Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TOKSIKOLOGI INDUSTRI

PENILAIAN RESIKO TERHADAP BAHAN BERBAHAYA


DALAM BIDANG TOKSIKOLOGI

Kelompok 12
DINO HARJOWIYONO JAMRI (K111 14 345)
HEMA BAIZURA (K111 14 345)
TRIA FARDELA (K111 14 081)

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena


berkat limpahan rahmat dan taufik-Nya sehingga Makalah Toksikologi dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun sebagai pelengkap tugas mata kuliah Toksikologi


Industri. Kami menyadari bahwa penyelesaian Makalah ini tidak luput dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, yang telah memberikan masukan
masukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada kami. Oleh
karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah Toksikologi.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari Makalah ini, baik
dari materi maupun tekhnik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan
dan pengalaman praktikan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan.

Makassar, 01 Mei 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penilaian Resiko dan Bahan Berbahaya Beracun

2.2 Hal yang Harus di Perhatikan Dalam Penilaian Resiko

2.3 Acuan Dalam Penilaian Resiko

3
2.4 Tahapan Dalam Penilaian Resiko

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia.

Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada

organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi

substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga

mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja

kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi

dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal

istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi. Dua kata toksikologi

lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini sering

sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang

mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan

menimbulkan pencemaran lingkungan dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang

mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi

dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan

interaksi dengan lingkungan.


Ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.

Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari : Proses

Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harus

meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan

meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis. Proses

industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang

akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang

1
meningkat. Buangan ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas

lingkungan yang mengakibatkan resiko pencemaran, sehingga resiko

toksikologi juga akan meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian penilaian resiko dan bahan beracun?
2. Apa hal yang harus diperhatikan dalam penilaian resiko?
3. Bagaimana acuan dalam penilaian resiko?
4. Tahapan Penilaian resiko?
1.3 Tujuan
1. Memahami penilaian resiko dan bahan beracun.
2. Memahami hal yang harus diperhatikan dalam penilaian resiko.
3. Memahami acuan dalam penilaian resiko.
4. Bagaimana Tahapan Penilaian resiko.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penilaian Resiko Dan Bahan Berbahaya Beracun


A. Penilaian resiko
Resiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang

berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut (OHSAS

18001:2008). Pengaruh dari ketidak pastian sasaran atau tujuan (ISO

31000:2009). Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi

kerugian yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya

ataupun terhadap kegagalan suatu fungsi. Penilaian resiko adalah

metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa yang

dapat menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang cocok untuk

mencegah terjadinya kerugian, kerusakan, atau cedera di tempat kerja.

Penilaian ini harus juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk

menghilangkan, mengurangi,atau meminimalkan resiko.


B. Bahan Berbahaya Beracun
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sebagai zat, energi, dan/atau

komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik

secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

3
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.


Bahan-bahan tersebut selanjutnya dapat diklasifikasikan dalam

kelompok-kelompok bahan yang bersifat:

1. mudah meledak (explosive);


2. pengoksidasi (oxidizing);
3. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
4. sangat mudah menyala (highly flammable);
5. mudah menyala (flammable);
6. amat sangat beracun (extremely toxic);
7. sangat beracun (highly toxic);
8. beracun (moderately toxic);
9. berbahaya (harmful);
10. korosif (corrosive);
11. bersifat iritasi (irritant);
12. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
13. karsinogenik (carcinogenic);
14. teratogenik (teratogenic);
15. mutagenik (mutagenic)
2.2 Hal yang Harus Di perhatikan dalam Penilaian Resiko
A. Material, terdapat sejumlah karakteristik material yang umum

diketemukan mulai dari yang bersifat mudah terbakar, korosif, mudah

meledak, beracun dan yang lainya, untuk lebih detail dalam merujuk

kepada peraturan pemerintah No.74 Tahun 2001 tentang pengendalian

bahan berbahaya dan beracun.


B. Metode, perbedaan metode kerja akan mengakibatkan perbedaan potensi

bahaya yang dapat timbul dari suatu pekerjaan. Sebagai proses manual

handling kesalahan dalam metode pengangkatan dapat mengakibatkan

cidera serius.
C. Mesin, setiap peralatan dan mesin yang dipergunakan pasti dilengkapi

dengan manual book atau buku panduan didalamnya pasti akan

dijelaskan segala potensi bahaya yang dapat timbul. Umumnya ditandai

dengan pernyataan Caution !. Perlu dipastikan tenaga kerja akan dari

bahaya titik jepit, titik geser, perputaran mesin dan yang lainnya.

4
D. Lingkungan kerja, kondisi tempat juga sebagai salah satu sumber bahaya

yang perlu diperhatikan. Ada beberapa parameter yang biasanya

diperhatikan terkait dengan lingkungan kerja seperti, pencahayaan,

kebisingan, getaran, dan yang lainnya.


E. Energi, setiap sumber energi yang dipergunakan mengandung potensi

bahaya didalamnya. Pelepasan energi yang tidak terkendali sebagai

penyebab kecelakaan kerja potential.

2.3 Acuan dalam penilaian resiko

Agar penilaian yang kita lakukan seobjective mungkin maka perlu

mengumpulkan informasi sebelum menilai resiko dari suatu akitivitas :

A. Informasi tentang suatu aktivitas (durasi, frekuensi, lokasi dan siapa

yang melakukan)
B. Tindakan pengendalian risiko yang telah ada
C. Peralatan/mesin yang digunakan untuk melakukan aktivitas
D. Bahan yang dipakai serta sifat-sifatnya (MSDS)
E. Data statistik kecelakaan/penyakit akibat kerja (internal & eksterbal)
F. Hasil studi, survey/pemantauan
G. Literature
H. Benchmark pada industri sejenis
I. Penilaian pihak spesiality/tenaga ahli, dll

2.4 Tahapan Penilaian Resiko

A. Identifikasi Resiko
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko yang

harus dikelola. Langkah ini sangat kritikal, karena risiko yang potensial

jika tidak teridentifikasi pada tahapan ini tidak akan dianalisis lebih

lanjut. Identifikasi komprehensif dengan menggunakan proses sistematis

yang terstruktur baik, harus mencakup semua risiko, baik risiko yang

5
berada dalam kendali organisasi maupun risiko yang di luar kendali

organisasi.
Tahap identifikasi risko bertujuan untuk menghasilkan informasi-

informasi mengenai sumber risiko, bahaya (hazard), faktor risiko,

bencana/musibah (perils), dan eksposur terhadapkerugian.

Pada intinya, langkah identifikasi risiko dilakukan untuk menggali

dan menemukan jawaban terhadap 2 (dua) pertanyaan berikut: apa yang

dapat terjadi? dan mengapa dan bagaimana hal itu terjadi?.

1. Apa yang Dapat Terjadi

Penggalian yang dilakukan akan menghasilkan suatu daftar

komprehensif mengenai peristiwa yang dapat mempengaruhi setiap

elemen. Daftar ini kemudian dipertimbangkan secara lebih rinci

dalam identifikasi apa yang dapat terjadi.

2. Bagaimana dan Mengapa Terjadi

Setelah mengidentifikasi daftar peristiwa, selanjutnya perlu

untuk mempertimbangkan sebab-sebab dan skenario yang mungkin.

Ada banyak cara suatu peristiwa dapat terjadi. Yang penting adalah

tidak ada sebab signifikan yang terlewatkan.

Identifikasi risiko dapat dilakukan melalui:

Pengalaman dan catatan catatan

Brainstorming

Analisis system

Laporan-laporan

Audit dan rekomendasi yang lain

Apa yang dapat terjadi daftar peristiwa yang mungkin terjadi

6
Bagaimana dan mengapa peristiwa dapat terjadi daftar

kemungkinan sebab-sebab dan scenario.

B. Analisis Resiko
Tujuan suatu analisis adalah untuk memisahkan risiko kecil yang

dapat diterima dari risiko-risiko besar, dan menyediakan data untuk

membantu dalam evaluasi dan perlakuan risiko. Analisis risiko mencakup

pertimbangan mengenai sumber risiko, konsekuensi

danlikelihood timbulnya konsekuensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

konsekuensi, danlikelihood dapat diidentifikasi. Risiko dianalisis dengan

mengkombinasi estimasi terhadap konsekuensi dan likelihood di dalam

konteks tindakan pengendalian yang ada.


Suatu analisis pendahuluan dilaksanakan sehingga risiko-risiko

yang sama atau risiko-risiko berdampak rendah dapat dikecualikan dari

kajian mendalam. Risiko-risiko yang dikecualikan, jika mungkin, harus

didaftar untuk memperlihatkan kelengkapan analisis risiko.


a. Menentukan Pengendalian yang Ada
Menentukan pengendalian yang ada meliputi aktivitas-aktivitas

identifikasi pengelolaan, sistem teknik, dan prosedur yang ada untuk

mengendalikan risiko dan penaksiran kekuatan dan kelemahannya.

Perangkat yang digunakan dalam menentukan ada tidaknya

pengendalian dengan melakukan reviu internal control layak

digunakan, di samping pendekatan seperti inspeksi dan

teknik control self-assessment (CSA).


b. Konsekuensi dan likelihood
Besaran konsekuensi suatu peristiwa, jika harus terjadi,

dan likelihood peristiwa beserta konsekuensi terkait, ditaksir di dalam

konteks pengendalian yang ada. Konsekuensi

7
dan likelihood dikombinasikan untuk menghasilkan level risiko.

Konsekuensi dan likelihood dapat ditentukan dengan menggunakan

analisis statistik dan kalkulasi. Sebagai alternatif, jika tidak tersedia

catatan masa lalu, estimasi subyektif dapat dilakukan untuk

mencerminkan tingkat keyakinan dari individu atau kelompok, bahwa

peristiwa atauoutcome tertentu akan terjadi.


Untuk menghindari bias subyektif, sumber informasi yang tersedia

dan teknik-teknik terbaik harus digunakan ketika menganalisis

konsekuensi dan likelihood.


Sumber-sumber informasi dapat diketahui dari:
Catatan masa lalu;
Pengalaman yang relevan;
Praktek dan pengalaman industri;
Literatur umum yang relevan;
Uji pemasaran dan riset pasar;
Eksperimen dan prototype;
Model ekonomi, rekayasa atau model lainnya;
Pertimbangan spesialis dan pakar.
c. Jenis Jenis Analisis
Analisis risiko dapat berupa analisis kualitatif, semi kuantitatif,

kuantitatif atau kombinasi di antaranya, tergantung pada informasi

risiko dan data yang tersedia. Tingkat kerumitan dan biaya dari

analisis-analisis tersebut dalam urutan menaik, adalah kualitatif, semi-

kuantitatif, dan kuantitatif. Praktiknya, analisis kualitatif sering

digunakan pertama kali untuk mendapatkan indikasi umum mengenai

level risiko. Selanjutnya mungkin perlu dilakukan analisis kuantitatif

yang lebih spesifik. Detailnya, jenis-jenis analisis tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Analisis Kualitatif

8
Analisis kualitatif menggunakan istilah atau skala deskriptif

untuk menggambarkan besaran konsekuensi yang potensial dan

likelihood bahwa konsekuensi akan terjadi. Skala tersebut dapat

diadaptasikan atau disesuaikan dengan keadaan, dan uraian yang

berbeda dapat digunakan untuk risiko yang berbeda.


Analisis kualitatif digunakan:
Sebagai suatu aktivitas penyaringan awal untuk

mengidentifikasi risiko-risiko yang memerlukan analisis yang

lebih rinci;
Ketika level risiko tidak memungkinkan dilakukannya analisis

yang lebih penuh karena faktor waktu dan sumberdaya; atau


Ketika data numerik tidak memadai bagi suatu analisis

kuantitatif.
b. Analisis Semi-kuantitatif
Dalam analisis semi kuantitatif, skala kualitatif seperti

diuraikan di atas diberi nilai tertentu. Angka yang dialokasikan

kepada masing-masing uraian tidak harus mengandung hubungan

yang akurat dengan besaran yang sebenarnya dari konsekuensi

dan likelihood. Angka-angka dapat dikombinasikan dengan salah

satu dari sekian formula yang disajikan oleh sistem yang digunakan

untuk keperluan prioritisasi, dicocokkan dengan sistem yang dipilih

untuk menunjuk angka-angka dan mengkombinasikannya.

Tujuannya untuk memperoleh prioritisasi yang lebih detail dari

pada yang biasanya diperoleh dalam analisis kualitatif, tidak untuk

memberikan nilai realistis suatu risiko seperti dihasilkan dalam

analisis kuantitatif.
Analisis semi kuantitatif harus digunakan secara cermat,

karena angka-angka yang dipilih dapat merefleksikan hubungan

9
yang tidak wajar, yang dapat menghasilkanoutcome yang tidak

konsisten. Analisis semi kuantitatif mungkin tidak mampu

membedakan secara layak risiko-risiko, terutama yang memiliki

konsekuensi ataulikelihood yang ekstrim.


Terkadang layak untuk mempertimbangkan

bahwa likelihood terdiri dari dua elemen, biasanya merujuk

kepada likelihood sebagai frekuensi eksposure dan probabilitas.


Frekuensi eksposure adalah luasnya area di mana sumber

risiko terdapat, sementara probabilitas berarti kesempatan bahwa

jika terdapat sumber risiko, konsekuensi akan mengikuti. Perhatian

harus dipusatkan ketika terjadi situasi di mana hubungan antara

kedua elemen tidak sepenuhnya independen, misalnya terdapat

hubungan yang kuat antara frekuensi eksposure dengan

probabilitas.
Pendekatan ini dapat diaplikasikan dalam analisis semi

kuantitatif dan kuantitatif.


c. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif menggunakan nilai angka (dari pada

menggunakan skala deskriptif seperti digunakan dalam analisis

kualitatif dan semi kuantitatif) baik untuk konsekuensi maupun

untuk likelihood, dengan menggunakan data dari berbagai sumber

(lihat butir konsekuensi dan likelihood). Kualitas analisis

tergantung pada akurasi dan kelengkapan nilai numerik yang

digunakan.
Konsekuensi dapat diestimasi dengan pembuatan

model outcome dari suatu atau beberapa peristiwa, atau dengan

ekstrapolasi hasil kajian eksperimen atau data masa lalu.

10
Konsekuensi dapat dinyatakan dalam satuan moneter (mata uang),

kriteria teknik (satuan pengukuran) atau manusia (kematian/cedera)

atau kriteria lainnya. Dalam beberapa kasus, diperlukan lebih dari

satu nilai numerik untuk menentukan konsekuensi pada waktu,

tempat, kelompok atau situasi yang berbeda.


Likelihood biasanya dinyatakan sebagai probabilitas,

frekuensi atau kombinasi antara eksposure dan probabilitas. Cara

menyatakan likelihood dan konsekuensi serta cara

mengkombinasikan keduanya untuk menyajikan suatu level risiko,

akan berbeda sesuai jenis risiko dan konteks di mana level risiko

tersebut digunakan.
Apabila beberapa estimasi yang dibuat dalam analisis

kuantitatif tidak tepat, maka analisis sensitivitas harus dilakukan

untuk menguji pengaruh perubahan dalam asumsi dan data.


C. Evaluasi Resiko
Evaluasi risiko merupakan pembandingan antara level risiko yang

ditemukan selama proses analisis dengan kriteria risiko yang ditetapkan

sebelumnya. Di dalam evaluasi risiko, level risiko, dan kriteria risiko

harus diperbandingkan dengan menggunakan basis yang sama. Evaluasi

kualitatif mencakup pembandingan level risiko kualitatif terhadap

kriteria kuantitatif, dan evaluasi kuantitatif mencakup pembandingan

level risiko numerik terhadap kriteia yang dapat dinyatakan dalam

angka tertentu, seperti kematian, frekuensi atau nilai uang.


Hasil dari evaluasi risiko adalah daftar prioritas risiko (risk

register) untuk tindakan lebih lanjut. Keputusan harus memperhatikan

luasnya konteks risiko dan mencakup pertimbangan toleransi risiko

11
yang ditanggung oleh pihak-pihak selain organisasi yang mendapatkan

manfaat dari padanya.


Jika hasilnya risiko-risiko masuk dalam kategori rendah atau risiko

yang dapat diterima, maka risiko-risiko tersebut diterima dengan sedikit

perlakuan lanjutan. Risiko-risiko yang rendah atau dapat diterima harus

dipantau dan ditelaah secara periodik untuk menjamin bahwa risiko-

risiko tersebut tetap dapat diterima.


Jika risiko-risiko tidak masuk dalam kategori rendah atau risiko

yang dapat diterima, risiko-risiko tersebut harus diperlakukan dengan

menggunakan satu opsi atau lebih dalam perlakuan risiko.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
A. Penilaian resiko adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja,

memikirkan apa yang dapat menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang

cocok untuk mencegah terjadinya kerugian, kerusakan, atau cedera di

tempat kerja. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi,

dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau

jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat

12
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup

manusia dan makhluk hidup lain.


B. Hal yang harus diperhatikan dalam penilaian resiko adalah material,

metode, mesin, lingkungan, dan energy.


C. Acuan dalam penilaian resiko diantaranya adalah mengumpulkan

informasi tentang suatu aktivitas (durasi, frekuensi, lokasi dan siapa yang

melakukan) tindakan pengendalian risiko yang telah ada, peralatan/mesin

yang digunakan untuk melakukan aktivitas, bahan yang dipakai serta sifat-

sifatnya (MSDS), dan data statistik kecelakaan/penyakit akibat kerja

(internal & eksterbal).


D. Metode penilaian resiko terbagi tiga yaitu kulitatif, semi kualitatif, dan

kuantitatif.
E. Mengidentifikasi resiko adalah usaha untuk menemukan atau mengetahui

risiko risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh

perusahaan atau perorangan.


F. Analisis risiko dilakukan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan

mempertimbangkan tingkat keparahan dan kemungkinan yang mungkin

terjadi.
G. Evaluasi resiko dilakukan untuk menentukan apakah risiko dari setiap

tahapan kerja dapat diterima atau tidak.

13
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2016. Dokumen Sistem Menajemen.


www.sistemmanajemen.com/2016/05/paket-dokumen-improvement-
hiradc-ibpr.html. Di akses 30 april 2017
HSE.com. 2015. Menajemen Resiko. www.hsecenter-id.com/manajemen-
resiko/. Diakses 30 April 2017
BSP.com. 2015. Identifikasi bahaya dan Pengendalian resiko K3.
www.bikasolusi.co.id/identifikasi-bahaya-penilaian-resiko-dan-
pengendalian-resiko-k3/. Diakses 30 April 2017
Gozan. M. 2016. K3 dalam Industri Kimia.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/mgozan/material/k3teknikkimia.
pdf. Diakses 30 April 2017
Yuda. R. 2014. Seminar Menajemen Resiko.
www.slideshare.net/rezayudhalaksana/manajemen-risiko-cosoerm-
asnzs. Diakses 30 April 2017
Migas. 2013. Rangkuman DiskusiAustralian/NZ Standards AS/NZS 4360-
2004 Risk Management. www.migas-

14
indonesia.com/2012/02/13/rangkuman-diskusiaustraliannz-standards-
asnzs-4360-2004-risk-management/. Diakses 30 April 2017

Anda mungkin juga menyukai