10majalah Sulaiman Oke PDF
10majalah Sulaiman Oke PDF
Sulaiman *
ABSTRAK
This research studied the fairing process effect on mechanical properties of plate joint of ship. The
plate used in this research is marine steel plate, grade A of BKI, thickly 10 mm. By metalografi testing obtained
the microstructure of plate joint are ferrite and pearlite. The hardness number of basemetal is 80.75 HRB, while
the hardness number of weld is 76.75 HRB. From tensile test obtained fairing process have not significant effect,
where the Yield Strength of plate joint is 347 N/mm2, the Tensile Strength is 347 N/ mm2, and the elongation is
24 %.
PENDAHULUAN
Baja kapal yang digunakan dianjurkan Teknik fairing dapat dilakukan dengan
mempunyai susunan kimia, deoksidasi dua cara yaitu pemanasan garis (line heating)
pengelolaan panas atau sifat mekanik yang sudah dan pemanasan setempat (spot heating). Di
mendapat persetujuan Biro Klasifikasi Indonesia perusahaan Dok dan Galangan Kapal PT. Jasa
(BKI). Marina Indah, Pelabuhan Tanjung Mas
Di perusahaan galangan-galangan kapal, Semarang, proses pembuatan bentuk-bentuk
pelat baja pada konstruksi lambung mengalami lengkung kebanyakan dilakukan dengan
pelengkungan/pembengkokan disesuaikan menggunakan metode pemanasan garis (line
dengan gambar rencana garis kapal yang heating).
bersangkutan (Lines Plan). Untuk pelengkungan Manfaat penggunaan teknik pemanasan
dilakukan dengan proses Fairing. Teknik garis pada proses pelengkungan pelat baja adalah
Pelengkungan pelat baja dengan cara panas sebagai berikut :
(fairing) atau flame heating technique banyak Mengurangi pekerjaan yang
dipergunakan pada proses produksi kapal. menggunakan peralatan penekan yang
Teknik ini memanfaatkan pemanasan dengan berat.
menggunakan nyala api brander untuk membuat Mendapatkan hasil yang lebih akurat
bentuk-bentuk lengkung atau menghilangkan pada proses pembuatan bentuk
deformasi pada pelat baja. lengkung pela.
Proses fairing merupakan suatu metode Dapat diaplikasikan untuk
yang dilakukan untuk melengkungkan suatu plat pembentukan pelat-pelat dengan
dengan cara dipanaskan. Pelengkungan yang ukuran besar.
disebabkan oleh pemanasan pada garis desain Memudahkan pekerjaan perakitan
(line Heating) diakibatkan oleh perbedaan antara konstruksi denan menghilangkan
elongasi (penguluran, pemanjangan, dan deformasi yang terjadi pada setiap
pemuaian) antara sisi yang dipanaskan dengan tahap pekerjaan.
sisi yang belakangnya. Selain itu pada saat Untuk membuat bentuk-bentuk lengkung yang
pendinginan, terdapat elongasi pada sisi tidak terlalu sulit seperti pelat-pelat untuk dasar
belakang yang disebabkan oleh dampak ganda, sebelum dilakukan pemanasan garis,
pengerutan sisi yang dipanaskan. terlebih dahulu pelat-pela tersebut dibentuk
secara mekanis dengan menggunakan mesin rol
KAPAL 74
sesuai dengan tanda-tanda (marking line) yang Pada konstruksi lambung kapal, proses yang
ada pada pelat tersebut. Tujuan pembentukan digunakan untuk menyambung antar pelat baja
awal dengan mesin rol disamping untuk yaitu pengelasan. Pengelasan adalah proses
mempermudah pekerjaan pembentukan dengan penyambungan antara dua bagian logam atau
pemanasan garis, juga dimaksudkan untuk lebih dengan menggunakan energi panas. Karena
mempercepat waktu pekerjaan, karena bila proses ini maka logam disekitar lasan mengalami
pembuatan bentuk-bentuk pelat seluruhnya siklus thermal cepat yang menyebabkan
dilakukan dengan pemanasan garis, pekerjaan terjadinya perubahan-perubahan metalurgi yang
akan lama sehingga kurang produktif. Kecuali rumit, dimana pada akhirnya sifat-sifat dari baja
untuk bentuk-bentuk lengkung yang sulit seperti tersebut termasuk sifat mekanis dapat berubah.
pada bagian ceruk belakang (dekat poros Proses pengelasan yang umumnya digunakan
kemudi), pembentukan pelat seluruhnya adalah Las SMAW (Shielded Metal-Arc Welding
dilakukan dengan pemasan garis. Ini disebabkan / Las Elektroda Terbungkus), yaitu suatu cara
karena bentuk-bentuk tersebut tidak bisa pengelasan dengan menggunakan kawat
dilengkungkan terlebih dahulu dengan mesin rol. elektroda logam yang dibungkus dengan fluks.
Di Amerika, Jepang dan Inggris penggunaan Pada bagian konstruksi lambung ini, pelat baja
teknik ini telah diijinkan oleh American Beareu mengalami beberapa kali siklus thermal yaitu
of Shipping (ABS), Lloyd Register of Shipping proses fairing dan pengelasan. Hal ini
(LR) & Nippon Kaiji Kokkan (NKK) sejak tahun memungkinkan terjadinya perubahan sifat
1982. Di Indonesia pelat baja kelas A yang mekanik. Oleh karena itu pada penelitian ini
diproduksi oleh PT. Krakatau Steel banyak ingin membahas pengaruh proses fairing
dipergunakan dalam pembuatan kapal dan harus terhadap sifat mekanis sambungan pelat pada
mengalami proses pembentukan dengan cara bagian lambung kapal.
panas.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Pada proses fairing ini material akan mengalami
perubahan mikrostruktur dan kekuatan mekanis. Benda uji diambil dari pemotongan sambungan
Suatu material jika dibiarkan dipanasi beberapa pelat baja marine dengan tebal 10 mm yang telah
lama, dapat terjadi suatu perubahan molekul dan mengalami proses fairing dan disambung dengan
pertumbuhan butir-butir kristal. Dapat terjadi las SMAW. Komposisi kimia dan kekuatan tarik
pula proses-proses transformasi metalurgi yang pelat baja marine yang digunakan sebagai benda
tergantung pada laju pendinginan. Oleh karena uji dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 di bawah ini.
itu dalam penerapan praktis fairing, pemanasan
dan pendinginan dilakukan dalam selang waktu Tabel 1 Elemen Paduan Pelat Baja Marine
yang sangat pendek sehingga hanya ada sedikit
waktu yang memungkinkan terjadinya
perubahan molekul dan pertumbuhan butir-butir. Komposisi Kimia
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanasan Unsur
dan pendinginan pada proses fairing adalah 100 (%)
temperatur pemanasan dan media pendingin C 6.8
yang digunakan. Apabila fairing dikontrol
dengan baik tidak akan terdeteksi adanya Si 1.7
transformasi struktur kristal. Struktur mikro baja Mn 74.7
mempengaruhi sifat-sifat mekanik yang dimiliki.
Pada umumnya struktur mikro dari baja P 0.8
tergantung dari kecepatan pendinginan dari suhu
daerah austenit sampai ke suhu kamar. Karena S 1.3
perubahan struktur ini maka dengan sendirinya
Al 4.7
sifat-sifat mekanik yang dimiliki juga berubah.
KAPAL 75
Tabel 2 Kekuatan Tarik Pelat Baja Marine Proses Fairing
Pelat baja yang akan dijadikan benda uji terlebih
dahulu mengalami proses perlakuan panas,
disimulasikan seperti halnya proses fairing yang
Kekuatan Tarik terjadi di lapangan. Simulasi proses fairing
tersebut dilakukan di Laboratorium Metalurgi
Yield Strength 327 N/mm2 Fisik Jurusan Teknik Mesin Universitas
Diponegoro.
Tensile Strength 449 N/mm2 Pelat baja dipanasi dengan menggunakan
brander dengan diameter 2.5 mm. Efek
Elongation 23 % pemanasan dihasilkan dari variasi pengaturan
tekanan / aliran gas asetilen dan oksigen.
Pendinginan dilakukan dengan menggunakan
media udara, tidak menggunakan media air atau
Diagram alir proses penelitian dapat dilihat pada lainnya. Suhu pemanasan yang digunakan adalah
gambar 1 di bawah ini. sekitar 400 oC.
KAPAL 76
Ukuran benda uji menurut ASTM E 8 dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
KAPAL 77
deoksidizer karena menghilangkan oksigen meningkatnya kadar sulfur. Sulfur umumnya
terlarut dalam baja cair selama proses ditemukan dalam bentuk sulfide inclusions.
penghalusan baja. Oksigen dalam baja bisa Kandungan sulfur dikontrol pada kadar yang
membentuk inklusi oksida yang menurunkan rendah. Keuntungan penambahan sulfur
keuletan, ketangguhan dan ketahanan fatigue. diantaranya adalah meningkatkan
Silikon juga berfungsi sebagai penstabil ferrite. machineability. Dari data komposisi, pelat baja
Silikon kurang efektif dibandingkan mangan marine mengandung sulfur 1.3 % dan
dalam usaha meningkatkan kekuatan dan perbandingan antara mangan-sulfur di atas 20 :
kekerasan. 1. Sulfur berperan membentuk inklusi dan tidak
memberikan banyak pengaruh terhadap
Unsur mangan dapat berfungsi untuk menaikkan temperatur transisi, tetapi menurunkan keuletan
kekuatan dari baja yaitu dengan bereaksi dengan matriks atau menurunkan keuletan pada arah
sulfur, untuk membentuk inklusi lunak MnS tegak lurus terhadap arah pengerolan, sebab
yang menaikkan kekuatan luluh. Dengan inklusi tersebut memanjang pada arah
meningkatkan kadar mangan, dapat pengerolan.
meningkatkan kekuatan dan kekerasan. Dan
dengan meningkatnya kadar mangan, maka Aluminium digunakan sebagai deoksidan dan
keuletan dan kemampulasan menurun. Akan juga untuk mengontrol pertumbuhan butiran
tetapi efek mangan tidak sebesar efek karbon. austenite. Alumunium merupakan paduan yang
Mangan mempunyai efek yang signifikan sangat efektif untuk mengontrol pertumbuhan
terhadap kemampukerasan baja. Selain itu, butir pada proses quenching.
mangan memperlambat tranformasi austenite
sewaktu dalam proses pendinginan. Mangan B. UJI METALOGRAFI OPTIK.
ditambahkan ke dalam baja dengan rasio Dari hasil pengujian metalografi optik diperoleh
mangan-sulfur standar sebesar 20 : 1. Tanpa gambar struktur mikro sambungan pelat baja
mangan, sulfur akan berkombinasi dengan besi marine yang telah mengalami proses fairing dan
dan membentuk sulfida besi (FeS), yang di sambung dengan las SMAW.
merupakan paduan getas dimana ketangguhan
dan keuletan yang dimilikinya sangat rendah
sehingga mengakibatkan hot shortness. Hot 4 3 2 1
shortness adalah kondisi dimana paduan seperti
FeS atau elemen-elemen tidak larut mempunyai
titik leleh rendah (energi ikatan rendah) sehingga
menyebabkan terbentuknya kondisi permukaan
retak yang tidak dapat diterima selama Gambar 5. Posisi Pengambilan Gambar
pengerolan panas. Mangan termasuk elemen
Stuktur Mikro.
subtitusi dan bisa mengganti atom besi dalam
lattice BCC atau FCC.
KAPAL 78
Gambar 8. Struktur Mikro Daerah Las
(Posisi 3). Perbesaran 400X
dengan etsa nital 1%.
3 2 1
82.00
KEKERASAN
ROCKWELL
80.00
NILAI
78.00
76.00
82 D. UJI TARIK.
Nilai Kekerasan
80
Rockwell
78
76
74
72
KAPAL 80
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
KAPAL 81
Properties, Battelle Memorial Institute,
Columbus, Ohio
8. Hanus Frank, Hubo Ralf, 199, Flame
Straigthening of Thermomechanically
Rolled Structurall Steel, Verlag
Stahleisen GmbH, Dusseldorf.
9. Kalpakjian, Serope, (2001),
Manufacturing Engineering and
Technology, 3rd edition, Addison-
Wesley Publishing Company.
10. Narli Ebru, SariOZ Kadir, 2003, The
Automated Fairing of Ship Hull Lines
Using Formal Optimisation Methods,
Istanbul Technical University, Faculty
of Naval Architecture and Ocean
Engineering, Istanbul, TURKEY
11. Vlack Van H Lawrence, 1995, Ilmu
Dan Teknologi Bahan, Edisi Ke-5, PT
Gelora Aksara Pratama, Jakarta.
12. W. Pribadi Triwilaswandio,
Hendroprasetyo Wing, 1997, Pengaruh
Proses Pembentukan Cara Panas
(Flame Heating Technique) pada
Kekuatan Mekanis Pelat Baja Kelas A
BKI Produksi Krakata Steel , JURNAL
TEKNOLOGI KELAUTAN Vol. 1, No.
1, hal. 3 11.
13. Wiryosumarto, Harsono, 2000,
Teknologi Pengelasan Logam, PT
Pradnya Paramita, Jakarta.
KAPAL 82