah, asidosis da
dikoreksi langsung dengan pemberian cairan Natrium
Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
# Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino
1-3 g/kgBB/hari. Bila sudah bisa minum per oral beri ASI atau
susu formula
b. Terapi oksigen ( intra nasal, head box, buble CPAP, ventilator )