Anda di halaman 1dari 21

KODEFIKASI

RPI 4

Pengelolaan Hutan
Mangrove
LEMBARPENGESAHAN

RENCANAPENELITIANINTEGRATIF
(RPI)
TAHUN20102014




PENGELOLAANHUTANMANGROVE

Jakarta,Februari2010


DisetujuiOleh:

KepalaPusat, Koordinator





Ir.AdiSusmianto,M.Sc. Ir.ChairilAnwar,MS.c.
NIP.195712211982031002 NIP.195105151981031005

Mengesahkan:
KepalaBadan,


Dr.Ir.TachrirFathoniM.Sc
NIP.195609291982021001



Daftar Isi

Lembar Pengesahan................................................................................... 43
Daftar Isi...................................................................................................... 45
I. ABSTRAK............................................................................................ 47
II. LATAR BELAKANG............................................................................. 47
III. RUMUSAN MASALAH........................................................................50
IV. TUJUAN DAN SASARAN.....................................................................51
V. RUANG LINGKUP............................................................................... 52
VI. KOMPONEN PENELITIAN.................................................................. 52
VII. METODOLOGI.................................................................................... 53
VIII. RENCANA TATA WAKTU DAN UPT TERKAIT..................................... 56
IX. RENCANA ANGGARAN...................................................................... 57
X. ORGANISASI......................................................................................58
XI. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................58
XII. MATRIK KERANGKA KERJA LOGIS (Logical Frame Work)................. 59

Pengelolaan Hutan Mangrove 45


I. ABSTRAK
Dalam tiga dekade belakangan ini telah terjadi penurunan secara drastis luas
kawasan hutan mangrove di Indonesia dari seluas 4,25 juta ha menjadi 3,7 juta
ha, dan bahkan hanya sekitar 2,1 juta ha dalam keadaan utuh. Di luar kawasan
diperkirakan terdapat 5,5 juta ha mangrove yang 4.8 juta ha di antaranya dalam
keadaan rusak parah. Kerusakan ini lebih banyak disebabkan oleh ulah tangan
manusia yang kurang bijak dalam mengelolanya. Upaya penanggulangannya sudah
dilakukan sejak Pelita V dan bahkan lebih ditingkatkan lagi pada Pelita VI serta
dekade belakangan ini, namun belum memberikan hasil yang menggembirakan.
Upaya rehabilitasi daerah pesisir pantai dengan penanaman mangrove sejak 2003
hingga 2007 baru terealisir seluas 70.185 ha dengan tingkat keberhasilan yang
rendah. Banyak pihak telah menyadari bahwa hutan mangrove berperan sangat
penting dalam melindungi kelestarian ekosistem pantai. Mengingat pentingnya
fungsi jalur hijau mangrove dalam menjaga keseimbangan ekosistem pantai, maka
upaya untuk melindunginya sangat diperlukan. Kegiatan pengkajian dan penelitian
untuk mendukung keberhasilan upaya tersebut juga sangat diperlukan Terdapat
tiga hal pokok yang hendaknya diperhatikan dalam mengkreasi petunjuk teknik
pengelolaan hutan mangrove: (a) teknik penanaman dan rehabilitasi mangrove,
berikut kelembagaannya; (b) pemilihan paket informasi proses ekosistem di
hutan mangrove, serta (c) paket informasi pemanfaatan biodiversitas di hutan
mangrove dalam koridor kelestarian ekosistem mangrove.

Kata kunci: penanaman, rehabilitasi, kelembagaan, biodiversitas. pemanfaatan,


mangrove

II. LATAR BELAKANG


Keberadaan ekosistem mangrove di Indonesia saat ini benar-benar
telah pada posisi yang sangat menghawatirkan, mengingat untuk
pemenuhan keragaman kebutuhan penduduk yang jumlahnya makin
bertambah pesat ini telah pula merebak ke wilayah mangrove. Kehidupan
modern dan kemudahan aksesibilitas hasil produksi ekosistem mangrove ke
pasaran serta pemanfaatan yang berlebihan tanpa memperhatikan kaedah
kelestarian lingkungan telah mengakibatkan penurunan kuantitas maupun
kualitasnya. Padahal ekosistem mangrove merupakan mintakat peralihan
antara daratan dan lautan yang mempunyai perbedaan sifat lingkungan
tajam, yang kelestariannya sangat rentan terhadap perubahahan lingkungan
(Tomlinson, 1986).
Berdasar data tahun 1984, Indonesia diyakini masih memiliki kawasan
hutan mangrove seluas 4,25 juta ha, kemudian berdasar hasil interpetasi
citra landsat (1992) luasnya tersisa 3,812 juta ha (Ditjen INTAG dalam

Pengelolaan Hutan Mangrove 47


Martodiwirjo, 1994). Bahkan berdasar data Ditjen RRL (1999), luas
mangrove Indonesia dalam kawasan hutan hanya seluas 3,7 juta ha, itupun
sekitar seluas 1,6 juta ha (43,2%) nya dalam kondisi rusak parah. Di luar
kawasan, Indonesia diperkirakan memiliki mangrove seluas 5,5 juta ha,
yang sebanyak 4,8 juta ha (87,3%) dalam kedaan rusak parah. Kecepatan
kerusakan kawasan mangrove selama 16 tahun, dengan demikian, mencapai
lebih dari 134.000 ha/th.
Fungsi dan manfaat mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai
tempat pemijahan ikan-ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi
oleh ombak, pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut
ke daratan dan kadungan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan,
tempat singgah migrasi burung, dan sebagai habitat satwa liar serta
manfaat langsung lainnya bagi manusia. Musibah gempa dan ombak besar
tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Pulau Nias
akhir tahun 2004 yang lalu telah mengingatkan kembali betapa pentingnya
mangrove dan hutan pantai bagi perlindungan pantai. Dilaporkan bahwa
pada wilayah yang memiliki mangrove dan hutan pantai relatif baik,
cenderung kurang terkena dampak gelombang tersebut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketebalan mangrove selebar 200 m dengan kerapatan
30 pohon/100 m2 dengan diameter 15 cm dapat meredam sekitar 50% enersi
gelombang tsunami (Harada dan Fumihiko, 2003 dalam Diposaptono, 2005).
Gelombang laut setinggi 1,09 m di Teluk Grajagan, Banyuwangi dengan
enersi gelombang sebesar 1.493,33 Joule tereduksi gelombangnya oleh
hutan mangrove menjadi 0,73 m (Pratikno et al., 2002). Hasil penelitian
Istiyanto et al., 2003 yang merupakan pengujian model di laboratorium
antara lain menyimpulkan bahwa rumpun bakau (Rhizophora spp.)
memantulkan, meneruskan dan menyerap enersi gelombang tsunami yang
diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami melalui rumpun
tersebut. Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa keberadaan mangrove
di sepanjang pantai dapat memperkecil efek dan gelombang tsunami
yang menerjang pantai. Banyak tempat di Indonesia ini telah mengalami
bencana sebagai akibat dari dampak ketidak-pedulian masyarakat terhadap
ekosisitem mangrove. Terkikisnya tanah sepanjang 2-3 km di pesisir pantai
Lampung dan pantai Tuban merupakan contoh akibat aberasi. Laporan
adanya rembesan air laut sekitar Jakarta hingga sekitar tugu Monas dan
menyebabkan meningkatnya salinitas air tanahnya, juga menupakan contoh
kasus lainnya.
Untuk pengamanan potensi dan fungsi pesisir, sebenarnya di beberapa
daerah telah menetapkan kawasan laut, hutan mangrove atau hutan pantai
sebagai zona penyangga, yang dikelola secara terpadu untuk peningkatan

48 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014


ekonomi masyarakat pantai. Namun di pihak lain, masih banyak dijumpai
sempadan pantai yang tidak memiliki jalur hijau (green belt) mangrove
sebagaimana yang telah ditetapkan pada Kepres No. 32 tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung, yaitu 130 x rata-rata tunggang air pasang
purnama (tidal range). Namun, pada kenyataannya, ketentuan ini sangat
terabaikan pada hampir di seluruh hutan mangrove yang ada. Padahal,
untuk lebih dapat ditegakkannya supermasi hukum tersebut, dapat
dikemukakan beberapa hasil pengamatan informasi ekosistem mangrove
yang antara lain adalah bahwa pembuatan 1 ha tambak ikan pada hutan
mangrove alam akan menghasilkan ikan/udang sebayak 287 kg/tahun,
namun dengan hilangnya setiap 1 ha hutan mangrove akan mengakibatkan
kerugian 480 kg ikan dan udang di lepas pantai per tahunnya (Turner, 1977).
Bahkan Martosubroto dan Naamin (1979) dalam Direktorat Bina Pesisir
DKP (2004) menggambarkan hubungan hasil ikan tangkapan (Y) dan luas
hutan mangrove (X) sebagai Y = 0,06 + 0,15 X. Sukresno dan Anwar (1999)
menunjukkan adanya kecenderungan menurunnya salinitas tanah dengan
jarak dari garis pantai, dari 50 mhs di garis pantai, 2 - 10 mhs pada jarak
0,1 km hingga < 0,2 mhs pada jarak > 1 km, kecuali pada wilayah yang
mangrovenya rusak dapat mencapai >2 mhs pada jarak > 1 km. Kondisi air
sumur pada jarak 1 km masih tergolong baik untuk wilayah dengan kondisi
mangrovenya yang relatif baik, sementara pada wilayah dengan mangrove
yang tipis sudah terintrusi pada jarak 1 km. Jumlah/liter phytoplankton dan
zooplankton sebagai sumber makanan ikan cenderung meningkat dengan
makin luas dan makin bertambahnya usia tanaman mangrove (Marsono et
al., 1995; Anwar dan Sumarna, 1987). Bahkan hasil Gunawan et al. (2007)
menunjukkan adanya kandungan logam berat berbahaya, Merkuri (Hg)
pada tanah di tambak terbuka adalah sebanyak 16 kali dibandingkan pada
tanah hutan mangrove dan sebanyak 14 kali dibandingkan dengan tambak
yang bermangrove. Di samping itu, kandungan Hg dalam ikan/udang pada
tambak tanpa mangrove cenderung lebih tinggi dari pada tambak yang
bermangrove (Gunawan dan Anwar, 2008).
Upaya merehabilitasi daerah pesisir pantai dengan penanaman jenis
mangrove sebenarnya sudah dimulai sejak tahun sembilan-puluhan. Data
penanaman mangrove oleh Departemen Kehutanan sejak tahun 1995
hingga 2003 baru terealisasi seluas 7.890 ha (Departemen Kehutanan,
2004) dan dari 2003 hingga 2007 telah mencapai 70.185 ha (Departemen
Kehutanan, 2008), namun tingkat keberhasilannya sangat rendah. Di
samping itu, masyarakat juga tidak sepenuhnya terlibat dalam upaya
rehabilasi mangrove, dan bahkan dilaporkan adanya kecenderungan
gangguan terhadap tanaman mengingat perbedaan kepentingan. Beberapa

Pengelolaan Hutan Mangrove 49


hasil penelitian pendukung rehabilitasi mangrove dalam teknik rehabilitasi
hutan mangrove berupa teknik pesemaian, teknik penanaman dan kajian
silvofishery telah dikemukakan dalam synthesis hasil penelitian teknologi
dan kelembagaan rehabilitasi hutan mangrove (Anwar, 2007).
Mengingat pentingnya fungsi jalur hijau mangrove dalam menjaga
keseimbangan ekosistem pantai, maka sangat diperlukan upaya-upaya
untuk melindunginya. Untuk mempertahankan kelestarian hutan mangrove
tersebut, suatu sistem pengelolaan hutan mangrove yang memperhatian
prinsip kesinambungan fungsi hutan mangrove, terpeliharanya jaringan-
jaringan kehidupan ekosistem mangrove dan kesadaran serta kesamaan
persepsi berbagai pihak atas pentingnya keberadaan hutan mangrove,
perlu dikaji dan diterapkan.
Salah satu sasaran pada program pada Pusat Litbang Hutan dan
Konservasi Alam adalah Program Pengelolaan Hutan Alam, yang salah satu
Rencana Penelitian Integratif (RPI) nya adalah Teknologi Pengelolaan Hutan
Mangrove, yang bertujuan untuk memperoleh teknologi pengelolaan
ekosistem mangrove secara lestari.

III. RUMUSAN MASALAH


Pesatnya laju degradasi kawasan mangrove di Indonesia saat ini
dan rendahnya persentase keberhasilan serta pemanfaatan mangrove
memerlukan peningkatan upaya rehabilitasi dan pengelolaan mangrove
dengan lebih serius dalam menanggulanginya. Petunjuk Teknis Pengelolaan
Mangrove yang lebih detail dan komprehensip serta kebijakan-
kebijakan yang dapat lebih meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
merehabilitasi hutan mangrove perlu dikreasi dalam rangka peningkatan
upaya pengelolaan hutan mangrove. Kebijakan-kebijakan penggunaan
lahan mangrove serta kebijakan-kebijakan perubahannya seyogyanya
memperhatikan dampak-dampak yang mungkin timbul sebagai akibat
penerapan yang salah terhadap kelestarian ekosistem mangrove.
Terdapat tiga hal pokok yang hendaknya diperhatikan dalam mengkreasi
petunjuk teknik pengelolaan hutan mangrove: (a) teknik penanaman dan
rehabilitasi mangrove, berikut kelembagaannya; (b) pemilihan paket
informasi proses ekosistem di hutan mangrove, serta (c) paket informasi
pemanfaatan biodiversitas di hutan mangrove dalam koridor kelestarian
ekosistem mangrove.
Pengalaman rehabilitasi mangrove selama ini selain menunjukkan
masih rendahnya persentase keberhasilan tumbuhnya, teknik penanaman

50 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014


mangrove di tapak khusus masih memelukan penyempuraannya.
Keterlibatan masyarakat dalam rehabilitasi dan pengelolaan hutan mangrove
juga sangat minim mengingat belum meratanya pengetahuan mereka
akan fungsi dan manfaat mangrove bagi lingkungan serta peningkatan
kehidupannya. Belum jelasnya hak penggunaan lahan bagi masyarakat
penggarap juga diduga merupakan andil kurang terlibatnya masyarakat
secara langsung dalam rehabilitasi dan pengelolaan mangrove. Penurunan
salinitas air tanah daratan mangrove, proses siklus hara, pertumbuhan, serta
peningkatan biodiversitas atas kehadiran mangrove merupakan aspek-
aspek bio-ekologi yang juga perlu digali. Peningkatan produksi perikanan,
peningkatan jasa lingkungan, peningkatan income masyarakat baik dari
kayu maupun non kayu mangrove, motivasi keterlibatan dalam kegiatan
rehabilitasi mangrove merupakan aspek-aspek sosial-ekonomi yang juga
perlu diteliti. Tanah timbul disekitar mangrove yang acapkali menimbulkan
permasalahan sosial dan hukum dikemudian hari juga merupakan aspek
penting lainnya dalam penetapan kebijakan pengelolaan mangrove.

IV. TUJUAN DAN SASARAN


Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi dan teknologi
pengelolaan ekosistem hutan mangrove (di luar hutan produksi) yang
berkesinambungan.
Adapun sasaran penelitian ini adalah:
1. Tersedianya paket teknik penanaman dan rehabilitasi mangrove
2. Tersedianya paket informasi proses ekosistem di hutan mangrove
3. Tersedianya paket informasi pemanfaatan biodiversitas di hutan
mangrove.
Adapun luaran atau output penelitian ini adalah:

A. Sasaran Pertama
1. P aket teknologi penanaman mangrove pada tapak khusus:
a. Teknik penanaman pada delta terdegradasi
b. Teknik penanaman pada areal teraberasi dan pulau-pulau kecil
2. Paket informasi kelembagaan rehabilitasi mangrove:
3. Informasi sistem kelembagaan rehabilitasi mangrove

Pengelolaan Hutan Mangrove 51


B. Sasaran Kedua
a. Paket informasi peran mangrove terhadap kualitas lingkungan:
b. Informasi penjerapan polutan perairan oleh Avicennia spp. dan
Rhizophora spp.
c. Informasi peran Avicennia spp., Sonneratia spp. dan Rhizophora spp.
dalam penjeratan sedimen terlarut
d. Data base keragaman satwa dan mikroorganisme di 6 hutan
mangrove
C. Sasaran Ketiga:
a. Paket data dan informasi potensi mangrove sebagai sumber pangan,
obat, energi dan jasa lingkungan:
1) Informasi potensi sumber pangan, obat dan energy dari 2 jenis
Bruguiera spp. 1 jenis Sonneratia spp.dan 1 jenis Aviceenia sp.
2) Kajian potensi hutan mangrove sebagai jasa wisata di 6 hutan
mangrove
b. Paket data dan informasi sosial ekonomi konservasi mangrove:
1) Data base valuasi ekonomi di 2 hutan konservasi mangrove
2) Informasi sosial ekonomi silvofishery

V. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian pengelolaan hutan
mangrove di luar hutan produksi. Penelitian dibatasi pada beberapa
kegiatan teknik penanaman dan rehabilitasi hutan mangrove berikut
kelembagaannya, informasi proses ekosistem di hutan mangrove, serta
informasi pemanfaatan biodiversitas di hutan mangrove.

VI. KOMPONEN PENELITIAN


Mengingat Teknologi Pengelolaan Hutan Mangrove merupakan
salah satu RPI di Badan Litbang Kehutanan, maka komponen-komponen
penelitiannya perlu dikodefikasi dengan membubuhkan angka 4. Dengan
demikian, komponen penelitian yang diperlukan untuk mencapai output
pada RPI ini dikodefikasi sebagai berikut:
4.1. Paket teknologi penanaman mangrove pada tapak khusus:
4.1.1 Teknik penanaman pada delta terdegradasi
4.1.2 Teknik penanaman pada areal teraberasi dan pulau-pulau kecil
4.2. Paket informasi kelembagaan rehabilitasi mangrove:

52 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014


4.2.1 Kajian sistem kelembagaan rehabilitasi mangrove
4.3. Paket informasi peran mangrove terhadap kualitas lingkungan:
4.3.1 Kajian penjerapan polutan perairan oleh jenis-jenis mangrove
4.3.2 Kajian peran jenis-jenis mangrove dalam penjeratan sedimen
terlarut
4.3.3 Kajian keragaman satwa dan mikroorganisme hutan mangrove
4.4 Paket data dan informasi potensi mangrove sebagai sumber pangan,
obat, energi dan jasa lingkungan :
4.4.1 Kajian potensi sumber pangan, obat dan energi dari jenis
mangrove
4.4.2 Kajian potensi hutan mangrove sebagai jasa wisata
4.5 Paket data dan informasi sosial ekonomi konservasi mangrove:
4.5.1 Kajian valuasi ekonomi hutan konservasi mangrove
4.5.2 Kajian sosial ekonomi silvofishery

VII. METODOLOGI

A. Teknik Penanaman dan Rehabilitasi Mangrove :


4.1.1 Teknik penanaman pada delta terdegradasi
Akan diperoleh melalui kegiatan:
1. P ercobaan penanaman berbagai jenis mangrove pada berbagai jarak
tanam dan berbagai sistim jalur tanaman
2. Pengamatan pertumbuhan anakan mangrove pada berbagai perlakuan
3. Pengamatan perubahan kualitas perairan dan substrat tanah setelah 4
tahun penanaman
4.1.2 Teknik penanaman pada areal teraberasi dan pulau-pulau kecil
Untuk penanaman pada areal teraberasi akan diperoleh melalui kegiatan:
1. Percobaan penanaman berbagai jenis mangrove pada berbagai jenis
pemecah dan atau peredam ombak
2. Percobaan pemberian perlakuan perbedaan fisik pelindung ombak
terhadap keberhasilan pengurangan tingkat aberasi.
3. Pengamatan keberhasilan tanaman mangrove yang ditanam di sebelah
dalam pelindung ombak

Pengelolaan Hutan Mangrove 53


4. Pengamatan perubahan kualitas perairan dan substrat tanah setelah 4
tahun penanaman
Untuk penanaman pada pulau kecil akan diperoleh melalui kegiatan:
1. Percobaan penanaman berbagai jenis mangrove dengan berbagai jarak
tanam (salah satu perlakuan dengan jarak rapat) dan jalur tanam
2. Pengamatan keberhasilan tanaman mangrove
3. Pengamatan perubahan kualitas perairan dan substrat tanah setelah 4
tahun penanaman
4.2.1. Kajian sistem kelembagaan rehabilitasi mangrove
Akan diperoleh melalui kegiatan:
1. Kajian motivasi masyarakat dalam peran sertanya pada rehabilitasi
mangrove
2. Kajian organisasi dan peran dan fungsi lembaga rehabilitasi mangrove

B. Paket informasi peran mangrove terhadap kualitas lingkungan:


4.3.1 Kajian penjerapan polutan perairan oleh jenis-jenis mangrove
Akan diperoleh melalui kegiatan:
1. Penetapan plot pengamatan berupa tambak atau empang berbagai
perbedaan tutupan mangrovenya serta pada hutan mangrove
2. Analisis kandungan polutan perairan yang terkandung pada subsrat,
periran, ikan, dan bagian tanaman mangrove yang diambil dari tambak
yang berbeda jenis mangrovenya
3. Analisis kandungan polutan yang terjerap oleh bagian tanaman berbagai
jenis mangrove
4.3.2 Kajian peran jenis-jenis mangrove dalam penjeratan sedimen terlarut
Akan diperoleh melalui kegiatan:
1. Penanaman anakan Avicennia spp., Sonneratia spp. dan Rhizophora spp.
(di Laguna Segara Anakan) dalam 2 macam jarak tanam
2. Analisis laju sedimen terlarut yang dijerat oleh masing jenis tanaman
dan jarak tanam.
4.3.3 Kajian keragaman satwa dan mikroorganisme hutan mangrove
Akan diperoleh melalui kegiatan:
1. Penetapan enam lokasi hutan mangrove konservasi (masing-masing
unit kerja dua lokasi)

54 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014


2. Survey keragaman dan analisis satwa dan mikroorganisme di masing-
masing lokasi
3. Pengamatan kemungkinan areal lokasi sebagai tempat singgahan
burung migrant

C. Paket informasi pemanfaatan biodiversitas di hutan mangrove


4.4.1 Kajian potensi sumber pangan, obat dan energy dari jenis mangrove
Akan diperoleh melalui kegiatan:
1. Pengambilan bagian tanaman (buah, bunga, kulit) dari 2 jenis Bruguiera
spp. 1 jenis Sonneratia spp. dan 1 jenis Avicennia spp.
2. Analisis kandugan kimia, kadar gizi bahan makanan dan kandungan
kimia bahan biofarmaka
3. Penyajian resep makanan dari bahan dasar mangrove
4. Uji klinis bahan biofarmaka.
4.4.2 Kajian potensi hutan mangrove sebagai jasa wisata
Akan diperoleh melalui kegiatan:
1. Penetapan enam lokasi hutan mangrove konservasi sebagai calon hutan
wisata (masing-masing unit kerja dua lokasi)
2. Survey sumberdaya hutan mangrove, infra struktur dan sosial ekonomi
masyarakat sekitar hutan
3. Analisis potensi hutan mangrove pada areal konservasi untuk keperluan
hutan wisata
4.5.1 Kajian valuasi ekonomi hutan konservasi mangrove
Akan diperoleh melalui kegiatan:
1. Survey sumberdaya hutan mangrove yang akan di valuasi
2. Survey persepsi masyarakat terhadap hutan mangrove
3. Analisis valuasi ekonomi dari manfaat langsung hutan mangrove (kayu,
buah, daun, dan kulit)
4. Analisis valuasi ekonomi dari manfaat tidak langsung hutan mangrove
(ikan, feeding ground, nursery ground, habitat satwa liar, pencegah
abrasi, intrusi, serta manfaat lainnya).
4.5.2 Kajian sosial ekonomi silvofishery
Akan diperoleh melalui kegiatan:
1. Survey persepsi masyarakat atas sistim silvofishery

Pengelolaan Hutan Mangrove 55


2. Analisis biaya dan analisis sosial sistim silvofishery yang diterapkan
3. Analisis kecenderungan hasil produk tambak per tahun

VIII. RENCANA TATA WAKTU DAN UPT TERKAIT


Kode Tahun Usulan
Kegiatan Penelitian
Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014
4.1.1.16 Teknik penanaman pada delta x x x x x
terdegradasi
4.1.2.7 Teknik penanaman pada areal x x x x x
teraberasi dan pulau-pulau kecil
4.1.2.12 x x x x x
4.1.2.18 x x x x x
4.2.1.1 Kajian sistem kelembagaan x x x
rehabilitasi mangrove
4.3.1.1 Kajian penjerapan polutan x x x x x
perairan oleh jenis-jenis mangrove
4.3.2.12 Kajian peran jenis-jenis mangrove x x x x
dalam penjeratan sedimen
terlarut
4.3.3.17 Kajian keragaman satwa dan x x x x
mikroorganisme hutan mangrove
4.3.3.18 x x x x
4.3.3.19 x x x x
4.4.1.1 Kajian potensi sumber pangan, x x x x x
obat dan energi dari jenis
mangrove
4.4.2.7 Kajian potensi hutan mangrove x x x x
sebagai jasa wisata
4.4.2.14 x x x x
4.4.2.16 x x x x
4.5.1.1 Kajian valuasi ekonomi hutan x x x
konservasi mangrove
4.5.2.1 Kajian sosial ekonomi silvofishery x x x
4.5.2.14 x x x x x
Keterangan: Digit terakhir 1: Pusat Litbang Hutan dan Koservasi Alam; 7: Balai Litbang Aek
Nauli; 12:Balai Litbang Solo; 14: Balai Litbang Kupang; 16: Balai Litbang Samboja;
17: Balai Litbang Manado; 18: Balai Litbang Makassar dan 19: Balai Litbang
Manokwari

56 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014


IX. RENCANA ANGGARAN
Total anggaran yang direncanakan untuk penyelenggaran penelitian
yang melibatkan 8 unit kerja selama lima tahun ini mencapai Rp
8.175.000.000,-

Kode Anggaran Tahun (x(x Rp. 1.000.000,-)


Kegiatan Penelitian
Kegiatan
2010 2011 2012 2013 2014
4.1.1.16 Teknik penanaman pada delta 125 125 125 125 125
terdegradasi
4.1.2.7 Teknik penanaman pada areal 125 125 125 125 125
teraberasi dan pulau-pulau kecil
4.1.2.12 125 125 125 125 125
4.1.2.18 125 125 125 125 125
4.2.1.1 Kajian sistem kelembagaan - - 105 105 105
rehabilitasi mangrove
4.3.1.1 Kajian penjerapan polutan 105 105 105 105 105
perairan oleh jenis-jenis
mangrove
4.3.2.12 Kajian peran jenis-jenis - 115 115 115 115
mangrove dalam penjeratan
sedimen terlarut
4.3.3.17 Kajian keragaman satwa 110 110 110 110
dan mikroorganisme hutan
4.3.3.18 110 110 110 110 -
mangrove
4.3.3.19 110 110 110 110 -
4.4.1.1 Kajian potensi sumber pangan, 105 105 105 105 105
obat dan energi dari jenis
mangrove
4.4.2.7 Kajian potensi hutan mangrove 110 110 110 110
sebagai jasa wisata
4.4.2.14 110 110 110 110 -
4.4.2.16 110 110 110 110 -
4.5.1.1 Kajian valuasi ekonomi hutan - - 115 115 115
konservasi mangrove
4.5.2.1 Kajian sosial ekonomi 105 105 105 - -
silvofishery
4.5.2.14 110 110 110 110 110
Total Anggaran per tahun 1.365 1.700 1.920 1.815 1.375
Total seluruhnya 8.175
Keterangan: Digit terakhir 1: Pusat Litbang Hutan dan Koservasi Alam; 7:Balai Litbang Aek
Nauli; 12:Balai Litbang Solo; 14: Balai Litbang Kupang; 16: Balai Litbang Samboja;
17: Balai Litbang Manado; 18: Balai Litbang Makassar dan 19: Balai Litbang
Manokwari

Pengelolaan Hutan Mangrove 57


X. ORGANISASI
Penelitian ini dikordinasikan oleh seorang Koordinator, dibantu oleh dua
orang Pembantu Teknis, Team Sekretariat, yang semuanya berada di Pusat
Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor serta beberapa peneliti sebagai
pelaksana kegiatan penelitian aspek dari Puslibang Hutan dan Konservasi
Alam dan dari beberapa instansi lain, yaitu dari Balitbang Aek Nauli, Balitbang
Solo, Balitbang Kupang, Balitbang Samboja; Balitbang Manado, Balitbang
Makassar dan Balitbang Manokwari. Penetapan Koordinator didasarkan ke
pada Keputusan Kepala Badan Litbang Kehutanan No. SK.36/VIII-SET/2009
tertanggal 24 Agustus 2009, sedangkan penetapan Pembantu Teknis dan
Tim Sekretariat didasarkan pada Keputusan Kepala Pusat Litbang Hutan
dan Konservasi Alam No. SK.21/Kpts/VIII-P3HKA/2009 tertanggal 1 Oktober
2009.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Anwar, C. dan Y. Sumarna., 1987. Populasi phitoplankton pada beberapa
perairan hutan mangrove Cilacap. Bulletin Penelitian Hutan, No. 492:
28-37. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor
Anwar, C., 2007. Sinthesis Hasil Penelitian Teknologi dan Kelembagaan
Rehabilitasi Hutan Mangrove. Draft awal. Pusat Litbang Hutan dan
Konservasi Alam, Bogor (tidak diterbitkan)
Departemen Kehutanan. 2004. Statistik Kehutanan Indonesia, Frorestry
Statistics of Indonesia 2003. Badan Planologi Kehutanan, Departemen
Kehutanan, Jakarta
Departemen Kehutanan. 2008. Statistik Kehutanan Indonesia, Frorestry
Statistics of Indonesia 2007. Badan Planologi Kehutanan, Departemen
Kehutanan, Jakarta
Diposaptono. S. 2005. Rehabilitasi Pascatsunami yang Ramah Lingkungan.
Kompas, 10 Januari 2005.
Direktorat Bina Pesisir, 2004. Pedoman Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
Ditjen Pesisir dan Pulau Pulau Kecil, DKP. Jakarta
Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, 1999. Inventarisasi dan Identifikasi
Hutan Bakau (Mangrove) yang Rusak di Indonesia. PT Insan Mandiri
Konsultan. Jakarta (tidak diterbitkan)
Gunawan, H., C. Anwar, R.Sawitri dan E. Karlina. 2007. Status Ekologis
Silvofishery Pola Empang Parit dan Bagian Pemangkuan Hutan

58 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014


Ciasem-Pamanukan, Kesatuan Pemangkuan Hutan Purwakarta. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vo. IV No. 4 (429-439): 2007
Gunawan, H. dan C. Anwar. 2008. Kualitas perairan dan kandungan
Merkuri (Hg) dalam ikan pada tambak empang parit di BKPH Ciasem-
Pamanukan, KPH Purwakarta, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vo. V No. 1(1-10): 2008
Istiyanto, D.C., S.K. Utomo, dan Suranto, 2003. Pengaruh Rumpun Bakau
terhadap Perambatan Tsunami di Pantai. Makalah pada Seminar
Nasional Mengurangi Dampak Tsunami: Kemungkinan Penerapan
Hasil Riset di Yogyakarta, 11 Maret 2003.
Martodiwirjo, S., 1994. Kebijaksanaan Pengelolaan dan Rehabilitasi Hutan
Mangrove dalam Pelita VI. Bahan Diskusi Panel Pengelolaan Hutan
Mangrove, Mangrove Center, Denpasar, 26-28 Oktober 1994 (tidak
diterbitkan)
Marsono, D., E.P. Rahayu, dan Udiono, 1995. Peran Rehabilitasi mangrove
terhadap keanekaragaman biota (Studi kasus di pantai Pemalang).
Pratikno, W.A., Suntoyo, K. Sumbodho, Solihin, Taufik dan D. Yahya, 2002.
Perencanaan Perlindungan Pantai Alami untuk Mengurangi Resiko
terhadap Bahaya Tsunami, Makalah Lokakarya Nasional Pengelolaan
Ekosistem Mangrove, di Jakarta, 6-7 Agustus 2002
Tomlinson, P.B., 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge University
Press.
Turner, R.E., 1977. Intertidal vegetation and commercial yields of penaeid
shrimp. Trans. Am. Fish. Soc. 106: 411-416.

XII. MATRIK KERANGKA KERJA LOGIS (Logical Frame Work)


Mean Of
No Narrative Indicator Assumptions
Verification
1 Objectives:

Menyediakan informasi Pemanfaatan informasi Pedoman Kemauan


dan teknologi dan teknologi pengelolaan Teknis Penge- kuat dari
pengelolaan ekosistem ekosistem hutan mangrove lolaan Man- pemerintah
mangrove (di luar yang berkesinambungan grove dan pihak
hutan produksi) yang oleh stakehoulders ter kait
berkesinambungan Fasilitas/in-
fra struk tur
mendukung

Pengelolaan Hutan Mangrove 59


Mean Of
No Narrative Indicator Assumptions
Verification
2 Purpose:
1. Tersedianya paket Pemanfaatan teknik Pedoman Ada
teknik penanaman dan penanaman dan teknis dukungan
rehabilitasi mangrove rehabilitasi mangrove rehabilitasi pe merintah
2. Tersedianya paket Pemanfaatan informasi Pedoman pusat dan
informasi ekosistem di ekosistem mangrove teknis daerah
hutan mangrove Pemanfaatan informasi silvofishey Diseminasi
3. Tersedianya biodivesitasdi hutan Informasi hasil lit
paket informasi mangrove pemanfaatan bang tepat
pemanfaatan biodiversitas sasaran
biodiversitas di hutan
mangrove.
3 Outputs:
1.1 Teknik penanaman Tersedianya teknik Laporan hasil Kebijakan,
pada delta penanaman mangrove penelitian Program
terdegradasi pada delta terdegradasi dan kajian dan
1.2 Teknik penanaman Tersedianya tenik Anggaran
pada areal teraberasi penanaman mangrove mendukung
dan pulau-pulau kecil pada pulau kecil
2.1 Sistim kelembagaan Tersedianya teknik
rehabilitasi mangrove penanggulangan aberasi
3.1 Informasi penjerapan Tersedianya sistem
polutan perairan oleh kelembagaan rehabilitasi
jenisjenis mangrove Bertambahnya data base
3.2 Informasi peran jenis- penjerapan polutan oleh
jenis mangrove dalam 2 jenis mangrove
penjeratan sedimen Bertambahnya data base
terlarut penjeratan sedimen
3.3 Database keragaman terlarut oleh 3 jenis
satwa dan mikro mangrove
organisme hutan Bertambahnya data base
mangrove keragaman satwa dan
4.1 Informasi potensi mikroorganisme hutan
sumber pangan, obat mangrove di 6 lokasi
dan energy dari jenis Tersedianya informasi
mangrove sumber FEM dari 4 jenis
4.2 Database potensi mangrove
wisata alam hutan Bertambahnya database
mangrove potensi wisata alam di 6
5.1 Database valuasi lokasi
ekonomi hutan Bertambahnya database
konservasi mangrove valuasi mangrove di 2
5.2 Informasi sosial lokasi areal konservasi
ekonomi silvofishery Tersedianya informasi
sosial ekonomi
silvofishery

60 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014


Mean Of
No Narrative Indicator Assumptions
Verification
4 Activites:
1.1 Ujicoba penanaman Tersedianya Rencana PPTP Ada
pada pada delta Penelitian Integratif RPTP dukungan
terdegradasi Tersedianya Pelaksana ang aran
1.2 Ujicoba penanaman Penelitian Tersedia
pada pulau kecil dan Tersedianya Rencana SDM pe
areal teraberasi Operasional Penelitian neliti dan
2.1 Kajian sistim Tersedianya lokasi teknisi
kelembagaan penelitian
rehabilitasi mangrove Tersedianya satuan
3.1 Kajian penjerapan percobaan
polutan perairan oleh
jenisjenis mangrove
3.2 Kajian peran jenis-
jenis mangrove dalam
penjeratan sedimen
terlarut
3.3 Kajian keragaman
satwa dan mikro
organisme hutan
mangrove
4.1 Kajian potensi sumber
pangan, obat dan
energy dari jenis
mangrove
4.2 Kajian potensi wisata
alam hutan mangrove
5.1 Kajian valuasi ekonomi
hutan konservasi
mangrove
5.2 Kajian sosial ekonomi
silvofishery

Pengelolaan Hutan Mangrove 61

Anda mungkin juga menyukai