Anda di halaman 1dari 6

ACARA III

KULTUR NODUS MELATI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Melati merupakan tanaman bunga hias berupa pedu batang
tegak yang hidup menahun. Melati merupakan genus dari semak dan
tanaman merambat dalam keluarga zaitun (Oleaceae). Perbanyakan
tanaman melati dapat dilakukan dengan cara stek, rundukan dan
cangkokan. Tanaman melati mudah tumbuh sehingga untuk mendapat
hasil tanaman yang seragam dapat dilakukan dengan kultur jaringan.
Kultur jaringan merupakan solusi keberhasilan mendapat bibit yang
tahan penyakit dan menyediakan bibit dalam jumah banyak.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu
memperbanyak tanaman khususnya untuk tanaman yang sulit
dikembangkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur
jaringan mempunyai beberapa keunggulan diantaranya mempunyai
sifat identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang
besar sehingga tidak memerlukan tempat yang luas, menghasilkan bibit
dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu
bibit terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan
dengan perbanyakan konvensional.
Keberhasilan teknik kultur jaringan dipengaruhi antara lain jenis
eksplan yaitu bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan untuk
inisiasi suatu kultur dan komposisi media yang digunakan. Semua
tanaman dapat diregenerasikan menjadi tanaman sempurna
biladitumbuhka pada media yang sesuai. Salah satu komponen yang
menentukan keberhasilan kultur jaringan adalah jenis dan konsentrasi
zat pengatur tumbuh yang digunakan. Sitokinin digunakan untuk
menumbuhkan dan menggandakan tunas aksiler atau rangsangan
pertumbuhantunas adventif. Sitokinin termasuk hormon yang dapat
mempengaruhi pembelahan sel pada jaringan yang ditumbuhkan pada
media buatan.
2. Tujuan
Tujuan praktikum acara Kultur Nodus Melati sebagai berikut:
a. Mengetahui teknik kultur nodus melati (Jasminum officinale)
b. Mengetahui cara sterilisasi dari kultur nodus melati (Jasminum
officinale)
c. Mempelajari cara penanaman kultur nodus melati (Jasminum
officinale)
B. Tinjauan Pustaka
Microcutting merupakan teknik mikroprogasi tanaman berbasis
kultur in vitro dan berhasil diaplikasikan untuk perbanyakan tanaman
dengan menggunakan tunas aksilar sebagai eksplan. Keuntungan teknik ini
adalah terbukanya peluang untuk menghasilkan batang bawah klonal yang
selama ini belum pernah ada pada tanaman karet. Penggunaan batang
bawah klonal akan meningkatkan keseragaman pertanaman karena klon
batang atas didukung oleh batang bawah yang sama dan lebih beragam
dibanding dengan batang bawah asal biji yang digunakan. Eksplan
dikatakan hidup dicirikan dengan terbebas dari kontaminasi seperti bakteri
dan jamur pada tanaman maupun media (Harahap et al. 2015)
Keberhasilan kultur jaringan tergantung beberapa faktor yaitu
faktor lingkungan dan faktor endogen dari eksplan. Faktor lingkungan
meliputi kondisi media, zat pengatur tumbuh (ZPT), suhu, cahaya dan
proporsi sukrosa. Faktor endogen meliputi kondisi eksplan seperti umur,
keadaan fisiologis dan hormon, jenis organ dan ukuran eksplan. ZPT
golongan auksin umumnya digunakan adalah asam naftalenacetat (NAA),
asam indol butirat (IBA) dan asam 2,4 diklorofenoksi acetat (2,4D)
sedangkan golongan sitokini adalah Benzylaminopurin (BAP) atau
Benzyladenine. Auksin berperan merangsang pembelahan dan pembesaran
sel, pembentukan kalus dan akar sedangkan sitokinin memacu
pembentukan tunas (Suyitno dan Henuhili 2010).
Kultur jaringan adalah metode perbanyakan tanaman yang dapat
menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah besar dengan waktu yang relatif
singkat. Bibit tanaman yang dihasilkan lebih sehat dan mutu bibit lebih
terjamin karena bebas patogen. Pemacu induksi tunas secara kultur
tergantung beberapa faktor antara lain sumber eksplan dan zat pengatur
tumbuh. Sumber eksplan menjadi syarat keberhasilan regenerasi budidaya
jaringan. Bagian tanaman yang dijadikan sebagai sumber eksplan adalah
pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon dan hipokotil
(Arif et al. 2014)
Ukuran dan asal eksplan daun berpengaruh terhadap
keberhasilan terbentuk kalus. Eksplan yang berasal dari kultur in vitro
memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungannya adalah eksplan
sudah dalam kondisi steril sehingga tidak membutuhkan sterilisasi eksplan
kembali. Kelemahan dari eksplan yang berasal dari kultur in vitro adalah
ukuran planet berukuran kecil baik batang, daun dan akar
(Sitinjak et al. 2015)
Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan adalah BAP (6-
benzyl amino purine). BAP termasuk ZPT tergolong sitokonin yang
berfungsi meningkatkan pembelahan sel, proliferasi pucuk dan
morfogenesis pucuk. Media tanpa pemberian BAP mengindikasikan suatu
jaringan tumbuhan mengandung hormon endogen yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan suatu jaringan meskipun tidak
ditambahkan zat pengatur tumbuh lain. BAP (6-benzyl aminopurine)
adalah sitokinin tipe adenin yang meningkatkan pembelahan sel dan
pembesaran sel pada kultur tanaman. peningkatan konsentrasi BAP
mengambil peran penting bagi pertumbuhan dan perkembangan eksplan
semakin tinggi ketersediaan sitokinin memacu eksplan untuk lebih cepat
tumbuh dan berkembang menjadi planlet (Fithriyandini et al. 2015)

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Praktikum acara Kultur Biji (Jeruk Nipis) dilaksanakan hari
Senin, 3 April 2017 pukul 11.00-13.00 WIB di Laboratorium Fisiologi
Tanaman dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1. LAF lengkap dengan lampu bunsen
2. Petridish dan botol-botol kuljar
3. Pinset besar dan pisau pemes
b. Bahan
1. Eksplan : melati (Jasminum officinale)
2. Media kultur
3. Alkohol 96%
4. Aquades steril
5. Chlorox (Sunclin)
3. Cara Kerja
a. Sterilisasi eksplan
1. Mengambil nodus tanaman melati
2. Memotong nodus melati sekitar 3-5 cm
3. Mencuci nodus melati dengan memberi air sabun dan
mengojok hingga busa sabun hilang
4. Merendam nodus melati ke dalam larutan aquades steril
b. Penanaman nodus melati
1. Meletakkan eksplan yang steril dalam LAF
2. Mengeluarkan eksplan dari botol dan merendam ke dalam
larutan aquades steril lalu ditiriskan
3. Merendam eksplan ke dalam larutan chlorox selama 1 menit
lalu ditiriskan pada petridish
4. Memotong daun ekplan hingga panggal batang
5. Membuka plastik penutup botol media kultur
6. Mengambil eksplan dan menanam di media kultur dengan
pinset. Satu botol kultur diisi 2 nodus dan pinset harus selalu
dibakar di atas api setelah digunakan
7. Selama penanaman mulut botol harus selalu dekat dengan api
untuk menghindari kontaminasi dan menutup botol kultur
dengan plastik wrap
8. Meletakkan botol media berisi eksplan di rak-rak kultur dan
melakukan pengamatan 3 hari sekali
DAFTAR PUSTAKA

Arif N, Azhar A, Teguh W 2014. Induksi Tunas Gadung (Diocorea hispida


Dennst) secara In Vitro. J Agroteknos 4 (3) : 202-207.

Fithriyandini A, Moch Dawan M, Tatik W 2015. Pengaruh Media Dasar dan 6-


Benzylaminopurine (BAP) terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Nodus Tangkai Bunga Anggrek Bulan
(Phalaenopsis amabilis) dalam Perbanyakan secara In Vitro. J
Produksi Tanaman 3(1) : 43-49.

Harahap S P, Luthfi A M S, Yusuf H 2015. Kajian Awal : Respon Eksplan Nodus


dalam Inisiasi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis
Muell Arg.) dalam Medium MS. J Online Agroekoteknologi 3(1) :
229-237.
Sitinjak M A, Mayta N I, Siti F 2015. Induksi Kalus dari Eksplan Daun In Vitro
Keladi Tikus (Typonium sp) dengan Perlakuan 2,4-D dan Kinetin. J
Biologi 8(1).

Suyitno, Henuhili V 2011. Induksi Kalus dan Organogenesis Tanaman Ngukilo


(Gynura procumbens (Lour.) Merr.) dengan 2,4 D dan Kombinasi
NAA- Air Kelapa secara In Vitro. Prosiding Seminar Nasional
Biology and Local Wisdom; Past, Present And Future, Jurdik
Biologi, Mipa, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juli.

Anda mungkin juga menyukai