Anda di halaman 1dari 2

Manifestasi Klinis

Tergantung pada area system saraf pusat mana yang terjadi demielinasi :
a. Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi sendi
dan proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.
b. Gejala motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor
intensional ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah dan spatis,
kelemahan otot bicara dan facial palsy.
c. Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah tersinggung,
kurang perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung dan disorientasi.
d. Gejala pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing, tinnitus,
diplopia, disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas.
e. Deficit cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar, dismetria.
f. Traktus kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan urgensi
sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut dan inkontinensia.
g. Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat hilang,
demensia.
h. Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan refleks
abdomen.
Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada multiple skleriosis adalah :
a. Disfungsi pernafasan
b. Infeksi kandung kemih, system pernafasan dan sepsis
c. Komplikasi dari imobilitas

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala dan membantu fungsi klien.
Penatalaksanaan meliputi penatalaksanaan pada serangan akut dan kronik
a. Penatalaksanaan serangan akut
1. Hormon kortikosteroid atau adrenokortikosteroid
Digunakan sebagai agen anti-inflamasi yang dapat meningkatkan konduksi saraf.
Karena mekanisme imun merupakan faktor patogenesis multipel sklerosis, maka
sejumlah agen farmakologik dicoba untuk modulasi respon imun dan menurunkan
kecepatan perkembangan penyakit dan serangan yang sering dan menurunkan
keadaan yang semakin buruk. Obat obat ini mencakup azatioprin, siklofosfamid,
dan interferon.
2. Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan kondisi penyakit
3. Beta interferon (betaseron)digunakan untuk mepercepat penurunan gejala
Digunakan dalam perjalanan relapsing remitting. Betaseron telah diketahui
efektif dalam menurunkan secara signifikn jumlh dn beratnya eksaserbasi akut
dengan pemindaian MRI yang menunjukkan area demielinisasi yang lebih kecil
pada jaringan otak. Ini merupakan obat baru yang dapat menjanjikan untuk
pengobatanc multiple sklerosis.

b. Penatalaksanaan gejala kronik


1. Pengobatan spastic seperti bacloferen (lioresal), (diantrolene (dantrium), diazepam
(valium), terapi fisik, intervensi pembedaha
Sebagai agen antipasmodik adalah pengobatan yang dipilih untuk spastisitas.
Klien dengan spastisitas berat dan kontraktur memerlukan blok saraf dan
intervensi pembedahan untuk mencegah kecacatan.
2. Control kelelahan dengan namatidin (simmetrel)
3. Pengobatan depresi dengan antidepresan dan konseling
4. Penatalaksanaan kandung kemih dengan antikolinergik dan pemasangan kateter
total
5. Penatalaksanaan BAB dengan laksatif dan supositoria
6. Penatalksanaan rehabilitas dengan terapi fisik dan terapi kerja
7. Control distonia dengan karbamazim (treganol)
8. Penatalaksanaan gejala nyeri dengan karbamazepin (tegratol), tenitoin (dilantin),
perfenazin dengan amitripilin (triavili)

Sumber :
Batticaca, Fransisca B. 2008. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai