Anda di halaman 1dari 21

PELAYANAN ANTENATAL

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan (PUSKESMAS) setidaknya 4 kali untuk
pemeriksaan kehamilan. Bukti yang kuat menunjukkan bahwa ibu hamil yang menerima
pelayanan antenatal (antenatal care) dan yang mendapat pertolongan persalinan dan nifas
oleh tenaga kesehatan (Nakes) keselamatannya lebih terjamin jika terjadi komplikasi
persalinan yang tidak terduga, dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapat pelayanan
tersebut. Pelayanan antenatal merupakan salah satu dari program kesehatan dasar
puskesmas (primary health care) yang merupakan program wajib dilaksanakan oleh
puskesmas. Di antara intervensi kunci untuk kelangsungan hidup yang diberikan dalam
pelayanan antenatal antara lain imunisasi tetanus toksoid dan diagnosis dini serta
pengobatan anemia.
Program KIA bertujuan meningkatkan kesehatan ibu, kesehatan bayi dan anak. Salah
satu cara meningkatkan derajat kesehatan anak dengan mengendalikan penykit-penyakit
menular yang dapat dicegah melalui imunisasi. Kementrian kesehatan dengan Program
Pengembangan Imunisasi ( PPI ) sejak tahun 1977 menganjurkan agar semua anak mendapat
imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan data SDKI 2007 cakupan imunisasi lengkap pada
anak usia 12-23 bulan sebesar 51 persen.
Untuk mewujdkan tujuan KIA di atas, peran Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan
kesehatan) sangatlah penting. Penyuluhan yang efektif dipengaruhi oleh banyak faktor di
antaranya diperlukan alat bantu dan media penyuluhan yang baik dan harus sesuai dengan
etika komunikasi Islam.

1
SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa dapat memahami Pelayanan Antenatal ( Ante Natal Care ) di
Puskesma
1.1 Definisi
1.2 Tujuan
1.3 Mekanisme Pemeriksaan dan Waktu Kunjungan
2. Mahasiswa dapat memahami Program Kesehatan Dasar ( Primary Health Care) di
Puskesmas
2.1 Definisi
2.2 Jenis program
3. Mahasiswa dapat memahami imunisasi dasar pada bayi dan imunisasi TT pada
ibu hamil
3.1 Definisi
3.2 Jadwal Pemberian imunisasi dasar pada bayi dan imunisasi TT pada ibu hamil
4. Mahasiswa dapat memahami tentang pendidikan kesehatan
4.1 Prinsip pendidikan kesehatan
4.2 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
4.3 Metode pendidikan kesehatan
4.4 Alat bantu dan media pendidikan kesehatan
5. Mahasiswa dapat memahami tentang ilmu perilaku dan perilaku kesehatan
5.1 Konsep Perilaku
5.2 Perilaku kesehatan
5.3 Bentuk perilaku
6. Mahasiswa dapat memahami tentang Etika Komunikasi Islam

2
1. Mahasiswa dapat memahami Pelayanan Antenatal ( Ante Natal Care ) di
Puskesma
1.1 Definisi
Ante Natal Care adalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan
normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan
asuhan antenatal (Prawirohardjo. S, 2006 :52).
1.2 Tujuan
Dalam pelayanan ANC dikemukakan beberapa tujuan antara lain:
1. Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan
bayi.
3. Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum
yaitu pembedahan dan kebidanan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
tumbuh dan berkembang secara normal.
Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
nifas dan aspek keluarga berencana.
1.3 Mekanisme Pemeriksaan dan Waktu Kunjungan

Standar 1 : Metode Asuhan

Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan


langkah : Pengumpulan data dan analisa data, penentuan diagnosa perencanaan,
evaluasi dan dokumentasi.

Standar 2 : Pengkajian

Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis


berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.

Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rurnah dan berinteraksi dengan masyarakat


secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota
keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan
secara teratur.

3
Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi


anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan
risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS (Penyakit Menular
Seksual) / infeksi HIV (Human Immuno Deficiency Virus) ; memberikan pelayanan
imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang
diberikan oleh Puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap
kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang
diperlukan dan rnerujuknya untuk tindakan selanjutnya.

Standar 5: Palpasi Abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan


palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan bertambah,
memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga
panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/atau


rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan
dan mengenali tanda serta gejala preeklamsi lainnya, serta mengambil tindakan yang
tepat dan merujuknya.

Standar 8 : Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan
yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan
baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi
kadaan gawat darurat. Bidan hendaknya kunjungan rumah untuk hal ini. (PPIBI,
1999:26-27)

Penatalaksanaan Ante Natal Care (ANC)

Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan Ante Natal Care
(ANC), selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik baik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta
intervensi dasar dan khusus sesuai dengan resiko yang ada. Namun dalam penerapan
operasionalnya dikenal standar minimal 7T untuk pelayanan Ante Natal Care
(ANC) yang terdiri atas:

4
a. (Timbang) berat badan

Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang
seringan-ringannya. Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester III dinyatakan ibu
kurus kemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

b. (Ukur (tekanan) darah

Untuk mengetahui setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan


mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan
yang tepat dan merujuknya.

c. Ukur (tinggi) fundus uteri

Pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk


memperkirakan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa
posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul,
untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

d. Pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid) TT lengkap untuk mencegah tetanus


neonatorum.

Interval Lama %
Antigen
(selang waktu minimal) perlindungan Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan antenatal - -
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT 3 1-6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 95
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun/ 99
seumur

Tabel 1 Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Keterangan : apabila dalam waktu tiga (3) tahun WUS tersebut melahirkan maka
bayi yang dilahirkan akan terlindungi dari tetanus neonatorum

e. Pemberian (tablet besi) minimnal 90 tablet selama kehamilan


f. Tes terhadap penyakit menular seksual

Melakukan pemantauan terhadap adanya PMS agar perkembangan janin


berlangsung normal.

g. Temuwicara dalam rangka pensiapan rujukan.

5
Memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya
tentang tanda-tanda resiko kehamilan. (Depkes RI, 2001:23)

Kunjungan Ante Natal Care (ANC)

Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk
mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai standar yang ditetapkan.
Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang
berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik
diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak
memberikan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai dengan standar dapat dianggap
sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2001:31)

Kunjungan ibu hamil Kl

Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan.

Kunjungan ulang

Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan
seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu
periode kehamilan berlangsung.

K4

K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih untuk
mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai standar yang ditetapkan
dengan syarat:

1) Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu).

2) Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)

3) Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah minggu ke
36).

4) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu

6
2. Mahasiswa dapat memahami Program Kesehatan Dasar ( Primary Health Care) di
Puskesmas
2.1 Definisi
Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh (comprehensive
health care services) kepada seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, Puskesmas
menjalankan beberapa usaha pokok (basic health care services). Terdapat 18 usaha
pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh Puskesmas, itupun sangat tergantung
kepada faktor tenaga, sarana dan prasarana serta biaya yang tersedia berikut
kemampuan managemen dari tiap-tiap Puskesmas.

2.2 Jenis program


Delapan belas kegiatan pokok Puskesmas itu adalah:
1. Upaya kesehatan Ibu dan Anak
2. Upaya keluarga Berencana
3. Upaya peningkatan Gizi
4. Upaya kesehatan lingkungan
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
7. Upaya penyuluhan Kesehatan
8. Upaya kesehatan sekolah
9. Upaya kesehatan olah raga
10. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
11. Upaya kesehatan kerja
12. Upaya kesehatan gigi dan mulut
13. Upaya kesehatan jiwa
14. Upaya kesehatan mata
15. Upaya laboratorium sederhana
16. Upaya pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan
17. Upaya kesehatan usia lanjut

7
18. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

Semua kegiatan program pokok yang dilaksanakan di Puskesmas


dikembangkan berdasarkan program pokok pelayanan kesehatan dasar ( basic health
care services ) seperti yang dianjurkan oleh badan kesehatan dunia ( WHO ) yang
dikenal dengan Basic Seven WHO. Basic seven tersebut terdiri dari:

1. MCHC ( Maternal and Child Health Care )


2. MC ( Medical care )
3. ES ( Environmental Sanitation )
4. HE ( Health Education ) untuk kelompok-kelompok masyarakat
5. Simple Laboratory ( Lab. Sederhana )
6. CDC ( Communicable Disease Control )
7. Simple Statistic ( recording/ reporting atau pencatatan dan pelaporan )

Dari ke 18 program pokok Puskesmas, basic seven WHO harus lebih


diprioritaskan untuk dikembangkan sesuai dengan prioritas masalah kesehatan
utama yang berkembang di wilayah kerjanya, kemampuan sumber daya manusia
( staf ) yang dimiliki oleh Puskesmas, dukungan sarana/prasarana yang tersedia di
Puskesmas, dan peran serta masyarakat.

3. Mahasiswa dapat memahami imunisasi dasar pada bayi dan imunisasi TT pada
ibu hamil
3.1 Definisi
Pemerintah setiap tahun terus berupaya untuk menurunkan angka kejadian penyakit
seperti Poliomyelitis (kelumpuhan), Campak (measles), Difteri (indrak), Pertusis
(batuk rejan / batuk seratus hari), Tetanus, Tuberculosis (TBC) dan Hepatitis B
dengan menggalakan program pencegahan penyakit yaitu imunisasi pada bayi dan
anak. Imunisasi bisa diartikan suatu usaha untuk membuat seseorang menjadi kebal
terhadap penyakit tertentu dengan menyuntikan vaksin. Yakni kuman hidup yang
dilemahkan / kuman mati / zat yang bila dimasukkan ke tubuh akan merangsang
menciptakan kekebalan terhadap penyakit tertentu.

Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai


upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005).
Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan (Setiawan, 2006).
3.2 Jadwal Pemberian imunisasi dasar pada bayi dan imunisasi TT pada ibu hamil
5 macam Vaksin imunisasi dasar pada bayi:
Vaksin Polio;
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang digunakan
oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup (yang telah
diselamatkan) vaksin berbentuk cairan. pemberian pada anak dengan
meneteskan pada mulut. Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc dalam 1 ampul.
Vaksin Campak;
Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin yang
digunakan adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan
yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum
menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut
vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan

8
vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian
mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan
hanya bertahan selama 8 jam.
Vaksin BCG;
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Bentuknya vaksin
beku kering seperti vaksin campak berbentuk bubuk yang berfungsi
melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit
penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint.
Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc
cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan
dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari
langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian lengan kanan atas.
Vaksin Hepatitis B;
Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B
dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah
mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak karena
pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan pada
temperatur 2,8C. Biasanya tempat penyuntikan di paha 1/3 bagian atas luar.
Vaksin DPT;
Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut
triple vaksin. Berisi vasin DPT, TT dan DT. Vaksin DPT disimpan pada
suhu 2,8C kemasan yang digunakan : Dalam - 5 cc untuk DPT, 5 cc untuk
TT, 5 cc untuk DT. Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5
cc. Dalam pemberiannya biasanya berupa suntikan pada lengan atau paha.

9
Manfaat imunisasi TT ibu hamil

a. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005;
Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium
tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim
saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001).
b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI,
2000)
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program
imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum
(Depkes, 2004)
Jumlah dan dosis pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk, 2001),
dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes RI, 2000).

10
Umur kehamilan mendapat imunisasi TT
Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan
imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005). TT1 dapat diberikan sejak di ketahui postif
hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana
kesehatan (Depkes RI, 2000)
Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2
Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu
(Saifuddin dkk, 2001; Depkes RI, 2000).
Efek samping imunisasi TT
Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan
pada tempat suntikan (Depkes RI, 2000). TT adalah antigen yang sangat aman dan juga
aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan
imunisasi TT (Saifuddin dkk, 2001).
Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan
tindakan/pengobatan (Depkes RI, 2000).
Tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT
a. Puskesmas
b. Puskesmas pembantu
c. Rumah sakit
d. Rumah bersalin
e. Polindes
f. Posyandu
g. Rumah sakit swasta
h. Dokter praktik, dan
i. Bidan praktik (Depkes RI, 2004).

*Tempat-tempat pelayanan milik pemerintah imunisasi diberikan dengan gratis.


4. Mahasiswa dapat memahami tentang pendidikan kesehatan
4.1 Prinsip pendidikan kesehatan
Prinsip pendidikan kesehatan harus mampu dipahami oleh setiap petugas kesehatan
dan sasaran (masyarakat). Adapun prinsip pendidikan kesehatan yaitu:
Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan
kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat
mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.
Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang
kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang
dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan
tingkah lakunya sendiri.
Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah
lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

4.2 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Masyarakat


dimensi sasaran pendidikan
a. pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu
b. pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c. pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas
dimensi tempat pelaksanaan

11
a. pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid.
b. pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit-rumah sakit
dengan sasaran pasien atau keluarga pasien, di Puskesmas, dsb.
c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan yang bersangkutan.
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
Berdasarkan 5 tingkat pencegahan (Five levels of prevention) dari (Leavel and
Clark) :
a. Promosi kesehatan (Health promotion)
Pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan
hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, higiene perorangan, dsb.
b. Perlindungan khusus (Specific protection)
Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini
pendidikan kesehatan sangat diperlukaan terutama di negara-negara
berkembang.
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and prompt treatment)
d. Pembatasan cacat (Disability limitation)
e. Rehabilitasi (rehabilitation)

4.3 Metode Pendidikan Kesehatan


1. Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;
Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya.
Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran,
penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka
perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode pendidikan Kelompok
Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau
kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada
besarnya sasaran pendidikan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah ;
metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau
beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap
hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan
diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap
kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan

12
pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada
dominasi dari salah satu peserta.
2) Curah pendapat (Brain Storming) ;
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu
masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya
mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah
semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi
diskusi.
3) Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2
pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan
mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang
ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya
terjadi diskusi seluruh kelas.
4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian
dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan
masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan
dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
5) Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu
untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai
perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota
masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari
dalam melaksanakan tugas.
6) Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan
dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis
seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan
papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai
nara sumber.

3. Metode pendidikan Massa


Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya
menggunakan atau melalui media massa. Contoh :
a. Ceramah umum (public speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional, misalnya oleh
menteri atau pejabat kesehatan lain.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan
massa.
c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga
merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh : Praktek Dokter Herman
Susilo di Televisi.
d. Sinetron Dokter Sartika di dalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan
kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari Sabtu siang (th 2006)

13
e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa.
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah
juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard Ayo ke Posyandu.
Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
4.4 Alat bantu dan media pendidikan kesehatan

Alat bantu pendidikan kesehatan


- Untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan
pengajaran
- Disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap
manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak
indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan
semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh.
- Elgar Dale membagi alat peraga menjadi 11 macam, dan sekaligus
menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu
kerucut.

- Dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling


tinggi untuk mempersepsikan bahan pendidikan/pengajaran. Sedangkan
penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang
efektif atau intensitasnya paling rendah.

- Macam-macam alat bantu pendidikan :

a. Alat bantu lihat (Visual Aids)

Alat bantu yang diproyeksikan : slide, film, film strip, dsb.

Alat-alat yang tidak diproyeksikan :

Dua dimensi : gambar peta, bagan, dsb.

Tiga dimensi : bola dunia, boneka, dsb.

14
b. Alat bantu dengar (Audio Aids)

Misalnya : piringan hitam, radio, pita suara, dsb.

c. Alat bantu dengar lihat (Audio Visual Aids/AVA)

Misalnya : televisi, video cassette

Menurut pembuatannya dan penggunaannya :

a. Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film stripe, slide,
dsb yang memerlukan listrik dan proyektor.

b. Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri, dengan bahan-
bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng
bekas, kertas koran, dsb.

Media pendidikan kesehatan

Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan (media), media ini


dibagi menjadi 3, yakni :

a. Media cetak

- Booklet : bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

- Leaflet : melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk
kalimat maupun gambar, atau kombinasi.

- Flyer (selebaran) : seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

- Flip chart (lembar balik) : bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman)
berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau
informasi berkaitan dengan gambar tersebut.

- Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai


bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan.

- Poster : berisi pesan-pesan/informasi kesehatan yang biasanya ditempel di


tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau kendaraan umum.

- Foto : mengungkapkan informasi-informasi kesehatan

b. Media elektronik

- Televisi : dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya


jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV, sport, quiz atau
ceradas cermat, dsb.

15
- Radio : dalam bentuk obrolan (tanya jawab), sandiwara radio, ceramah,
radio spot, dsb.

- Video

- Slide

- Film stipe

c. Media papan (Bill board)

Dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau
informasi-informasi kesehatan.

5. Mahasiswa dapat memahami tentang ilmu perilaku dan perilaku kesehatan


5.1 Konsep perilaku
Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan
hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respons). Respons dibagi
menjadi 2 :
a. Respondent respons/reflexive respons,
ialah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini
disebut elicting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap,
misalnya : makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan
menimbulkan mata tertutup, dll. Respondent respons (respondent behavior) ini
mencakup juga emosi respons atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul
karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan. Misalnya
menangis karena sedih/sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah).
Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku emosional
misalnya tertawa, berjingkat-jingkat karena senang, dll.
b. Operant Respons atau instrumental respons,
adalah respons yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu.
Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena
perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh
organisme. Oleh karena itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat
sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan. Contoh : Apabila seorang anak belajar
atau telah melakukan suatu perbuatan, kemudian memperoleh hadiah, maka ia akan
menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut.
Dengan kata lain, responsnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.

5.2 Perilaku kesehatan


Yaitu suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan
mencakup 4 :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit,
yaitu bagaimana manusia merespons, baik pasif (mengetahui, mempersepsi penyakit
dan rasa sakit yang ada pada dirinya maupun di luar dirinya, maupun aktif (tindakan)
yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit
dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkatan-tingkatan pencegahan
penyakit, misalnya : perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah
respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya : tidur dengan kelambu untuk

16
mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi,dll. Persepsi adalah sebagai pengalaman
yang dihasilkan melalui panca indra.
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan tradisional maupun
modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan,
petugas kesehatan, dan obat-obatan, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap
dan pengguanaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.
c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap
dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat
gizi, pengelolaan makanan, dll.
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah respons
seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup
perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri (dengan air bersih,
pembuangan air kotor, dengan limbah, dengan rumah yang sehat, dengan pembersihan
sarang-sarang nyamuk (vektor), dan sebagainya.

Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health behavior) sebagai berikut
1) Perilaku kesehatan (health behavior),
yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk juga tindakan-
tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih
makanan, sanitasi, dan sebagainya.
2) Perilaku sakit (illness behavior),
yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang individu
yang merasakan sakit, untuk merasakan merasakan dan mengenal keadaan
kesehatannya atau rasa sakit, termasuk kemampuan atau pengetahuan
individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-
usaha mencegah penyakit tersebut.
3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior),
yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakuakan oleh individu yang
sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini disamping
berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh
terhadap orang lain, terutama anak-anak yang belum mempunyai kesadaran
dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

5.3 Bentuk perilaku


Secara lebih operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang
terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons berbentuk 2 (dua)
macam :
a. Bentuk pasif
adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat oleh orang lain, misal tanggapan atau sikap batin dan
pengetahuan. Misalnya ; seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu mencegah suatu
penyakit tertentu, meski ia tak membawa anaknya ke puskesmas, seseorang yang
menganjurkan orang lain untuk ber-KB, meski ia tidak ikut KB. Dari contoh di atas ibu
itu telah tahu guna imunisasi dan orang tersebut punya sikap positif mendukung KB,
meski mereka sendiri belum melakukan secara konkret terhadap kedua hal tersebut.
Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (covert behavior).

17
b. Bentuk aktif,
yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya pada kedua contoh
di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi dan orang pada
kasus kedua sudah ikut KB dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena itu
perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut overt
behavior.

4. Tiga faktor pokok yang melatarbelakangi/mempengaruhi perilaku :


a) Faktor Predisposing, berupa pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dll.
b) Faktor Enabling/pemungkin, berupa ketersediaan sumber-sumber/fasilitas, peraturan-
peraturan.
c) Faktor Reinforcing/mendorong/memperkuat, berupa tokoh agama, tokoh masyarakat.

6. Mahasiswa dapat memahami tentang Etika Komunikasi Islam

Allah Taala berfirman: Dan berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekitarmu,. (Ali Imran ayat 159)

Ayat ini sangat luas dan dalam maknanya, karena itu ketika menyelesaikan studi di
fakultas ilmu komunikasi, ayat inilah yang mengilhami skripsi saya. Dari firman Allah
ini, betapa besar dampaknya komunikasi dalam tatanan hidup manusia sebagai mahluk
sosial. Menurut pakar komunikasi 70% dalam 24 jam, waktu manusia diisi dengan
komunikasi. Begitu banyaknya waktu yang kita habiskan dalam komunikasi. Salah
komunikasi atau misscommunication akan mengakibatkan salah persepsi, atau dalam
bahasa gaulnya nggak nyambung.

Faktor yang paling penting dalam berdakwah ialah komunikasi. maka sebagai muslim
kita harus tahu etika berkomunikasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Menurut saya,
rasullullah SAW adalah komunikator yang hebat, setiap pesan yang beliau sampaikan
pasti berkesan dihati para sahabat, bahkan dihati kaum kafir yang memusuhinya.

Tiada agama yang paling sempurna kecuali Islam, siapapun apakah ia muslim atau
kafir bila saja mau menggunakan akal untuk berpikir, pasti akan sampai pada
kesimpulan yang sama. Bayangkan, Islam tidak hanya mengatur kehidupan akhirat,
duniawi, teknologi, bahkan sampai hal-hal kecil pun seperti tata cara mandi,
berpakaian, tidur diatur Islam, melalui sunnah rasullulah saw, uswatunhasanah bagi
kita. Islam juga banyak mengatur tata cara berkomunikasi. Sungguh beruntung kita
ditakdirkan sebagai seorang muslim, karena hidup kita mempunyai tuntunan yang
lengkap dan menyeluruh. Lengkap karena kita memiliki Al Quran dan hadits sebagai
sumber hukum yang paling otentik dan terpercaya.

Rasululah SAW mengatakan ,Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang dapat


bermanfaat bagi orang lain, atau ,Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang sangat
baik dengan tetangganya, dan banyak lagi hadits-hadits yang menyuruh kita untuk
mencintai saudara kita sesama muslim seperti kita mencintai diri kita sendiri. Semua ini
membuktikan betapa kita harus bisa berkomunikasi dengan nilai-nilai yang islami,
hingga lisan kita tidak sampai menyakiti orang lain, bahkan sebaliknya setiap kata yang
diucapkan dapat menyejukkan hati.

18
Allah berfirman, Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu sekalian berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah adalah yang paling takwa diantara
kamu sekalian. (Al Hujarat, : 13) Dari ayat ini, Allah menyuruh kita untuk saling
mengenal, mestipun berbeda suku, berbeda bangsa, berbeda budaya, berbeda warna
kulit, sebagai manusia kita harus menjalin komunikasi yang baik. Selanjutnya Allah
juga menegaskan yang paling mulia di sisi Allah bukanlah yang paling kaya, paling
cantik, paling pintar, paling popular dsbnya, namun yang paling mulia adalah manusia
yang paling bertakwa kepada Allah SWT.

Setiap manusia mempunyai karakter, sifat dan kepribadian yang berbeda. Meski anak
yang lahir kembar identik pun pasti memiliki sifat dan karakter yang tidak sama. Untuk
itu Islam mengatur tata cara bergaul yang benar, agar seseorang dapat bersinergi dengan
orang lain meski mempunyai kepribadian , sikap dan watak yang berbeda. Allah
berfirman, Dan hamba-hamba Tuhan yang maha penyayang itu adalah orang-orang
yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (Al Furqon: 63)

Rendah hati (tawadhu) dan mengucapkan kata-kata yang baik (Qaulan Salaamah).
Rendah hati adalah sifat yang sangat mulia, orang yang tawadhu akan tercermin dari
sifat dan tingkah lakunya. Dalam pergaulan orang yang tawadhu pasti disenangi, bila
berkata sewajarnya, kepada yang lebih tua menghormati, namun kepada yang lebih
muda menyayangi. Orang seperti ini bila ditakdirkan jadi pemimpin, ia akan tampil
sebagai pemimpin yang amanah.

Bila kita baca riwayat hidup rasullah, manusia yang dijamin masuk surga itu, sungguh
rendah hati terhadap keluarga, dan sahabat-sahabatnya. Beliau bersabda,
Sesungguhnya Allah telah memberi wahyu kepadaku, yaitu kamu sekalian hendaklah
bersikap tawadhu sehingga tidak ada seseorang bersikap sombong kepada yang lain,
dan tidak ada seseorang menganiaya yang lain, (Hr Muslim). Dan dalam riwayat lain
Anas RA berkata, Bila ada budak di Madinah memegang tangan nabi SAW, maka
beliau pergi mengikuti kemana budak itu menghendaki. (Hr Bukhari) Sungguh, sikap
tawadhu benar-benar dicontohkan langsung oleh rasul, yang tidak membedakan status
sosial kendati beliau adalah manusia yang paling mulia di dunia dan akhirat namun
tetap menghargai seorang budak .

Sebagai Muslim yang baik harus selalu menjaga setiap kata yang keluar dari
mulutnya. Karena setiap lafaz yang kita ucapkan akan dipertanggungjawabkan
diakhirat nanti. Dalam pergaulan Qaulan Salaamah terdiri dari beberapa aspek antara
lain:

Pertama : Qaulan Kariiman ( mulia) sebagai muslim kita harus berkata dengan kata-
kata yang mulia, hindarilah kata-kata yang hina, seperti mengejek, mengolok-ngolok
hingga menyakiti perasaan orang lain. Pepatah mengatakan,Memang lidah tidak
bertulang, tak terbatas kata-kata kendati lidah tak bertulang, namun lidah bisa lebih
tajam dari sembilu. Banyak orang bisa sembuh bila dilukai dengan pedang, namun bila
dilukai dengan lidah, sakitnya akan terbawa sampai mati. Hati-hati dengan perkataan,
bila ingin bergurau tetap jaga lisan dari kata-kata yang menyakiti, bergurau dan bergaul
harus tetap dengan kata-kata yang mulia.

19
Kedua : Qaulan marufan ( baik) Berkatalah yang baik atau diam itu pesan
rasullulah kepada ummatnya. Sebagai muslim yang beriman lisan harus terjaga dari
perkataan yang sia-sia, apapun yang diucapkannya harus selalu mengandung nasehat,
menyejukkan hati bagi orang yang mendengarnya. Jangan biarkan lisan ini mencari-cari
kejelekan orang lain. Hindari kata-kata yang hanya bisa mengkritik atau mencari
kesalahan orang lain, memfitnah, menghasut. Sungguh, perbuatan yang sangat hina,
hingga Allah berfirman dalam surat Al Hujarat ayat 12, seumpama orang yang
memakan bangkai temannya sendiri. Sungguh sangat menjijikkan.

Ketiga : Qaulan Syadidan ( lurus dan benar). Seorang muslim berkata harus benar,
jujur jangan berdusta. Karena sekali kita berkata dusta, selanjutnya kita akan berdusta
untuk menutupi dusta kita yang pertama, begitu seterusnya, sehingga bibir kita pun
selalu berbohong tanpa merasa berdosa. Siapapun tak ingin dibohongi, seorang istri
akan sangat sakit hatinya bila ketahuan suaminya berbohong, begitu juga sebaliknya.
Rakyat pun akan murka bila dibohongi pemimpinnya. Juga tidak kalah penting dalam
menyampaikan kebenaran, adalah keberanian untuk bicara tegas, jangan ragu dan takut,
apalagi jelas dasar hukumnya Al Quran dan hadits. Katakanlah kebenaran itu,
meskipun sangat menyakitkan, pesan Rasullulah ini, sejatinya mrnguatkan kita dalam
menghadapi resiko yang apa pun yang akan kita hadapi dalam berdakwah.

Keempat : Qaulan Balighan (tepat) sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita
harus melihat stuasi dan kondisi yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata yang
tepat. Bila bicara dengan anak-anak kita harus berkata sesuai dengan pikiran mereka,
bila dengan remaja kita harus mengerti dunia mereka. Jangan kita berdakwah tentang
teknologi nuklir dihadapan jamaah yang berusia lanjut tentu sangat tidak tepat sasaran,
malah membuat mereka semakin bingung..

Kelima : Qaulan Layyinan ( lemah lembut), maksudnya tidak mengeraskan suara,


seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan
orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu bertuturkata dengan lemah lembut, hingga
setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya.
Seperti ayat pembuka diatas Allah melarang bersikap keras dan kasar dalam
berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan dakwah tidak akan berhasil malah
ummat akan menjauh. Dalam berdoa pun Allah memerintahkan agar kita memohon
dengan lemahlembut, Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara
yang lemahlembut, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,
(Al Araaf ayat 55)

Demikian Allah mengajarkan kepada kita, dalam menjalin komunikasi, khususnya


dengan saudara kita sesama muslim. Yakinlah bila tuntunan ini kita praktekkan dalam
kehidupan baik di dalam rumahtangga, maupun di masyarakat. Dimana pun kita berada
insyaAllah, semuanya akan terasa indah. Karena muslim yang beriman keberadaannya
akan selalu disenangi, kata-katanya menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya.
Mampukah kita? Yuk, mulai sekarang, saya, anda atau siapapun mari kita belajar untuk
menjadi komunikator yang handal dengan cara berkata yang mulia, baik, benar, tepat
dan lemah lembut. Semoga dengan ini Allah mengangkat derajat kita menjadi mujahid-
mujahid yang menegakan kemuliaan Islam, melalui lisan kita.Wallahualam
bishshawab. (Lva) Dari tulisan Khalifatur dan materi Kajian Tafsir Quran Pengajian
Sakinah.

20
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo S. Prinsip-prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat 2003. Rineka Cipta. Jakarta. Hal
95-212
Stoner, JAF: Management (2nd edition), Prentice Hall International edition,1982.
Trihono. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat, 2005. Sagung Seto. Jakarta. Hal :
7-26,33,35,79
Wiyono D, 2008. Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak Prinsip & Strategi Pendekatan
Komunitas. Penerbit Duta Prima Airlangga. Surabaya.374 hal
Wiyono D, 2008. Manajemen Program Promkes dan Pemberdayaan masyarakat. Penerbit
Duta Prima Airlangga. Surabaya. 519 hal
Zuhroni, K. Pandangan Islam terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan

21

Anda mungkin juga menyukai