Anda di halaman 1dari 9

Journal of Environmental Engineering & Sustainable Technology JEEST

Vol. 02 No. 02, November 2015, Pages 114-122 http://jeest.ub.ac.id

STUDI IKAN BANDENG (Chanos chanos) YANG DIBUDIDAYAKAN DI TAMBAK


TERCEMAR LIMBAH KADMIUM (Cd) DAN TIMBAL (Pb)DI KALANGANYAR,
SIDOARJO, JAWA TIMUR TERHADAP HISTOPATOLOGI HATI,
GINJAL DAN INSANG
1
Maftuch , Marsoedi, Vendrita Damayanti Putri, Moh. Holil Lulloh, Febi Kesid Haryo Wibisono
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
Email: 1maftuch@ub.ac.id

Terdapat ratusan industri besar dan kecil yang


ABSTRACT berdomisili di kabupaten Sidoarjo.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Dampak langsung kawasan industri
kandungan logam berat Cadmium (Cd) dan adalah dihasilkannya limbah dari aktivitas
timbal (Pb) pada perairan budidaya ikan industri tersebut dalam jumlah besar. Dampak
bandeng (Chanos chanos) di Desa akhir pembuangan limbah cair industri
Kalanganyar Sidoarjo dan pengaruhnya dibuang ke sungai dan terbawa oleh aliran air
terhadap histopatologi insang, hati dan ginjal dari hulu ke hilir, yang akhirnya menyebar di
ikan bandeng. Penelitian dan pengambilan perairan muara sungai dan perairan pantai.
sampel ikan bandeng (Chanos chanos) Lingkungan perairan pantai merupakan
dilakukan di Desa Kalanganyar Kecamatan salah satu faktor pendukung sistem budidaya
Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Metode yang ikan bandeng yang baik. Namun saat ini, di
digunakan adalah metode deskriptif. Data Desa Kalanganyar, Kecamatan Sedati,
dianalisa menggunakan analisis ragam Kabupaten Sidoarjo yang dekat dengan
(ANOVA), BNT, dan regresi berdasarkan data kawasan industri mengakibatkan daerah
hasil skoring. Hasil penelitian ini didapatkan pesisir tercemar akibat pembuangan limbah
konsentrasi Cd <0,0024 mg/L dan Pb <0,0044 industri ke laut. Logam berat adalah salah satu
mg/L, sedangkan hasil pengamatan kandungan jenis limbah industri yang masuk ke perairan.
logam berat pada sedimen berupa Cd 1,079 Limbah ini dapat mengakibatkan penurunan
mg/L dan Pb tidak terdeteksi. Hasil kualitas air yang berimbas terhadap
pengamatan histopatologi organ insang menurunnya usaha perikanan budidaya di
didapatkan kerusakan hyperplasia, fusi dan tambak Desa Kalanganyar.
nekrosis. Kerusakan organ hati menunjukkan Pencemaran yang disebabkan oleh limbah
kerusakan pembengkakan sel, kongesti, dan industri sebagian besar adalah pencemaran
degenerasi lemak. Kerusakan organ ginjal logam berat khususnya CD dan Pb. Berbagai
menunjukkan kerusakan atrophy, cloudy hasil penelitian sebelumnya melaporkan
swelling dan hialinisasi glomerulus. Hasil berbagai kerusakan histopatologi hewan air
pengamatan kualitas air saat penelitian terdiri (Sanusi
dari suhu sebesar 29,2 oC; pH sebesar 7,5; DO et al, 1984; Palar, 1994; Darmono, 2001)
sebesar 6,2 mg/L; dan salinitas sebesar 17,8 Pada kasus pencemaran industri di
ppt. kawasan tersebut maka peneliti merasa ingin
mengkaji status pencemaran air dan sedimen
Keywords: Histopatologi, insang, hati, ginjal, di kawasan tersebut dikaji terhadap gambaran
ikan bandeng, Cd danPb. histopatologi insang, hati dan ginjal ikan
bandeng (Chanos chanos) yang dipelihara di
1. PENDAHULUAN tambak di kawasan perairan pantai, khususnya
di kawasan pantai di Desa Kalanganyar,
Kabupaten Sidoarjo merupakan Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten yang berbatasan langsung dan tersebut.
merupakan kawasan penyangga Tujuan penelitian untuk mengetahui
pengembangan industri kota Surabaya. kandungan logam berat Cd dan Pb pada air

114 P-ISSN:2356-3109 E-ISSN: 2356-3117


Maftuch, Marsoedi, Putri, Lulloh & Wibisono, Studi Ikan Bandeng (Chanos chanos)

dan sedimen tambak di Desa Kalanganyar dengan metode kuantitatif yaitu analisa yang
terhadap kondisi hispatologi organ insang, hati dilakukan dengan menghitung presentase
dan ginjal ikan bandeng. kerusakan organ ikan bandeng yang diteliti.
Berikut presentase nilai skoring yang
2. METODE PENELITIAN disajikan pada Tabel 1.
2.1. Alat dan Bahan Penelitian Tabel 1. Presentase Nilai Skoring
Alat-alat: botol air mineral 1,5 L, Nilai Persentase Keterangan
coolbox, sectio set, botol film, pH meter, DO Skoring Kerusakan
meter, thermometer, refraktometer. Bahan- (%)
bahan: larutan Davidson, es batu, sampel air, 0 0 Tidak rusak
sampel sedimen, kertas label, sampel insang, 1 1 25 Sedikit
hati, ginjal ikan bandeng. 2 26 50 Sedang
3 51 75 Banyak
2.2. Metode Penelitian 4 76 100 Sangat Banyak
Metode deskriptif dipilih menjadi metode Sumber: Pantung et al., (2008).
yang digunakan dalam penelitian ini. Metode
deskriptif memusatkan perhatian pada masalah- Frekuensi kejadian patologi organ ikan
masalah aktual (sekarang) berdasarkan bandeng dihitung menggunakan rumus jumlah
pengumpulan data dan fakta, untuk sel organ yang menunjukkan gejala patologis
meramalkan hubungan antara variabel (Anita dibagi jumlah sel organ yang diamati dan
et al, 2012). dikalikan 100%. Data selanjutnya dianalisis
dengan metode regresi.
2.3. Prosedur Penelitian
Pengambilan sampel air 1,5 L dan sampel
sedimen diletakkan dalam coolbox dan 3. HASIL PENELITIAN DAN
dianalisa kandungan logam berat Kadmium PEMBAHASAN
(Cd) dan Timbal (Pb) di Laboratorium 3.1. Kandungan Logam Berat Air dan
Kualitas Air Perum Jasa Tirta I Malang. Sedimen Tambak
Pengukuran kualitas air: suhu, DO, pH dan Hasil Pengujian logam berat Kadmium
salinitas sebagai data penunjang. (Cd) dan Timbal (Pb) pada air tambak dan
Sampel ikan bandeng yang diambil sungai dapat dilihat secara jelas pada Tabel 2.
dibedakan menjadi tiga jenis sampel Tabel 2. Hasil Pengamatan Kandungan
berdasarkan lama pemeliharaan ikan bandeng, Logam Berat di air tambak
yaitu pemeliharaan 1 bulan, 2 bulan dan 3 Jenis Jenis Logam
bulan. sampel berat Hasil Baku mutu
Tahapan kerja pembuatan preparat Air Cd (mg/l) < 0,0024 (0,008 mg/l) *
Histopatologi meliputi tahap fiksasi, dehidrasi, Tambak Pb (mg/l) < 0,0044 (0,001 mg/l) *
clearing, impregnasi, embedding, sectioning,
pewarnaan, mounting. Tahapan histologi Sumber data: Wibisono (2015).
sesuai dengan buku Kurniasih (1999), Keterangan: * Berdasarkan Kep. Men. LH
kemudian dilakukann pengamatan No.51 thn. 2004 Baku Mutu
menggunakan mikrokop. Air Laut, untuk Biota Laut
Perhitungan kerusakan sel dilakukan
dengan pembesaran 400 di bawah mikroskop Berdasarkan Tabel 2 diatas, air tambak
dengan tujuan untuk melihat kerusakan tidak berada dalam baku mutu yang baik.
jaringan pada tiap filamen secara jelas. Dalam kondisi ini perairan tercemar Pb,
karena keberadaan Pb di perairan tambak
2.4. Analisis Data berada diatas ambang yang dipersyaratkan.
Data hasil kandungan logam berat untuk Sementara itu Cd di perairan masih berada di
setiap sampel dibandingkan dengan standar bawah batas ambang standar baku mutu yang
baku mutu air. Analisis statistik histopatologi dipersyaratkan sesuai Keputusan Menteri
insang, hati dan ginjal dilakukan skoring Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004.

P-ISSN:2356-3109 E-ISSN: 2356-3117 115


Journal of Environmental Engineering & Sustainable Technology (JEEST)
Vol. 02 No. 02, November 2015, Pages 114-122

Selanjutnya dilakukan pengujian logam yang Mengalami Pembengkakan Sel


berat Cd dan Pb pada sedimen tambak yang (Putri, 2015).
hasil analisanya disajikan secara jelas pada
Pembengkakan sel dimulai dengan
Tabel 3.
kemampuan sel untuk melakukan regulasi
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kandungan osmotik terhadap lingkungan eksternal dengan
Logam Berat Cd dan Pb dalam cara memanfaatkan energi metabolik untuk
Sedimen Tambak memompa ion natrium keluar sel (Fujaya,
Jenis Jenis Logam 2008).
sampel berat Hasil Baku mutu Logam berat yang terakumulasi di dalam
sel hati menyebabkan proses metabolisme
Sedimen Cd (mg/l) 1,079 (0,008 mg/l)**
terganggu sehingga sel tidak dapat memompa
Tambak Pb (mg/l) tt * (0,001 mg/l)**
ion natrium keluar cukup banyak. Konsentrasi
ion natrium di dalam sel lebih tinggi dan air
Sumber data: Putri (2015) dapat masuk kedalam sel. Konsentrasi air yang
Keterangan : * Tidak terdeteksi berlebih ini mengakibatkan pembengkakan sel
**Berdasarkan Kep. Men. LH sehingga proses pertukaran nutrisi maupun zat
No.51 thn. 2004 Baku Mutu lain terganggu (Fujaya, 2008).
Air Laut, untuk Biota Laut
Berdasarkan Tabel 3 diatas, logam berat b. Kongesti
Cd pada sedimen tambak melebihi ambang Pada bagian ini, dijelaskan bahwa
batas standar baku mutu yang ditetapkan kongesti merupakan keadaan yang ditandai
dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dengan gejala meningkatnya volume darah
No.51 Tahun 2004. dalam pembuluh darah yang melebar pada
suatu bagian tubuh. Tanda pada histopatologi
3.2. Hasil Pengamatan Histopatologi pada kongesti ini adalah adanya bintik darah
dalam pembuluh darah yang disebabkan oleh
Hati Ikan Bandeng
paparan oleh agen kimia (Juhryyah, 2008).
Pada bagian ini dijelaskan mengenai
Kondisi Kongesti seperti terlihat pada Gambar
kerusakan yang terjadi pada hati ikan bandeng
2.
yang dibudidaya di tambak tercemar logam Cd
dan Pb yaitu pembengkakan sel, kongesti dan
degenerasi lemak.

a. Pembengkakan Sel
Hasil pengamatan histopatologi
menunjukkan bahwa hati ikan bandeng yang
dipelihara di tambak tercemar limbah telah
mengalami kerusakan berupa pembengkakan Gambar 2. (A) Kongesti Hati Ikan Bandeng
sel seperti terlihat pada Gambar 1. (Alifia dan Djawad, 2000) dan (B)
Potongan Melintang Hati yang
Mengalami Kongesti (Putri, 2015).
c. Degenerasi Lemak
Ikan bandeng yang terakumulasi logam
berat mengakibatkan degenerasi lemak pada
organ hati (Alifia dan Djawad, 2000). Gejala
ini ditandai dengan penampakan histologi
berupa sitoplasma yang penuh dengan
vakuola-vakuola seperti terlihat pada Gambar
Gambar 1. (A) Pembengkakan Sel Hati Ikan 3.
Bandeng (Alifia dan Djawad, 2000)
dan (B) Potongan Melintang hati

116 P-ISSN:2356-3109 E-ISSN: 2356-3117


Maftuch, Marsoedi, Putri, Lulloh & Wibisono, Studi Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Degenerasi Lemak (P<0,01). Sehingga


semakin lama usia pemeliharaan tidak
meningkatkan kerusakan pembengkakan sel
hati, namun meningkatkan kerusakan Kongesti
dan kerusakan Degenerasi lemak jaringan hati

3.3. Hasil Pengamatan Histopatologi


Ginjal Ikan Bandeng
Pada bagian ini dijelaskan mengenai
kerusakan yang terjadi pada ginjal ikan
bandeng yang dibudidaya di tambak yang
tercemar logam berat Kadmium (Cd) dan
Timbal (Pb) yaitu athropy, cloudy swelling,
Gambar 3. (A) Degenerasi Lemak Hati Ikan dan hyalinisasi glomerulus.
Bandeng (Alifia dan Djawad, 2000)
dan (B) Potongan Melintang Hati a. Atrophy
yang Mengalami Degenerasi Lemak Atrophy dijelaskan sebagai suatu keadaan
(Putri, 2015). tidak wajar dimana jumlah dan volume sel di
bawah normal sehingga garis luar sel tidak
Sejalan dengan penelitian Silviany (2004), dapat terlihat jelas bahkan seringkali nukleus
menjelaskan bahwa ikan yang terpapar logam mengecil atau bahkan hilang sama sekali dan
timbal mengakibatkan hati mengalami dapat menyebabkan kematian sel (Takashima
degenerasi lemak. dan Hibiya, 1995). Penyebabnya adalah
Secara mikroskopis, sitoplasma dari sel- penyerapan nutrisi yang menurun drastis akibat
sel tampak bervakuola dan banyaknya lipid tingginya jumlah pencemar dalam ginjal.
yang tertimbun didalam sel sehingga inti sel
terdesak ke satu sisi dan sitoplasma sel
ditempati oleh satu vakuola besar yang berisi
lipid. Vakuolisasi dapat terjadi karena adanya
penimbunan lemak pada hati (Anderson,1995).

A B

Gambar 5. (A) Kerusakan Jaringan Ginjal


Ikan Pari Kembang (Dasyatis kuhlii)
yang mengalami atrophy (Tresnati, at
al., 2007). (B) Potongan Melintang
Ginjal Ikan Bandeng (Chanos
chanos) yang mengalami atrophy
Sumber data: Putri (2015). (Holil Lulloh, 2015).
Gambar 4. Diagram Batang lama pemeliharaan
terhadap nilai skoring tingkat Dijelaskan secara singkat mengenai
kerusakan organ hati: Pembengkakan mekanisme terjadinya atrophy yang diawali
sel, Kongesti, Degenerasi lemak. dengan adanya kandungan logam berat dalam
darah yang akan menurunkan kinerja
Lama pemeliharaan ikan bandeng pada hemoglobin di ginjal sebagai pembawa
tambak yang tercemar limbah Pb dan Cd tidak oksigen. Kekurangan oksigen ini berdampak
memberikan peningkatan terhadap nilai pada kematian sel yang diawali dengan
skoring kerusakan pembengkakan sel hati mengecilnya sel atau bahkan hilang sama
(P>0,01), namun meningkatkan Kongesti dan sekali (Tresnati et al.,2007).

P-ISSN:2356-3109 E-ISSN: 2356-3117 117


Journal of Environmental Engineering & Sustainable Technology (JEEST)
Vol. 02 No. 02, November 2015, Pages 114-122

b. Cloudy Swelling
Cloudy swelling dijelaskan sebagai
keadaan saat sel mengalami pembengkakan
yang mengakibatkan inti sel menjadi terdesak
ke arah luar. (Takashima dan Hibiya, 1995).
Pada Gambar 6 ditunjukkan struktur sel ginjal
yang mengalami kerusakan cloudy swelling.

Gambar 7. (A) Kerusakan Jringan Ginjal Ikan


Pari Kembang (Dasyatis kuhlii) yang
mengalami Hiyalinisasi glomerulus
(Tresnati, at al., 2007). (B)
Potongan Melintang Ginjal Ikan
A B Bandeng (Chanos chanos) yang
mengalami Hiyalinisasi glomerulus
(Holil Lulloh, 2015).
Gambar 6. (A) Kerusakan Jaringan Ginjal
Ikan Pari Kembang (Dasyatis kuhlii) Penelitian ini juga menduga bahwa
yang mengalami cloudy swelling terjadinya kerusakan Hiyalinisasi glomerulus
(Tresnati, at al., 2007). (B) Potongan diakibatkan karena pencemaran Kadmium (Cd)
Melintang Ginjal Ikan Bandeng dan Timbal (Pb) yang telah melebihi ambang
(Chanos chanos) yang mengalami batas. Dijelaskan mekanisme terjadinya
cloudy swelling (Lulloh, 2015). hiyalinisasi glomerulus yang diawali dengan
sel-sel penyusun glomerulus yang menjadi
Menurut Anderson (1995), terjadinya transparan (Panigoro, et al., 2013).
cloudy swelling berawal dari sel yang berusaha Menurut Takashima dan Hibiya (1995),
melakukan adaptasi terhadap lingkungan kondisi diatas ditandai dengan glomerulus dan
eksternal dengan cara memompa ion natrium renal tubule (komponen dasar ginjal) tidak
keluar dari sel. jelas kenampakannya dan memproduksi
Terakumulasinya logam berat sebagai granula secara berlebih. Hyalinisasi
bahan beracun didalam ginjal menyebabkan glomerulus merupakan suatu gejala kerusakan
terganggunya proses metabolisme, sehingga ditemukan pada organ ginjal dengan tingkat
sel tidak mampu memompa ion natrium keluar pencemaran yang rendah.
sel, keadaan ini mengakibatkan konsentrasi ion
natrium didalam sel meningkat dan air masuk
kedalam sel. Masuknya air berlebih ke dalam
sel menyebabkan terjadinya cloudy swelling,
sehingga ukuran sel bertambah dan inti sel
terdesak ke tepi (Tresnati et al., 2007).
.
c. Hiyalinisasi Glomerulus
Hiyalinisasi glomerulus dijelaskan
sebagai perkembangan produksi glomerulus
yang abnormal dan disebabkan oleh adanya Sumber data: Holil Lullah (2015).
penyumbatan pada permukaan glomerulus Gambar 8. Diagram Batang lama
(Tresnati, at.al., 2007). pemeliharaan terhadap nilai skoring
tingkat kerusakan organ ginjal:

118 P-ISSN:2356-3109 E-ISSN: 2356-3117


Maftuch, Marsoedi, Putri, Lulloh & Wibisono, Studi Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Atrophy, Cloudy swelling, Olympus CX22 dengan perbesaran


Hiyalinisasi Glomerulus. 100x (Wibisono, 2015).
Lama pemeliharaan ikan bandeng pada
tambak yang tercemar limbah Pb dan Cd Menurut Alvarado (2006), hyperplasia
memberikan peningkatan terhadap nilai bisa dijadikan sebagai indikator biologi adanya
skoring kerusakan atrophy dan Hiyalinisasi zat toksik di perairan dan juga karena adanya
Glomerulus (P<0,01) jaringan ginjal namun gangguan transport ion pada sel. Hyperplasia
tidak meningkatkan kerusakan Cloudy sweling berat ditandai terbentuknya ruang-ruang antar
(P>0,01). Sehingga semakin lama usia lamella sekunder terisi oleh sel-sel baru
pemeliharaan meningkatkan kerusakan atrophy disertai terjadinya rupture epithel yang ditandai
dan Hiyalinisasi Glomerulus namun tidak lepasnya sel-sel dari tiang penyokongnya
meningkatkan kerusakan Cloudy sweling sel akhirnya lamela insang rusak dan tidak terlihat
ginjal. utuh lagi.

3.4. Hasil Pengamatan Histopatologi b. Fusi


Insang Ikan Bandeng Fusi merupakan kondisi dimana
Pada bagian ini dijelaskan mengenai berkurangnya efisiensi difusi gas yang
kerusakan yang terjadi pada insang ikan diakibatkan oleh kerusakan hyperplasia pada
bandeng yang dibudidaya di tambak yang jaringan epitel insang ikan dan lamella
diduga tercemar logam berat Kadmium (Cd) sekunder melebur (Panigoro, et al., 2013).
dan Timbal (Pb) yaitu hyperplasia, fusi, dan Pembengkakan pada lamella sekunder dapat di
nekrosis. hubungkan dengan edema lamella dan
perubahan pada dasar arsitektur sel tiang
(Robert, 2001).
a. Hyperplasia
Hyperplasia dijelaskan sebagai kerusakan
yang dapat terjadi pada ikan dengan kondisi
terpapar oleh bahan kimia beracun berupa
logam berat. Hiperplasia merupakan penebalan
jaringan epitel di ujung filamen yang
memperlihatkan bentuk seperti pemukul
bisbol. Dapat terjadi juga pada dekat dasar
lamella yang membengkak pada bagian
epiteliumnya (Feist, 2002).

Gambar 10. Potongan melintang insang ikan


bandeng Normal (A) 1. Lamela
sekunder 2. Lamela primer
(Setyawan, 2013). Terpapar logam
berat (B) 1. Lamela sekunder
2.lamela primer 3.kerusakan fusi,
gambar diambil menggunakan
Mikroskop Binokuler Olympus
CX22 dengan perbesaran 100x
(Wibisono, 2015).
Gambar 9. Potongan melintang insang ikan
bandeng Normal (A) 1. Lamela c. Nekrosis
sekunder 2.Lamela primer Nekrosis dijelaskan sebagai kondisi
(Setyawan, 2013). Terpapar logam pengeluaran yang berlebihan (hipersekresi)
berat (B) 1. Lamela sekunder yang menyebabkan oksigen dan nutrisi tidak
2.lamela primer 3.kerusakan dapat mencapai lokasi pada sel-sel epitel.
hyperplasia, gambar diambil Kondisi ini jika terus berlanjut maka akan
menggunakan Mikroskop Binokuler mengakibatkan Nekrosis (kematian jaringan)

P-ISSN:2356-3109 E-ISSN: 2356-3117 119


Journal of Environmental Engineering & Sustainable Technology (JEEST)
Vol. 02 No. 02, November 2015, Pages 114-122

(Panigoro, et al., 2013).


3.5. Parameter Kualitas Air
Tabel 4. Parameter Kualitas Air pada Tambak
Pemeliharaan
No Variabel Nilai Batas yg
Pengamatan diperbolehkan
1. Suhu 29 oC 23-32(Kordi, 2008)
2. pH 7,5 7-9(Kordi, 2008)
3. DO 6,2 4-7(Kordi, 2008)
4. Salinitas 17,8 ppt 10-30(Kordi, 2008)
Gambar 11. Potongan melintang insang ikan Sumber data: Putri (2015).
bandeng normal. (A) 1. Lamela
sekunder 2. Lamela primer 4. KESIMPULAN DAN SARAN
(Setyawan, 2013). Terpapar logam 1. Konsentrasi Logam berat di Desa
berat (B) 1. Lamela sekunder
Kalanganyar, Kecamatan Sedati,
2.lamela primer 3. Kerusakan
nekrosis, gambar diambil Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur: Cd
menggunakan Mikroskop Binokuler <0,0024 mg/L dan Pb <0,0044 mg/L.
Olympus CX22 dengan perbesaran 2. Histopatologi organ hati menunjukkan
100x (Wibisono, 2015). kerusakan pembengkakan sel,
kongesti, dan degenerasi lemak.
Histologi organ ginjal menunjukkan
kerusakan atrophy, cloudy swelling
dan hialinisasi glomerulus. Histologi
organ insang didapatkan kerusakan
hyperplasia, fusi dan nekrosis.
3. Nilai kerusakan yang terjadi pada hati,
ginjal dan insang ikan berbanding
lurus dengan lama pemeliharaan ikan
yang dibudidaya di tambak yang
tercemar logam berat.
Sumber data: Wibisono (2015).

Gambar 12. Diagram Batang lama SARAN.


pemeliharaan terhadap nilai Diusulkan untuk melakukan
skoring tingkat kerusakan organ pengendalian pencemaran logam berat
Insang: Hiperplasia, Fusi, dengan upaya penanaman mangrove
Nekrasis. disekitar tambak.

Lama pemeliharaan ikan bandeng


pada tambak yang tercemar limbah Pb dan DAFTAR PUSTAKA
Cd memberikan peningkatan terhadap nilai
skoring kerusakan Hyperplasia jaringan Alifia, F., dan M. I. Djawad. 2000. Kondisi
insang (P<0,01). Namun tidak Histologi Insang dan Organ Dalam
meningkatkan kerusakan Fusi dan Juvenil Ikan Bandeng (Chanos chanos
Nekrosis jaringan insang (P>0,01). Forskall) yang Tercemar Logam Timbal.
Sehingga semakin lama usia pemeliharaan Sci&Tech. 1 (2):51-58.
meningkatkan kerusakan Hyperplasia,
namun tidak meningkatkan kerusakan Fusi Alvarado N. E, Quesada K, Hylland
dan Nekrosis. I,Marigmez, L, Soto M. 2006.

120 P-ISSN:2356-3109 E-ISSN: 2356-3117


Maftuch, Marsoedi, Putri, Lulloh & Wibisono, Studi Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Quantitative changes in
metallothionein expression in target KMNLH. 2004. Keputusan Menteri
cell-types in the gills of turbot Negara Lingkungan Hidup Nomor 51
(Scophthalmus maximus) exposed to Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air
Cd, Cu, Zn and after a depuration Laut. 1489-1498.
treatment.
Kordi, M.G.H. 2008. Budi Daya Perairan
Anderson, P.S. 1995. Patofisiologi Konsep Buku Kesatu. PT Citra Aditya Bakti.
Klinis Proses. Proses Penyakit. Ahli Bandung.
Bahasa : Peter Anugerah. Jakarta :
EGC. Penerbit Buku Kedokteran. 220 Kurniasih.1999. Penuntun Proses Jaringan
hlm. dan Atlas Histologi Ikan. Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas
Anita, H., D. dan P. Susetyorini. 2012. The Gadjah Mada. Yogyakarta.
Proces of An Extradition Request
To Ecuador United States Embassy In Palar, H. 2004. Pencemaran dan
England. Diponegoro Law Review. 1 Toksikologi Logam Berat. Rineka
(2) : 1 - 9. Cipta. Jakarta.148 hal.

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Panigoro, N., I. Astuti, M. Bahnan, PDC.
Biologi Makhluk Hidup. Universitas Salfira dan K. Wakita. 2007. Tekni
Indonesia (UI-Press). Jakarta. 140 hal. Dasar histologi dan Atlas Dasar-dasar
Histopatologi Ikan. Balai Budidaya
Feist. 2002. Polusi Air dan Polusi Udara Air Tawar Jambi. Direktprat Jenderal
Fakultas Pangan Dan Gizi IPB.Bogor Perikanan Budidaya. Departemen
kelautan dan Perikanan dan Japan
Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan Dasar International Coperation Agency.
Pengembangan Teknik Perikanan.
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Pantung, N., K. G. Helander, H. F.
Helander and V. Cheevaporn. 2008.
Holilulloh, M. 2015. Kajian Histopatologi Histopathological Alterations of
Ginjal Ikan Bandeng (Chanos chanos) Hybrid Walking Catfish (Clarias
Pada Tambak Budidaya Yang macrocephalus x Clarias gariepinus)
Tercemar Limbah Kadmium (Cd) Dan in Acute and Subacute Cadmium
Timbal (Pb) Di Desa Kalanganyar, Exposure. Enviroment Asia. 1: 22-27.
Kecamatan Sedati, Kabupaten
Sidoarjo Jawa Timur. Skripsi. Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan, Putri, V.D. 2015. Kajian Histopatologi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Hati Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Kelautan, Universitas Brawijaya. Pada Tambak Budidaya Yang
Tercemar Limbah Kadmium (Cd) Dan
Juhryyah, S. 2008. Gambaran Timbal (Pb) Di Desa Kalanganyar,
Histopatologi Organ Hati Dan Ginjal Kecamatan Sedati, Kabupaten
Tikus Pada Intoksikasi Akut Sidoarjo Jawa Timur. Skripsi. Jurusan
Insektisida (Metofluthrin, D- Manajemen Sumberdaya Perairan,
Phenothrin, D-Allethrin) Dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Dosis Bertingkat. Skripsi. Fakultas Kelautan, Universitas Brawijaya.
Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 58 hlm.

P-ISSN:2356-3109 E-ISSN: 2356-3117 121


Journal of Environmental Engineering & Sustainable Technology (JEEST)
Vol. 02 No. 02, November 2015, Pages 114-122

Robert R. J. 2001. Fish Pathology 3rd Ed.


W.B. Saunders. London. Takashima. F dan T. Hibyah. 1995. An
Atlas of Fish Histology. Normal and
Sanusi H.S dan Putranto S. 2009. Kimia Phatological Features. Second Edition.
Laut dan Pencemaran , Proses Fisik Kondansha LTD. Tokyo. Vol 166, pp.
Kimia dan Interaksi dengan 321 - 341.
Lingkungan. Bogor: Departemen Ilmu
dan Teknologi Kelautan, Institut Tresnati. J dan M.I.Jawad. 2007.
Pertanian Bogor. Kerusakan Ginjal Ikan Pari Kembang
(DasyatisKuhlii) yang Diakibatkan
Setyawan. N. 2013. Gambaran Oleh Logam Berat Timbel (Pb).
Mikroanatomi pada Insang Ikan Jurnal Sains Dan Teknologi 7 (3) :
Sebagai Indikator Pencemaran Logam 153 - 160.
Berat di Perairan Kaligarang Wibisono, F.K.H. 2015. Kajian
Semarang. Universitas Negeri Histopatologi Insang Ikan Bandeng
Semarang. Semarang. (Chanos chanos) Yang Dibudidaya Di
Tambak Yang Tercemar (Cd dan Pb)
Silviany, V. 2004. Pengaruh Timbal
Di Desa Kalanganyar, Kecamatan
terhadap Morfologi dan Histologi Hati Sedati, Kabupaten Sidoarjo Jawa
Ikan Mas (Cyprinus Carpio). Skripsi. Timur. Skripsi. Jurusan Manajemen
Jurusan Biologi. Fakultas Matematika Sumberdaya Perairan, Fakultas
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Sriwijaya. Palembang. 42 Universitas Brawijaya.
hlm.

122 P-ISSN:2356-3109 E-ISSN: 2356-3117

Anda mungkin juga menyukai