Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebakaran merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan oleh pihak
manapun. Kebakaran dapat terjadi dimana saja termasuk ditempat kerja.
Tidak ada tempat kerja yang dapat dijamin bebas risiko dari bahaya
kebakaran. Terjadinya kebakaran ini dapat disebabkan oleh faktor manusia,
kondisi lingkungan maupn manajemen.
Sumber-sumber pemicu terjadinya kebakaran di tempat kerja antara lain
listrik, sambaran petir, pengelasan (pekerjaan kontruksi), pemakaian bahan
dan cairan mudah terbakar, reaksi kimia, percikan/ bunga api, gesekan,
rokok, dan lain-lain. Dengan kebakaran hasil usaha dan upaya yang sekian
lama atau dengansudah payah telh dikerjakan dapat menjadi hilang sama
sekali. Jerih payah selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun dapat
musnah hanya dengan waktu beberapa jam atau bahkan hanya dalam
beberapa menit saja. Oleh karena itu, kebakaran harus dicegah secara
bersama-sama dan dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak terkait.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai definisi, kondisi yang dapat menyebabkan
kebakaran, akseleran, tipe-tipe kebakaran, penyelidikan dan
pengumpulan benda bukti di TKP kebakaran, dan Analisis residu TKP
kebakaran
2. Untuk mengetahui mengenai definisi ledakan, efek dari ledakan, dan
Tipe-tipe ledakan

Kebakaran dan Ledakan


1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebakaran
2.1.1 Definisi
Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung
dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya
api/penyalaan.
Tiga unsur penting dalam kebakaran antara lain:
Bahan bakar dalam jumlah yang cukup (Bahan bakar dengan bahan
padat , cair atau uap /gas)
Zat pengoksidasi/oksigen dalam jumlah yang cukup
Sumber nyala yang cukup untuk menyebabkan kebakaran

2.1.2 Kondisi yang dapat menyebabkan kebakaran


Penyebab kebakaran bermacam-macam, namun yang paling sering
terjadi adalah karena : kelalaian. Selain disebabkan karena kelalaian, ada
pula peristiwa kebakaran yang disebabkan karena peristiwa alam,
penyalaan sendiri, dan ada pula kejadian kebakaran yang memang
disengaja.

1) Kebakaran karena kelalaian

Kelalaian adalah suatu perbuatan yang tidak disengaja, dan


kelalaian ini pula yang sering menimbulkan kejadian kebakaran yang
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian harta benda yang besar.
Hampir pada setiap peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota-
kota besar yang padat penduduknya, terjadinya adalah karena faktor
kelalaian.

Kebakaran dan Ledakan


2
Adapun penyebab dari kelalaian terutama disebabkan karena lack
of knowledge atau lack of training tentang pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, sehingga hal ini menyebabkan sikap dan
perilaku kurang berhati-hati ketika bekerja menggunakan alat dan
bahan-bahan yang dapat menimbulkan api tak terkendali. Disamping
itu, kelalaian bisa timbul disebabkan karena kecenderungan perilaku
tidak bisa mematuhi aturan, kurang memiliki kesadaran pribadi dan
tidak disiplin, serta sikap apatis.

Contoh-contoh dari kelalaian yang dapat menimbulkan kebakaran


misalnya kebiasaan membuang puntung rokok tidak pada tempatnya,
merokok sambil tidur-tiduran, memasang obat nyamuk bakar secara
sembarangan, meletakkan minyak atau bahan-bahan yang mudah
terbakar di sembarang tempat, mengganti kawat sekring listrik dengan
kawat sembarangan, lupa mematikan kompor atau alat-alat listrik,
dan sebagainya.

Peristiwa kebakaran yang terjadi di kota-kota besar yang padat


penduduknya, seperti di Jakarta, sebagian besar disebabkan karena
kelalaian yang berhubungan dengan arus pendek listrik/korsleting.
Berdasarkan data resmi tahun 2013, dari bulan Januari sampai bulan
September jumlah kebakaran di Jakarta mencapai 647 kejadian, dan
kerugian akibat kejadian itu ditaksir mencapai Rp.161,3 miliar.
Jumlah obyek yang terbakar sekitar 1.996 bangunan, di mana 16
bangunan diantaranya adalah bangunan industri dan 96 berupa
kendaraan. Berdasarkan penjelasan resmi dari instansi yang
berwenang, penyebab kebakaran akibat listrik mencapai lebih dari 70
persen.

Arus pendek listrik merupakan penyebab kebakaran yang terbesar,


umumnya terjadi di kawasan padat bangunan, mengingat bahwa

Kebakaran dan Ledakan


3
masyarakat kurang menjaga keamanan jaringan listrik, disamping itu
banyak bangunan yang berusia lebih dari 10 tahun tapi jarang
diperiksa kondisi jaringan listriknya / lalai dalam perawatan jaringan
listrik yang digunakan.

2) Kebakaran karena peristiwa alam

Banyak peristiwa alam yang memicu terjadinya kebakaran, dan


pada umumnya adalah peristiwa alam yang berhubungan dengan
keadaan cuaca, gempa bumi, dan meletusnya gunung berapi.
Penyebab kebakaran dari faktor alam misalnya :

Sinar matahari : Cuaca panas yang lama menyebabkan kekeringan


di kawasan yang luas misalnya kawasan hutan dan perkebunan,
dan hal ini memicu terjadinya kebakaran hebat di kawasan tersebut.
Penyebabnya tidak semata-mata dari cuaca panas dan kekeringan,
melainkan ada campur tangan dari perbuatan manusia.
Peristiwa kebakaran hutan yang sering terjadi di Indonesia maupun
di kawasan dunia lainnya, faktor penyebabnya pada umumnya
adalah musim panas / kekeringan yang lama dan adanya kegiatan
manusia yang sengaja membakar area tertentu yang akan diolah
menjadi perkebunan, namun kebakaran yang ditimbulkan
berkembang menjadi tidak terkendalikan, sehingga api menjalar ke
kawasan yang lebih luas.
Letusan gunung berapi : Akibat dari letusan gunung berapi bisa
menimbulkan kebakaran pada kawasan yang dilalui awan panas
maupun lava yang berasal dari letusan gunung tersebut.
Gempa bumi : Pada peristiwa gempa bumi, goncangan atau
retakan dari tanah dapat merusak bangunan gedung, bahkan

Kebakaran dan Ledakan


4
merobohkan bangunan-bangunan. Akibatnya bisa terjadi korsleting
listrik, sehingga menimbulkan kebakaran.
Petir / Halilintar : Terjadinya petir / halilintar dapat menyebabkan
kebakaran hutan, kebakaran rumah tempat tinggal atau gedung-
gedung bangunan yang tidak dilengkapi dengan alat penangkal
petir.
Angin : Angin dapat memicu terjadinya kebakaran. Penyalaan api
yang digunakan untuk tujuan pembakaran dapat berkembang
menjadi api yang tidak terkendali, pada umumnya disebabkan
karena bertiupnya angin.
Sedangkan angin yang kuat misalnya angin puting beliung atau
tornado dapat menyebabkan kerusakan pada instalasi listrik /
korsleting, sehingga menimbulkan kebakaran.
Disamping itu angin Fohn yang terjadi di kawasan-kawasan
tertentu juga dapat memicu terjadinya kebakaran hutan. Angin
Fohn merupakan angin yang mengalirkan udara hangat, dan hal ini
menyebabkan kekeringan pada area yang luas, sehingga bila di
kawasan tertsebut ada kegiatan pembakaran yang dilakukan oleh
manusia, maka apinya mudah berkembang menjadi tidak
terkendali.

3) Kebakaran karena penyalaan sendiri

Penyalaan sendiri dapat terjadi dalam gudang-gudang


penyimpanan bahan-bahan kimia. Gudang-gudang tempat
penyimpanan kopra juga merupakan tempat yang rawan terhadap
kebakaran. Hal ini disebabkan karena udara yang kering dan
berlangsung lama dapat menimbulkan terjadinya penyalaan sendiri
pada kopra yang disimpan.

4) Kebakaran disebabkan oleh kesengajaan

Kebakaran dan Ledakan


5
Peristiwa kebakaran yang disengaja pada umumnya mempunyai
tujuan-tujuan tertentu, antara lain :

Sabotase untuk menimbulkan kekacauan atau huru-hara, biasanya


karena alasan-alasan politis,
Mencari keuntungan pribadi, misalnya untuk mendapatkan ganti
rugi dari asuransi.
Untuk menghilangkan jejak kejahatan dengan cara membakar
tempat penyimpanan dokumen-dokumen penting.
Untuk tujuan taktis dalam peperangan, misalnya dengan jalan
bumi hangus.
2.1.3 Akseleran
Akseleran adalah zat yang digunakan untuk mempercepat
suatu proses. Dalam hal kebakaran dan ledakan akseleran bisa
dikatakan adalah zat kimia yang dapat mempercepat proses terjadinya
kebakaran atau ledakan. Zat yang dapat mempercepat kebakaran
diantaranya adalah zat yang dapat/mudah terbakar. Zat yang dapat
mudah terbakar yang dapat menjadi akseleran untuk terjadinya proses
kebakaran yaitu bahan kimia mudah terbakar adalah bahan mudah
bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran yang
sangat besar. Reaksi kebakaran yang amat cepat juga dapat
menghasilkan suatu ledakan. Bahan cair dinyatakan mudah terbakar
bila titik nyala > 21 oC dan 55 oC pada tekanan 1 atm. Bahan cair
dinyatakan sangat mudah terbakar 1 atm. Gas ini dinyatakan mudah
terbakar jika titik didih < 20 oC pada tekanan 1 atm. Bahan mudah
terbakar dapat di bedakan menjadi :
a. Zat cair mudah terbakar
Zat ini adalah yang paling banyak ditemui dalam industri
yang dikenal sebagai pelarut organik. Contohnya adalah eter,
alkohol, aseton, benzena, heksa, dan lain-lain. Pelarut-pelarut
tersebut pada suhu kamar menghasilkan uap yang dalam

Kebakaran dan Ledakan


6
perbandingan tertentu dapat terbakar oleh adanya api terbuka atau
loncatan listrik. Pengalaman menunjukan bahwa uap pelarut dapat
berdifusi sejauh 3 meter menuju titik api atau seolah-olah kita
melihat api menyambar pelarut organik pada jarak tersebut.
Kecenderungan suatu pelarut organik untuk mudah terbakar selain
ditentukan oleh titik nyala, titik terbakar, dan daerah konsentrasi
mudah terbakar, juga ditentukan oleh titik didih. Suhu tersebut
menentukan banyak sedikitnya, uap dihasilkan pada suhu tertentu.
Semakin rendah titik didih, berarti semakin mudah menguap atau
semakin mudah terbakar. Contohnya adalah eter dengan titik didih
14 oC jauh lebih mudah terbakar dari pada alkohol dengan titik
didih 79 oC. Selain itu berat jenis uap relatif terhadap udara juga
penting, karena uap lebih berat dari udara akan menyebabkan uap
akan merayap da atas tanah. Sedang uap yang lebih ringan dari
udara akan cenderung naik ke atas, atau membentuk kantong gas
di atap gendung. Berat jenis pelarut organik relatif terhaap air
perlu pula di perhatikan. Pelarut organik yang lebih ringan dari air
dan tidak larut dalam air, seperti benzena, bensin, dan heksa, bila
terbakar akan amat berbahaya kalau disiram dengan air.
Penggunaan pelarut organik dalam industri antara lain :
Industri cat : petroleum eter, alkohol, aseton, eter, heksa,
MIBK (Metil Iso Betil Keton)
Industri kertas : karbon disulfide
Pengolahan minyak : bensin, benzena, toluena, dan xylene
b. Zat padat mudah terbakar :
Zat padat mudah terbakar dalam industri adalah belerang (sulfur),
fosfor, kertas, hidrida logam, dan kapas. Pada umumnya zat padat
lebih sukar terbakar dari pada dalam bentuk cair. Meski demikian
zat padat berbentuk serbuk halus sangat mudah terbakar.

Kebakaran dan Ledakan


7
c. Gas mudah terbakar : Gas mudah terbakar dalam industri misalnya
adalah gas alam, hidrogen, asetilen, etilen oksida. Gas-gas tersebut
amat cepat terbakar sehingga sering menimbulkan ledakan

2.1.4 Tipe-tipe kebakaran


1) Kelas A : kebakaran yang disebabkan oleh bahan padat yang mudah
terbakar, seperti batu bara, kertas, kayu, dan lain-lain.
2) Kelas AC : kebakaran yang disebabkan oleh bahan padat yang mudah
terbakar, dan menimpa benda yang berhubungan dengan sumber
listrik, misalnya kabel listrik yang bercampur / kotor oleh debu
batubara.
3) Kelas B : kebakaran yang disebabkan oleh cairan yang mudah
terbakar atau benda padat yang dapat berubah menjadi cair, misalnya
oli, bensin, solar, pernis, dan lain-lain.
4) Kelas BC : kebakaran yang disebabkan oleh cairan yang mudah
terbakar atau benda padat yang dapat berubah menjadi cair, dan
menimpa benda-benda yang berhubungan dengan sumber listrik,
misalnya trafo yang bercampur / kotor oleh oli.
5) Kelas ABC : kebakaran yang disebabkan oleh bahan-bahan kelas A
dan B, dan menimpa benda-benda yang berhubungan dengan sumber
listrik, misalnya trafo yang bercampur / kotor oleh oli dan debu
batubara.
6) Kelas D : kebakaran yang disebabkan oleh logam yang terbakar
pada suhu tinggi, seperti magnesium, aluminium, titanium, zirconium,
sodium, lithium, dan potassium.
Pada umumnya alat pemadam api seperti dibawah ini yang paling
banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan :
Kantor, ruangan computer : Tipe Gas CO2.
Area penampungan minyak : Tipe bubuk Kering ABC.
Peralatan bermotor : Tipe bubuk Kering ABC.
Mess, camp, dapur : Tipe bubuk Kering ABC.

Kebakaran dan Ledakan


8
2.1.5 Penyelidikan dan pengumpulan benda bukti di TKP kebakaran
Adapun tindak pidana yang sering dan memang sangat memerlukan
penanganan tempat kejadian perkara adalah kasus kebakaran yakni agar
kita dapat memastikan bahwa apakah kebakaran tersebut benar
merupakan suatu tindak pidana atau hanya kejadian yang tidak disengaja
atau pun hanya karena konsleting listrik pada kasus ini penyidik dibantu
oleh ahli sehingga dari bantuan ahli tersebut kita dapat menemukan suatu
bukti dari kebakaran tersebut.

Jika pada kasus pembakaran (kebakaran yang disengaja), kebakaran


(kelalaian), antara lain harus diambil dan dikumpulkan barang bukti
sebagai berikut:

a. Di jalur mendekat/keluar:
Ceceran bahan bakar, minyak tanah, bensin, thiner dan lain-lain.
Ceceran alat pembakar seperti korek api, kain, kayu.
Ceceran tempat bahan bakar seperti kaleng, botol kaca/plastik.
Jejak kaki/sepatu/sandal, puntung rokok.
b. Di tempat kejadian perkara:
Bekas/sisa bahan bakar seperti minyak tanah, bensin, thiner, bahan
peledak.
Bekas atau sisa obat pembara seperti korek api, detonator/fuse.
Potongan kawat listrik yang sambungannya tidak sempurna,
sekering dan kotak sekering.
Sambungan pipa gas/klep pengaman yang bocor.
Gas, sisa/hasil bakar.
Sisa kompor/lampu/obat nyamuk.
Obat-obatan berbahaya
Sisa makanan dan minuman
Sisa racun (racun tikus, serangga, tumbuhan)
Desinfektan (karbol, glysol)

Kebakaran dan Ledakan


9
Serpihan-serpihan jaringan yang ditemukan di TKP dan masing-
masing jaringan tubuh dimasukkan ke dalam kantong plastik yang
berbeda, diikat dilak, disegel, dan diberi label.
c. Pada tersangka (termasuk tempat kediamannya):
Bekas/sisa dan bau bahan bakar.
Sisa alat pembakar seperti rokok.
Obat-obatan/racun (pada badan/pakaian)

Pengambilan dan pengumpulan barang bukti gas.

Berhubung cara-cara pengambilan dan pengawetan sukar


dilakukan, lebih-lebih banyak jenis gas yng sangat membahayakan
manusia dan makhluk hidup lainnya maka dalam pemeriksaan harus
didatangkan ahli, yang dapat dilakukan oleh petugas lapangan dengan
memperhatikan bahaya yang mungkin ada, yaitu dengan mengumpulkan
gas termasuk gas hasil kebakaran dengan cara mengumpulkan dalam
kantong plastik dari nilon dibeberapa tempat di tempat kejadian perkara.

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 2009
TENTANG
TATA CARA DAN PERSYARATAN
PERMINTAAN PEMERIKSAAN TEKNIS KRIMINALISTIK TEMPAT
KEJADIAN
PERKARA DAN LABORATORIS KRIMINALISTIK BARANG
BUKTI KEPADA
LABORATORIUM FORENSIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
Paragraf 8
Pemeriksaan Barang Bukti Kebakaran/Pembakaran
Pasal 35

Kebakaran dan Ledakan


10
Pemeriksaan barang bukti kebakaran/pembakaran dilaksanakan di Labfor
Polri dan/atau di
TKP.
Pasal 36
(1) Pemeriksaan barang bukti kebakaran/pembakaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 wajib memenuhi persyaratan formal sebagai berikut:
a. permintaan tertulis dari kepala kesatuan kewilayahan atau
kepala/pimpinan instansi;
b. laporan polisi;
c. BAP saksi/tersangka atau laporan kemajuan; dan
d. BA pengambilan, penyitaan dan pembungkusan barang bukti.
(2) Pemeriksaan barang bukti kebakaran/pembakaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35, wajib memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:
a. Penyidik yang menerima laporan atau mengetahui adanya peristiwa
kebakaran/pembakaran, segera mengamankan TKP dengan memasang
Police Line dan meminta bantuan Labfor Polri
b. Pemeriksaan barang bukti kebakaran/pembakaran tidak dapat dilakukan
tanpa melakukan pemeriksaan TKP karena pengambilan barang bukti
harus diambil dari lokasi sumber api yang ditentukan berdasarkan hasil
pemeriksaan teknis kriminalistik
c. Pemeriksaan kebakaran/pembakaran, dilakukan oleh Labfor Polri sejak
pemeriksaan teknik kriminalistik TKP sampai dengan pemeriksaan
laboratoris kriminalistik barang bukti;

2.1.6 Analisis residu TKP kebakaran


Residu adalah sisa yang ditinggalkan sesudah perlakuan dalam
jangka waktu yang telah menyebabkan terjadinya peristiwaperistiwa
khemis dan fisis mulai bekerja (Klauber,2009). Untuk terjadinya
kebakaran ada 2 jenis analisis residu, yaitu residu padatan dan residu
cairan.

Kebakaran dan Ledakan


11
i. Pada residu padatan (residu padatan arang) dimasukkan dalam
kaleng Arson Evidene, arang aktif dibungkus dalam kertas saring,
kertas saring diletakkan diatas tumpukan residu dalam kaleng dan
ditutup rapat, kaleng dipanaskan dalam oven pada suhu 70 0C
800C kurang lebih 2 jam, setelah 2 jam tutup kaleng dibuka, kertas
saring dibuka dan dengan segera arang aktif dimasukkan dalam
tabung eppendorf dan ditutup, arang aktif dilarutkan dengan
heksana, campuran dikook dengan menggunakan vortex selama
kurang lebih 1 menit, campuran disentrifus pada 13.000 rpm
selama 5 menit, bagian atas atau larutan bening (supernatan)
diambil dan dimasukkan dalam tabung eppendorf yang baru,
tabung yang baru disentrifus pada 13.000 rpm selama 15 menit,
tabung diletakkan pada rak eppendorf, dianalisis dengan GC-MS.
ii. residu cairan (bahan bakar cair) dimasukkan ke dalam corong
pisah, residu ditambahkan heksana, campuran dikocok selama
kurang lebih 5 menit sambil membuka kran beberapa saat, corong
pisah dibiarkan sehingga terbentuk 2 lapisan bawah (hitam), atas
(bening), kedua lapisan tersebut ditampung dalam 2 tabung
eppendorf yang baru dan berbeda, tabung diletakkan pada rak
eppendorf, dianalisis dengan GC-MS.

2.1.7 Contoh kasus


MEDAN | Dikonews- Kebakaran pabrik sarung tangan milik PT
Indo Glove di KIM Mabar yang menewaskan 4 karyawan dan melukai 5
lainnya harus dipertanggungjawabkan oleh manajemen PT Indo Glove.
Pemilik pabrik telah menunjukan kelalaian kriminal dan pelanggaran
aturan keselamatan kerja. Menurut aturan, setiap pabrik harus
menyediakan alat pemadam api, adanya alarm kebakaran kemudian
dilatihnya buruh dalam cara penggunaan alat pemadam kebakaran,

Kebakaran dan Ledakan


12
jikalau semua hal tersebut terpenuhi maka kemungkinan besar korban
jiwa dapat diminimalisir.
Diduga disekitar pabrik tidak ditemukan hidrant air padahal
merupakan suatu kewajiban pemilik pabrik untuk menyediakan hidrant
air apalagi pabrik tersebut bahan baku dan bahan jadinya adalah karet
yang resiko kebakaran sangat tinggi. Perbuatan pemilik pabrik yang tidak
menyediakan hidrant air disekitar pabrik dapat dikualifisir sebagai bentuk
kelalaian pemilik pabrik yang dapat dipidana.

Penyebab kecelakaan
Medan: Berdasarkan hasil pemeriksaan tim Laboratorium Forensik
(Labfor) Polda Sumatera Utara (Sumut), peristiwa kebakaran di pabrik
sarung tangan PT Indoglove di Kawasan Industri Medan (KIM)
disebabkan karena adanya kebocoran dari boiler pabrik, sehingga
menimbulkan ledakan dan kemudian membakar isi pabrik. Dalam
peristiwa itu 4 orang pekerja ditemukan tewas. Dari kebocoran boiler
minyak panas yang ditampung dalam tungku mengalir ke rumah dapur,
kemudian terjadi luapan api besar dan membakar seluruh pabrik yang
memproduksi sarung tangan tersebut. Hasil Labfor penyebab kebakaran
pabrik sarung tangan itu karena kesalahan teknis pada bahagian boiler.
Analisis Kasus
Di dalam kasus kebakaran yang terjadi di pabrik sarung tangan
milik PT Indo Glove di KIM Mabar, disebabkan karena lalainya
perusahaan sarung tangan Indo Glove dalam menerapkan standar
keselamatan kerja dipabrik.
Masalah : Tidak adanya unit penanggulangan kebakaran di
dalam pabrik sarung tangan Indo Gloveseperti hidran serta tidak adanya
pelatihan buruh dalam cara penggunaan alat pemadam kebakaran.

Kebakaran dan Ledakan


13
Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I
No. KEP.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja, yaitu pada pasal-pasal sebagai berikut:
1. Pasal 2 ayat 1
Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakarn di tempat
kerja.
2. Pasal 2 ayat 2
Kewajiban mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran di
tempat kerja sebagaiman dimaksud pada ayat (1) melipti:
Pengendalian setiap bentuk energi;
Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan
sarana evakuasi;
Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
Pembentukan unit penanggulangan
3. Pasal 5
Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
terdiri dari:
Petugas peran kebakaran;
Regu penanggulangan kebakaran;
Koordinator unit penanggulangan kebakaran;
Ahli k3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung
jawab teknis.
4. Pasal 14
Ayat 1 : Kursus teknik penanggulangan kebakaran sebagaimana
dimaksud dalam pasal 12 diselenggarkan oleh Perusahaan Jasa K3
yang telah ditunjuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Penanggulangan Kebakaran

Kebakaran dan Ledakan


14
Gunakan bahan-bahan yang tidak mudah menyala dan terbakar,
misalnya gunakan cat dan bahan perekat dengan bahan dasar air atau
campuran berkadar rendah.
Penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar seminimum mungkin
di lokasi kerja.
Bahan cair mudah terbakar disimpan dan dibawa dengan
menggunakan tempat yang sesuai dan tertutup.
Hentikan kerjaan lainnya yang berpotensi untuk menimbulkan
sumber-sumber penyalaan didekatnya.
Pastikan bahwa pipa-pipa, bejana-bejana, tangki-tangki dan
sebagainya yang mungkin berisi gas atau cairan yang mudah terbakar
sudah dinetralkan atau diamankan dari bahaya.
Kurangi resiko kebocoran gas dan kebakaran yang menyangkut
instalasi gas:
- Tutup katup pada botol gas apabila sedang tidak digunakan.
- Periksa selang secara teratur dari kebocoran dan kerusakan.
- Lindungi katup pada botol oksigen dari minyak dan gemuk.
Simpan benda-benda padat, cair dan gas yang mudah terbakar dengan
aman. Pisahkan satu dengan lainnya dari botol oksigen atau bahan-
bahan oksidasi. Simpan didalam ruang yang aman dan berventilasi
atau ditempat penyimpanan terbuka. Jangan disimpan ditempat
bekerja yang ada orangnya atau dimana dapat mengganggu atau
membahayakan jalur penyelamat
Tersedia alat pemadam kebakaran bila ada pekerjaan panas seperti
mengelas, menggunakan alat pemotong piringan yang menghasilkan
percikan api
Singkirkan sampah dari lokasi secara teratur. Kumpulkan sampah
yang sangat mudah terbakar seperti kain lap berminyak secara terpisah
kedalam tempat tertutup yang tidak mudah terbakar

2.2 Ledakan
2.2.1 Definisi

Kebakaran dan Ledakan


15
Ledakan adalah peningkatan tajam dalam volume dan pengeluaran energi
dalam cara yang membahayakan, biasanya dengan pengeluaran suhu yang
tinggi dan penghasilan gas. Sebuah ledakan menyebabkan gelombang
tekanan di tempat lokal di mana ia terjadi.

2.2.2 Efek dari ledakan


Kebakaran dan ledakan dapat mengakibatkan kecelakaan yang
serius, menghasilkan kerugian materi, kehidupan dan juga bisa
mengakibatkan kematian. Ledakan berbagai ukuran cukup menakutkan
dan mematikan. Inilah yang sebenarnya terjadi ketika seseorang terlalu
dekat dengan ledakan. Ketika terjadi ledakan, ada energi yang lepas dan
memancar ke segala arah sekaligus pada kecepatan antara 3 hingga 9 km
per detik. Ketika bidang energi ini mengembang, ia akan menekan dan
mempercepat molekul udara di sekitarnya menjadi gelombang ledakan
supersonik. Tekanan berlebihan ini hanya ada dalam beberapa milidetik,
akan tetapi itulah penyebab utama cedera ledakan dan kerusakan
bangunan. Semakin dekat seseorang dengan sumber ledakan, tekanan yang
ia terima semakin besar. Kekuatan awal gelombang ledakan segera diikuti
oleh gelombang kejut kecepatan tinggi yang memberi energi ke benda apa
pun yang mereka lewati, baik itu dinding beton atau organ vital seseorang.
Ketika gelombak ledakan melewati suatu daerah, secara harfiah ia tidak
meninggalkan apa pun di belakangnya, membuat tempat itu vakum
sempurna. Jadi, sepersekian detik setelah mendapat tekanan yang luar
biasa, tubuh manusia akan mengalami kondisi berlawanan (penurunan
tekanan) yang sama besarnya. Efek ledakan belum berhenti sampai di sini.
Udara dengan cepat mengisi kevakuman yang ditinggalkan gelombang
ledakan, menarik puing-puing dan objek kembali. Angin ledakan ini cukup
kuat untuk melemparkan tubuh manusia beberapa meter jauhnya. Orang
yang terperangkap angin ledakan dalam keadaan berdiri adalah yang
paling rentan terlempar. Tapi, bukan angin itu sendiri yang melukai,

Kebakaran dan Ledakan


16
melainkan barotrauma. Barotrauma adalah kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh perbedaan tekanan udara di dalam rongga udara fisiologis
dalam tubuh dengan tekanan di sekitarnya.
Pada kasus peledakan bom dimana ledakannya bersifat High
Explosive biasanya derajat kerusakan yang ditimbulkannya juga amat
hebat. Setiap ledakan bom dapat meninggalkan tiga jenis kerusakan pada
tubuh manusia yang terkena dampak dari bom tersebut, yaitu:
a. Efek ledakan; berupa otot yang tercabik, tulang yang patah, atau
hancurnya tubuh.
b. Efek proyektil; yaitu terjadinya lubang-lubang akibat pecahan
proyektil, dan
c. Luka bakar akibat nyala api.
Pola luka pada tubuh korban peledakan bervariasi, tergantung pada
jarak korban dari pusat ledakan. Pada korban yang posisinya dekat dengan
pusat ledakan, dapat dipastikan tubuhnya hangus, tercabik-cabik menjadi
banyak potongan dan tersebar jauh. Pada posisinya yang lebih jauh,
tubuhnya relatif utuh, penuh dengan lubang-lubang proyektil dan efek
ledakan, serta mungkin juga luka bakar. Sedangkan pada posisinya yang
lebih jauh lagi, yang dapat ditemukan mungkin hanya luka bakar serta
luka-luka tumpul akibat kejatuhan benda-benda lain yang hancur di
sekitarnya.

2.2.3 Tipe-tipe ledakan


1) Ledakan Nuklir
Ledakan nuklir dapat disebabkan oleh salah satu reaksi fusi atau fisi Reaksi
fusi nuklir adalah reaksi peleburan dua atau lebih inti atom menjadi atom baru dan
menghasilkan energi, juga dikenal sebagai reaksi yang bersih. Reaksi fisi nuklir
adalah reaksi pembelahan inti atom akibat tubrukan inti atom lainnya, dan
menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa lebih kecil, serta radiasi

Kebakaran dan Ledakan


17
elektromagnetik. Reaksi fusi juga menghasilkan radiasi sinar alfa, beta dan
gamma yang sagat berbahaya bagi manusia.
2) Ledakan Kimia
Ledakan kimia dapat berupa reaksi dekomposisi atau kombinasi.
3) Ledakan Fisik
Ledakan fisik adalah ledakan yang tidak melibatkan reaksi kimia dan nuklir.
Ledakan dapat digunakan untuk tujuan yang konstruktif, seperti pertambangan
dan pembangunan jalan; untuk hiburan, seperti kembang api; atau untuk tujuan
merusak, seperti senjata militer dan bom teroris.

2.2.4 Analisis Ledakan


Intensitas panas tertinggi sering terjadi pada titik awal kebakaran.,
terutama bila ada keterlibatan zat pemacu. Sehingga penelitian terhadap
ciri ciri pasca kebakaran dapat menentukan dari mana api berasal dan
bagaimana api menjalar tanpa menghiraukan apa yang terbakar
(bangunan, mobil, tubuh manusia, dsb).
Perlu diingat, TKP kebakaran dan ledakan terkenal sulit untuk disidik
karena kejadian itu memusnahkan barang bukti. Tetapi mata yang terlatih
dapat menangkap tanda tanda kejahatan kebakaran, bahkan di dalam
onggokan abu pun. Berikut ini beberapa tanda tanda yang dapat
dipelajari :
Kulit aligator, adalah pola kotak kotak pada kayu yang terbakar
hangus menjadi seperti kulit aligator hitam. Pola ini menunjukkan
tempat api membakar paling ganas. Pola aligator yang kecil dan rata
menunjukkan adanya intensitas panas lebih lama (sehingga pola ini
ditemukan dekat dengan titik asal api). Sedangkan pola aligator besar
yang penuh gelembung, menunjukkan panas cepat dan tinggi.
Jaringan retakan pola retakannya seperti jaring atau jala yang tersebar
diseluruh permukaan kaca. Meluasnya pola ini menunjukkan
intensitas panas yang cepat dan kuat, serta pemakaian zat pemacu.
Tetapi ini dapat juga terjadi apabila selang penyemprot air milik
petugas PMK diarahkan pada kaca yang masuh panas dengan suhu

Kebakaran dan Ledakan


18
260oC atau lebih, maka retakan dapat menunjukkan kehadiran zat
pemacu tetapi tidak mesti demikian.
Garis demakrasi garis tegas antara permukaan yang hangus dan
kurang hangus (atau bahkan tidak hangus sama sekali). Garis
semacam ini, terutama jika berbentuk genangan, menimbulkan
kecurigaan dan dapat menunjukkan adanya pemakaian zat pemacu.
Mengelupas kepingan, serpihan & tidak terbelah dari permukaan
batuan, bata, atau beton. Panas yang tinggi diperlukan untuk memicu
terjadinya pengelupasan, dan noda noda coklat sekitar lokasi
pengelupasan menunjukkan adanya penggunaan zat pemacu.
Permukaan permukaan benda yang terbakar lebih lama dan lebih
panas juga akan terbakar lebih dalam. Sehingga hangusnya lebih
dalam dibandingkan bagian bagian yang lain dengan kata lain
bagian itu pasti pernah terbakar lebih lama. Apabila bagian itu
terbakar labih lama, api pasti berasal dari sana menunjukkan
kerusakan paling parah.
Para penyidik juga mencari pola V dalam bahan bahan yang
terbakar guna mencari lokasi awal titi api. Api cenderung membakar
ke atas dan ke arah luar, shingga sering menjalar di dinding atau
permukaan vertical lain dalam bentuk V. ujung bawah bentuk V
benar benar menunjukkan dari mana kemungkinan besar api mulai
menyala, shingga pencarian titik api sering dimulai dari tingkat paling
bawah suatu tempat yang terbakar habis. Apabila penyidik kebarakan
dapat menentukan di mana api mulai menyala, mereka dapat
memfokuskan pada bagaimana api mulai menyala. Itulah saatnya para
penyidik mengamati dengan lebih seksama sisa sia kebakaran dan
mulai mengidentifikasi, mengumpulkan, dan melindungi bukti,
bahkan bukti yang paling kecil.

Kebakaran dan Ledakan


19
Selain itu adapula analisis yang dilakukan pada korban ledakan
terutama untuk korban yang tubuhnya sudah hancur atau tidak utuh
akibat ledakan salah satunya adalah analisis DNA. untuk pemeriksaan
DNA terhadap korban ledakan bom, maka sampel yang dapat diambil
untuk pemeriksaan DNA bervariasi tergantung pada kondisi korbannya.
Pada kasus bom Bali, tampaknya korban peledakan bom di Bali ada yang
utuh tubuhnya, tetapi ada juga yang sudah berupa arang serta potongan
jaringan hangus. Untuk korban yang tubuhnya masih utuh, sample
DNAnya dapat diambil dari darah, otot, organ dalam, tulang, serta gigi.
Untuk korban yang sudah berupa arang, kita mungkin masih dapat
mengambil bahan DNA dari jaringan yang belum terlalu terbakar, yatu
dari gigi, tulang, dan mungkin juga otot panggul dalam yang semuanya
pada umumnya masih belum hangus. Untuk yang berupa serpihan
jaringan hangus, dapat dilakukan pemotongan tepat di garis tengah. Jika
bagian tengah jaringan masih lunak dan belum hangus, bagian ini dapat
diambil sebagai bahan DNA.

2.2.5 Contoh kasus


Untuk kedua kalinya, markas kepolisian menjadi target
pengeboman. Kali ini terjadi di Mapolres Poso, Sulawesi Tengah, Senin
pagi 3 Mei 2013. Bom bunuh diri meledak sekitar pukul 08.03 WITA
setelah seorang pria menerobos pos penjagaan Mapolres dengan sepeda
motor bebeknya. Tak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Hanya satu
korban luka, dan itupun bukan berasal dari pihak kepolisian. Simak
kronologi dan situasi di Mapolres Poso usai pengeboman. Pelaku bom
bunuh diri yang menerabas penjagaan polisi langsung tewas di tempat,
tepatnya di depan masjid At Taqwa kompleks Mapolres Poso, dengan
tubuh tercerai-berai. Hanya wajahnya yang utuh karena ia mengenakan

Kebakaran dan Ledakan


20
helm full face saat meledakkan bom. Pelaku diduga meletakkan bom yang
ia bawa di ranselnya di dalam Tupperware.
Polisi menduga pelaku adalah teroris tahanan Lembaga
Pemasyarakatan Tojo Una Sulawesi Tengah yang kabur dari penjara. Ia
bernama Basri alias Ayas alias Bagong (37 tahun) yang divonis 19 tahun
penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, 11 Desember 2007.

Bagong terbukti terlibat kasus ledakan bom senter di Kawua pada 9


September 2006, penembakan dua siswi di Poso pada November 2005,
dan penembakan Pendeta Susianti Tinulele pada 18 Juli 2004 di Palu.

Kebakaran dan Ledakan


21
BAB III
KESIMPULAN

Dalam melakukan penanganan tempat kejadian perkara guna mencari dan


menemukan suatu tindak pidana penyidik harus berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku sehingga perbuatan penyidik tersebut dapat dipertanggung
jawabkan dan tidak bertentangan dengan hak asasi manusia
Untuk menimbulkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penanganan
tempat kejadian perkara sebaiknya pihak kepolisian memberikan penyuluhan dan
pemberitahuan kepada masyarakat agar tidak membuat sesuatu hal yang dapat
menyulitkan penyidik dan dapat mengetahui apa yang seharusnya masyarakat
lakukan yang berkaiatan dengan tempat kejadian perkara sehingga akan
memudahkan penyidik dalam mencari bukti pada proses penanganan tempat
kejadian perkara,

Kebakaran dan Ledakan


22

Anda mungkin juga menyukai