Anda di halaman 1dari 8

LBM 1 LI

Trauma Kepala
1. Definisi
Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas.

( KAPITA SELEKTA,Jilid 2 )

Definisi : keadaan dimana struktur lapisan otak dari lapisan kulit


kepala tulang tengkorak, durameter, pembuluh darah serta otaknya
mengalami cedera baik yg trauma tertutup maupun trauma tembus

Mardjono DR, Mahar. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta.


2004 hal 250

1. Klasifkasi??
Berdasarkan patologi
a. Komosio cerebri (gegar otak) = tidak ada kerusakan jaringan
otak.
b. Kontusio cerebri = terjadi kerusakan jaringan otak
c. Laceratio = kerusakan menembus substansi otak.

Berdasarkan lokasi lesi


d. Lesi diffuse = mengenai semua bagian
e. Lesi vascular = kerusakan mengenai pembuluh darah
f. Lesi fokal
i. Kontusio dan laseratio cerebri
ii. Hematoma intracranial
iii. Hematoma subarachnoid
iv. Hematoma intraserebral

Berdasarkan GCS

a. Klasifikasi berdasarkan Etiologi


Mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi durameter
- trauma tumpul : kecepatan tinggi (tabrakan otomobil) ;
kecepatan rendah (terjatuh, dipukul)
- trauma tembus (luka tembus peluru dan cedera tembus
lainnya)
Keparahan cedera
- ringan : skala koma glasgow (glasglow coma scale ,
GCS) 14-15
- sedang : GCS 9-13
- berat : GCS 3-8
morfologi
- fraktur tengkorak :
kranium : linear.stelatum ; depresi/ non depresi ;
terbuka/ tertutup
basis : dengan atau tanpa kebocoran cairan
serebrospinal ; dengan / tanpa kelumpuhan nervus
VII
- lesi intrakranial :
fokal : epidural , subdural , intraserebral
difus : konkusi ringan, konkusi klasik , cedera aksonal
difus.
Sumber : kapita selekta kedokteran, jilid 2

2. Etiologi??
Kecelakaan lalu lintas

Terjatuh

Tertembak peluru

Luka tusuk

( KAPITA SELEKTA,Jilid 2 )
Trauma mekanik dan non mekanik

Neurologi klinis dasar, Prof.DR.Mahar Mardjono,Prof.DR.Priguna


Shidarta

Kepala yang bergerak terbentur atau terpelanting akibat benda


yang diam
Kepala yang diam yang dibentur oleh benda yang bergerak
Kepala yang tidak bergerak karena tertahan sesuatu mengalami
benturan yang menggencetnya
Kapita selekta neurologi

3. Manifestasi klinik??

Kategori Nilai GCS Gambaran CT Scan


Klinis

Minimal 15 Pingsan (-), Normal


gangguan
neurologik
(-)

Ringan 13-15 Pingsan <10 Normal


menit,
gangguan
neurologik
(-)

Sedang 9-12 Pingsan > 10 Abnormal


menit smpai
6 jam,
gangguan
neurologik
(+)

Berat 3-8 Pingsan > 6 Abnormal


jam,
gangguan
neurologik
(+)

4. DD??
Lesi yang dapat timbul pada trauma kepala:
- kulit kepala robek atau mengalami pendarahan sub kutan
- otot2 dan tendo pada kepala mengalami kontusio
- perdarahan terjadi dibawah galea aponeurotika
- tulang tengkorak patah
- gegar otak ( komosio serebri)
- edema serebri traumatik
- kontusio serebri
- perdarahan subarakhnoid
- perdarahan epidural
- perdarahan subdural
sumber : kapita selekta neurologi, UGM

5. Penegakan diagnosis??
Anamnesis.
Anamnesis dapat diambil darifamili, orang disekitar kejadian, pegawai ambulans, polisi,
mengenai :

Saat terjadinya kecelakaan, macam kecelakaan : lalu lintas, pabrik dll.

cara kecelakaan, untuk dapat memperkirakan intensitas trauma dan macam


cederanya.

pada penderita yang sadar : ada tidaknya gangguan kesadaran sebelumnya, ada
tidaknya amnesia, baik retrograde maupun pasca traumatik. Makin lama amnesia post
traumatik, prognosis makin jelek.

penyakit yang diderita : epilepsi, hipertensi, diabetes, jantung dan lain-lain.

Obat-obat yang telah/sedang dipergunakan.

Pemeriksaan Fisik

fungsi

fungsi vital, kesadaran, gejala neurologik, antara lain gejala vegetatif : mual, muntah,
pucat, (dalam hal ini harus dibedakan dengan pucat akibat perdarahan). Data-data

pemeriksaan awal ini penting sebagai dasar observasi selanjutnya. dipakai Glasgow
Coma Scale (GCS) untuk evaluasi kesadaran.

Tanda-tanda trauma di kepala, hematoma sekitar mata dan hematoma di belakang


telinga, darah dari orifisium-orifisium di kepala.

Adanya tanda-tanda trauma di tempat lain, bila ada dapat

memperburuk prognosisnya.

Pemeriksaan Tambahan

1. Eko - Ensefalografi

Sebagian penulis menyatakan, pemeriksaan ini dapat membantu mengetahui adanya


pergeseran garis tengah otak bila dikerjakan oleh orang yang berpengalaman; penulis lain

berpendapat bahwa pemakaiannya kurang dapat dijamin.

2. Angiografi dan CT Scan


Keduanya merupakan cara pemeriksaan yang dapat diandalkan untuk mengetahui adanya
massa intrakranial

- foto tengkorak anteroposterior dan lateral dengan sisi daerah trauma pada film,
bila mungkin sken tomografik, EEG.
- Pungsi lumbal tidak dilakukan karena tekanan intrakranial yang tinggi dapat
menimbulkan herniasi tentorial.
sumber : kapita selekta neurologi, UGM
6. Penatalaksanaan??
Primer :
ABCD (Airway, Breathing, Circulation, Disability)
Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan)
GCS
Pupil penting, jika terjadi kenaikan tekanan intrakranial sering
menyebabkan pupil anisokor
Luka-luka yang timbul dilihat
Sekunder : (setelah pasien stabil)
Laboratorium : darah dan urine
Radiologi
Manajemen terapi :
Simtomatik :
Edema otak cairan hipertonik (manitol)

Kejang obat anti kejang (fenobarbital)

Anemia transfusi
Operasi atas indikasi, seperti :

Epidural hematom (EDH) perdarahan otak cabang arteri


meningea media, 75% mati jika > 24 jam tidak operasi.
Subdural hematom (SDH) perdarahan pada vena subdural
(bridgeing veins)
Intracerebral hematom (ICH)
Fraktur impresi

Fraktur + laserasi

Fraktur terbuka

Tindakan operasi dekompresi


Kapita selekta kedokteran UI
7. Komplikasi??
kebocoran cairan serebrospinal : disebabkan oleh rusaknya
leptomeningen dan terjd pd 2-6% pasien dengan cedera kepala
tertutup kebocoran ini berhenti spontan dengan elevasi kepala
setelah beberapa hari pd 85% pasien.
fistel karotis-kavernosus ditandai oleh trias gejala : eksoftalmus,
kemosis, dan briut orbita dpt timbul segera atw beberapa hari
setelah cedera.
diabetes insipidus : disebabkan oleh kerusakan traumatik pada
tangkai hipofisis menyebabkan penghentian sekresi hormon
antidiuretik
kejang pascatrauma dpt terjadi segera (dlm 24 jam pertama), dini
(minggu pertama) atw lanjut (setelah 1 minggu) kejan segera tdk
merupakan predisposisi utk kejang lanjut; kejang dini menunjukkan
risiko yg meningkat utk kejang lanjut, dan pasien ini hrs
dipertahankan dengan antikonvulsan.
Kapita selekta kedokteran UI

8. Prognosis??
prognosis setelah cedera kepala sering mendapat perhatian besar
terutama pd pasien dengan cedera berat. Skor GCS wkt msk rmh skt
memiliki nilai prognostik yg besar : skor pasien 3-4 memiliki
kemungkinan meninggal 85% atw tetap dlam kondisi vegetatif,
sedangkan ,pd pasien dengan GCS 12 atw lbh kemungkinan meninggal
atw vegetatif hanya 5-10%.
Sindroma pascakonkusi berhbungan dgn sindrom kronis nyeri kepala,
keletihan, pusing, ketdkmampuan berkonsentrasi, iritabilitas dan
perubahan kepribadian yg bekembang pd byk psien setelah cedera
kepala

Sering kali bertumpang tindih dengan gejala depresi.

Kapita selekta kedokteran jilid 2, FK UI, 2000

Anda mungkin juga menyukai