MIKROBA
MIKROBA
PENDAHULUAN
1
virus. Untuk mengidentifikasikan suatu mikroorganime dapat dilakukan dengan
mengetahui morfologi dan struktur anatominya. Oleh karena itu kita perlu
mengetahui bentuk morfologi dan struktur anatomi dari bakteri.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi dan identifikasi suatu mikroorganisme
2. Mengetahui manfaat mikroorganisme dan nomenklatur bagi
kehidupan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ini dapat disamakan dengan membuat tabel periodik bagi unsur kimia sehingga
terlihat keterkaitan antara unsur kimia tersebut.
4
1. Basil tunggal yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal,
misalnya Salmonella typhi, penyebab penyakit tipus.
2. Diplobasil yaitu bakteri berbentuk batang yag bergandengan dua-dua.
3. Streptobasil yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan
memanjang membentuk rantai misalnya Bacillus anthracis penyebab
penyakit antraks.
b. Bakteri bentuk bola
Bakteri berbentuk bola dikenal sebagai coccus, bakteri ini juga dapat
dibedakan atas:
1. Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bola tunggal, misalnya Neisseria
gonorrhoeae, penyebab penyakit kencing nanah.
2. Diplokokus, yaitu bakeri berbentuk bola yang bergandengan dua-dua,
misalnya Diplococcus pneumonia penyebab penyakit pneumonia atau radang
paru-paru.
3. Sarkina, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-empat
sehngga bentuknya mirip kubus.
4. Streptokokus, yaitu bakteri bentuk bola yang berkelompok memanjang
membentuk rantai.
5. Stafilokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni membentuk
sekelopok sel tidak teratur sehingga bentuknya mirip dompolan buah anggur.
5
c. Bakteri bentuk spiral
6
seperti baling-baling untuk menggerakkan bakteri. Flagela melekat pada
membrane sel.
b. Dinding sel
Dinding sel tersusun atas peptidoglikan yakni polisakarida yang berikatan
dengan protein. Dengan adanya dinding sel ini, tubuh bakteri memiliki bentuk
yang tetap. Fungsi dinding sel adalah untuk melindungi sel.
Berdasarkan struktur protein dan polisakarida yang terkandung di dalam
dinding sel ini, bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri gram positif dan gram
negatif. Jika bakteri diwarnai dengan tinta Cina kemudian timbul warna pada
dinding selnya, maka bakteri itu tergolong bakteri gram positif. Sebaliknya, jika
diberi warna dengan tinta Cina namun tidak menunjukkan perubahan warna pada
dinding selnya, maka bakteri itu digolongkan ke dalam bakteri gram negatif.
Bakteri gram positif mempunyai peptidoglikan di luar membran plasma. Pada
bakteri gram negatif, peptidoglikan terletak di antara membran plasma dan
membran luar dan jumlahnya lebih sedikit. Umumnya bakteri gram negatif lebih
patogen.
Bakteri gram-positif dinding selnya terdiri atas 60-100 persen
peptodoglikan dan semua bakteri gram-positif memiliki polimer iurus asam N-
asetil muramat dan N-asetil glukosamin dinding sel beberapa bakteri gram positif
mengandung substansi asam teikoat yang dikaitkan pada asam muramat dari
lapisan peptidoglikan. Asam teikoat ini berwujud dalam dua bentuk utama yaitu
asam teikoat ribitoi dan asam teiokat gliserol fungsi dari asam teiokat adalah
mengatur pembelahan sel normal. Apabila diberi pewarna gram menghasilkan
warna ungu. Bakteri gram-negatif dinding sel gram negatif mengandung 10-20 %
peptidoglikan, diluar lapisan peptidoglikan ada struktur membran yang tersusun
7
dari protein fostolipida dan lipopolisakarida. Apabila diberi pewarna gram
menghasilkan warna merah.
Di sebelah luar dinding sel terdapat kapsul. Tidak semua sel bakteri
memiliki kapsul. Hanya bakteri patogen yang berkapsul. Kapsul berfungsi untuk
mempertahankan diri dari antibodi yang dihasilkan selinang. Kapsul juga
berfungdi untuk melindungi sel dari kekeringan. Kapsul bakteri tersusun atas
persenyawaan antara protein dan glikogen yaitu glikoprotein.
c. Membrane sel
Membrane sel tersusun atas molekul lemak dan protein, seperti halnya
membran sel organisme yang lain. Membrane sel bersifat semipermiable dan
berfungsi mengatur keluar masuknya zat keluar atau ke dalam sel.
d. Mesosom
Pada tempat tertentu terjadi penonjolan membran sel kearah dalam atau ke
sitoplasma. Tonjolan membrane ini berguna untuk menyediakan energi atau
pabrik energi bakteri. Organ sel (organel) ini disebut mesosom. Selain itu
mesosom berfungsi juga sebagai pusat pembentukan dinding sel baru diantara
kedua sel anak pada proses pembelahan.
e. Lembar fotosintetik
Khusus pada bakteri berfotosintesis, terdapat pelipatan membrane sel
kearah sitoplasma. Membrn yang berlipat-lipat tersebut berisi klorofil,dikenal
sebagai lembar fotosintetik (tilakoid). Lembar fotosintetik berfungsi untuk
fotosintesis contohnya pada bakteri ungu. Bakteri lain yang tidak berfotosintesis
tidak memiliki lipatan demikian.
f. Sitoplasma
Sitoplasma adalah cairan yang berada di dalam sel (cytos = sel, plasma=
cairan). Sitoplasma tersusun atas koloid yang mengandung berbagai molekul
organik seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral, ribosom, DNA, dan enzim-
enzim. Sitoplasma merupakan tempat berlangsungya reaksi-reaksi metabolism.
g. DNA
Asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, disingkat DNA) atau
asam inti, merupakan materi genetic bakteri yang terdapat di dalam sitoplasma.
Bentuk DNA bakteri seperti kalung yang tidak berujung pangkal. Bentuk
8
demikian dikenal sebagai DNA sirkuler. DNA tersusun atas dua utas
polinukleotida berpilin. DNA merupakan zat pengontrol sintesis protein bakteri,
dan merupakanzat pembawa sifat atau gen. DNA ini dikenal pula sebagai
kromosom bakteri. DNA bakteri tidak tersebar di dalam sitoplasma, melainkan
terdapat pada daerah tertentu yang disebut daerah inti. Materi genetik inilah yang
dikenal sebagai inti bakteri.
h. Plasmid
Selain memiliki DNA kromosom, bakteri juga memiliki DNA
nonkromosom. DNA nokromosom bentuknya juga sirkuler dan terletak di luar
DNA kromosom. DNA nonkromosom sirkuler ini dikenal sebagai plasmid.
Ukuran plasmid sekitar 1/1000 kali DNA kromosom. Plasmid mengandung gen-
gen tertentu misalnya gen kebal antibiotik, gen patogen. Seperti halnya DNA yang
lain, plasmid mampu melakukan replikasi dan membentuk kopi dirinya dalam
jumlah banyak. Dalam sel bakteri dapat terbentuk 10-20 plasmid.
i. Ribosom
Ribosom merupakan organel yang berfungsi dalam sintesis protein atau
sebagai pabrik protein. Bentuknya berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi
membran. Ribosom tersusun atas protein dan RNA. Di dalam sel
bakteri Escherichia coli terkandung 15.000 ribosom, atau kira-kira masa sel
bakteri tersebut. Ini menunjukkan bahwa ribosom memiliki fungsi yang penting
bagi bakteri.
j. Endospora
Bakteri ada yang dapat membentuk endospora, pembentukan endospora
merupakan cara bakteri mengatasi kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.
Endospora tahan terhadap panas sehingga tidak mati oleh proses memasak biasa.
Spora mati di atas suhu 120 C. jika kondisi telah membaik, endospora dapat
tumbuh menjadi bakteri seperti sedia kala.
9
satu bakteri ke bakteri lain tanpa menghasilkan zigot. Peristiwa ini disebut proses
paraseksual. Ada tiga proses paraseksual yang telah diketahui, yaitu transformasi,
konjugasi, dan transduksi.
10
dimana nama jenis terdiri dari dua kata, kata pertama adalah nama marga dan kata
kedua merupakan penunjuk jenis atau spesies epithet. Contoh: Hibiscus tiliaceus
2.6.2. Nama Umum
Dalam botani, pemberian nama yang dimaksud bukanlah nama daerah atau
nama umum yang biasa sehari-hari diberikan orang yang hidup di sekitar tempat
tumbuhan itu tumbuh. Hal ini disebabkan karena untuk keperluan komunikasi
ilmiah nama-nama daerah tersebut sama sekali tidak memenuhi syarat. Nama
daerah atau nama umum memiliki beberapa kelemahan yaitu:
1. Tidak bersifat menyeluruh atau hanya terbatas pengertiannya pada orang-orang
sebahasasaja. Misalnya gedang dalam bahasa Madura berarti pisang,
sedangkan dalam bahasa Sundapepayalah yang dimaksud.
2. Nama-nama umum biasanya tidak memberikan informasi yang menunjukkan
hubungankekerabatan, tidak bisa digunakan untuk membedakan bangsa, suku,
atau taksa lainnya.
3. Jika suatu tanaman terkenal, kemungkinan mempunyai banyak nama umum.
4. Kadang-kadang dua atau lebih tanaman yang berbeda mempunyai nama
umum yangsama atau sebaliknya
4. Banyak jenis khususnya yang langka tidak mempunyai nama umum
Pemakaian nama umum ini akan menimbulkan kericuhan yang tiada henti-
hentinya. Jika dalam satu negara saja sudah tidak ada keseragaman dan dapat
terjadi salah pengertian, apalagi dalam taraf internasional kesimpang-siuran
yang sudah pasti timbul akan lebih hebat lagi. Karena itu dalam dua abad
terakhir ini pemakaian nama ilmiah dalam botani sudah menjadi kebiasaan
yang umum di seluruh dunia.
5. Nama Ilmiah
Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa yang diperlakukan sebagai
bahasa Latin, tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya kata yang
digunakan untuk nama tadi. Salah satu keuntungan nama ilmiah ialah bahwa
penentuan, pemberian atau cara pemakaiannya untuk setiap golongan
tumbuhan dapat dilakukan berdasarkan suatu aturan atau sistim tatanama
(Rifai, 1973). Nama ilmiah juga merupakan suatu kunci pembuka khazanah
ilmu pengetahuan tentang suatu jenis, karena dengan menggunakan nama
11
ilmiah maka segala perbendaharaan pengetahuan manusia yang terkumpul
dalam pustaka-pustaka akan terbuka bagi kita untuk ditelusuri, dipelajari,
ditelaah, diolah dan dimanfaatkan.
2.6.3. Prinsip dan Peraturan Tatanama Tumbuhan
1. Tatanama botani tidak berhubungan dengan tatanama zoologi. Nama yang
sama yangdiberikan pada tumbuhan bisa juga digunakan ahli zoologi pada
hewan
2. Pelaksanaan penamaan di dalam kelompok taksonomi ditentukan dengan
menggunakan tipetatanama. Tipe untuk famili adalah genus, tipe untuk genus
adalah jenis, tipe untuk jenis adalahspesimen dan seterusnya.
3. Tatanama dari kelompok taksonomi haruslah berdasar pada prioritas publikasi,
dan namayang benar adalah nama yang telah dipublikasi terlebih dahulu dan
mengacu pada aturan-aturan. Tatanama yang telah dipublikasikan lebih dulu
harus dipakai sebagai dasar pada publikasi berikutnya.
4. Setiap kelompok taksonomi, batasannya, posisinya dan urutannya bisa
membuat satu nama yang benar. Nama ilmiah kelompok taksonomi disajikan
dalam bahasa Latin tanpa menghiraukan asalnya.
5. Aturan untuk penamaan genus dan penunjuk jenis sama juga dengan yang lain
harus dalam bahasa Latin
6. Aturan tatanama adalah berlaku surut kecuali hal-hal yang kecil.
7. Suatu nama yang sah tidak boleh ditolak karena alas an tidak disukai atau
karena kehilangan arti aslinya. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis, aslinya bukan
di Cina. Perubahan nama hanya boleh dilakukan biala sudah betul-betul diteliti
taksonominya.
2.6.4. Komposisi Nama Ilmiah
Nama ilmiah suatu jenis merupakan penggabungan 3 hal :
1. Genus
2. Spesies epithet (penunjuk jenis)
3. Author
Contoh : Daucus carota, L.
Nicotiana tabacum, L
Nama-Nama General
12
Kata benda tunggal dalam bahasa Latin atau dilatinkan dengan inisial
huruf besar Setelah penulisan pertama pada genus yang sama boleh
disingkat,
contoh: Quercus alba Q. alba, Q. rubra Tidak boleh terlalu
panjangTidak boleh menggunakan nama yang sama dengan jenisnya
Contoh: Salacca zalacca tidak dianjurkan
Penunjuk Jenis Biasanya berupa kata sifat, akhirannya disesuaikan dengan
nama marga.
Contoh: Syzygium aromaticum Dalam bahasa Latin atau dilatinkan
Bisa berasal dari berbagai bentuk (nama orang, nama tempat, nama
umum, dll.) Tidak boleh terlalu panjang Tidak boleh mengulang nama
marga Ditulis dengan huruf kecil dan apabila terdiri dari 2 suku kata
harus diberi tanda sambung.
Contoh: Hibiscus rosa-sinensis Ipomea pes-capre
Author
Author adalah nama pengarang yang menerbitkan nama sah takson itu
untuk pertama kali. Tujuan pencantuman nama author adalah supaya
penunjukan nama suatu takson tepat dan lengkap serta memudahkan
penelitian tentang keabsahan nama.
Contoh : Daucus carota L. (L. Linnaeus)
Vernonia acaulis (Walter) Gleason
Penamaan cultivar dan varietas Nama cultivar biasa disingkat dengan c.v.
tidak dalam bahasa Latin atau dilatinkan. Contoh : Mangifera indica c.v.
harum manis, Citrullus lanatus c.v. Crimson sweet.
Nama varietas biasa disingkat var. ditulis dalam bahasa Latin atau
dilatinkan. Contoh : Licuala gracilis var. Gracilis, Oryza sativa var.
Javanica.
3.6.5. Tingkat Kesatuan Taksonomi
Untuk memudahkan penentuan hubungan kekerabatan dan memperlancar
pelaksanaan penggolongan tumbuhan, maka diadakan kesatuan-kesatuan
13
taksonomi yang berbeda-beda tingkatnya. Sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang dicantumkan dalam Kode Tatanama, maka nsuatu individu tumbuhan dapat
dimasukkan dalam tingkat-tingkat kesatuan taksonomi sebagai berikut (dalam
urutan menurun, beserta akhiran-akhiran nama ilmiahnya):
1. Dunia tumbuh-tumbuhan (Regnum Vegetabile)
2. Divisi (divisio -phyta)
3. Anak divisi (sub divisio -phytina)
4. Kelas (classis -opsida, khusus untuk Alga phyceae)
5. Anak kelas (subclassis idea)
6. Bangsa (ordo ales)
7. Anak bangsa (subordo ineae)
8. Suku (familia aceae)
9. Anak suku (subfamilia oideae)
10. Puak (tribus eae)
11. Anak puak (subtribus inae)
12. Marga (genus; nama ilmiah marga dan semua tingkat di bawahnya tidak
diseragamkan akhirannya)
13. Anak marga (subgenus)
14. Seksi (sectio)
15. Anak seksi (subsectio)
16. Deret (series)
17. Anak deret (subseries)
18. Jenis (species)
19. Anak jenis (sub species)
20. Varietas (varietas)
21. Anak varietas (subvarietas)
22. Forma (forma)
23. Anak forma (subforma)
Urutan tingkat-tingkat kesatuan taksonomi itu tidak boleh diubah atau
dipertukarkan. Dengan tidak memperhatikan tingkatnya maka setiap kesatuan
taksonomi tersebut (misalnya suku, jenis, varietas) masing-masing disebut takson.
14
3.6.6. Tipe Tatanama Tumbuhan
Untuk menghindari kekacauan dalam pemakaian nama ilmiah maka Kode
Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) menetapkan bahwa penerapan nama-
nama takson dari tingkat suku ke bawah ditentukan berdasarkan tipe tatanama.
Suatu tipe tatanama adalah salah satu unsur penyusun takson yang selalu dikaitkan
dengan nama takson yang bersangkutan untuk selama-lamanya. Tipe tatanama
tidak perlu merupakan unsur atau spesimen atau contoh yang paling khas daripada
takson; tipe hanyalah suatu unsur yang selamanya dikaitkan dengan nama.
Tipe yang digunakan dalam tatanama secara umum adalah:
1. Holotipe (= holotypus), ialah suatu spesimen atau unsur lain yang dipakai oleh
seorang pengarang atau ditunjuk olehnya sebagai dasar waktu pertama kali
mengusulkan nama jenis baru. Selama holotipe masih ada, penerapan nama
yang bersangkutan dengannya dapat dipastikan secara otomatis. Kalau
pengarang yang mempertelakan suatu takson tidak menentukan holotipe, atau
kalau holotipe hilang maka tipe pengganti atau tipe baru dapat ditunjuk untuk
menggantikannya.
2. Tipe pengganti (= Lectotype), ialah suatu spesimen atau unsur lain dari
spesimen-spesimen asli (isotope atau sintipe) yang dipilih untuk menjadi tipe
tatanama, kalau holotipe tidak ditentukan atau holotipe hilang atau hancur.
3. Isotipe (= Isotype), ialah duplikat (bagian dari suatu nomor koleksi yang
dikumpulkan dalam waktu yang sama) dari holotipe.
4. Sintipe (= Syntypus), ialah salah satu daripada beberapa spesimen atau contoh
yang disebutkan pengarang kalau holotipe tidak ditentukan, atau sslah satu
daripada beberapa spesimen yang bersama-sama ditunjuk sebagai tipe.
5. Tipe baru (= Neotypus), ialah spesimen yang dipilih untuk menjadi tipe
tatanama, kalau holotipe hilang atau rusak dan tidak mungkin untuk menunjuk
tipe pengganti karena tidak adanya isotope atau sintipe.
Nama-nama baru yang diusulkan untuk mengganti nama-nama lain,
ataupun nama-nama kombinasi baru yang berasal dari nama-nama sebelumnya,
haruslah memakai tipe-tipe tatanama dari namanama yang lebih tua atau yang
15
digantinya.
3.6.7. Satu Takson Satu Nama
Salah satu asas penting dalam Kode Tatanama yaitu kesatuan taksonomi
hanya boleh mempunyai satu nama ilmiah yang tepat, yaitu nama tertua yang
sesuai dengan peraturan-peraturan. Hal ini diadakan untuk mengatasi
kemungkinan dipakainya beberapa nama ilmiah yang berlainan untuk suatu takson
yang sama (sinonim). Sebaliknya peraturan yang sama juga perlu untuk
menghindari pemakaian satu nama ilmiah yang sama untuk beberapa taksa yang
berbeda (homonim).
Untuk menghindari penggonta-gantian nama marga dan suku yang timbul
sebagai akibat penerapan peraturan-peraturan (terutama asas prioritas) secara
konsekuen, maka beberapa nama diawetkan untuk terus dipertahankan
pemakaiannya, misalnya: Palmae = Arecacea, Graminae = Poaceae, Cruciferae =
Brassicaceae, Leguminosae = Fabaceae, Guttiferae = Clusiaceae, Umbelliferae =
Apiaceae, Labiatae = Lamiaceae, Compositae = Asteraceae.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami lebih
banyak lagi tentang mikroba
17
DAFTAR PUSTAKA
18