1. Pengertian (Definisi) Sepsis (SIRS disertai adanya tanda tanda infeksi baik yang
suspected ataupun proven) disertai oleh menetapnya
disfungsi organ kardiovaskuler setelah pemberian bolus
cairan isotonik intravena 40 mL/kgBB selama satu jam
2. Anamnesis Demam/ hipotermia, pada beberapa keadaan ditemukan:
a. Batuk
b. Sesak nafas
c. Diare
d. Muntah
e. Kejang
3. Pemeriksaan Fisis 1. Tanda-tanda vital:
a. Suhu tubuh inti >38,50 C atau <360 C
b. Takikardia atau denyut jantung >2SD di atas nilai
normal sesuai usia di mana tidak ada stimulus dari
luar, obat-obatan kronik, rangsangan nyeri, atau ada
peningkatan yang menetap tanpa sebab yang dapat
dijelaskan selama lebih dari 30 menit sampai empat
jam atau untuk anak <1 tahun: bradikardi atau denyut
jantung <P10 nilai normal sesuai usia di mana tidak
ada stimulus vagal dari luar, obat-obatan penyekat
beta atau kelainan jantung bawaan, atau ada
penurunan yang menetap tanpa sebab yang dapat
dijelaskan selama lebih dari 30 menit.
263
sesuai usia atau menggunakan ventilator mekanik
karena proses akut yang tidak berhubungan dengan
penyakit dasar neuromuskular atau mendapat anestesi
umum.
264
4. Albumin
5. Ureum dan kreatinin
6. Elektrolit serum: Na, K, Cl, Ca serum, Ca Ion, P, Mg
7. Glukosa darah sewaktu
8. CRP
9. Faal hemostasis, FDP, fibrinogen
10. Analisa gas darah arteri dan vena
11. Laktat darah
12. Golongan darah
13. T3, fT4
14. Foto toraks
15. EKG
16. Pulse oksimetri
8. Terapi 1. Oksigenasi dengan nasal kanul, masker, nasal continuous
positive airway pressure (NCPAP), atau ETT ( T piece)
dan ventilator;
2. Resusitasi cairan 20 mL/kgBB dalam 5-10 menit, dapat
diulang sampai dengan total 60 mL/kgBB menggunakan
cairan kristaloid (Ringer asetat, Ringer laktat, NaCl
0,9%, atau koloid (Gelatin, Albumin);
3. Bila terdapat hipoglikemia yaitu bila glukosa darah
kurang dari 40 mg/dL koreksi dengan dextrose (Dextrose
10% atau Dextrose 40%) 0,5 g/kgBB bolus IV atau IO;
4. Bila terdapat hipokalsemia, yaitu:
5. Usia 1-12 bulan: Ca serum <9,0 mg/dL atau ion Ca (iCa)
<1,05 mmol/L
6. Usia >1 tahun: Ca serum <8,8 mg/dL atau iCa <1,1
mmol/L
7. Koreksi dengan Ca glukonas 10% 50-100 mg/kgBB (
0,5-1 mL/kgBB) IV atau IO selama 5-10 menit;
8. Pada kasus syok refrakter cairan lakukan pemasangan
kateter vena sentral (CVC);
9. Setelah resusitasi cairan, tatalaksana selanjutnya adalah
pemantauan hemodinamik.
10.Penggunaan obat-obatan vasoaktif berdasarkan:
Kombinasi dengan:
Titrasi cairan 5-10 mL/kgBB selama 10-15 menit bila
265
terdapat penurunan nadi setelah passive leg raising (PLR)
Catatan: PLR dilakukan dengan cara menaikkan kedua tungkai dengan
sudut 45 selama 5 menit
1.
Low output-high resistance + normotensi:
ii. Titrasi dopamin mulai 5 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 10 mcg/kgBB/menit, atau
iii. Titrasi dobutamin mulai 5 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 20 mcg/kgBB/menit, atau
iv. Titrasi epinefrin mulai 0,05 mcg/kgBB/menit, dosis
maksimal 0,3 mcg/kgBB/menit
Kombinasi dengan
v. Milrinon: dosis bolus 75 mcg/kgBB selama 15 menit,
dilanjutkan titrasi mulai dosis 0,5 mcg/kgBB/menit,
sampai dosis maksimal 0,75 mcg/kgBB/menit, atau
vi. Titrasi sodium nitroprusid mulai 0,5 mcg/kgBB/menit,
dosis maksimal 4 mcg/kgBB/menit
Kombinasi dengan:
Titrasi cairan 5-10 mL/kgBB selama 10-15 menit bila
terdapat penurunan nadi setelah passive leg raising (PLR)
atau diameter vena cava inferior (IVC) kolap >40%.
Kombinasi dengan
Titrasi norepinefrin mulai 0,05 mcg/kgBB/menit, sampai
dosis maksimal 1 mcg/kgBB/menit
Kombinasi dengan:
Titrasi cairan 5-10 mL/kg selama 10-15 menit bila terdapat
penurunan nadi setelah passive leg raising (PLR) atau
266
diameter vena cava inferior (IVC) kolap >40%.
267
pemberian adalah sebagai berikut :
Perhitungan kebutuhan : (80 x BB x selisih Hb)/
20%.
Volume pemberian : 10-20 mL/kgBB/hari.
24 Jam Pertama
Glukosa IV
17. Mulai pemberian cairan isotonis yang mengandung
glukosa dengan kecepatan rumatan
18. Hindari hipoglikemia (glukosa darah <60 mg/dL)
19. Pertahankan glukosa serum 80180 mg/dL
20. Tentukan target glucose infusion rate (GIR) untuk
memantau konsentrasi glukosa IV
268
hiperglikemia;
ii. Titrasi insulin (50 IU Rapid acting insulin dalam 50
mL NaCl 0,9%) mulai 0,05 IU/kgBB sampai
maksimal 0,1 IU/kgBB;
iii. Monitor gula darah tiap 30 menit hingga target
glukosa darah stabil antara 60 180 mg/dL.
Di atas 24 jam
Nutrisi Enteral (NE)
24. Hubungi ahli nutrisi untuk pilihan formula dan target
kalori.
25. Mulai pada dosis 0,5 mL/kgBB/jam atau maksimal 25
mL/jam kecuali kondisi yang berefek secara signifikan
pada traktus gastrointestinal termasuk: jejas iskemi
berat, enterokolitis nekrotikans, pankreatitis akut,
peritonitis, obstruksi atau perdarahan traktus
gastrointestinal, trauma atau pembedahan pada usus,
sindrom kompartemen abdomen, instabilitas
hemodinamik (didefinisikan sebagai masih berlanjutnya
resusitasi cairan (>60 mL/kgBB selama 1 jam) atau
inisiasi/eskalasi obat vasoaktif dalam 8 jam terakhir.
26. Mulai nutrisi dengan peningkatan yang konsisten untuk
mencapai pemberian nutrisi penuh kecuali ditemukan
intoleransi
27. <7 tahun atau <25 kg naikkan 1 mL/kgBB/jam setiap 48
jam
28. >7 tahun atau 25 kg naikkan 25 mL/jam setiap 48 jam
29. Minimalkan interupsi pemberian makanan. Jika
pemberian makan tidak ditoleransi, mulai pada kecepatan
terakhir yang dapat ditoleransi
30. Pertimbangkan pemberian nutrisi enteral dengan selang
nasojejunum karena telah menunjukkan dapat
memperbaiki jumlah nutrisi yang diberikan dibandingkan
selang lambung.
Nutrisi Parenteral (NP)
31. Konsultasikan dengan ahli nutrisi untuk komposisi dan
target kalori
32. NP dapat digantikan atau dikombinasikan dengan NE.
33. Mulai NP sebagai jembatan menuju NE dalam 72 jam
setelah masuk jika salah satu kondisi di bawah ini
terpenuhi:
34. NE tidak diindikasikan (untuk alasan yang telah
disebutkan di atas)
35. Intoleransi pemberian makan terjadi
36. Pemberian NP melalui jalur sentral (NP jalur perifer
tidak disarankan)
37. Cairan dekstrosa/asam amino harus disertai dengan
269
lipid untuk menyediakan asam lemak esensial.
Dekstrosa
Mulai dengan D5%D10% dan naikkan sesuai dengan
nasihat ahli nutrisi
Lipid
Mulai pada 0,52 g/kgBB/hari, naikkan sesuai nasihat RD
02 tahun Maksimal 3 g/kgBB
>2 tahun Maksimal 2 g/kgBB
270
2. Penjelasan tentang tatalaksana pasien pada keluarga;
3. Penjelasan prognosis penyakit pada keluarga.
10. Prognosis 1. Ad vitam : dubia ad malam
2. Ad sanationam : dubia ad malam
3. Ad fungsionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens 1. Oksigenasi: 2
2. Resusitasi cairan: 2
3. Pemberian antibiotik: 1
4. Pemberian inotropik/vasopressor: 2
5. Pemberian kortikosteroid: 1
6. Pemberian transfusi PRC: 1
7. Pemberian transfusi TC dan plasma: 2
8. Pemberian sedasi: 1
9. Kontrol gula darah: 2
10. Pemberian diuretik dan terapi sulih ginjal: 2
11. Terapi nutrisi: 2
12. Tingkat Rekomendasi 1. Oksigenasi: C
2. Resusitasi cairan: C
3. Pemberian antibiotik: D (untuk Clostridium difficile:
A)
4. Pemberian inotropik/vasopressor: C
5. Pemberian kortikosteroid: A
6. Pemberian transfusi PRC: B
7. Pemberian transfusi TC dan plasma: C
8. Pemberian sedasi: D
9. Kontrol gula darah: C
10. Pemberian diuretik dan terapi sulih ginjal: C
11. Terapi nutrisi: C
13. Penelaah Kritis 1. Divisi Gawat Darurat Pediatri bagian Kesehatan Anak
RS Mohammad Hoesin
14. Indikator Medis 1. Klinis:
a. Frekuensi denyut jantung/nadi menurun
b. Kualitas nadi sentral dan perifer sama
c. Akral hangat, pengisian kapiler <2 detik
d. Diuresis >1 mL/kgBB/jam
e. Kesadaran membaik
f. Tekanan sistolik >P5
g. Saturasi oksigen (SpO 2 ) 92-100%
h. Delivery oxygen index (DO 2 I) >750 mL/menit/m
2. Laboratoris:
a. Kadar laktat serum <2,0 mmol/L
b. Saturasi vena sentral (vena cava superior) >70%
kalau sarana tersedia
c. Penurunan base deficit <3 (atau base excess >-3)
d. Penurunan anion gap (AG) <16
Catatan: AG= [(Na + K) (Cl HCO 3)] [0,25x(44-albumin dalam g/L )]
271
e. Kadar glukosa 80-150 mg/dL
f. Kadar kalsium ion >1,1 meq/L
15. Kepustakaan 1. Panduan Nasional Praktek Klinik Gawat-Darurat Pediatri
IDAI
2. Fisher JD, Nelson DG, Beyersdorf H, Satkowiak LJ.
Clinical spectrum of shock in the pediatric emergency
department. Pediatr Emer Care 2010;26: 622-5.
3. Han YY, Carcillo JA, Dragotta MA. Early reversal of
pediatric-neonatal septic shock by community physicians
is associated with improved outcome. Pediatrics
2003;112:7939.
4. Santhanam I, Sangareddi S, Venkataraman S, Kissoon N,
Thiruvengadamudayan V, Kasthuri RK. A prospective
randomized controlled study of two fluid regimens in the
initial management of septic shock in the emergency
department. Pediatr Emerg Care 2008;24:647-55.
5. Carcillo JA, Han K, Lin J, Orr R. Goal-directed
management of pediatric shock in the emergency
department. Clin Ped Emerg Med 2007;8:165-75.
6. McKiernan CA, Lieberman SA. Circulatory shock in
children: an overview. Pediatr Rev 2005;26:451-60.
7. Marik PE, Monnet X, Teboul J-L. Hemodynamic
parameters to guide fluid therapy. Annals of Intensive
Care 2011;1:1-9.
8. Dellinger RP, Levy MM, Carlet JM, et al. Surviving
Sepsis Campaign: International guidelines for
management of severe sepsis and septic shock: 2012.
Crit Care Med 2012;41:580-637.
9. Vincent J-L, Sakr Y, Sprung CL, et al. Sepsis in
European intensive care units: results of the SOAP study.
Crit Care Med 2006;34:344-53.
10. Ceneviva G, Paschall JA, Maffei F, Carcillo JA.
Hemodynamic support in fluid-refractory pediatric septic
shock. Pediatrics 1998;102:e19.
11. Dhanani S, Barrowman NJ, Ward RE, Murto KT. Intra-
and inter-observer reliability using a noninvasive
ultrasound cardiac output monitor in healthy anesthetized
children. Pediatr Anesth 2011;21:85864.
12. Cattermole GN, Leung PYM, Mak PSK, Chan SSW,
Graham CA, Rainer TH. The normal ranges of
cardiovascular parameters in children measured using the
ultrasonic cardiac output monitor. Crit Care Med
2010;38:187581.
13. Antonelli M, Levy M, Andrews PJD, et al.
Hemodynamic monitoring in shock and implications for
management. Intensive Care Med 2007;33:575-90.
272
14. Allen M. Lactate and acid base as a hemodynamic
monitor and markers of cellular perfusion. Pediatr Crit
Care Med 2011;12[Suppl.]:S43S9.
15. Huang Y-CT. Monitoring oxygen delivery in the
critically ill. Chest 2005;128:554-60
16. Duke T. Dysoxia and lactate. Arch Dis Child
1999;81:34350.
17. Bonanno FG. Shock - a reappraisal: the holistic
approach. J Emerg Trauma 2012;5:167-77.
18. Tobias JD. Shock in children: the first 60 minutes.
Pediatr Ann 1996;25:330-8.
19. Marik PE. Hemodynamic parameters to guide fluid
therapy. Transfusion Alter Transfusion Med
2010;11:102-12.
20. Pollack MM, Fields AI, Ruttimann UE. Distributions of
cardiopulmonary variables in pediatric survivors and
nonsurvivors of septic shock. Crit Care Med
1985;13:4549.
21. Carcillo JA. Capillary rell time is a very useful clinical
sign in earlyrecognition and treatment of very sick
children. Pediatr Crit Care Med 2012;13:210-2.
22. Marik PE, Cavallazzi R, Vasu T, Hirani A. Dynamic
changes in arterial waveform derived variables and uid
responsiveness in mechanically ventilated patients: A
systematic review of the literature. Crit Care Med
2009;37:26427.
273
PANDUAN NASIONAL PRAKTEK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN/SMF : ILMU KESEHATAN ANAK
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG:
RSMH GAWAT DARURAT PEDIATRI
PALEMBANG
274
1 minggu-1 bulan >40
1 bulan-1 tahun >34
2 tahun-5 tahun >22
6 tahun-12 tahun >18
13 tahun-18 tahun >14
2. Dehidrasi
3. Penurunan kesadaran: iritabel, somnolen, dan obtundasi
4. Sianosis sentral atau perifer
275
rangsang
nyeri
Tonus otot Dapat duduk Normal atau Lemas
(>4 bulan) hipotonia
Posisi Posisi tripod Posisi Tidak dapat
tubuh tripod, perlu mempertaha
bantu nkan posisi
mempertaha tubuh (>7-9
nkan posisi bulan)
duduk
Frekuensi Lebih cepat Takipnea, Tidak ada
napas dari normal bradipnea napas
periodik,
bradipnea
agonal
Upaya Retraksi Upaya napas Tidak ada
napas interkostal, tidak upaya napas
napas cuping adekuat,
hidung, dinding dada
pemakaian naik turun
otot leher
Suara Napas Stridor, Tidak
napas paradoksik, mengi, terdengar
stridor, mengi, berdeguk, suara
berdenuk megap-
megap
Warna Kemerahan Sianosis Berbecak
kulit atau pucat, sentral biru,
sianosis walau telah sianosis
sentral, diberi O 2 , perifer dan
membaik berbecak sentral
dengan biru
pemberian O 2
11. Kriteria Diagnosis Gagal napas akut dapat dibagi menjadi tiga:
1. Tipe I (hipoksemia, oksigenasi): PaO 2 rendah, PaCO 2
normal atau rendah, terutama disebabkan abnormalitas
ventilasi/perfusi.
2. Tipe II (hiperkapnia, ventilasi): Pada umumnya karena
hipoventilasi alveolar, peningkatan ventilasi ruang mati,
atau peningkatan produksi CO 2 .
3. Tipe campuran
276
12. Diagnosis Kerja Gagal napas akut (ICD 10: J96.0)
13. Diagnosis Banding a. Gangguan pada dinding dada, abdomen, dan diafragma
(trauma, tumor intraabdomen, organomegali,
gastroschisis, omfalokel, hernia diafragma)
b. Gangguan pada pleura (pneumotoraks, efusi pleura)
c. Gangguan neuromuskular: dapat disebabkan karena
gangguan susunan saraf (sindrom Guillain Barre, sepsis,
tetanus, tumor atau perdarahan intrakranial) atau obat
(overdosis anestesi dan opiat)
d. Gangguan parenkim paru (pneumonia, edema paru, acute
respiratory distress syndrome/ARDS, acute lung
injury/ALI )
e. Gangguan pada jalan napas (croup, asma bronkial,
aspirasi benda asing)
14. Pemeriksaan a. Darah tepi lengkap
Penunjang b. Analisis gas darah
c. Glukosa darah sewaktu
d. Elektrolit: Na, K, Cl, Ca sesuai indikasi
e. Pulse oksimetri
f. Foto toraks AP (dan lateral)
g. Ultrasonografi kepala atau paru sesuai indikasi
15. Terapi a. Pertahankan jalan napas terbuka, dapat dilakukan dengan
alat penyangga oropharyngeal airway (guedel),
nasopharyngeal airway, atau pipa endotrakeal;
b. Terapi oksigen yang diberikan dengan
mempertimbangkan kebutuhan FiO 2 , aliran inspirasi,
kenyamanan pasien, dan humidifikasi.
277
Transpor antar rumah sakit untuk pasien yang berpotensi
gagal napas.
c. Bila gagal napas akut disebabkan oleh asma bronkial,
berikan tata laksana sesuai clinical pathway asma
bronkial;
d. Bila gagal napas akut disebabkan oleh tension
pneumotoraks, lakukan needle chest decompression;
e. Bila terdapat bukti klinis dan/atau laboratoris adanya
infeksi bakteri, berikan antibiotik:
Ampisilin +/- kloramfenikol
Ampisilin + gentamisin
Ampisilin + Sefotaksim
Kloksasilin
Seftriakson
Seftazidim
Am
pisilin + sulbaktam
Piperasilin + tazobaktam
Imipenem
Meropenem
Vankomisin
f. Bila terdapat bukti klinis dan/atau laboratoris adanya
infeksi jamur, berikan antijamur:
Amfoterisin B
Flukonazol
Kaspofungin
g. Berikan terapi cairan sesuai dengan defisit dan kebutuhan
cairan rumatan pasien.
16. Edukasi 4. Penjelasan tentang penyakit yang diderita oleh pasien
(Pediatric Health pada keluarga;
Promotion) 5. Penjelasan tentang tata laksana pasien (termasuk tindakan
invasif) pada keluarga;
6. Penjelasan prognosis penyakit pada keluarga.
17. Prognosis 4. Ad vitam : dubia (tergantung penyakit penyerta dan
penyulit)
5. Ad sanationam : dubia (tergantung penyakit penyerta dan
penyulit)
6. Ad fungsionam : dubia (tergantung penyakit penyerta dan
penyulit)
18. Tingkat Evidens 12. Oksigenasi: 2
13. Resusitasi cairan: 2
14. Pemberian transfusi PRC: 1
15. Pemberian transfusi TC dan plasma: 2
19. Tingkat Rekomendasi 12. Oksigenasi: C
13. Resusitasi cairan: C
278
14. Pemberian transfusi PRC: B
15. Pemberian transfusi TC dan plasma: C
20. Penelaah Kritis a. Divisi Gawat Darurat Pediatri bagian Kesehatan Anak RS
Mohammad Hoesin
21. Indikator Medis 22. Klinis:
a. Perbaikan kesadaran
b. Frekuensi napas normal sesuai usia
c. Frekuensi denyut jantung normal sesuai usia
d. Tidak ada suara napas tambahan
e. Tidak ada sesak napas dan penggunaan otot bantu
napas
23. Laboratoris:
a. Perbaikan parameter laboratorium ke arah normal
279