Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PROSES FAIRING TERHADAP SIFAT MEKANIS SAMBUNGAN PELAT

PADA BAGIAN LAMBUNG KAPAL

Sulaiman *

* Program Studi D III Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

ABSTRAK

This research studied the fairing process effect on mechanical properties of plate joint of ship. The
plate used in this research is marine steel plate, grade A of BKI, thickly 10 mm. By metalografi testing obtained
the microstructure of plate joint are ferrite and pearlite. The hardness number of basemetal is 80.75 HRB, while
the hardness number of weld is 76.75 HRB. From tensile test obtained fairing process have not significant effect,
where the Yield Strength of plate joint is 347 N/mm2, the Tensile Strength is 347 N/ mm2, and the elongation is
24 %.

Keywords : fairing process, microstucture, hardness, mechanical properties

PENDAHULUAN

Baja kapal yang digunakan dianjurkan Teknik fairing dapat dilakukan dengan
mempunyai susunan kimia, deoksidasi dua cara yaitu pemanasan garis (line heating)
pengelolaan panas atau sifat mekanik yang sudah dan pemanasan setempat (spot heating). Di
mendapat persetujuan Biro Klasifikasi Indonesia perusahaan Dok dan Galangan Kapal PT. Jasa
(BKI). Marina Indah, Pelabuhan Tanjung Mas
Di perusahaan galangan-galangan kapal, Semarang, proses pembuatan bentuk-bentuk
pelat baja pada konstruksi lambung mengalami lengkung kebanyakan dilakukan dengan
pelengkungan/pembengkokan disesuaikan menggunakan metode pemanasan garis (line
dengan gambar rencana garis kapal yang heating).
bersangkutan (Lines Plan). Untuk pelengkungan Manfaat penggunaan teknik pemanasan
dilakukan dengan proses Fairing. Teknik garis pada proses pelengkungan pelat baja adalah
Pelengkungan pelat baja dengan cara panas sebagai berikut :
(fairing) atau flame heating technique banyak Mengurangi pekerjaan yang
dipergunakan pada proses produksi kapal. menggunakan peralatan penekan yang
Teknik ini memanfaatkan pemanasan dengan berat.
menggunakan nyala api brander untuk membuat Mendapatkan hasil yang lebih akurat
bentuk-bentuk lengkung atau menghilangkan pada proses pembuatan bentuk
deformasi pada pelat baja. lengkung pela.
Proses fairing merupakan suatu metode Dapat diaplikasikan untuk
yang dilakukan untuk melengkungkan suatu plat pembentukan pelat-pelat dengan
dengan cara dipanaskan. Pelengkungan yang ukuran besar.
disebabkan oleh pemanasan pada garis desain Memudahkan pekerjaan perakitan
(line Heating) diakibatkan oleh perbedaan antara konstruksi denan menghilangkan
elongasi (penguluran, pemanjangan, dan deformasi yang terjadi pada setiap
pemuaian) antara sisi yang dipanaskan dengan tahap pekerjaan.
sisi yang belakangnya. Selain itu pada saat Untuk membuat bentuk-bentuk lengkung yang
pendinginan, terdapat elongasi pada sisi tidak terlalu sulit seperti pelat-pelat untuk dasar
belakang yang disebabkan oleh dampak ganda, sebelum dilakukan pemanasan garis,
pengerutan sisi yang dipanaskan. terlebih dahulu pelat-pela tersebut dibentuk
secara mekanis dengan menggunakan mesin rol
KAPAL 74
sesuai dengan tanda-tanda (marking line) yang Pada konstruksi lambung kapal, proses yang
ada pada pelat tersebut. Tujuan pembentukan digunakan untuk menyambung antar pelat baja
awal dengan mesin rol disamping untuk yaitu pengelasan. Pengelasan adalah proses
mempermudah pekerjaan pembentukan dengan penyambungan antara dua bagian logam atau
pemanasan garis, juga dimaksudkan untuk lebih dengan menggunakan energi panas. Karena
mempercepat waktu pekerjaan, karena bila proses ini maka logam disekitar lasan mengalami
pembuatan bentuk-bentuk pelat seluruhnya siklus thermal cepat yang menyebabkan
dilakukan dengan pemanasan garis, pekerjaan terjadinya perubahan-perubahan metalurgi yang
akan lama sehingga kurang produktif. Kecuali rumit, dimana pada akhirnya sifat-sifat dari baja
untuk bentuk-bentuk lengkung yang sulit seperti tersebut termasuk sifat mekanis dapat berubah.
pada bagian ceruk belakang (dekat poros Proses pengelasan yang umumnya digunakan
kemudi), pembentukan pelat seluruhnya adalah Las SMAW (Shielded Metal-Arc Welding
dilakukan dengan pemasan garis. Ini disebabkan / Las Elektroda Terbungkus), yaitu suatu cara
karena bentuk-bentuk tersebut tidak bisa pengelasan dengan menggunakan kawat
dilengkungkan terlebih dahulu dengan mesin rol. elektroda logam yang dibungkus dengan fluks.

Di Amerika, Jepang dan Inggris penggunaan Pada bagian konstruksi lambung ini, pelat baja
teknik ini telah diijinkan oleh American Beareu mengalami beberapa kali siklus thermal yaitu
of Shipping (ABS), Lloyd Register of Shipping proses fairing dan pengelasan. Hal ini
(LR) & Nippon Kaiji Kokkan (NKK) sejak tahun memungkinkan terjadinya perubahan sifat
1982. Di Indonesia pelat baja kelas A yang mekanik. Oleh karena itu pada penelitian ini
diproduksi oleh PT. Krakatau Steel banyak ingin membahas pengaruh proses fairing
dipergunakan dalam pembuatan kapal dan harus terhadap sifat mekanis sambungan pelat pada
mengalami proses pembentukan dengan cara bagian lambung kapal.
panas.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Pada proses fairing ini material akan mengalami
perubahan mikrostruktur dan kekuatan mekanis. Benda uji diambil dari pemotongan sambungan
Suatu material jika dibiarkan dipanasi beberapa pelat baja marine dengan tebal 10 mm yang telah
lama, dapat terjadi suatu perubahan molekul dan mengalami proses fairing dan disambung dengan
pertumbuhan butir-butir kristal. Dapat terjadi las SMAW. Komposisi kimia dan kekuatan tarik
pula proses-proses transformasi metalurgi yang pelat baja marine yang digunakan sebagai benda
tergantung pada laju pendinginan. Oleh karena uji dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 di bawah ini.
itu dalam penerapan praktis fairing, pemanasan
dan pendinginan dilakukan dalam selang waktu Tabel 1 Elemen Paduan Pelat Baja Marine
yang sangat pendek sehingga hanya ada sedikit
waktu yang memungkinkan terjadinya
perubahan molekul dan pertumbuhan butir-butir. Komposisi Kimia
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanasan Unsur
dan pendinginan pada proses fairing adalah 100 (%)
temperatur pemanasan dan media pendingin C 6.8
yang digunakan. Apabila fairing dikontrol
dengan baik tidak akan terdeteksi adanya Si 1.7
transformasi struktur kristal. Struktur mikro baja Mn 74.7
mempengaruhi sifat-sifat mekanik yang dimiliki.
Pada umumnya struktur mikro dari baja P 0.8
tergantung dari kecepatan pendinginan dari suhu
daerah austenit sampai ke suhu kamar. Karena S 1.3
perubahan struktur ini maka dengan sendirinya
Al 4.7
sifat-sifat mekanik yang dimiliki juga berubah.

KAPAL 75
Tabel 2 Kekuatan Tarik Pelat Baja Marine Proses Fairing
Pelat baja yang akan dijadikan benda uji terlebih
dahulu mengalami proses perlakuan panas,
disimulasikan seperti halnya proses fairing yang
Kekuatan Tarik terjadi di lapangan. Simulasi proses fairing
tersebut dilakukan di Laboratorium Metalurgi
Yield Strength 327 N/mm2 Fisik Jurusan Teknik Mesin Universitas
Diponegoro.
Tensile Strength 449 N/mm2 Pelat baja dipanasi dengan menggunakan
brander dengan diameter 2.5 mm. Efek
Elongation 23 % pemanasan dihasilkan dari variasi pengaturan
tekanan / aliran gas asetilen dan oksigen.
Pendinginan dilakukan dengan menggunakan
media udara, tidak menggunakan media air atau
Diagram alir proses penelitian dapat dilihat pada lainnya. Suhu pemanasan yang digunakan adalah
gambar 1 di bawah ini. sekitar 400 oC.

Dua buah pelat yang telah mengalami proses


fairing disambung dengan las SMAW. Peralatan
las SMAW yang digunakan diantaranya adalah
mesin las merk KRISBOW TRA 160 dan
menggunakan elektrode dengan diameter 2,6
mm. Sedangkan arus yang digunakan adalah 115
A pada 220 V.

Pengujian Benda Uji


Dalam penelitian ini dilakukan pengujian
metalografi optik, pengujian kekerasan
Rockwell, dan pengujian tarik.
a. Pengujian Metalografi Optik
Pengujian metalografi optik dilakukan di
Laboratorium Metalurgi Fisik Jurusan Teknik
Mesin Universitas Diponegoro Semarang.
Pengujian metalografi optik dilakukan terhadap
benda uji dengan tujuan untuk mengetahui
struktur mikro sambungan pelat baja marine
yang telah mengalami proses fairing dan
disambung dengan las SMAW.

Gambar 1. Diagram alir proses penelitian.

KAPAL 76
Ukuran benda uji menurut ASTM E 8 dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Benda uji pengujian metalografi Gambar 4. Sample Uji Tarik.


optik.

HASIL DAN PEMBAHASAN


b. Pengujian Kekerasan
A. ELEMEN PADUAN PELAT BAJA
Penelitian ini mengunakan metode Rockwell
MARINE.
skala B dengan penetrator bola baja dengan
Dari hasil observasi lapangan ke PT. Jasa Marina
diameter 1/16 inch, dimana beban minor adalah
Indah Semarang diperoleh data mengenai
10 kgf dan beban mayornya adalah 90 kgf
komposisi elemen paduan pelat baja marine
sehingga total beban 100 kgf. Tujuan dari
seperti yang dapat dilihat pada tabel 1
pengujian ini adalah untuk mengukur nilai
sebelumnya.
kekerasan sambungan pelat baja marine yang di
fairing dan disambung menggunakan las Berdasarkan data komposisi elemen padauan
SMAW. Pengujian dilakukan di Laboratorium pada tabel 1. pelat baja marine mempunyai
Metalurgi Fisik Jurusan Teknik Mesin kandungan karbon 16.8 %. Karbon (C) adalah
Universitas Diponegoro Semarang. Benda uji unsur yang menstabilkan austenite dan dengan
yang digunakan untuk pengujian kekerasan sama cara demikian, meningkatkan rentang
dengan benda uji pengujian metalografi optik. pembentukan austenite dalam baja. Unsur
karbon adalah elemen intersisi yang menempati
celah antara atom-atom pada struktur kristal.
Pada prosentase 0.022 %, kelarutan maksimum
karbon pada temperatur ruang dapat
meningkatkan kekuatan dengan cara penguatan
larutan padat intersisi (Intertitial Solid Solution
Titik Hardening). Jika kandungan karbon lebih
Identasi banyak, yaitu diatas 0.022 %, akan terbentuk
karbida besi yang disebut cementite (Fe3C).
Karbon mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap karakteristik baja. Karbon merupakan
elemen utama pengerasan baja. Kekerasan dan
kekuatan tarik meningkat dengan meningkatnya
Gambar 3. Benda Uji Pengujian
kadar karbon, akan tetapi keuletan dan
Kekerasan.
kemampulasan menurun dengan meningkatnya
karbon. Oleh karena itu, kandungan karbon
harus dijaga. Kandungan karbon yang tinggi
c. Pengujian Tarik akan meningkatkan kepekaan terhadap retak
Uji Tarik dilakukan di Laboratorium Bahan dan hydrogen (hydrogen cracking) dalam HAZ.
Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil Universitas
Diponegoro Semarang. Standar acuan yang Silikon pada pelat baja marine mempunyai kadar
digunakan pada uji tarik ini adalah ASTM E 8. 1.7 %, dimana silikon berfungsi sebagai

KAPAL 77
deoksidizer karena menghilangkan oksigen meningkatnya kadar sulfur. Sulfur umumnya
terlarut dalam baja cair selama proses ditemukan dalam bentuk sulfide inclusions.
penghalusan baja. Oksigen dalam baja bisa Kandungan sulfur dikontrol pada kadar yang
membentuk inklusi oksida yang menurunkan rendah. Keuntungan penambahan sulfur
keuletan, ketangguhan dan ketahanan fatigue. diantaranya adalah meningkatkan
Silikon juga berfungsi sebagai penstabil ferrite. machineability. Dari data komposisi, pelat baja
Silikon kurang efektif dibandingkan mangan marine mengandung sulfur 1.3 % dan
dalam usaha meningkatkan kekuatan dan perbandingan antara mangan-sulfur di atas 20 :
kekerasan. 1. Sulfur berperan membentuk inklusi dan tidak
memberikan banyak pengaruh terhadap
Unsur mangan dapat berfungsi untuk menaikkan temperatur transisi, tetapi menurunkan keuletan
kekuatan dari baja yaitu dengan bereaksi dengan matriks atau menurunkan keuletan pada arah
sulfur, untuk membentuk inklusi lunak MnS tegak lurus terhadap arah pengerolan, sebab
yang menaikkan kekuatan luluh. Dengan inklusi tersebut memanjang pada arah
meningkatkan kadar mangan, dapat pengerolan.
meningkatkan kekuatan dan kekerasan. Dan
dengan meningkatnya kadar mangan, maka Aluminium digunakan sebagai deoksidan dan
keuletan dan kemampulasan menurun. Akan juga untuk mengontrol pertumbuhan butiran
tetapi efek mangan tidak sebesar efek karbon. austenite. Alumunium merupakan paduan yang
Mangan mempunyai efek yang signifikan sangat efektif untuk mengontrol pertumbuhan
terhadap kemampukerasan baja. Selain itu, butir pada proses quenching.
mangan memperlambat tranformasi austenite
sewaktu dalam proses pendinginan. Mangan B. UJI METALOGRAFI OPTIK.
ditambahkan ke dalam baja dengan rasio Dari hasil pengujian metalografi optik diperoleh
mangan-sulfur standar sebesar 20 : 1. Tanpa gambar struktur mikro sambungan pelat baja
mangan, sulfur akan berkombinasi dengan besi marine yang telah mengalami proses fairing dan
dan membentuk sulfida besi (FeS), yang di sambung dengan las SMAW.
merupakan paduan getas dimana ketangguhan
dan keuletan yang dimilikinya sangat rendah
sehingga mengakibatkan hot shortness. Hot 4 3 2 1
shortness adalah kondisi dimana paduan seperti
FeS atau elemen-elemen tidak larut mempunyai
titik leleh rendah (energi ikatan rendah) sehingga
menyebabkan terbentuknya kondisi permukaan
retak yang tidak dapat diterima selama Gambar 5. Posisi Pengambilan Gambar
pengerolan panas. Mangan termasuk elemen
Stuktur Mikro.
subtitusi dan bisa mengganti atom besi dalam
lattice BCC atau FCC.

Phosfor merupakan elemen sisa dalam baja dan


secara hati-hati dibatasi sampai kandungan di
bawah 0,02 %. Phosfor meningkatkan kekuatan
dan kekerasan, tetapi menurunkan keuletan dan
ketangguhan impact baja.

Kandungan 0-0,05 % sulfur, apabila mangan


tidak cukup, sulfur akan bereaksi dengan besi
pada batas butir, sehingga akan mengakibatkan
retak selama proses kerja. Sulfur menurunkan
keuletan dan ketangguhan impact. Selain itu
juga, kemampuan las menurun dengan

KAPAL 78
Gambar 8. Struktur Mikro Daerah Las
(Posisi 3). Perbesaran 400X
dengan etsa nital 1%.

Gambar 6. Struktur Mikro Daerah Logam


Dasar (Posisi 1). Perbesaran
400X dengan etsa nital 1%.

Gambar 9. Struktur Mikro Daerah Transisi


AF Antara Logam Dasar dengan
Daerah Las (Posisi 4).
Perbesaran 400X dengan etsa
nital 1%.

Berdasarkan hasil metalografi optik diatas


menunjukan adanya struktur mikro pearlite dan
ferrite. Pearlite yang dimaksud adalah struktur
*Keterangan : AF = Acicular Ferrite yang berwarna gelap sementara ferrite yang
berwarna cerah. Ferrite mempunyai sel satuan
Gambar 7. Struktur Mikro Daerah Transisi BCC, mempunyai titik mulur yang baik dan
Antara Logam Dasar dengan menjadi getas pada temperatur rendah. Stabil
Daerah Las (Posisi 2). pada temperatur rendah, kelarutan padat terbatas,
Perbesaran 400X dengan etsa dapat berada bersama Fe3C (cementite) atau
nital 1%. yang lainnya. Ferrite dipengaruhi oleh unsur C,
dalam pelat baja marine kandungan C sekitar
16,8 %. Ferrite besifat ulet dan lunak.
Sedangkan Pearlite strukturnya terdiri dari
lapisan alpha-ferrite dan cementite yang terjadi
di beberapa logam baja dan besi. Pearlite
terbentuk oleh eutectoid sebagai reaksi austenite
yang mengalami pendinginan lambat di bawah
suhu 727oC.

Dari gambar 7 dan Gambar 9 terlihat perbedaan


antara daerah las dengan daerah logam dasar.
Terlihat daerah las lebih gelap dibandingkan
daerah logam dasar. Hal ini disebabkan karena
logam dasar mengandung lebih banyak ferrite
dibandingkan logam las. Hal ini dapat terlihat
KAPAL 79
lebih jelas dengan membandingkan antara Dari Gambar diatas terlihat bahwa nilai
Gambar 6 dengan Gambar 8. kekerasan tertinggi adalah pada daerah logam
las. Sedangkan nilai kekerasan terendah adalah
Dalam pelat baja marine mengandung unsur- pada daerah logam dasar (3). Hal ini dapat
unsur penstabil, misalnya Si yaitu unsur disebabkan karena pada daerah logam las paling
penstabil ferrite. Unsur ini berfungsi sedikit mengandung struktur mikro ferrite,
meningkatkan tempratur eutectoid, transformasi dimana ferrite mempunyai sifat ulet dan lunak.
pearlite cenderung lebih dini pada temperature Sedangkan pada logam dasar (3) mengandung
tinggi dalam baja. struktur mikro ferrite paling banyak diantara ke
tiga daerah tersebut, pada daerah transisi tersebut
C. UJI KEKERASAN ROCKWELL. pada (bagian bawah) logam dasar dekat dengan
Pengujian kekerasan dilakukan dengan metode fusion line terlihat mengandung banyak struktur
Rockwell skala B dengan gaya indentasi total mikro ferrite. Secara keseluruhan nilai kekerasan
100 kgf. Pengujian ini dilakukan pada lima titik rata-rata logam las lebih besar daripada logam
pada daerah logam dasar dan delapan titik pada dasar, dan dapat dilihat pada gambar 12 di
daerah logam las. Nilai kekerasan bawah ini.
direpresentasikan pada gambar 10.

Perbandingan Nilai Kekerasan Logam Dasar


dengan Logam Las

3 2 1
82.00
KEKERASAN
ROCKWELL

80.00
NILAI

78.00
76.00

Gambar Peta Indentasi. 74.00

10. Logam Dasar Logam Las

Gambar Perbandingan Nilai Kekerasan


12. Rata-rata Logam Dasar dengan
Nilai Kekerasan Rockwell Sambungan Pelat Baja Logam Las.
Marine

82 D. UJI TARIK.
Nilai Kekerasan

80
Rockwell

78
76
74
72

Logam Dasar (1) Logam Las (2) Logam Dasar (3)

Gambar Nilai Kekerasan Rata-rata


11. Sambungan Pelat Baja Marine Gambar Gambar patahan spesimen uji
yang mengalami Proses Fairing 13. tarik.
dan Disambung dengan Las
SMAW.
Data mengenai kekuatan tarik sambungan pelat
baja marine dapat dilihat pada tabel 3.

KAPAL 80
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Struktur mikro yang terbentuk adalah


ferrite dan pearlite, dimana pada bagian
Tabel 3 Kekuatan Tarik Sambungan Pelat logam las mempunyai struktur mikro
Baja Marine pearlite yang lebih banyak dibandingkan
dengan logam dasar.
2. Nilai kekerasan rata-rata logam las lebih
Kekuatan Tarik Sambungan Pelat Baja besar daripada logam dasar, yaitu 80,75
Marine HRB, sedangkan nilai kekerasan rata-
rata logam dasar adalah 76,75 HRB.
Yield Strength (YS) 347 N/mm2 3. Proses fairing pada sambungan pelat
yang disambung dengan las SMAW
Tensile Strength (TS) 401 N/mm2 tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kekuatan tarik. Yield
Elongation 24 % Strength sambungan pelat sebesar 347
N/mm2, Tensile Strength sambungan
sebesar 401 N/mm2 dan elongation
Dari tabel 3 di atas terlihat bahwa kekuatan sambungan adalah 24 %.
sambungan pelat tidak terlalu berbeda dengan B. SARAN
kekuatan pelat baja marine (pelat logam dasar). 1. Untuk penelitian selanjutnya dapat
Nilai YS sambungan sedikit lebih besar dari nilai dilakukan dengan menggunakan variasi
YS pelat yaitu 347 N/mm2, sedangkan nilai YS temperatur pada proses fairing.
pelat adalah 327 N/mm2. Untuk nilai TS 2. Elektroda yang digunakan disesuaikan
sambungan besarnya lebih kecil daripada nilai dengan pelat logam dasar.
TS pelat yaitu 401 N/mm2, sedangkan nilai TS
pelat adalah 449 N/mm2. Sedangkan perbedaan DAFTAR PUSTAKA
Elongation (perpanjangan) sangat kecil hanya 1 1. Anonimous, , Effect of Alloying
%. Jadi dapat dikatakan bahwa adanya proses Element, Literatur Bahan,
fairing dan pengelasan SMAW tidak mempunyai http://www.pvsteel.com.
pengaruh yang signifikan terhadap kekuatan 2. Anonimous, , Hot Roll Coil/Plate,
tarik sambungan pelat. Literatur Bahan :
www.Krakatausteel.com
Proses fairing pada penelitian ini dengan 3. Anonimous, ...., Steel
temperatur 400 oC, tidak merubah struktur mikro Alloys,Lincoln Machine Inc.
akan tetapi dapat berfungsi untuk 4. Bramfitt, L Bruce, Material Part 1,
menghilangkan tegangan sisa. Logam cenderung International Steel Group Inc, Research
mengalami distorsi dan pelengkungan pada Laboratories Bethlehen, Pensylvania.
pemesinan yang menghilangkan tegangan sisa 5. Callister Jr, William. D, 1994,
secara tidak simetris. Proses tersebut dinamakan Material Science And Engineering , 3rd
Anil. edition, John Wiley & Sons, Inc.,
Hoboken, New Jersey.
Dari Gambar 12 terlihat bahwa sambungan patah 6. Furunaka JICA SV Team, 2002,
pada bagian lasan. Hal ini dapat disebabkan Fairing Work Guide Work, Plambang.
karena elektrode yang digunakan pada proses 7. H. E. Pattee, R. M. Evans, and R. E.
pengelasan SMAW tidak sesuai dengan pelat Monroe, 1969, Flame Straightening
(logam dasar). and Its Effect on Base Metal

KAPAL 81
Properties, Battelle Memorial Institute,
Columbus, Ohio
8. Hanus Frank, Hubo Ralf, 199, Flame
Straigthening of Thermomechanically
Rolled Structurall Steel, Verlag
Stahleisen GmbH, Dusseldorf.
9. Kalpakjian, Serope, (2001),
Manufacturing Engineering and
Technology, 3rd edition, Addison-
Wesley Publishing Company.
10. Narli Ebru, SariOZ Kadir, 2003, The
Automated Fairing of Ship Hull Lines
Using Formal Optimisation Methods,
Istanbul Technical University, Faculty
of Naval Architecture and Ocean
Engineering, Istanbul, TURKEY
11. Vlack Van H Lawrence, 1995, Ilmu
Dan Teknologi Bahan, Edisi Ke-5, PT
Gelora Aksara Pratama, Jakarta.
12. W. Pribadi Triwilaswandio,
Hendroprasetyo Wing, 1997, Pengaruh
Proses Pembentukan Cara Panas
(Flame Heating Technique) pada
Kekuatan Mekanis Pelat Baja Kelas A
BKI Produksi Krakata Steel , JURNAL
TEKNOLOGI KELAUTAN Vol. 1, No.
1, hal. 3 11.
13. Wiryosumarto, Harsono, 2000,
Teknologi Pengelasan Logam, PT
Pradnya Paramita, Jakarta.

KAPAL 82

Anda mungkin juga menyukai