Anda di halaman 1dari 2

ADA APA DENGAN ROKOK ?

Seseorang di katakana perokok jika selama ini telah menghisap minimal 100 batang rokok.
Rokok merupakan dilemma karena di satu sisi menimbulkan kerugian pada kesehatan seda-
ngkan di sisi lain menjadi pemasok cukai yang cukup besar bagi negara.
Secara global, konsumsi rokok membunuh satu orang setiap 10 detik. WHO memperkirakan
pada 2020 penyakit berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan utama di
banyak negara. Kebiasaan merokok dianggap menjadi enrty poin pada penyalah gunaan
narkotik dan bahan berbahaya (Narkoba).
Fenomena lain yang juga harus di perhatikan adalah para perokok pasif, yaitu orang yang tidak
merokok tapi tetapi tercemar oleh asap rokok. Pencemaran tersebut dapat terjadi dalam
rumah, ruangan kantor, kendaraan, dan tempat umum lainnya. Survei membuktikan lebih dan
90% perokok aktif mengaku merokok dalam rumah, bersama anggota keluarga, sehingga
sekitar 70% penduduk Indonesia beumur 0-14 tahun telah terpapar asap rokok sejak lahir
(perokok fasif). Informasi ini menunjukkan betapa besarnya prevalesi perokok pasif dengan
akibat yang lebih parah lagi.
Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 di antaranya bersifat beracun. Antara lain
karbon mononksida (GO) dan polycyclic hydrocarbon yang mengandung zat-zat pemicu
terjadinya kanker (seperti tar, benzopyrenes, vinyl chlorida, dan nitroso-nor-nocotine). Di
samping itu, nokotin dapat menimbulkan ketagihan, baik pada perokok aktif maupun pasif.
Para perokok aktif dan pasif beresiko terkena batuk sesak nafas 6,5 kali di banding bukan
perokok. Industni rokok selalu berusaha menyangkalbukti-bukti epidemiologis tentang dampak
merokok pada kesehatan manusia.
Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulant dan pada dosis tinggi beracun. Zat ini
hanya ada dalam tembakau, saat adiktif, dan mempengaruhi otak/susunan syaraf. Dalam
jangka panjang, nikotin akan menekan kempuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga
perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tinggat
kepuasan dan ketagihannya. Siaft nikotin yang adiktif ini membuktikan dengan adanya jurang
antara jumlah perokok yang ingin berhenti merokok, dan jumlah yang berhasil berhenti. Survei
pada anak-anak sekolah usia13-15 tahun di Jakarta menunjukkan bahwa lebih dari 20% alah
perokok tetap dan 80% di antaranya ingin berhenti merokok tetapi tidak berhasil.
ADA APA DENGAN ROKOK ?

Seseorang di katakana perokok jika selama ini telah menghisap minimal 100 batang rokok.
Rokok merupakan dilemma karena di satu sisi menimbulkan kerugian pada kesehatan seda-
ngkan di sisi lain menjadi pemasok cukai yang cukup besar bagi negara.
Secara global, konsumsi rokok membunuh satu orang setiap 10 detik. WHO memperkirakan
pada 2020 penyakit berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan utama di
banyak negara. Kebiasaan merokok dianggap menjadi enrty poin pada penyalah gunaan
narkotik dan bahan berbahaya (Narkoba).
Fenomena lain yang juga harus di perhatikan adalah para perokok pasif, yaitu orang yang tidak
merokok tapi tetapi tercemar oleh asap rokok. Pencemaran tersebut dapat terjadi dalam
rumah, ruangan kantor, kendaraan, dan tempat umum lainnya. Survei membuktikan lebih dan
90% perokok aktif mengaku merokok dalam rumah, bersama anggota keluarga, sehingga
sekitar 70% penduduk Indonesia beumur 0-14 tahun telah terpapar asap rokok sejak lahir
(perokok fasif). Informasi ini menunjukkan betapa besarnya prevalesi perokok pasif dengan
akibat yang lebih parah lagi.
Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 di antaranya bersifat beracun. Antara lain
karbon mononksida (GO) dan polycyclic hydrocarbon yang mengandung zat-zat pemicu
terjadinya kanker (seperti tar, benzopyrenes, vinyl chlorida, dan nitroso-nor-nocotine). Di
samping itu, nokotin dapat menimbulkan ketagihan, baik pada perokok aktif maupun pasif.
Para perokok aktif dan pasif beresiko terkena batuk sesak nafas 6,5 kali di banding bukan
perokok. Industni rokok selalu berusaha menyangkalbukti-bukti epidemiologis tentang dampak
merokok pada kesehatan manusia.
Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulant dan pada dosis tinggi beracun. Zat ini
hanya ada dalam tembakau, saat adiktif, dan mempengaruhi otak/susunan syaraf. Dalam
jangka panjang, nikotin akan menekan kempuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga
perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tinggat
kepuasan dan ketagihannya. Siaft nikotin yang adiktif ini membuktikan dengan adanya jurang
antara jumlah perokok yang ingin berhenti merokok, dan jumlah yang berhasil berhenti. Survei
pada anak-anak sekolah usia13-15 tahun di Jakarta menunjukkan bahwa lebih dari 20% alah
perokok tetap dan 80% di antaranya ingin berhenti merokok tetapi tidak berhasil.

Anda mungkin juga menyukai