Anda di halaman 1dari 4

Pengaruh India Terhadap Arsitektur Indonesia

Studi Kasus:Candi Borobudur

Arsitektur Indonesia, selain berkembang dengan caranya sendiri, juga


dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan dari negara-negara lain, karena posisi
Indonesia yang strategis sebagai jalur transit bagi seluruh pedagang dunia.
Awalnya hanya sebagai tempat persinggahan tetapi akhirnya masyarakat
Indonesia juga ikut dalam kegiatan perdagangan sehingga Indonesia menjadi
pusat pertemuan antar para pedagang, salah satunya termasuk pedagang India.
Hal ini menyebabkan masuknya pengaruh budaya India pada berbagai sektor
kehidupan masyarakat Indonesia. Terlihat dengan masyarakat Indonesia yang
akhirnya memeluk agama Hindu-Budha serta berdirinya kerajaan-kerajaan di
Indonesia yang mendapat pengaruh India seperti Kutai, Tarumanegara, dsb.
Hubungan dagang tersebut kemudian berkembang menjadi proses penyebaran
kebudayaan. Penyebaran budaya India tersebut menyebabkan Akulturasi dalam
seni bangunan, hal ini terlihat jelas pada bentuk bangunan berupa candi. Di
India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa.
Sedangkan di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi
sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang
telah meninggal, dan candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan
tersebut terhadap sang raja.
Dalam hal ini terlihat jelas bahwa dalam mengambil ajaran dari
kebudayaan negara lain, Indonesia tidak mentah-mentah mengambil ajaran
tersebut secara langsung. Namun juga dipadukan dan dicocokkan dengan
kondisi alam, lingkungan, kebudayaan dan kepercayaan Indonesia. Sehingga
tidak ada budaya yang mentah-mentah masuk ke Indonesia, melainkan di pilah
mana yang baik dan buruk terlebih dahulu.
Dalam pembangunan candi, candi biasanya berbentuk menjulang,
berundak dan tinggi. Menggambarkan hubungan manusia dengan tuhan nya
sebagai pencipta. Dibuat berundak, agar manusia berusaha dan meninggalkan
semua nafsu dan sifat duniawi nya dibawah ketika hendak bertemu dengan sang
pencipta
Pendapat Mangunwijaya dalam buku wastucitra (1988:173)
Bangunan yang terpengaruh oleh filsafat india, selalu terdiri atas
tiga lapisan pokok. Yang paling bawah dasar keseluruhan yang polos
disebut KAMADATU, yang tengah alam maya yang penuh dengan segala
bentuk dan rupa, disebut RUPADATU. Dan lapisan ketiga yang sudah
menuju kesadaran sejati,tidak menghiraukan bentuk,rupa dan jenis
disebut A-RUPADATU.
Hal yang khas dari pengaruh filsafat India adalah adanya 3 bagian utama
dalam bangunan, yaitu kepala, badan dan kaki. Ketiga bagian ini
melambangkan triloka atau tiga dunia. Dimana masyarakat india percaya
kehidupan di dunia ini bersifat maya sehingga untuk menjadi manusia yang
bijaksana, manusia harus mengeluarkan diri dari belenggu maya menuju ke
penyatuan diri relatif dengan keesaan mutlak. Simbolisasi ikhtiar hidup itu
menghasilkan citra bangunan india yang biasanya terdiri dari tiga lapisan pokok,
yang disebut dengan kamadatu,rupadatu, dan a-rupadatu. Dimana kamadatu
adalah bagian dari bangunan yang bersifat polos tanpa ornamen
(lantai),rupadatu yang menggambarkan alam maya yang penuh dengan bentuk,
rupa dan ornamen(dinding), dan a-rupadatu adalah proses menuju kemutlakan
sejati yang memucuk dan tinggi (atap) Mangunwijaya (1988:173).

Salah satu contoh arsitektur Indonesia yang terpengaruh oleh kebudayaan dan
kepercayaan india adalah candi borobudur.

Retrieved from: http://www.wisatamu.com/wp-


content/uploads/2015/04/Candi-Borobudur.jpg . Diakses pada 26 Februari
2017
Retrieved from:
https://gugunborobudur.files.wordpress.com/2008/03/hal93-1.jpg
Diakses pada 26 Februari 2017

Tampak dari denah borobudur, prinsip kepercayaan india telah


diaplikasikan pada pembangunan candi ini, terlihat terdapat tiga bagian utama
dalam candi borobudur ini. Yang paling bawah, dasar dari keseluruhan yang
masih bersifat polos tanpa ornamen, yang bisa disebut sebagai bagian dari
kamadatu, yang tengah penuh dengan gambar-gambar relief dan stupa kecil,
bisa disebut sebagai rupadatu, dimana ornamen-ornamen telah mulai muncul.
Pada bagian kamadatu dan rupadatu, denah berbentuk bujur sangkar yang di
dalam nya terpahat perjalanan sidharta dalam membebaskan diri dari maya itu.
Dipadukan dengan kombinasi lingkaran dan bujursangkar, baik sebagai bentuk
tunggal maupun majemuk. Sedangkan dibagian puncak tertinggi, disebut
sebagai a-kamadatu.Kamadatu yang berbentuk lingkaran, bagi orang india
lingkaran disebut sebagai mandala, sebagai lambang dari kefanaan dunia,
karena tidak memiliki awal ataupun akhir.
Simbolisasi ikhtiar hidup kepercayaan India sangat ter-visualisasikan
dalam candi borobudur, yang bercitra gunung dengan puncak yang memucuk
dari dasar yang bersifat luas dan polos dan serba penuh dengan segala ornamen
hingga akhirnya semakin menyempit dan meruncing, semakin polos dan hening.
Sehingga akhirnya seluruh massa materi yang bersifat duniawi yang
digambarkan dengan stupa-stupa menghilang dan memucuk ke langit luas.
Dimana masyarakat india percaya di titik ini manusia sudah mencapai
kebijaksanaan dan telah meninggalkan sifat duniawi yang bersifat maya.
Perjalanan ketika di candi borobudur bersifat memutar searah dengan jarum jam,
yang melambangkan perjalanan hidup manusia yang berputar tanpa pangkal
tanpa ujung
Pada inti nya ketiga bagian dari bangunan ini merupakan hasil dari filsafat india
yang menyatakan bahwa dunia ini bersifat fana dan maya, untuk mengingatkan
dan membuat manusia sadar akan kefanaan ini, maka diciptakanlah bangunan
yang selalu terdiri dari tiga bagian utama, untuk selalu memperingati manusia
agar bisa mencapai tingkat kebijaksanaan tertinggi dan tidak terpengaruh oleh
dunia yang maya.
Daftar pustaka:

Mangunwijaya, Y.B., 2009. Wastu citra. 4th ed. Jakarta:PT.Gramedia


Pustaka Utama.,pp:170-180

Anda mungkin juga menyukai