Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat
bawaan) yang berat. Sedangkan, asuhan pada bayi baru lahir normal adalah
asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir tersebut selama satu jam pertama
setelah kelahiran, sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan
usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan. Adapun permasalahan yang
terjadi pada bayi baru lahir adalah asfiksia neonatorum, ikterus, perdarahan
tali pusat, kejang, BBLR, hipotermi, dll.(Hasan, 2010).

Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur
segera setelah lahir, karena bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak
dapat mengeluarkan karbondioksida dari tubuhnya dan menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut yaitu meninggalnya bayi.Gangguan
tersebut dapat disebabkan karena adanya obstruksi pada saluran pernapasan
dan gangguan yang diakibatkan karena terhentinya sirkulasi pernapasan
(Eunike, 2014).

Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 Angka
Kematian Bayi (AKB) didunia 54 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2006
menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup. Setiap tahunnya sekitar 3% (3,6 juta)
dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini
kemungkinan meninggal (Eunike, 2014).

Berdasarkan hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun


2012, Angka Kematian Neonatus (neonatal mortality rate, NMR) pada tahun
2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000

1
kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan
hasil SDKI 2002. Perhatian terhadap upaya penurunan neonatal mortality
rate (usia dibawah 28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal
memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi (Profil Kesehatan Indonesia,
2013).

Berdasarkan Laporan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2012),


Angka Kematian Bayi (AKB) hanya 7,6/1.000 Kelahiran Hidup (KH).
Rendahnya angka ini mungkin disebabkan karena kasus-kasus yang
terlaporkan adalah kasus kematian yang terjadi disarana pelayanan kesehatan,
sedangkan kasus-kasus kematian yang terjadi dimasyarakat belum seluruhnya
terlaporkan.berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
menunjukkan bahwa penyebab kematian terbanyak pada kelompok bayi 0-6
hari didominasi oleh gangguan/kelainan pernafasan (35,9%), prematuritas
(32,4%) dan sepsis (12%).

Asfiksia dikarenakan masalah yang berkaitan dengan keadaan ibu seperti


partus lama, plasenta previa, solusio plasenta, preeklamsia, eklamsia, ketuban
pecah dini, kehamilan postterm, penyakit kronik ibu, dan his yang terlampau
kuat.His yang terlampau kuat dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
uteroplasenter yang dapat mengganggu aliran darah yang mengangkut
oksigen dari ibu ke janin yang dapat mengakibatkan asfiksia.Keadaan ini
disertai hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis.Asfiksia terjadi
karena terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu
ke janin.Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir.Asfiksia dapat mempengaruhi organ vital lainnya dan
dapat mendorong terjadinya infeksi kerusakan otak atau kematian (Eunike,
2014).

2
Berdasarkan survey pendahuluan di Klinik Pratama Anugrah diketahui bahwa
bayi yang menderita asfiksia: Ringan tahun 2017 bulan Januari-April
sebanyak 40 %. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dan
termotivasi untuk menyusun laporan asuhan keperawatan maternitas sebagai
salah satu laporan kelompok 3 dengan mengambil kasus berjudul Asuhan
Keperawatan Maternitas Pada Bayi Ny. S Baru Lahir Dengan Asfiksia:
Ringan Di Klinik Pratama Anugrah Tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis
merumuskan masalah yaitu BagaimanaAsuhan Keperawatan Maternitas
Dengan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. S Di Klinik Pratama Anugrah Tahun
2017 ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. S
Di Klinik Pratama Anugrah Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian Dengan Bayi Baru Lahir Pada Bayi
Ny. S
b. Mampu merumuskan diagnosakeperawatan Dengan Bayi Baru Lahir
Pada Bayi Ny. S
c. Mampu menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan Dengan
Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. S
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana
keperawatan Dengan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. S
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan Dengan Bayi Baru Lahir
Pada Bayi Ny. S

3. Manfaat Penulisan
a. Bagi Ibu-Ibu Hamil

3
Menjadi sumber pengetahuan tentang terjadinya asfiksia pada
bayi sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan
terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir.

b. Bagi Klinik Pratama Anugrah.


Sebagai indikator dan bahan informasi dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan dalam menangani pasien bayi baru
lahirdan pecegahan terjadinya asfiksia .

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori Medis


1. Definisi Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir (Eni, 2016).Asfiksia
neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2
yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.Asfiksia
Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas

4
secara spontan dan teratur setelah dilahirkan (Ralph dan Rosenberg.
2011).

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat
janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin
berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama
atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2009).

Dengan demikian asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernapas secara spontan dan teratur.Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akanmengalami asfiksia pada saat
dilahirkan.Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengarui kesejahteraan bayi
selama atau sesudah persalinan. (Lisa, 2016).

2. Etiologi
a. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)
antara lain :

1. Faktor ibu
2. Preeklampsia dan eklampsia
3. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
4. Partus lama atau partus macet
5. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
HIV)
6. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan).

5
b. Faktor Tali Pusat

1. Lilitan tali pusat


2. Tali pusat pendek
3. Simpul tali pusat
4. Prolapsus tali pusat.
c. Faktor bayi

1. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)


2. Persalinan dengan tindakan (sungsang,bayi kembar, distosia
bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3. Kelainan bawaan (congenital)
4. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
(DepKes RI, 2009)

Towel (1966) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan


pada bayi yang terdiri dari :
1. Faktor Ibu
Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian obat analgetika atau anestesia dalam.Gangguan aliran darah
uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke
janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan: (a) gangguan kontraksi
uterus, misalnya hipertoni, hipertoni atau tetani uterus akibat penyakit
atau obat, (b) hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, (c)
hipertensi pada penyakit eklampsia dan lain-lain.

2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak

6
pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-
lain.

3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas
antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada
keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali
pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-lain.

4. Faktor neonatus
Depresi tali pusat pernafasan bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal, yaitu : (a) pemakaian obat anastesi/analgetika yang
berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat
pernafasan janin, (b) trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya
perdarahan intrakranial, (c) kelainan kongenital pada bayi, misalnya
hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran pernapasan, hipoplasia
paru dan lain-lain.

3. Manifestasi Klinis
Menurut (Depkes RI, 2007)Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia
janin yang menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut
ini :
a. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
c. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan
organ lain
d. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
e. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan
oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak
f. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,
kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke
plasenta sebelum dan selama proses persalinan

7
g. Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-
paru atau nafas tidak teratur/megap-megap
h. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah
i. Penurunan terhadap spinkters
j. Pucat

4. Patofisiologi

8
5. Klasifikasi

9
Tabel 2.1 Skor APGAR

Tanda 0 1 2
Appearance Biru Pucat Badan pucat, Semua nya
(Warna Kulit)
tungkai biru merah muda
Pulse Tidak teraba <100 >100
(Denyut Nadi)
Grimace Tidak ada Lambat Menangis
(Refleks)
Activty Lemas/lumpuh Gerakan Sedikit Aktif/fleksi
(Tonus Otot)
tungkai
baik/reaksi
melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak Bai, menagis
(usaha Bernafas)
teratur kuat

a. Nilai 0-3 : Asfiksia berat


b. Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
c. Nilai 7-10 : Ringan

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk
memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila
bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar)
Asfiksia neonatorum di klasifikasikan :

1. Asfiksia Ringan (vigorus baby)


Skor sAPGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
2. Asfiksia sedang (mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

10
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis
berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada
asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau
bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama
pada asfiksia berat.

6. Komplikasi
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke
otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia
dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga
dapat menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat
terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan
ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti
mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang
menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.

11
7. Pemeriksaan Diagnostik
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari
hipoksia janin.Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan
dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu
mendapat perhatian yaitu :
a. Denyut jantung janin
Frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan/menit, selama
his frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada
keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya
tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai di
bawah 100 kali permenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak
teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. Di beberapa klinik
elektrokardigraf janin digunakan untuk terus-menerus menghadapi
keadaan denyut jantung dalam persalinan.

b. Mekonium dalam air ketuban


Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi
pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi
dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri
persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

c. Pemeriksaan pH darah janin


Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks
dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh
(sampel) darah janin.Darah ini diperiksa pH-nya.Adanya asidosis
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah
7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin
disertai asfiksia.

Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk


mendiagnosis adanya asfiksia pada bayi (pemeriksaan diagnostik)
yaitu:

12
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Berat bayi
5. USG ( Kepala )
6. Penilaian APGAR score
7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan

8. Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi
baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan
resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan
ABC resusitasi :
a. Memastikan saluran nafas terbuka :
1. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
2. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
3. Bila perlu masukan ET untuk memastikan pernapasan terbuka
b. Memulai pernapasan :
1. Lakukan rangsangan taktil. Beri rangsangan taktil dengan
menyentil atau menepuk telapak kaki.Lakukan penggosokan
punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh,
tungkai dan kepala bayi.
2. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif.
c. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi
dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
a. Tindakan umum
1. Pengawasan suhu
2. Pembersihan jalan nafas
3. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
b. Tindakan khusus
1. Asfiksia berat

Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama


memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan
tekanan, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan
O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu

13
disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonat natrium 2-4
mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-
4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntikan kedalam intra vena
perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat
jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha
pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif
diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan
perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase
jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3
yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali
kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi
harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi.

2. Asfiksia ringan dan sedang

Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam


waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi
aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter
O2 intranasal dengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam
posisi dorsofleksi kepala. Kemudian dilakukan gerakan
membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu
keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil
diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi
memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan
mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak
dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan
positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut
atau dari ventilasi ke kantong masker.

14
Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong
diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-
30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang
mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah
dilakukan berberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung
atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera
dilakukan, bikarbonat natrium dan glukosa dapat segera
diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan
pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan
adekuat.

B. Konsep Teoritis Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap klien adalah sebagai berikut:
a. Identitas klien/bayi dan keluarga.
b. Diagnosa medik yang ditegakkan saat klien masuk rumah sakit.
c. Alasan klien/bayi masuk ruang perinatologi.
d. Riwayat kesehatan klien/bayi saat ini.
e. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu.
f. Riwayat kelahiran klien/bayi.
g. Pengukuran nilai apgar score, Bila nilainya 0-3 asfiksia berat, bila
nilainya 4-6 asfiksia sedang.
h. Pengkajian dasar data neonatus:
1. Sirkulasi
a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.
Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45
mmHg (diastolik).
b. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/
IV.
c. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
d. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.

2. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.

3. Makanan/ cairan
a. Berat badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 44-45 cm

15
c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi).

4. Neurosensori
a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama
30 menitpertama setelah kelahiran (periode pertama
reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema,
hematoma).
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek
narkotik yang memanjang).

5. Pernafasan
a. Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus
antara 7-10.
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada
awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum
terjadi.

6. Keamanan
a. Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks (jumlah
dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat
terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-
belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan
forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/
wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan
dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi
telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada
nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan
bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada
(penempatan elektroda internal.

16
1. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan mukus.
b. Pola napas tidak efektif b/d hipoventilasi.
c. Gangguan pemenuhan O2 b/d ekspansi yang kurang adekuat.
d. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan
ketidakseimbangan ventilasi.
e. Ansietas b/d ancaman kematian.

17
2. INTERVENSI KEPERAWATAN.

NO
DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN(NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Mengauskultasi suara nafas Obstruksi jalan napas dapat
nafas tidak efektif keperawatan selama 1X 24 sebelum dan sesudah suction. dimanefestasikan dengan
bebungan dengan jam proses keperawatan Memberitahu keluarga tentang adanya bunyi napas tambahan
penumpukan mukus diharapkan jalan nafas lancar suction seperti krekels,ronki,wheezing
Mengobservasi adanya tanda-tanda Sebelum melakukan tindakan
lendir. Kriteria Hasil:
distres pernafasan berikan penkes kepada
Rata-rata repirasi dalam
Memposisikan bayi miring kekanan
batas normal (30- setelah memberikan makan keluarga agar tidak terjadi

40x/menit) Kolaborasi Melakukan hisap mulut kepanikan/ kesalhpahaman.


Pengeluaran sputum dan nasopharing dengan spuit Dan agar ada kerjasama dari
melalui jalan nafas. sesuai kebutuhan. keluarga pasien.
Tidak ada suara nafas Untuk membersihkan sisa
tambahan sisa air ketuban.
(ronchi/wheezeng) Untuk mencegah terjadinya
aspirasi.
Kaji frekuensi, kedalaman
pernapasan dan ekspansi dada
Kecepatan napas biasanya

18
Auskultasi bunyi napas. meningkat.
Bunyi napas menurun atau
2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan
pemenuhan keperawatan selama 1x24 jam tidak ada bila jalan napas

kebutuhan O2 b/d diharapkan pernafasan obstruksi.

ekspansi yang kembali normal Posisi ini dapat memudahkan


Posisikan bayi pada abdomen atau
kurang adekuat. pernapasan dan menurunkan
posisi telentang dengan gulungan
Kriteria Hasil: episode asfiksia.
popok dibawah bahu untuk
Klien tidak mengalami
menghasilkan sedikit hiperektensi
sesak napas. RR klien
Berikan rangsang taktil yang segera ( Merangsang SSP untuk
normal (30-40x/menit) meningkatkan gerakan tubuh dan
mis, gosokkan punggung bayi ) bila
Kulit klien tidak pucat
terjadi apnea. kembalinya pernapasan yang
Mengobservasi warna kulit. spontan
Kolaborasi :Berikan oksigen Memaksimalkan bernapas dan
tambahan. menurunkan kerja napas.

mengevaluasi tingkat pemahaman Agar keluarga tahu tentang


keluarga klien tentang diagnose. penyebab sesak yang dialami
Memberikan kesempatan untuk

19
bertanya dan jawab dengan jujur oleh bayinya.
antara keluarga dan perawat.
asuhan Melibatkan orang terdekat dalam
Setetah dilakukan
perencanaan keperawatan. Agar dapat mengurangi rasa cemas
3. Ansietas b/d keperawatan selama 1x24 jam
Memberikan kenyamanan fisik.
ancaman kematian. diharapkan pasien tidak
mengalami kecemasan.
Kriteria Hasil: Agar keluarga tahu apa yang

Keluarga klien tetap perawat lakukan

tenang Kaji status pernafasan, perhatikan Agar keluarga merasa nyaman.


Keluarga mengerti
tanda-tanda distres pernafasan(mis,
dengan apa yang
takipnea, pernafsan cuping hdung, Takipnea menandakan distress
dianjurkan.
mengorok, retraksi, ronki, atau pernafasan, khususnya bila
krekels). pernfasan lebih dari 60 x/i

Gunakan pemantauan oksigen setelah 5 jam pertama kehidupan.

transkutan atau oksimeter nadi.


Catat kadar setiap jam. Ubah sisi
Memberikan pemantauan
Setelah dilakukan asuhan alat setiap 3-4 jam.
noninvasif konstan terhadap
4. Kerusakan keperawatan selam 1x24 jam Hisap hidung dan orofaring dengan kadar oksigen

20
pertukaran gas b/d diharapkan pertukaran gas hati-hati,sesuai kebutuhan.
Pertahankan kenetralan suhu tubuh
gangguan suplai kembali normal.
Mungkin perlu untuk
oksigen dan Kriteria Hasil:
mempertahankan kepatenan jalan
ketidakseimbangan Mempertahankan kadar
nafas, khususnya pada bayi yang
ventilasi PO2 / PCO2 dalam batas
menerima ventilasi terkontrol.
normal ( pO2 : 80-
100mmHg, pCO2 : 35- Stres dingin meningkatkan

45mmHg) konsumsi oksigen bayi,dapat


Klien tidak mengalami meningkatkan asidosis, dan
sesak napas, selanjutnya kerusakan produksi
Suhu tubuh dalam keadaan surfaktan
normal ( S 36-37C

21
3. Implementasi.
Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan meninjau
kembali dari apa yang telah direncanakana atau intervensi sebelumnya,dengan
tujuan utama pada pasien dapat mencakup pola napas yang efektif, peredaan
nyeri, mempertahankan pola eliminasi yang baik, pemenuhan istirahat tidur
yang adekuat, pengurangan kecemasan, peningkatan pengetahuan.

4. Evaluasi
1. Klien tampak rileks dalam bernafas
2. Jalan nafas klien kembali lancar.
3. Pasien dan keluaraga tidak cemas.
4. Kesadaran klien kembali membaik.

BAB III
TINJAUAN KASUS

22
A. PENGKAJIAN
Tempat Praktek : Klinik Pratama Anugrah
Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2017
Pukul : 17 : 45 wib

I. Data Demografi
a. Biodata
Nama Klien : Ny. S
Umur Klien :33 Tahun
Jenis Kelamin :Wanita
Status Perkawinan : Menikah
Agama :Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa Medik : Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
Tanggal Masuk :29 Maret 2017
b. Identitas penanggung jawab
Nama Suami : Tn. Z
Umur Suami : 35 Tahun
Agama : Islam
Hubungan dengan Klien : Suami
Alamat : Jl. Linggis, Lingkungan 2 No. 7 Binjai Utara

II. Riwayat Kesehatan


a. Keluhan Utama
Bayi baru lahir dengan asfiksia

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Bayi baru lahir dengan persalinan normal dengan skor APGAR 7,
jenis kelamin perempuan, bayi tidak langsung nangis, reflex gerakan
bayi sedikit, BB 2900 gram, PB: 49 cm, Lingkar Kepala 35

23
cm,lingkar dada 35 cm, lingkar perut 36 cm. Hasil TTV : Nadi : 135
x/m, RR : 65 x/m, S : 350C.

c. Riwayat penyakit dahulu


Tidak terkaji

d. Riwayat penyakit keluarga


Di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
menurun dan menular seperti HIV, hepatitis, TBC, DM, HT.

e. Riwayat kehamilan
G3 P2 A0, umur kehamilan 40 minggu, ANC: 8x.

f. Riwayat persalinan
Bayi baru lahir dengan asfiksia bayi tidak langsung nangis, nafas tidak
spontan.

g. APGAR Score:
Adapun penilaian APGAR score pada bayi Ny. S dapat dilihat pada
table tersebut.

Tabel 3.1

NO
Tanggal/ Jam Tanda(karakter penilaian) Menit 1 Menit 5
No
1. Rabu,29-maret 2017 Appearance (Warna Kulit) 2 2
11.00 wib

Pulse 2 2
(Denyut Nadi)

Grimace 0 1
(Refleks)

Activty 1 2
(Tonus Otot)

Respiratory 1 2
(usaha Bernafas)

TOTAL : 6 9

24
Kesimpulan: Bayi Ny.S mengalami asfeksia Ringan dengan nilai AFGAR
Score menit 1: 7 dan menit ke 5 nilai nya:9.

h. Riwayat imunisasi
Hari ke-2 Bayi Ny.S mendapatkan imunisasi Hb0 dan Vit.K

B. Pengkajian Fungsional (GORDON)


1. Pola persepsi Manajemen Kesehatan
Jika ada keluarga yang sakit maka langsung di bawa ke klinik
terdekat.

2. Pola Nutrisi/Metabolik
Diet bayi Ny.s setiap per 2jam diberikan susu formula selama 2 hari.

3. Pola Eliminasi
bayi sudah BAK 3x bau khas, warna kuning jernih (+) dan BAB 1x
mekonium warna hijau kehitaman.

4. Pola Aktivitas dan Latihan


bayi sudah bergerak aktif namun gerakannya masih lemah.

5. Pola Tidur/Istirahat
bayi tidur selama 5jam dan terbangun menangis jika BAB/BAK atau
sebab lain yang mengganggu kenyamanan bayi.

6. Pola Peran dan Hubungan


Bayi adalah anak ketiga yang kelahirannya sangat diharapkan oleh
kedua orang tuanya dan keluarga lain
.
7. Pola Seksualitas/Reproduksi
Alat reproduksi lengkap yaitu jenis kelamin perempuan, tidak ada
kelainan pada lubang saluran urin, dapat BAK tanpa kesulitan dan
kesakitan.

8. Pola Koping dan Toleransi Stress


bayi selalu menangis jika merasa tidak nyaman.

25
9. Pola Nilai dan Kepercayaan
Setelah bayi lahir di klinik pratama anugrah, bayi beragama islam
sama dengan orang tuanya.

C. Pemeriksaan Fisik
1. TTV : N: 135 x/m, RR : 46 x/m, S : 350 C
2. Keadaan umum : lemah
3. Antropometri : BB: 2900 gram, PB: 49 cm, LK: 35 cm,LD : 35
cm LP: 36 cm
4. Kepala : Normal
5. Mata :Simetris, sklera tak ikterik, konjungtiva tak
anemis, tidak ada kotoran yang melekat di mata.
6. Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada kelainan
bentuk telinga
7. Mulut : mukosa bibir agak kering,
8. Hidung : simetris, ada sekret
9. Dada : Simetris
10. Jantung
a. Inspeksi : normal
b. Perkusi : bunyi normal
c. Palpasi : tidak teraba ictus cordis, tidak ada nyeri tekan
d. Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan.
10. Paru
a. Inspeksi : expansi dada tidak optimal
b. Perkusi : terdengar bunyi sonor
c. Palpasi : fokal fremitus seimbang antara kanan dan kiri
d. Auskultasi : bunyi vesikuler, tidak ada tambahan ronkhi.

11. Abdomen
a. Inspeksi : tali pusat masih basah, perut cembung.
b. Auskultasi : peristaltik 12 x/mnt
c. Perkusi : tympani
d. Palpasi : tidak teraba pembesaran hepar

26
12. Punggung : simetris
13. Kulit : elastis, akral dingin, terlihat kemerahan
14. Ekstermitas
a. Atas : lengkap kedua tangan, untuk bergerak masih
lemah, tidak ada kelainan bentuk tangan
b. Bawah :lengkap kedua kaki, untuk bergerak masih lemah,
akral dingin

15. Genetalia : alat kelamin perempuan.


16. Anus : Berlubang, tidak ada kecacatan

D. Reflek
1. Moro : (+) masih lemah
2. Roothing : (+) masih lemah
3. Walking : (+) masih lemah
4. Grosping : (+) masih lemah
5. Sucking : (+) masih lemah
6. Tonick neck : (+) masih lemah
7. Swallowing : (+) masih lemah

E. Hasil Kolaborasi
PEMBERIAN OBAT INDIKASI

Inj. Vit K 1mg Anti perdarahan.


Inj.Oksitosin 0,5 mg Untuk merangsang kontraksi dan untuk
memperoleh ASI
Inj. Methergyine 0,5 mg Anti perdarahan pada ibu setelah
pengeluaran plasenta
Hepatitis B0 0,5 ml Untuk pencegahan terjadinya hepatitis

27
F. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data

Symptom Etiologi Problem


DS : Lama di jalan Bersihan jalan nafas
DO : tidak efektif
- ada secret di jalan lahir dan lilitan tali
napas dan di rongga pusat
hidung
- Nilai AFGAR : Asfiksia
respiratory dalam Paru-paru terisi cairan
menit 1 score 2,
Bersihan jalan nafas
pulse menit 1 score
tidak efektif
2.
- RR : 65 x/I
- HR : 135 x/I
DS : Janin kekurangan Pola nafas tidak efektif
DO :
- Nilai AFGAR : O2 dan kadar CO2
respiratory dalam meningkat
menit 1 score 2, Nafas cepat
pulse menit 1 score
2.
- RR : 65 x/I Apneu
- HR : 135 x/I
Pola nafas tidak efektif
2. Rumusan Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi secret d/d paru-
paruterisi cairan.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi d/d napas cepat

28
.

29
3. Intervensi
Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Bayi Barulahir Pada Bayi Ny. S Di Klinik Pratama Anugrah Binjai Utara Tahun
2017

No. Diagnosa Tujuan/ Kriteria hasil Intervensi Implementasi Evaluasi


1 Bersihan jalan nafas Setelah di lakukan 1. Cek dan observasi 1. mengecek dan S:-
O: os tampak
tidakefektif b.d tindakan keperawatan KU dan TTV mengobservasi
2. Atur posisi untuk lemah,
produksisecret d/d paru- selama 1x15 menit di KU dan ttv bayi
memaksimalkan 2. mengatur posisi terdapat secret
paruterisi cairan. harapkan bersihan jalan
ventilasi untuk dijalan nafas
nafas efektif dengan
3. Lakukan pengisapan
memaksimalkan dan rongga
KH :
menggunakan
ventilasi yang hidung.
1. Tidak ada secret
suction
2. Tidak sianosis dibutuhkan bayi A:Masalah
4. Beri oksigen sesuai
3. Tidak ada bunyi 3. melakukan
belum
program
tambahan pengisapan
teratasi.
4. RR dapat
menggunakan
P:Lanjutkan
dipertahankan 30
suction
intervensi.
60 x/mnt
5. Dapat menangis
keras
6. Tak tampak
retraksi dinding

30
dada

2. Pola nafas tidak efektif b.d Setelah di lakukan 1. Cek dan observasi 1. mencek dan S:-
tindakan keperawatan
hipoventilasi d/d napas KU dan TTV observasi ku dan O:pasien
selama 3x24 jam di
2. Selimuti bayi dan
cepat harapkan hipotermi ttv tampak lemah
teratasi dengan KH: gunakan tutup kepala. 2. menyelimuti bayi
dan tampak
1. Suhu tubuh bayi
Gunakan pakaian dengan bedong
normal 36-37OC sesak nafas
2. Akral hangat hangat dan kering dan tutup kepala
dengan RR:65
3. Tidak sianosis 3. Tempatkan bayi 3. menggunakan
4. Tidak pucat x/i
dalam incubator pakaian hangat
4. Pelihara suhu A: Masalah
dan kering
lingkungan stabil 4. meletakkan bayi belum
5. cek dan pantau suhu
dalam incubator teratasi.
P:Intervensi
dilanjutkan.

Catatan Perkembangan (Tanggal 29 Maret 2017)


No. Diagnosa Tanggal/ pukul Implementasi Evaluasi
1 Bersihan jalan 29-maret 2017 1. mengecek dan S:-
Jam 11.00 Wib
nafas tidakefektif mengobservasi KU dan O: os tampak lemah,

31
b.d produksisecret ttv bayi terdapat secret dijalan
2. mengatur posisi untuk
d/d paru-paruterisi nafas dan rongga hidung.
memaksimalkan
cairan. A:Masalah belum teratasi.
ventilasi yang
P:Lanjutkan intervensi.
dibutuhkan bayi
3. melakukan pengisapan
menggunakan suction
4.

2 Pola nafas tidak 29-Maret 2017 1. Cek dan observasi S:-


Jam 11.30 wib
efektif b.d KU dan TTV O:pasien tampak lemah
2. Selimuti bayi dan
hipoventilasi d/d dan tampak sesak nafas
gunakan tutup
napas cepat dengan RR:65 x/i
kepala.
A: Masalah belum
3. Gunakan pakaian
teratasi.
hangat dan kering
4. Tempatkan bayi P:Intervensi dilanjutkan
dalam incubator
5. Pelihara suhu
lingkungan stabil
6. cek dan pantau suhu

32
Catatan Perkembangan (Tanggal 30 Maret 2017)
No. Diagnosa Tanggal/ pukul Implementasi Evaluasi
1 Bersihan jalan 30-maret 2017 1. mengecek dan S:-
Jam 11.00 Wib
nafas tidakefektif mengobservasi KU dan O: os tampak membaik,
b.d produksisecret ttv bayi tidak ada secret.
5. mengatur posisi untuk
d/d paru-paruterisi A:Masalah teratasi
memaksimalkan
cairan. sebagian.
ventilasi yang
P:Lanjutkan intervensi.
dibutuhkan bayi
6. melakukan pengisapan
menggunakan suction
7.

2 Pola nafas tidak 30-Maret 2017 7. Cek dan observasi S:-


Jam 11.30 wib
efektif b.d KU dan TTV O:pasien tampak
8. Selimuti bayi dan
hipoventilasi d/d membaik dan sesak nafas
gunakan tutup
napas cepat berkurang dengan RR:60
kepala.
x/i
9. Gunakan pakaian
A:Masalah teratasi
hangat dan kering

33
10. Tempatkan bayi sebagian.
dalam incubator P:Intervensi dilanjutkan
11. Pelihara suhu
lingkungan stabil
12. cek dan pantau suhu

34
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam kasus bayi Ny. S diperoleh data-data sebagi brikut yakni data subjektif
yang langsung dilihat selama masa persalinan mulai dari kala 1-4 bahwa ibu telah
melairkan bayinya secara normal dengan gangguan asfiksia pada 29 Maret 2017
jam 13.00 wib. Data objektifnya keadaan umum ibu baik, kesadaran, tanda-tanda
vital ibu dalam batas normal dan pemeriksaan fisik lainnya yang mendukung
seperti kontraksi baik, usia kehamilan Ny.S 36 minggu dengan TFU 36 JARI
prosese xepodius.

Pada pengkajian bayi baru lahir dengan asfiksia bayi tidak langsung menangis,
reflex gerakan bayi sedikit dan tonus otot ekstremitas fleksi sedikit,, denyut
jantung cepat, bayi akan terlihat lemas (flaccid), apnue, tekanan darah, kadar
oksigen dalam darah (PaO2) menurun, bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan,
tidak menunjukan upaya pernafasan secara spontan, warna kulit kebiruan
kemerahan dengan nilai APGAR : respiratory dalam menit 1 score 2, pulse menit
1 score 2. RR : 65 x/i, HR : 135 x/i.

Intervensi yang diberikan pada bayi Ny. S pada diagnosea Bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d produksi mukus banyak : Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 1x15 menit di harapkan bersihan jalan nafas efektif dengan
KH :Tidak ada secret, Tidak sianosis, Tidak ada bunyi tambahan, RR dapat
dipertahankan 30 60 x/mnt, Dapat menangis keras, Tak tampak retraksi dinding
dada. Intervensi yang diberikan pada bayi Ny. S pada diagnosea Pola nafas tidak
efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi :Setelah di lakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam di harapkan hipotermi teratasi dengan KH : Suhu tubuh bayi
normal 36-37OC, Akral hangat, Tidak sianosis, Tidak pucat

Setelah dilakukan implemaentasi keperawatan pada masing-masing diagnose


selama 1 15 menit pada Ny. S bayi Tidak ada secret, Tidak sianosis, Tidak ada

35
bunyi tambahan, RR dapat dipertahankan 30 60 x/mnt, Dapat menangis keras,
Tak tampak retraksi dinding dada. : Suhu tubuh bayi normal 36-37 OC, Akral
hangat, Tidak sianosis, Tidak pucat. pada diagnosea Pola nafas tidak efektif b.d
hipoventilasi/ hiperventilasi Suhu tubuh bayi normal 36-37OC, Akral hangat,
Tidak sianosis, Tidak pucat

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas dengan spontan dan teratur segera setelah lahir.Untuk menentukan
derajat asfiksia dapat menggunakan APGAR score. Dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada bayi dengan asfiksia diperlukan perawatan dan

36
penatalaksanaan yang tepat dan cepat sehingga dapat mencegah terjadinya
komplikasi / keadaan bayi yang bertambah buruk.Sehingga bayi dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik.

Bayi dengan asfiksia pertolongan pertamanya dapat di lakukan dengan


tindakan Resusitasi.Resusitasi (respirasi artifisialis) adalah usaha dalam
memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung
yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat
vital lainnya. Dalam asuhan keperawatan Pada Bayi Ny. S Baru Lahir
Dengan Asfiksia Di Klinik Pratama Anugrah sesuai dengan prinsip
keperawatan maternitas.

B. Saran

1. Bagi petugas kesehatan


Diharapkan selalu siap melakukan resusitusi bayi pada setiap pertolongan
persalinan
2. Bagi klien
a. Mampu menjaga kehangatan tubuh bayi dengan dekapan
b. Segera memberikan Asi kepada bayinya

37
38

Anda mungkin juga menyukai

  • Ok
    Ok
    Dokumen1 halaman
    Ok
    laris
    Belum ada peringkat
  • Ok
    Ok
    Dokumen1 halaman
    Ok
    laris
    Belum ada peringkat
  • Ok
    Ok
    Dokumen1 halaman
    Ok
    laris
    Belum ada peringkat
  • 47 91 1 SM
    47 91 1 SM
    Dokumen9 halaman
    47 91 1 SM
    Nida Fithria Fadhila
    Belum ada peringkat