Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)

DEPARTEMEN/SMF : ILMU KESEHATAN ANAK


RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG:
RSMH GAWAT DARURAT PEDIATRI
PALEMBANG

SYOK SEPSIS (ICD 10: R57.2)

1. Pengertian (Definisi) Sepsis (SIRS disertai adanya tanda tanda infeksi baik yang
suspected ataupun proven) disertai oleh menetapnya
disfungsi organ kardiovaskuler setelah pemberian bolus
cairan isotonik intravena 40 mL/kgBB selama satu jam
2. Anamnesis Demam/ hipotermia, pada beberapa keadaan ditemukan:
a. Batuk
b. Sesak nafas
c. Diare
d. Muntah
e. Kejang
3. Pemeriksaan Fisis 1. Tanda-tanda vital:
a. Suhu tubuh inti >38,50 C atau <360 C
b. Takikardia atau denyut jantung >2SD di atas nilai
normal sesuai usia di mana tidak ada stimulus dari
luar, obat-obatan kronik, rangsangan nyeri, atau ada
peningkatan yang menetap tanpa sebab yang dapat
dijelaskan selama lebih dari 30 menit sampai empat
jam atau untuk anak <1 tahun: bradikardi atau denyut
jantung <P10 nilai normal sesuai usia di mana tidak
ada stimulus vagal dari luar, obat-obatan penyekat
beta atau kelainan jantung bawaan, atau ada
penurunan yang menetap tanpa sebab yang dapat
dijelaskan selama lebih dari 30 menit.

Tabel 1. Batas takikardia dan bradikardia anak sesuai


usia
Usia Frekuensi denyut Frekuensi denyut
jantung/menit jantung/menit
(takikardia) (bradikardia)
0 hari-1 minggu >180 <100
1 minggu-1 bulan >180 <100
1 bulan-1 tahun >180 <90
2-5 tahun >140 NA
6-12 tahun >130 NA
13-18 tahun >110 NA
NA = Not Applicable

c. Frekuensi nafas ratarata >2SD di atas nilai normal

263
sesuai usia atau menggunakan ventilator mekanik
karena proses akut yang tidak berhubungan dengan
penyakit dasar neuromuskular atau mendapat anestesi
umum.

Tabel 2. Batas takipnea anak sesuai usia


Usia Frekuensi napas/menit
0 hari-1 minggu >50
1 minggu-1 bulan >40
1 bulan-1 tahun >34
2 tahun-5 tahun >22
6 tahun-12 tahun >18
13 tahun-18 tahun >14

2. Gangguan perfusi, meliputi tiga dari tanda: Kualitas


nadi sentral lebih besar dari perifer, ekstremitas dingin,
pucat, atau mottled, waktu pengisian kapiler atau
capillary refill time (CRT) >2 detik, penurunan tekanan
nadi <20 mmHg, diuresis <1 mL/kgBB/jam untuk BB
<30 kg; atau <0,5 mL/kgBB/jam untuk BB >30 kg,
penurunan kesadaran atau perubahan status mental.

Tabel 3. Batas hipotensi anak sesuai usia


Usia Tekanan darah sistolik (mmHg)
0 hari-1 minggu <65
1 minggu-1 bulan <75
1 bulan-1 tahun <100
2 tahun-5 tahun <94
6 tahun-12 tahun <105
13 tahun-18 tahun <117
4. Kriteria Diagnosis Pada syok sepsis, terdapat dua gambaran klinis:
1. Gambaran hiperdinamik: takikardia, tekanan darah
normal atau turun, denyut nadi perifer kuat (pulsus seler),
kulit merah, akral hangat, pengisian kapiler >2 detik,
tekanan nadi melebar, dan penurunan kesadaran.
2. Gambaran hipodinamik: takikardia, denyut nadi perifer
lebih lemah dibandingkan nadi sentral, kulit pucat,
mottled, akral dingin, pengisian kapiler >2 detik, tekanan
nadi menyempit, penurunan kesadaran.
5. Diagnosis Kerja Syok sepsis (ICD 10: R57.2)
6. Diagnosis Banding 1. Syok kardiogenik
2. Syok hipovolemik
3. Syok anafilaksis
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap, hapusan darah
2. Kultur darah, urine, feses, LCS
3. SGOT dan SGPT

264
4. Albumin
5. Ureum dan kreatinin
6. Elektrolit serum: Na, K, Cl, Ca serum, Ca Ion, P, Mg
7. Glukosa darah sewaktu
8. CRP
9. Faal hemostasis, FDP, fibrinogen
10. Analisa gas darah arteri dan vena
11. Laktat darah
12. Golongan darah
13. T3, fT4
14. Foto toraks
15. EKG
16. Pulse oksimetri
8. Terapi 1. Oksigenasi dengan nasal kanul, masker, nasal continuous
positive airway pressure (NCPAP), atau ETT ( T piece)
dan ventilator;
2. Resusitasi cairan 20 mL/kgBB dalam 5-10 menit, dapat
diulang sampai dengan total 60 mL/kgBB menggunakan
cairan kristaloid (Ringer asetat, Ringer laktat, NaCl
0,9%, atau koloid (Gelatin, Albumin);
3. Bila terdapat hipoglikemia yaitu bila glukosa darah
kurang dari 40 mg/dL koreksi dengan dextrose (Dextrose
10% atau Dextrose 40%) 0,5 g/kgBB bolus IV atau IO;
4. Bila terdapat hipokalsemia, yaitu:
5. Usia 1-12 bulan: Ca serum <9,0 mg/dL atau ion Ca (iCa)
<1,05 mmol/L
6. Usia >1 tahun: Ca serum <8,8 mg/dL atau iCa <1,1
mmol/L
7. Koreksi dengan Ca glukonas 10% 50-100 mg/kgBB (
0,5-1 mL/kgBB) IV atau IO selama 5-10 menit;
8. Pada kasus syok refrakter cairan lakukan pemasangan
kateter vena sentral (CVC);
9. Setelah resusitasi cairan, tatalaksana selanjutnya adalah
pemantauan hemodinamik.
10.Penggunaan obat-obatan vasoaktif berdasarkan:

Low output-high resistance + hipotensi:


I. Titrasi dopamin mulai 5 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 10 mcg/kgBB/menit, atau
II. Titrasi dobutamin mulai 5 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 20 mcg/kgBB/menit, atau
III. Titrasi epinefrin mulai 0,05 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 0,3 mcg/kgBB/menit

Kombinasi dengan:
Titrasi cairan 5-10 mL/kgBB selama 10-15 menit bila

265
terdapat penurunan nadi setelah passive leg raising (PLR)
Catatan: PLR dilakukan dengan cara menaikkan kedua tungkai dengan
sudut 45 selama 5 menit
1.
Low output-high resistance + normotensi:
ii. Titrasi dopamin mulai 5 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 10 mcg/kgBB/menit, atau
iii. Titrasi dobutamin mulai 5 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 20 mcg/kgBB/menit, atau
iv. Titrasi epinefrin mulai 0,05 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 0,3 mcg/kgBB/menit

Kombinasi dengan
v. Milrinon: dosis bolus 75 mcg/kgBB selama 15 menit,
dilanjutkan titrasi mulai dosis 0,5 mcg/kgBB/menit,
sampai dosis maksimal 0,75 mcg/kgBB/menit, atau
vi. Titrasi sodium nitroprusid mulai 0,5 mcg/kgBB/menit,
dosis maksimal 4 mcg/kgBB/menit

Kombinasi dengan:
Titrasi cairan 5-10 mL/kgBB selama 10-15 menit bila
terdapat penurunan nadi setelah passive leg raising (PLR)
atau diameter vena cava inferior (IVC) kolap >40%.

High output-low resistance:


vii. Titrasi norepinefrin mulai 0,05 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 1 mcg/kgBB/menit
viii. Titrasi dopamin mulai 10 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 20 mcg/kgBB/menit, atau
ix. Titrasi epinefrin mulai 0,3 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 1 mcg/kgBB/menit

Low output- low resistance:


x. Titrasi epinefrin mulai 0,05 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 0,3 mcg/kgBB/menit
xi. Titrasi dopamin mulai 5 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 10 mcg/kgBB/menit, atau
xii. Titrasi dobutamin mulai 5 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 20 mcg/kgBB/menit

Kombinasi dengan
Titrasi norepinefrin mulai 0,05 mcg/kgBB/menit, sampai
dosis maksimal 1 mcg/kgBB/menit

Kombinasi dengan:
Titrasi cairan 5-10 mL/kg selama 10-15 menit bila terdapat
penurunan nadi setelah passive leg raising (PLR) atau

266
diameter vena cava inferior (IVC) kolap >40%.

10. Berikan antibiotik spektrum luas pada 1 jam pertama


setelah dilakukan pengambilan kultur darah.
a. Antibiotik lini pertama: golongan penisillin (ampicillin-
sulbactam) atau golongan cephalosporin (cetazidime atau
ceftriaxone) yang dikombinasi dengan golongan
aminoglikosida (gentamisin)
b. Antibiotik lini kedua: diberikan bila dalam evaluasi
klinis selama 3 hari tidak didapatkan adanya
perbaikan dan belum didapatkan hasil kultur atau hasil
kultur didapatkan kuman Methicillin resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) maka diberikan
golongan karbapenem (meropenem, imipenem) yang
dikombinasi dengan golongan aminoglikosida
(amikacin).
c. Antibiotik lini ketiga: digunakan apabila dengan
pemberian antibiotik lini kedua tidak didapatkan
perbaikan klinis dalam tiga hari dan belum didapatkan
hasil kultur. Antibiotik yang digunakan sebagai
antibiotik lini ketiga adalah cefazolin yang
dikombinasi dengan vancomycin.
d. Antijamur seperti fluconazole atau micafungin
diberikan bila didapatkan adanya tanda-tanda infeksi
jamur sistemik.
e. Bila didapatkan hasil kultur dan sensitivitas antibiotik
maka antibiotik yang digunakan adalah antibiotik
sesuai hasil kultur.
f. Antibiotik lain yang dapat digunakan sebagai
antibiotik lini pertama sesuai indikasi adalah golongan
makrolide (erithromycin, azithromycin,
clarithromycin, vancomycin), golongan kuinolon
(ciprofloxacin, levofloxacin, moxifloxacin).
g. Pada toxic shock syndrome dengan hipotensi refrakter
berikan Klindamisin dan terapi antitoksin atau
intravenous immunoglobulin (IVIG)

11. Pada pasien yang tetap menunjukkan gejala syok


seperti kriteria diagnosis setelah pemberian epinefrin
dan norepinefrin, dianggap suatu syok resisten
katekolamin. Pada kondisi ini, berikan hidrokortison
bolus 2 mg/kgBB, dilanjutkan dosis rumatan 2
mg/kgBB selama 24 jam.

12. Transfusi darah (Packed red cell/PRC) dilakukan bila


kadar Hb <10 g/dL dan ScvO 2 <70%. Target adalah
kadar Hb minimal 10 g/dL dan ScvO 2 >70%. Cara

267
pemberian adalah sebagai berikut :
Perhitungan kebutuhan : (80 x BB x selisih Hb)/
20%.
Volume pemberian : 10-20 mL/kgBB/hari.

13. Transfusi trombosit diberikan bila hitung trombosit


<10.000/mm3 tanpa adanya perdarahan
<20.000/mm3 dengan risiko perdarahan bermakna
<50.000/mm3 dengan adanya perdarahan aktif,
tindakan pembedahan atau tindakan invasif.
14. Transfusi plasma atau FFP diberikan pada:
Sepsis induced thrombotic purpura disorder
Progressive disseminated intravascular coagulation
(DIC)
Secondary thrombotic microangiopaty
Thrombotic thrombocytopeni purpura

15. Pasien dengan ventilasi mekanis dapat diberikan Sedasi


lihat PPK Sedasi

16. Pertahankan kadar glukosa darah 50 -180 mg/dL.

24 Jam Pertama
Glukosa IV
17. Mulai pemberian cairan isotonis yang mengandung
glukosa dengan kecepatan rumatan
18. Hindari hipoglikemia (glukosa darah <60 mg/dL)
19. Pertahankan glukosa serum 80180 mg/dL
20. Tentukan target glucose infusion rate (GIR) untuk
memantau konsentrasi glukosa IV

Neonatus 6-8 mg/kgBB/menit


Bayi-anak usia sekolah 5-7 mg/kgBB/menit
Anak usia sekolah dan 2-3 mg/kgBB/menit
remaja
Gagal hati Sampai 16 mg/kgBB/menit
21. Pertimbangkan cairan D10% jika D5% tidak dapat
menyediakan kebutuhan sesuai usia
22. Jika kadar glukosa serum >180 mg/dL, pertimbangkan
terapi insulin dengan infus kontinu untuk mengontrol
hiperglikemia.
23. Bila gula darah lebih dari 180 mg/dL dengan GIR 4
mg/kg/menit maka :
i. Jika kadar glukosa serum >180 mg/dL, pertimbangkan
terapi insulin dengan infus kontinyu untuk mengontrol

268
hiperglikemia;
ii. Titrasi insulin (50 IU Rapid acting insulin dalam 50
mL NaCl 0,9%) mulai 0,05 IU/kgBB sampai
maksimal 0,1 IU/kgBB;
iii. Monitor gula darah tiap 30 menit hingga target
glukosa darah stabil antara 60 180 mg/dL.
Di atas 24 jam
Nutrisi Enteral (NE)
24. Hubungi ahli nutrisi untuk pilihan formula dan target
kalori.
25. Mulai pada dosis 0,5 mL/kgBB/jam atau maksimal 25
mL/jam kecuali kondisi yang berefek secara signifikan
pada traktus gastrointestinal termasuk: jejas iskemi
berat, enterokolitis nekrotikans, pankreatitis akut,
peritonitis, obstruksi atau perdarahan traktus
gastrointestinal, trauma atau pembedahan pada usus,
sindrom kompartemen abdomen, instabilitas
hemodinamik (didefinisikan sebagai masih berlanjutnya
resusitasi cairan (>60 mL/kgBB selama 1 jam) atau
inisiasi/eskalasi obat vasoaktif dalam 8 jam terakhir.
26. Mulai nutrisi dengan peningkatan yang konsisten untuk
mencapai pemberian nutrisi penuh kecuali ditemukan
intoleransi
27. <7 tahun atau <25 kg naikkan 1 mL/kgBB/jam setiap 48
jam
28. >7 tahun atau 25 kg naikkan 25 mL/jam setiap 48 jam
29. Minimalkan interupsi pemberian makanan. Jika
pemberian makan tidak ditoleransi, mulai pada kecepatan
terakhir yang dapat ditoleransi
30. Pertimbangkan pemberian nutrisi enteral dengan selang
nasojejunum karena telah menunjukkan dapat
memperbaiki jumlah nutrisi yang diberikan dibandingkan
selang lambung.
Nutrisi Parenteral (NP)
31. Konsultasikan dengan ahli nutrisi untuk komposisi dan
target kalori
32. NP dapat digantikan atau dikombinasikan dengan NE.
33. Mulai NP sebagai jembatan menuju NE dalam 72 jam
setelah masuk jika salah satu kondisi di bawah ini
terpenuhi:
34. NE tidak diindikasikan (untuk alasan yang telah
disebutkan di atas)
35. Intoleransi pemberian makan terjadi
36. Pemberian NP melalui jalur sentral (NP jalur perifer
tidak disarankan)
37. Cairan dekstrosa/asam amino harus disertai dengan

269
lipid untuk menyediakan asam lemak esensial.

Dekstrosa
Mulai dengan D5%D10% dan naikkan sesuai dengan
nasihat ahli nutrisi

Cairan Asam Amino


Sediakan protein yang adekuat untuk medukung balans
nitrogen positif, penyembuhan luka, dan mempertahankan
massa otot skelet.

Pedoman target protein:


02 tahun 23 g/kgBB/hari
213 tahun 1,52 g/kgBB/hari
1318 tahun 1,5 g/kg/BB/hari
Kondisi pasien mungkin memerlukan deviasi dari pedoman
konsultasikan dengan ahli nutrisi.

Lipid
Mulai pada 0,52 g/kgBB/hari, naikkan sesuai nasihat RD
02 tahun Maksimal 3 g/kgBB
>2 tahun Maksimal 2 g/kgBB

Pemeriksaan untuk NP (panel TPN)


38. Periksa saat memulai pemberian PN, dua kali seminggu
(Senin/kamis) selama pemberian PN;
39. Pantau kadar trigliserida.

Vitamin Esensial, Mineral, dan Elemen Trace


40. Konsultasikan dengan ahli nutrisi untuk memulai
rekomendasi sesuai usia;
41. Pemantauan pertumbuhan dan pemeriksaan
laboratorium berkelanjutan seperti yang disarankan
oleh ahli nutrisi.
42. Gunakan diuretik bila terjadi overload cairan bila syok
telah tertangani. Jika gagal dapat digunakan dialisis
intermiten
43. Lakukan evaluasi dan penyesuaian terapi setiap 15-30
menit hingga mencapai sasaran terapi klinis,
laboratoris, dan hemodinamis (lihat poin
sasaran/indikator medis).
44. Segera setelah syok tertangani dapat diberikan nutrisi
enteral atau parenteral bila ada kontraindikasi
pemberian nutrisi enteral.
9. Edukasi 1. Penjelasan tentang penyakit yang diderita oleh pasien
(Pediatric Health Promotion) pada keluarga;

270
2. Penjelasan tentang tatalaksana pasien pada keluarga;
3. Penjelasan prognosis penyakit pada keluarga.
10. Prognosis 1. Ad vitam : dubia ad malam
2. Ad sanationam : dubia ad malam
3. Ad fungsionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens 1. Oksigenasi: 2
2. Resusitasi cairan: 2
3. Pemberian antibiotik: 1
4. Pemberian inotropik/vasopressor: 2
5. Pemberian kortikosteroid: 1
6. Pemberian transfusi PRC: 1
7. Pemberian transfusi TC dan plasma: 2
8. Pemberian sedasi: 1
9. Kontrol gula darah: 2
10. Pemberian diuretik dan terapi sulih ginjal: 2
11. Terapi nutrisi: 2
12. Tingkat Rekomendasi 1. Oksigenasi: C
2. Resusitasi cairan: C
3. Pemberian antibiotik: D (untuk Clostridium difficile:
A)
4. Pemberian inotropik/vasopressor: C
5. Pemberian kortikosteroid: A
6. Pemberian transfusi PRC: B
7. Pemberian transfusi TC dan plasma: C
8. Pemberian sedasi: D
9. Kontrol gula darah: C
10. Pemberian diuretik dan terapi sulih ginjal: C
11. Terapi nutrisi: C
13. Penelaah Kritis 1. Divisi Gawat Darurat Pediatri bagian Kesehatan Anak
RS Mohammad Hoesin
14. Indikator Medis 1. Klinis:
a. Frekuensi denyut jantung/nadi menurun
b. Kualitas nadi sentral dan perifer sama
c. Akral hangat, pengisian kapiler <2 detik
d. Diuresis >1 mL/kgBB/jam
e. Kesadaran membaik
f. Tekanan sistolik >P5
g. Saturasi oksigen (SpO 2 ) 92-100%
h. Delivery oxygen index (DO 2 I) >750 mL/menit/m
2. Laboratoris:
a. Kadar laktat serum <2,0 mmol/L
b. Saturasi vena sentral (vena cava superior) >70%
kalau sarana tersedia
c. Penurunan base deficit <3 (atau base excess >-3)
d. Penurunan anion gap (AG) <16
Catatan: AG= [(Na + K) (Cl HCO 3)] [0,25x(44-albumin dalam g/L )]

271
e. Kadar glukosa 80-150 mg/dL
f. Kadar kalsium ion >1,1 meq/L
15. Kepustakaan 1. Panduan Nasional Praktek Klinik Gawat-Darurat Pediatri
IDAI
2. Fisher JD, Nelson DG, Beyersdorf H, Satkowiak LJ.
Clinical spectrum of shock in the pediatric emergency
department. Pediatr Emer Care 2010;26: 622-5.
3. Han YY, Carcillo JA, Dragotta MA. Early reversal of
pediatric-neonatal septic shock by community physicians
is associated with improved outcome. Pediatrics
2003;112:7939.
4. Santhanam I, Sangareddi S, Venkataraman S, Kissoon N,
Thiruvengadamudayan V, Kasthuri RK. A prospective
randomized controlled study of two fluid regimens in the
initial management of septic shock in the emergency
department. Pediatr Emerg Care 2008;24:647-55.
5. Carcillo JA, Han K, Lin J, Orr R. Goal-directed
management of pediatric shock in the emergency
department. Clin Ped Emerg Med 2007;8:165-75.
6. McKiernan CA, Lieberman SA. Circulatory shock in
children: an overview. Pediatr Rev 2005;26:451-60.
7. Marik PE, Monnet X, Teboul J-L. Hemodynamic
parameters to guide fluid therapy. Annals of Intensive
Care 2011;1:1-9.
8. Dellinger RP, Levy MM, Carlet JM, et al. Surviving
Sepsis Campaign: International guidelines for
management of severe sepsis and septic shock: 2012.
Crit Care Med 2012;41:580-637.
9. Vincent J-L, Sakr Y, Sprung CL, et al. Sepsis in
European intensive care units: results of the SOAP study.
Crit Care Med 2006;34:344-53.
10. Ceneviva G, Paschall JA, Maffei F, Carcillo JA.
Hemodynamic support in fluid-refractory pediatric septic
shock. Pediatrics 1998;102:e19.
11. Dhanani S, Barrowman NJ, Ward RE, Murto KT. Intra-
and inter-observer reliability using a noninvasive
ultrasound cardiac output monitor in healthy anesthetized
children. Pediatr Anesth 2011;21:85864.
12. Cattermole GN, Leung PYM, Mak PSK, Chan SSW,
Graham CA, Rainer TH. The normal ranges of
cardiovascular parameters in children measured using the
ultrasonic cardiac output monitor. Crit Care Med
2010;38:187581.
13. Antonelli M, Levy M, Andrews PJD, et al.
Hemodynamic monitoring in shock and implications for
management. Intensive Care Med 2007;33:575-90.

272
14. Allen M. Lactate and acid base as a hemodynamic
monitor and markers of cellular perfusion. Pediatr Crit
Care Med 2011;12[Suppl.]:S43S9.
15. Huang Y-CT. Monitoring oxygen delivery in the
critically ill. Chest 2005;128:554-60
16. Duke T. Dysoxia and lactate. Arch Dis Child
1999;81:34350.
17. Bonanno FG. Shock - a reappraisal: the holistic
approach. J Emerg Trauma 2012;5:167-77.
18. Tobias JD. Shock in children: the first 60 minutes.
Pediatr Ann 1996;25:330-8.
19. Marik PE. Hemodynamic parameters to guide fluid
therapy. Transfusion Alter Transfusion Med
2010;11:102-12.
20. Pollack MM, Fields AI, Ruttimann UE. Distributions of
cardiopulmonary variables in pediatric survivors and
nonsurvivors of septic shock. Crit Care Med
1985;13:4549.
21. Carcillo JA. Capillary rell time is a very useful clinical
sign in earlyrecognition and treatment of very sick
children. Pediatr Crit Care Med 2012;13:210-2.
22. Marik PE, Cavallazzi R, Vasu T, Hirani A. Dynamic
changes in arterial waveform derived variables and uid
responsiveness in mechanically ventilated patients: A
systematic review of the literature. Crit Care Med
2009;37:26427.

Mengetahui/menyetujui Palembang, Juli 2014


Ka. Departemen Kesehatan Anak Ka. Divisi Pediatri Gawat Darurat

dr.Rismarini, Sp.A (K) dr. Silvia Triratna, Sp.A (K)

273
PANDUAN NASIONAL PRAKTEK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN/SMF : ILMU KESEHATAN ANAK
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG:
RSMH GAWAT DARURAT PEDIATRI
PALEMBANG

GAGAL NAPAS AKUT (ICD 10: J96.0)

1. Pengertian (Definisi) Ketidakmampuan sistem respirasi untuk memertahankan


pertukaran gas normal yang dapat terjadi karena kegagalan
paru dan/atau pompa napas yang terjadi dinamis (kontinum)
2. Anamnesis Harus dilakukan secara spesifik sesuai dengan kecurigaan
penyebabnya.
a. Sesak napas terjadi mendadak
b. Perburukan sesak dan apa yang telah diberikan
c. Riwayat sesak sebelumnya
d. Riwayat pengobatan sebelumnya
e. Napas pendek disertai nyeri kepala
f. Riwayat batuk sebelumnya
g. Disertai demam atau tidak
h. Riwayat tersedak
i. Riwayat trauma
j. Riwayat alergi
k. Terdengar suara napas tambahan seperti mengi atau
napas menggonggong
l. Penurunan aktivitas dan kesadaran
m. Riwayat prematuritas, rawat inap, dan intubasi
sebelumnya
n. Riwayat penyakit lain dan penyakit keluarga
3. Pemeriksaan Fisis 4. Perubahan pola dan frekuensi napas

Tabel 1. Jenis pola napas abnormal


Kelainan susunan saraf Cheyne Stokes, Biot,
pusat (SSP) ataksik
Kelainan metabolik Napas cepat dan dalam
(Kussmaul)
Kelainan parenkim paru Napas cepat dan dangkal
Kelainan penyempitan jalan Napas lambat dan dalam
napas

Tabel 2. Batas takipnea anak sesuai usia


Usia Frekuensi napas/menit
0 hari-1 minggu >50

274
1 minggu-1 bulan >40
1 bulan-1 tahun >34
2 tahun-5 tahun >22
6 tahun-12 tahun >18
13 tahun-18 tahun >14

5. Penggunaan otot bantu napas tambahan ditandai dengan


retraksi (epigastrium, interkostal, suprasternal,
supraklavikula, napas cuping hidung)
6. Mengi (inspirasi, ekspirasi, atau keduanya)
7. Stridor (inspirasi, ekspirasi, atau keduanya)
8. Suara napas dasar menurun
9. Merintih
10. Rales

Gejala-gejala yang menyertai:


1. Takikardia

Tabel 3. Batas takikardia anak sesuai usia


Usia Frekuensi denyut jantung/menit
(takikardia)
0 hari-1 minggu >180
1 minggu-1 bulan >180
1 bulan-1 tahun >180
2-5 tahun >140
6-12 tahun >130
13-18 tahun >110

2. Dehidrasi
3. Penurunan kesadaran: iritabel, somnolen, dan obtundasi
4. Sianosis sentral atau perifer

Tabel 4. Penilaian klinis gagal napas akut


Penilaian Distres napas Gagal Henti napas
napas
Status Sadar, gelisah, Kurang Tidak
mental agitasi responsif responsif
atau terhadap
memberi suara dan
respon nyeri
terhadap

275
rangsang
nyeri
Tonus otot Dapat duduk Normal atau Lemas
(>4 bulan) hipotonia
Posisi Posisi tripod Posisi Tidak dapat
tubuh tripod, perlu mempertaha
bantu nkan posisi
mempertaha tubuh (>7-9
nkan posisi bulan)
duduk
Frekuensi Lebih cepat Takipnea, Tidak ada
napas dari normal bradipnea napas
periodik,
bradipnea
agonal
Upaya Retraksi Upaya napas Tidak ada
napas interkostal, tidak upaya napas
napas cuping adekuat,
hidung, dinding dada
pemakaian naik turun
otot leher
Suara Napas Stridor, Tidak
napas paradoksik, mengi, terdengar
stridor, mengi, berdeguk, suara
berdenuk megap-
megap
Warna Kemerahan Sianosis Berbecak
kulit atau pucat, sentral biru,
sianosis walau telah sianosis
sentral, diberi O 2 , perifer dan
membaik berbecak sentral
dengan biru
pemberian O 2
11. Kriteria Diagnosis Gagal napas akut dapat dibagi menjadi tiga:
1. Tipe I (hipoksemia, oksigenasi): PaO 2 rendah, PaCO 2
normal atau rendah, terutama disebabkan abnormalitas
ventilasi/perfusi.
2. Tipe II (hiperkapnia, ventilasi): Pada umumnya karena
hipoventilasi alveolar, peningkatan ventilasi ruang mati,
atau peningkatan produksi CO 2 .
3. Tipe campuran

276
12. Diagnosis Kerja Gagal napas akut (ICD 10: J96.0)
13. Diagnosis Banding a. Gangguan pada dinding dada, abdomen, dan diafragma
(trauma, tumor intraabdomen, organomegali,
gastroschisis, omfalokel, hernia diafragma)
b. Gangguan pada pleura (pneumotoraks, efusi pleura)
c. Gangguan neuromuskular: dapat disebabkan karena
gangguan susunan saraf (sindrom Guillain Barre, sepsis,
tetanus, tumor atau perdarahan intrakranial) atau obat
(overdosis anestesi dan opiat)
d. Gangguan parenkim paru (pneumonia, edema paru, acute
respiratory distress syndrome/ARDS, acute lung
injury/ALI )
e. Gangguan pada jalan napas (croup, asma bronkial,
aspirasi benda asing)
14. Pemeriksaan a. Darah tepi lengkap
Penunjang b. Analisis gas darah
c. Glukosa darah sewaktu
d. Elektrolit: Na, K, Cl, Ca sesuai indikasi
e. Pulse oksimetri
f. Foto toraks AP (dan lateral)
g. Ultrasonografi kepala atau paru sesuai indikasi
15. Terapi a. Pertahankan jalan napas terbuka, dapat dilakukan dengan
alat penyangga oropharyngeal airway (guedel),
nasopharyngeal airway, atau pipa endotrakeal;
b. Terapi oksigen yang diberikan dengan
mempertimbangkan kebutuhan FiO 2 , aliran inspirasi,
kenyamanan pasien, dan humidifikasi.

Tabel 4. Panduan praktis pemberian oksigen


Alat bantu Volume FiO 2 (%)
Sungkup oksigen 5-6 L/menit 40%
tanpa reservoir 6-7 L/menit 50%
7-8 L/menit 60%
Sungkup oksigen 6 L/menit 60
dengan reservoir 7 L/menit 70
8 L/menit 80
9 L/menit 90
10 L/menit 99

Indikasi melakukan intubasi endotrakea adalah keadaan


berikut ini:
Gagal kardiopulmonal/ henti kardiopulmonal;
Distres napas berat/ kelelahan otot napas;
Refleks batuk/gag reflex hilang;
Memerlukan bantuan napas lama karena apnea atau
hipoventilasi;

277
Transpor antar rumah sakit untuk pasien yang berpotensi
gagal napas.
c. Bila gagal napas akut disebabkan oleh asma bronkial,
berikan tata laksana sesuai clinical pathway asma
bronkial;
d. Bila gagal napas akut disebabkan oleh tension
pneumotoraks, lakukan needle chest decompression;
e. Bila terdapat bukti klinis dan/atau laboratoris adanya
infeksi bakteri, berikan antibiotik:
Ampisilin +/- kloramfenikol
Ampisilin + gentamisin
Ampisilin + Sefotaksim
Kloksasilin
Seftriakson
Seftazidim
Am
pisilin + sulbaktam
Piperasilin + tazobaktam
Imipenem
Meropenem
Vankomisin
f. Bila terdapat bukti klinis dan/atau laboratoris adanya
infeksi jamur, berikan antijamur:
Amfoterisin B
Flukonazol
Kaspofungin
g. Berikan terapi cairan sesuai dengan defisit dan kebutuhan
cairan rumatan pasien.
16. Edukasi 4. Penjelasan tentang penyakit yang diderita oleh pasien
(Pediatric Health pada keluarga;
Promotion) 5. Penjelasan tentang tata laksana pasien (termasuk tindakan
invasif) pada keluarga;
6. Penjelasan prognosis penyakit pada keluarga.
17. Prognosis 4. Ad vitam : dubia (tergantung penyakit penyerta dan
penyulit)
5. Ad sanationam : dubia (tergantung penyakit penyerta dan
penyulit)
6. Ad fungsionam : dubia (tergantung penyakit penyerta dan
penyulit)
18. Tingkat Evidens 12. Oksigenasi: 2
13. Resusitasi cairan: 2
14. Pemberian transfusi PRC: 1
15. Pemberian transfusi TC dan plasma: 2
19. Tingkat Rekomendasi 12. Oksigenasi: C
13. Resusitasi cairan: C

278
14. Pemberian transfusi PRC: B
15. Pemberian transfusi TC dan plasma: C
20. Penelaah Kritis a. Divisi Gawat Darurat Pediatri bagian Kesehatan Anak RS
Mohammad Hoesin
21. Indikator Medis 22. Klinis:
a. Perbaikan kesadaran
b. Frekuensi napas normal sesuai usia
c. Frekuensi denyut jantung normal sesuai usia
d. Tidak ada suara napas tambahan
e. Tidak ada sesak napas dan penggunaan otot bantu
napas
23. Laboratoris:
a. Perbaikan parameter laboratorium ke arah normal

24. Kepustakaan a. Panduan Nasional Praktek Klinik Gawat-Darurat


Pediatri IDAI
b. Springer SC, Proestley MA, Huh JW, Corden TE.
Pediatric respiratory failure. Diunduh dari:
emedicine.medscape.com/article/908172-overview.
c. Malisie RF. Kegawatan respirasi pada anak. Dalam:
Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N, penyunting.
Buku ajar pediatri gawat darurat. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Edisi ke-1.
2011. hal 63-89.
d. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Gagal napas. Dalam:
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS,
Gandaputra EP, Harmoniati ED, penyunting. Pedoman
pelayanan medis. Edisi ke-1. 2010. hal 84-8.

Mengetahui/menyetujui Palembang, Juli 2014


Ka. Departemen Kesehatan Anak Ka. Divisi Pediatri Gawat Darurat

dr.Rismarini, Sp.A (K) dr. Silvia Triratna, Sp.A (K)

279

Anda mungkin juga menyukai