Anda di halaman 1dari 14

ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan kafein dari daun teh dengan cara ektraksi
dengan pelarut air dan cloroform serta menentukan kadar kafein dari daun teh.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi bertahap (batch) dan
prinsip hukum distribusi.
Setelah melalui proses pemanasan, ekstraksi dan evaporasi maka dapat diperoleh crude
kafein yang berwarna coklat dan mengendap pada dasar beker gelas. Massa crude kafein
yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung kadar kafein dalam daun teh yaitu sebesar
4 %.
Kata Kunci : Ekstraksi, Pelarut organik.

V-i
PERCOBAAN 5
EKSTRAKSI KAFEIN DARI DAUN TEH

5.1 PENDAHULUAN

5.1.1 Tujuan percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mendapatkan kafein dari daun teh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut
air dan kloroform
2. Menentukan kadar kafein dari daun teh.

5.1.1 Latar Belakang


Ekstraksi adalah peristiwa pemindahan zat terlarut ke dalam dua pelarut yang
tidak saling bercampur. Diantaranya berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi
pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik
dan populer.
Kafein merupakan salah satu senyawa yang terkandung dalam teh atau kopi.
Kafein dapat menyebabkan efek tenang bagi peminumnya, namun konsumsi berlebih
dati kafein dapat menyebabkan gelisah, insomnia, dan thremor.
Manfaat praktikum ini bagi praktikan adalah agar praktikan dapat melakukan
proses ekstraksi suatu zat, tidak hanya kafein dari daun teh. Kafein sendiri adalah
alkaloid yang mengandung nitrogen dan memiliki basa amina organik. Dalam satu
teh pahit terdapat 2,5% kafein; 0,17% teobromin; 0,013% teofilin; 0,014 udenin dan
sisanya guanin dan xantin.
Dibidang industri, metode ekstraksi digunakan untuk memperoleh crude
kafein dari daun teh. Selain itu di industri sering dilakukan proses ekstraksi dalam
membuat suatu produk minuman yang sering dijual di pasaran. Sehingga praktikum
ini sangat bermanfaat bagi praktikan di dunia industri nantinya.

V-1
V-2

5.2 DASAR TEORI


Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan
utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
ataupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali
corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti
benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat
ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat
digunakan untuk kegunaan preparative, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta
analisis pada semua skala kerja (Khopkar, 1990).
Mengambil suatu zat terlarut dari dalam air oleh suatu pelarut yang tak dapat
campur (dengan) air disebut ekstraksi pelarut (Svehla,1997).
Untuk memahami prinsip-prinsip dasar ekstraksi, harus terlebih dahulu
dibahas berbagai istilah yang digunakan untuk menyatakan keefektifan pemisahan.
Untuk suatu zat terlarut A yang didistribusikan antara dua fase tak-tercampurkan a
dan b, hukum distribusi (atau partisi) Nernst menyatakan bahwa, asal keadaan
molekulnya sama dalam kedua cairan dan temperatur adalah konstan :
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut a [ A] a
KD (5.1)
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut b [ A] b

di mana KD adalah sebuah tetapan, yang dikenal sebagai koefisien distribusi (atau
koefisien partisi). Hukum ini seperti dinyatakan di atas, secara termodinamis tidaklah
benar-benar tepat, (misalnya, tak diperhitungkan aktivitas dari berbagai spesi itu, dan
karenanya diharapkan hanya akan berlaku dalam larutan encer di mana angka
banding aktivitas itu mendekati satu), tetapi merupakan suatu pendekatan yang
berguna. Hukum ini dalam bentuknya yang sederhana, tak berlaku bila spesi yang
didistribusikan itu, mengalami disosiasi atau asosiasi dalam salah satu fase tersebut.
Pada penerapan praktis ekstraksi pelarut ini, kita terutama memperhatikan fraksi zat
terlarut total dalam fase yang satu atau yang lainnya, tak peduli bagaimanapun cara-
V-3

cara disosiasi, asosiasi, atau interaksinya dengan spesi-spesi lain yang terlarut. Untuk
memudahkan diperkenalkan istilah angka banding distribusi D (atau koefisien
ekstraksi E)
D = (CA)a/(CA)b (5.2)
(Bassett, 1994).
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara klasifikasi
adalah mengklasifikasi berdasarkan sifat zat yang diekstraksi, sebagai khelat atau
sistem ion berasosiasi. Akan tetapi klasifikasi sekarang didasarkan pada hal yang
lebih ilmiah, yaitu proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung, maka
proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu. Berarti jika ekstraksi
berlangsung melalui pembentukan khelat atau struktur cincin, ekstraksi dapat
diklasifikasikan sebagai ekstraksi khelat. Golongan ekstraksi berikutnya dikenal
sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab spesies ekstraksi disolvasi ke faase organik.
Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan pembentukan pasangan ion.
Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spsesies netral yang tidak bermuatan
diekstraksi ke fase organik (Khopkar, 1990).
Umumnya garam logam yang sederhana cenderung lebih dapat larut dalam
pelarut yang sangat polar seperti air daripada dalam pelarut organik yang tetapan
dielektriknya jauh lebih rendah. Banyak ion disolvasikan oleh air, dan energi solvasi
itu disumbangkan untuk merusak kisi kristal garam. Lagi pula dibutuhkan kerja yang
lebih kecil untuk memisahkan ion-ion yang muatannya berlawanan dalam pelarut
yang dielektrik tinggi. Kemudian biasanya diperlukan terbentuknya suatu spesies
yang tak bermuatan jika suatu ion ahrus diekstrak dari dalam air ke dalam suatu
pelarut organik.
Sebaliknya kadang-kadang suatu spesies tak bermuatan yang dapat diekstrak
ke dalam suatu pelarut organik diperoleh lewat asosiasi ion-ion yang muatannya
berlawanan. Agaknya jika komponennya tetap bersama-sama spesies itu akan disebut
suatu molekul; jika komponen itu cukup dipisahkan oleh air sehingga tak dapat
V-4

dideteksi sebagai suatu kesatuan, maka entitas itu akan disebut suatu pasangan ion
jika memang muncul demikian dalam suatu pelarut tak polar (Underwood, 1986).
Kafein berfungsi sebagai stimulan dan banyak digunakan dalam kesehatan
karena berfungsi merangsang dan memberi rasa segar terhadap tubuh. Kadar kafein
dalam teh lebih besar daripada dalam kopi. Adapun kadar kafein teh kira-kira 2-4 %,
sedangkan dalam kopi hanya sekitar 0,5 %. Terlalu banyak mengonsumsi kafein
menyebabkan gelisah, sensitif dan insomnia. Kafein berbentuk hablur yang rasanya
pahit dengan warna putih mengkilat. Titik cairnya sekitar 236 oC.Kafein hampir tidak
berbau. Kafain banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan contohnya: teh, kopi, pohon
kola, daun munie dan pohon cokelat. Selain itu, kafein dapat dibuat dengan sintesis
kimia.
Kafein merupakan alkaloid dengan nama kimia 1,3,7-trimetil xanthina.

O CH3

C N
CH3 N C C CH

C C N
O N

CH3
Gambar 5.1 Struktur 1,3,7-trimetil xanthina (Kafein)
(Petrucci, 1987).
Teh merupakan senyawa yang paling sering kita konsumsi. Senyawa-senyawa
yang terkandung dalam teh adalah kafein. Kafein merupakan zat penikmat yang
terdapat dalam biji-bijian tumbuhan, baik itu biji maupun daun. Kafein juga
berbahaya bagi tubuh manusia apabila dikonsumsi berlebihan. Hal ini dikarenakan
kafein dapat mengakibatkan keracunan, gelisah, sensitif, dan tremor. Kafein
merupakan zat racun. Maka dari itu melalui pemisahan yang disebut ekstraksi kita
dapat memperoleh crude kafein dari daun teh. Selain itu metode ekstraksi yang
digunakan dalam percobaan ini sangat penting dipelajari karena untuk salah satu inti
V-5

dalam industri teknik kimia yang tentunya kelak bermanfaat dalam mendukung karir
kita sebagai ahli kimia. Banyak senyawa nitrogen dalam tumbuhan mengandung atom
nitrogen basa dan karena itu diekstrak dari dalam tumbuhan dengan asam encer.
Senyawa itu disebut alkaloid yang artinya mirip alkali. Contoh senyawa alkaloid
adalah nikotina dan kafein (Anonim, 2009 : 1).
V-6

5.3 METODOLOGI PERCOBAAN

5.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
beaker gelas 250 mL dan 500 mL
pipet volume 25 mL
gelas arloji
pengaduk gelas
kompor listrik
neraca analitik
statif
kertas saring
corong
erlenmeyer 250 mL dan 100 mL
kawat kasa
separator funnel

5.3.2 Bahan
Percobaan ini menggunakan bahan-bahan sebagai berikut :
Daun teh kering 7,5 gram
Akuades

CaCO3 5 gram

Kloroform 20 mL

5.3.3 Prosedur kerja


V-7

1. Daun teh kering yang telah dihaluskan ditimbang 7,5 gram dan dimasukkan ke
beker gelas serta ditambahkan 75 ml air dan 5 gram CaCO3, dan dipanaskan.
2. Kemudian disaring dengan kertas saring.
3. Dipisahkan filtrat dengan padatannya.
4. Dipanaskan filtrat sampai volumenya sisa 1/3.
5. Didinginkan hingga suhu kamar.
6. Sisa filtratnya dimasukan dalam separator funnel dan ditambahkan 15 ml
kloroform serta dikocok sempurna hingga terbentuk dua lapisan.
7. Dipisahkan larutan bawah dan atas pada corong pisah dalam beker gelas.
8. Larutan atas yang ada di corong pisah ditambahkan 5 ml kloroform dan dikocok.
9. Dimasukan lapisan bawah ke gelas beker yang sama.
10. Dievaporasikan (diuapkan) hingga kering.
11. Ditimbang crude kafein.
V-8

5.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 5.1 Hasil Pengamatan
No. Langkah kerja Hasil
1. Menimbang daun teh kering yang telah m daun teh = 7,5 gram
dihaluskan dan menambahkan akuades. V akuades = 75 ml
2. Menimbang dan memasukan CaCO3 ke
larutan teh. Memanaskan hingga mendidih. m CaCO3 = 5 gram
Menyaring larutan dengan kertas saring.
3. Memisahkan lapisan atas dan lapisan bawah. larutan warna coklat
4. Memanaskan lapisan bawah dalam beker gelas
hingga 1/3 volumenya dan mendinginkannya.
5. Memasukan sisa filtrat dalam separator larutan lebih pekat
funnel dan menambahkan 15 ml kloroform
dan mengocoknya.
6. Memisahkan larutan bawah dan larutan atas.
Menambahkan kloroform pada lapisan atas
diseparator funnel dan mengocoknya.
7. Memasukan lapisan bawah ke beker gelas
yang sama.
8. Mengevaporasikan (menguapkan). V kloroform = 5 ml
9. Menimbang masa beker kosong. m beker kosong = 101,6
gram
10. Menimbang crude kafein m crude kafein + beker
gelas = 101,9 gram
m crude kafein = 03
V-9

gram

5.4.2 Pembahasan
Ekstraksi merupakan isolasi zat terlarut dari suatu larutan yang dilakukan
dengan menggunakan pelarut yang tidak saling larut. Penggunaan pelarut air dalam
percobaan ini dimaksudkan untuk mengencerkan sampel teh yang sudah ditambahkan
CaCO3 yang tidak larut dalam air untuk menghasilkan suatu filtrat. Fungsi dari
penambahan CaCO3 ini adalah untuk mengikat bahan-bahan yang terdapat dalam
sampel teh seperti kafein. Dalam hal ini CaCO 3 masuk ke dalam serat-serat daun teh
dan mendesak kafein untuk keluar.
Larutan yang terbentuk lalu dipanaskan dan sebelum mendidih terbentuk
endapan putih didasar beker gelas yang merupakan CaCO 3, dibagian tengah larutan
berwarna cokelat tua, dan bagian atas terdapat bubuk teh yang mengapung. Hal ini
terjadi dikarenakan perbedaan berat molekul pada masing-masing komponen
campuran, dimana berat molekul CaCO3 lebih besar daripada berat molekul air dan
serbuk teh. Ketika mendidih semua endapan naik ke atas. Ini dikarenakan adanya
tekanan uap yang timbul saat campuran dipanaskan (panas memberikan gaya ke atas).
Campuran kemudian disaring dan filtrat dipisahkan dari padatannya dengan
menggunakan kertas saring. Penyaringan dilakukan pada saat larutan tidak terlalu
panas lagi untuk mempermudah larutan tersaring. Sebab jika larutan disaring pada
saat larutan sangat panas dikhawatirkan dapat merusak kertas saring. Sedangkan jika
larutan terlalu dingin pada saat disaring dikhawatirkan campuran akan mengendap
kembali ke bawah jika temperatur atau suhunya turun (dingin).
Setelah itu dipisahkan dalam corong pisah dan filtrat ditambahkan kloroform.
Kafein merupakan suhu alkaloid yang bersifat non polar sehingga kurang/sukar larut
dalam air. Penambahan kloroform dilakukan karena kafein dan kloroform (CHCl3)
mudah bercampur dan mudah dipisahkan dari larutan teh. Selain itu kloroform
V-10

memiliki titik didih rendah yang mempercepat proses penyaringan (pemekatan)


dengan mengevaporasikan (menguapkan) sampai kering.
Ekstraksi kafein pada percobaan ini menggunakan prinsip gravimetri sehingga
pada saat penimbangan perlu dihindari kontak langsung dengan tangan untuk
mengurango konsekuensi penimbangan massa. Namun pada percobaan ini praktikan
melakukan kesalahan seperti menyentuh beker gelas yang sudah dipijarkan langsung
dengan tangan tanpa bantuan gegep. Volume filtrat hasil penyaringan sedikit
berkurang karena praktikan kurang hati-hati pada saat menyaringnya.
Pada akhir percobaan diperoleh endapan kafein berwarna putih (agak
menghablur). Dari hasil perhitungan diketahui bahwa kadar kafein (crude kafein)
sebesar 4% dengan massa endapan 0,3 gram.
V-11

5.5 PENUTUP

5.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah:
1. Tujuan ekstraksi dalam percobaan ini adalah untuk memisahkan kafein dengan
zat pelarut kloroform.
2. Kafein yang didapat dari 7,5 gram teh kering yaitu sebesar 0,3 gram.
3. Kadar kafein yang didapat dari teh kering sebesar 4%.

5.1 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah;
1. Dalam proses penyaringan larutan, praktikan harus lebih hati-hati agar semua
dapat tersaring filtratnya.
2. Hendaknya praktikan menggunakan desikator atau eksikator untuk mendinginkan
filtrat hingga suhu kamar.
V-12

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1.2009.Kefein.
http://chem-is-try.org.
Diakses pada tanggal 4 Maret 2013.

Besset, J dkk, 1994, Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik
Terjemahan A. Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

Day, R.A danUnderwood, A. L, 1986, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

Khopkar, 1990, Dasar-dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.

Petrucci, R. H., 1987, Kimia Dasar Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Svehla, G,. 1979, Analisis Organik Kuantitatif Makro dan Semi Makro, PT. Kalmam
Media Pustaka, Yakarta.
V-13

LAMPIRAN

Perhitungan
Diketahui : m crude kafein + beker gelas = 101,9 gram
m beker gelas = 101,6 gram
m daun teh awal = 7,5 gram
Ditanya : % crude kafein =.?
Jawab : m crude rata-rata = m crude beker gelas m beker gelas
= 138,57 gram 138,38 gram
= 0,3 gram
m crude rata rata
% kadar kafein dalam teh = 100 %
m awal teh

0,3 gram
= 5 gram 100 %

= 4%
Jadi, kadar kafein dalam sampel teh adalah 4 %

Anda mungkin juga menyukai