Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah

bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperi

pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Utami Roesli, 2005).

Hal ini sebagaimana direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF. Kedua

organisasi kesehatan dunia ini merekomendasikan pemberian ASI eksklusif

dari sejak lahir sampai usia 6 bulan (Siti Nur Khamzah, 2012). World Health

Organization (WHO) merekomendasikan pamberian ASI Eksklusif sekurang-

kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan

makanan pendamping sampai usia 2 tahun (Suradi,dkk,2010).


Target Sustainble Development Goals (SDGs) yang ketiga yaitu

menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua

orang di segala usia. SDGs pada tahun 2030, mengurangi angka kematian

bayi hingga 12/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi menjadi salah

satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan. Angka kematian

bayimenggambarkan jumlah bayi yang meninggal dari suatu penyebab

tertentu (Kemenkes RI, 2016). Salah satu upaya yang dilakukan untuk

mempercepat penurunan AKB adalah melalui pemberian Air Susu Ibu

(Legawati, dkk, 2011). Sementara di negara berkembang hanya 39% ibu-ibu

yang memberikan ASI Eksklusif (UNICEF, 2013).


Angka pemberian ASI Eksklusif sangat bervariasi, sebuah analisis

menerangkan bahwa memberikan ASI selama 6 bulan dapat menyelamatkan

1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termasuk 22% nyawa yang melayang setelah

1
kelahiran. Sementara itu menurut UNICEF, ASI eksklusif dapat menekan

angka kematian bayi di Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa 30.000

kematian anak balita di dunia setiap tahun bisa di cegah melalui pemberian

ASI eksklusif selama 6 bulan sejak sejam pertama setelah kelahirannya tanpa

memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi

(Prasetyono,2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan ASI yang pertama adalah

karena kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif (32%), ibu bekerja

(28%), gencarnya promosi susu formula (16%), faktor sosial budaya (24%),

Faktor dukungan dari petugas kesehatan (24%), faktor dari keluarga (24%)

(Bangnes, 2011).
Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI menjadi salah satu faktor

rendahnya pemberian ASI Ekslusif. Sejumlah ibu yang baru memiliki bayi

mengaku terpaksa memberikan susu formula lantaran harus kembali bekerja.

Karena masa cuti yang diberikan oleh perusahaan ibu bekerja biasanya

selama 3 bulan. Hal ini akan mempengaruhi persepsi ibu untuk memberikan

ASI. Meskipun ibu tahu tentang pentingnya ASI dan pemberian ASIP, kadang

lingkungan kerja tidak mendukung ibu untuk melaksanakan ASIP. Di

samping ada faktor keluarga, informasi, budaya, dan gencarnya iklan susu

formula. Ibu akan terpengaruh untuk memberikan susu formula daripada

ASIP (Marmi, 2012).


Bayi yang tidak mendapat ASI akan mudah terkena penyakit infeksi

terutama diare dan ISPA. ISPA menyebabkan 40% dari kematian anak usia 1

bulan sampai 4 tahun. Hal ini berarti dari seluruh anak umur 1 bulan sampai 4

tahun yang meninggal, lebih dari sepertiganya meninggal karena ISPA atau di

2
antara 10 kematian 4 diantaranya meninggal disebabkan oleh ISPA (Depkes,

2009).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumatera Barat, cakupan pemberian

ASI eksklusif di Provinsi Sumatera Barat tiga tahun terakhir cenderung

mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 cakupan pemberian ASI

eksklusif adalah 67,4% dengan target 75,0 %, tahun 2014 cakupannya adalah

72,5% dengan target 80.0%, dan cakupan ASI eksklusif tahun 2015 adalah

75,1% dengan target 83,0%. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera

Barat belum mencapai target program nasional. Kota Padang berada di urutan

ke 14 tertinggi dengan cakupan ASI eksklusif 70,5%


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh malitasari pada ibu

menyusui di Desa Jatipuro menunjukkan dari 26 bayi usia 7 - 12 bulan yang

mendapat ASI eksklusif hanya 15,38% dan yang tidak diberi ASI eksklusif

sebesar 84,62%. Sebagian besar alasan ibu tidak menyusui karena ibu bekerja

dengan masa cuti 3 bulan yaitu sebesar 38,4%, ibu dengan alasan ASI tidak

keluar sebesar 23% dan sisanya dengan alasan takut ASI tidak mencukupi

kebutuhan bayi.
Dari survey awal yang penulis lakukan di RW 01, RW 03 dan RW 04

Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2017

diantara 10 orang ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan didapatkan 4 orang

ibu mengetahui tentang ASI Perah dan 6 orang ibu tidak mengetahui tentang

ASI Perah.
Beradasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan

penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Ibu tentang ASI Perah Sebelum

dan Sesudah Diberi Pendidikan Kesehatan di Rw 01, Rw 03 dan Rw 04

3
Kelurahan Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji Kota Padang

Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat

dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut Bagaimana gambaran

pengetahuan ibu tentang ASI perah sebelum dan sesudah di beri pendidikan

kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kuranji?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang ASI perah

sebelum dan sesudah di beri pendidikan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Kuranji.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang ASI Perah

sebelum diberikan pendidikan kesehatan di wilayah kerja puskesmas

kuranji.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang ASI Perah

sesudah diberikan pendidikan kesehatan di wilayah kerja puskesmas

kuranji.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan teori yang

telah didapat.
b. Bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
Sebagai bentuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan

tentang program ASI perah.

1.4.2 Manfaat Praktis

4
a. Bagi Puskesmas Kuranji
Memberikan informasi mengenai perlunya pendidikan kesehatan

tentang pemberian ASI perah bagi ibu pekerja.


b. Bagi Ibu Pekerja ( responden )
Sebagai informasi bagi ibu pekerja tentang pemberian ASI perah.

1.5 Ruang Lingkup


Penelitian ini berjudul Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Perah

Sebelum dan Sesudah di Beri Pendidikan Kesehatan di Wilayah Kerja

Puskesmas Kuranji. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu bekerja

yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di RW 01, RW 03, dan RW 04

Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji. Desain penelitian ini

adalah deskriptif yaitu mengkaji bagaimana gambaran pengetahuan ibu

tentang ASI perah sebelum dan sesudah di beri pendidikan kesehatan.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2017. Penelitian ini

menggunakan variabel yaitu pengetahuan ibu tentang ASI perah sebelum

dan sesudah di beri pendidikan kesehatan. Analisa yang digunakan pada

penelitian ini adalah analisa univariate.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI Perah


2.1.1 Pengertian ASI Perah
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kelenjar

mammae ibu dan berguna sebagai makanan bayi. ASI Perah adalah ASI

yang diambil dengan cara diperas dari payudara untuk kemudian disimpan

dan nantinya diberikan pada bayi (Maryunani, 2012).

2.1.2 Teknik Memeras


1. Indikasi
a. Ibu kurang berpengalaman.
b. Pembengkakan payudara.
c. Neonatus sakit dan beresiko yang memerlukan asupan alternatif.
d. Tempat kerja tidak layak untuk menyusui dan ASI harus di simpan.
e. Meningkatkan produksi ASI.
f. Mencegah dan melegakan pembengkakan payudara.
2. Penjelasan
a. Produksi ASI merupakan akibat langsung dari rangsangan terhadap

payudara (demand).
b. Produksi ASI akan sesuai dengan pemberian ASI teratur dan ekslusif.
c. Ibu memeras ASI nya dengan pola yang mirip setiap 3-4 jam.
d. Beberapa ibu merasa sulit untuk memerasa ASI dibanding dengan

menyusui sebenarnya.
e. Ibu harus dianjurkan untuk memeras ASI di lingkungan yang nyaman

dan tenang serta meletakkan foto bayinya atau benda kesayangannya

dalam jangkauan.
3. Prosedur memeras ASI dengan tangan
a. Cuci tangan anda sampai bersih.

6
b.Jika mungkin peras ASI di tempat yang tenang dan santai. Bayangkan

anda sedang berada di tempat yang menyenangkan. Pikirkan hal-hal

menyenangkan mengenai bayi anda. Kemampuan anda untuk merasa

santai akan membantu refleks pengeluaran ASI yang lebih baik.


c. Berikan rasa hangat dan lembab pada payudara anda selama 3-5 menit

sebelum mengeluarkan ASI.


d. Pijat payudara anda dengan gerakan melingkar, ikuti dengan pijatan

lembut pada payudara dari sisi luar ke arah puting.


e. Stimulasi puting anda dengan lembut dan tarik sedikit ke arah luar

atau memutarnya dengan jari anda.


f. Keluar dan buang 2-3 kali ASI yang keluar dari setiap payudara.
g. Peras ASI ke dalam wadah yang bersih
h. Tempatkan ibu jari anda di bagian atas payudara pada tepi areola dan

empat jari anda di bawah payudara anda pada tepi areola.


i. Tekan ke arah tulang iga anda kemudian dekatkan ibu jari dan jari-jari

anda dengan lembut tepat di belakang areola.


j. Ulang dengan pola berirama, putar posisi jari-jari anda di sekeliling

payudara anda untuk mengosongkan semua daerah payudara.


k. Lakukan berseling-seling pada kedua payudara setiap lima menit atau

ketika ASI mengalir dengan lambat, ingatlah untuk mengulang siklus

pijat-usap-tekan-keluarkan beberapa kali pada setiap payudara.


l. Jumlah ASI yang diperoleh setiap kali dikeluarkan mungkin berbeda

dan hal ini biasa terjadi.


m. Ketika sudah selesai, oleskan beberapa tetes ASI pada setiap puting

dan biarkan kering oleh udara.


n. Penampilan ASI anda akan berubah selama pemerasan. Beberapa

sendok pertama akan terlihat bening dan setelahnya ASI akan

berwarna putih susu. Sejumlah obat, makanan dan vitamin juga dapat

sedikit mengubah warna ASI anda. Lemak susu akan berada di bagian

atas ASI ketika ASI disimpan.

7
o. Jika anda berencana menyimpan ASI segera setalah di peras, tutup dan

beri label pada wadah yang bertuliskan tanggal, waktu dan jumlah.
4. Prosedur memeras ASI secara mekanis
a. Dilakukan dengan pompa payudara.
b. Terdapat beberapa jenis pompa payudara
1. Manual
2. Dioperasikan dengan baterai
3. Dioperasikan dengan listrik
c. Pemilihan pompa yang sesuai untuk setiap situasi individu bergantung

pada seberapa efektif pompa tersebut mengosongkan payudara dan

merangsang produksi ASI.


d. Cuci tangan anda sampai bersih.
e. Jika memungkinkan, peras ASI di tempat yang tenang dan santai.

Bayangkan anda sedang berada di tempat yang menyenangkan.

Pikirkan hal-hal menyenangkan tentang bayi anda. Kemampuan anda

untuk merasa santai akan membantu refleks pengeluaran ASI yang

lebih baik.
f. Berikan rasa hangat yang lembab pada payudara anda selama 3-5

menit sebelum mengeluarkan ASI.


g. Pijat payudara anda dengan gerakan melingkar, ikuti dengan usapan

lembut pada payudara dari sisi luar payudara menuju puting.


h. Stimulasi puting anda dengan lembut dan tarik sedikit ke arah luar

atau memutarnya dengan jari anda.


i. Ikuti instruksi umum yang tercantum pada pompa payudara anda.
j. Aliran ASI akan bervariasi. Selama beberapa menit pertama ASI

mungkin menetes lambat dan kemudian memancar kuat setelah ASI

keluar. Pola ini akan berulang beberapa kali selama pengeluaran ASI

dari kedua payudara.


k. Jumlah ASI yang diperoleh pada setiap pengeluaran mungkin

bervariasi dan ini bukan hal yang aneh.


l. Ketika sudah selesai, oleskan beberapa tetes ASI pada setiap puting

dan biarkan kering oleh udara.


2.1.3 Penyimpanan ASI Perah

8
1. Cara penyimpanan ASI
a. Saat metoda pengumpulan ASI dipilih, panduan untuk menyimpan,

membekukan dan mencairkan ASI harus diikuti dengan seksama.


b. Penyimpanan ASI yang terlalu lama (beku) akan mengubah rasa dan

komposisinya. Membekukan dan mencairkan ASI akan

mempengaruhi komposisi imunologi.


c. Penampilan ASI dapat berubah setelah disimpan karena komponen

lemaknya terpisah.
d. Pengumpulan dan penyimpanan ASI yang baik memaksimalkan

keuntungan yang akan diterima bayi dan meminimalkan resikonya.


2. Panduan penyimpanan

Metode penyimpanan Waktu penyimpanan maksimal


Suhu kamar 1 jam
Lemari pendingin (-4C/24F) 48 jam
Lemari pembeku (lemari es 1 pintu) Tidak dianjurkan 3 bulan untuk
neonatus sakit
Lemari pembeku (lemari es 2 pintu) 6 bulan untuk neonatus sehat

2.1.4 Pemberian ASI Perah


1. Mencairkan ASI
a. Cairkan ASI beku dengan slow defsort selama satu malam dalam

lemari pendingin
b. Rendam susu dalam mangkuk berisi air ngilu kuku hingga hangat.

Panas berlebihan akan memodifikasi atau menghancurkan enzim dan

protein.
c. Cairkan keseluruhan ASI dalam wadah karena lemaknya terpisah

selama proses pembekuan.


d. Jangan pernah menggunakan microwave untuk mencairkan atau

menghangatkan ASI.
e. Setelah dicairkan, ASI harus digunakan dalam waktu 24 jam.
2. Membekukan kembali ASI
a. Membekukan kembali ASI yang telah dicairkan atau dicairkan

setengah tidak dianjurkan

9
b. Ingatlah hal ini ketika anda membawa ASI ke rumah sakit atau pulang

ke rumah.
c. Disarankan untuk menjaga ASI sedingin mungkin tanpa

membekukannya dan hanya membekukannya ketika ASI sudah

sampai di tujuan akhir.

2.2 Konsep Dasar Pengetahuan


2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga

dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012).


Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu

dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah

sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses

belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan

faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial

budaya.
2.2.2 Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang

berasal dari berbagai macam sumber, misalnya: media massa, media

elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat

dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2012) dari berbagai macam cara

10
yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yakni:


1. Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
a. Trial and Error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang menghadapi

persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan hanya dengan mencoba-

coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan

tersebut tidak berhasil maka di coba kemungkinan yang lain sampai

berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan

Error (gagal atau salah atau metode coba salah adalah coba-coba).
b. Kekuasaaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan

tradisi yang dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang

dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada

masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat

modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya

berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan ini dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli

agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.


c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Adapun pepatah mengatakan Pengalaman adalah guru terbaik.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.


d. Jalan pikiran

11
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia

cara berpikir umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.

Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia

telah menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran

secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.


2. Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,

logis dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir

induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan

mengadakan observasi langsung, membuat catatan terhadap semua fakta

sehubungan dengan objek yang diamati (Notoatmodjo, 2012).

2.2.3 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakandomain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Wawan,

2011).

Menurut (Notoatmodjo, 2014) memupunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelunya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall)sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan

12
tingkat pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.


b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasiatau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus metode , prinsip,dan sebaginya dalam konteks atau situasiyang

lain.
d. Analisa (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.


e. Sintesis (Synthesis)
Sintesi menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

13
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.\


f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhui pengetahuan


Menurut (Wawan, 2011) adalah:
1. Faktor internal
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.


2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukan

lah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari

nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu. Bekeja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.
3. Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), Usia adalah

umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur,

14
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang

yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari kepalangan dan kematangan

jiwa.
2. Faktor Eksternal
1. Faktor lingukangan
Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari nuesalam (3 lingkungan

merupakan seluruh kondisi yang yang ada disekitar manusian dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atu kelompok.


2. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi


2.2.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo p. S., 2012) tingkat pengetahuan di bagi

menjadi 2 yaitu:
1. Tinggi
Tinggi diartikan apabila seseorang sudah mampu mengetahui,

memahami, meaplikasikan, menganalisis (menjabarkan materi), dan

menghubungkan antara suatu materi dengan materi lain (sintesis)

serta kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek

(evolusi). Pengetahuan dikatakan dengan nilai 76-100%.


2. Rendah
Pengetahuan dikatakan rendah apabila individu tak mampu

untuk mengetahui, memahami, mengaplikasikan menganalisis,

mensintesis dan mengevaluasi suatu materi atau objek lain.

Pengetahuan rendah diartikan dengan nilai < 76 %.

15
2.3 Alur pikir
Gambar 2.3
Input Proses Output

usia 0-6 bulan di RW 01 dan RW 03 Kelurahan


Pengetahuan
Korong
ibu tentang
GadangSebelum
Asi
Kecamatan
Perahdiberi
Kuranji
pendidikan kesehatan
Sebelum di beri pendidikanTinggi
kesehatan
Sesudah di beri pendidikanRendah
kesehatan

Sesudah diberi pendidikan kesehatan


Tinggi
Rendah

16
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Asi Perah Sebelum dan Sesudah Di Beri
Pendidikan Kesehatan Di Rw 01, Rw 03 dan Rw 04 Kelurahan Korong
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji Kota Padang Tahun 2017

2.4 Definisi Operasional


Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat

variabel yang diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal penting

dalam penelitian yang memerlukan penjelasan. Definisi operasional

bersifat spesifik, rinci, tegas, dan pasti yang menggambarkan karakteristik

variabel-variabel penelitian dan hal-hal yang dianggap penting.

Tabel 2.4
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Asi Perah Sebelum dan Sesudah diBeri
Pendidikan Kesehatan Di Rw 01, Rw 03 dan Rw 04 Kelurahan
Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji
Kota Padang Tahun 2017
N Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
o Operasional
1 Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Memberikan 1. Pengetahuan Ordinal

17
Ibu tentang yang diketahui pertanyaan ibu sebelum
ASI Perah di ibu tentang bila jawaban diberikan
RW 01, RW ASI Perah : benar di beri pendidikan
03 dan RW 1. Sebelum nilai 1, dan kesehatan
04 Kelurahan diberikan jika jawaban - tinggi : ibu
Korong pendidikan salah di beri banyak
Gadang kesehatan nilai 0 menjawab
Kecamatan meliputi : benar.
Kuranji -Pengertian - rendah : ibu
ASI Perah banyak tidak
-Teknik ASI mengerti Ordinal
Perah dengan
-Penyimpanan pertanyaan
ASI Perah
-Pemberian
ASI Perah Kuesioner
Memberikan
2. Sesudah 2. Pengetahuan
pertanyaan
diberikan ibu sesudah
bila jawaban
pendidikan diberikan
benar di beri
kesehatan pendidikan
nilai 1, dan
meliputi : kesehatan
jika jawaban
-Pengertian - tinggi : ibu
salah di beri
ASI Perah banyak
nilai 0
-Teknik ASI menjawab
Perah benar.
-Penyimpanan - rendah : ibu
ASI Perah banyak tidak
-Pemberian mengerti
ASI Perah dengan
pertanyaan

18
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif yaitu menganalisa faktor

antara variabel. Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu

waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subjek hanya

dikenai satu kali pengukuran tanpa dilakukan tindak lanjut atau

pengukuran berulang (Setiawan,2011).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

19
Penelitian ini rencananya dilakukan pada bulan Juni 2017 di RW 01,

RW 03, dan RW 04 Kelurahan Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas

Kuranji Padang Tahun 2017.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok orang atau objek dengan satu karateristik

umum yang dapat di observasi (Sulistyaningsih, 2011). Populasi pada

penelitian ini adalah ibu bekerja yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di RW

01, RW 03 dan RW 04 Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji

yang berjumlah 26 orang.


3.3.2 Sampel
Sampel adalah subset yang di cuplik dari populasi yang akan diamati

dan di ukur oleh peneliti (Sulistyaningsih, 2011).


Untuk menentukan besarnya sampel menggunakan rumus sebagai

berikut (Notoatmodjo, 2010) :


N
n
1 N (d 2 )

3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari ibu dengan

menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada ibu.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data :
1. Mengajukan surat penelitian kekampus untuk tembusan ke Dinas

Kesehatan, serta mendatangi Puskesmas Kuranji Padang untuk

meminta izin melakukan penelitian dan meminta data ibu bekerja

yang masih memberikan ASI.

20
2. Setelah mendapatkan data untuk melakukan penelitian maka

selanjutnya mendatangi responden satu persatu untuk membagikan

kuesioner.
3. Meminta responden untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan.
4. Setelah responden mengisi kuesioner kemudian melakukan

pengelompokan tentang pengetahuan, pekerjaan dan fasilitas sesuai

dengan pengisian kuesioner.

3.5 Teknik Pengolahan Data


Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format

pengumpulan data yang dibuat khusus oleh peneliti sendiri dengan

berpedoman pada perpustakaan yang ada. Setelah data berkumpul dari

lembar format pengumpulan data maka dilakukan pengolahan data.


Ada pun Pengolahan data di lakukan dalam beberapa tahap sebagai

berikut:
3.5.1 Editing
Merupakan kegiatan pengecekan isian kuesioner apakah jawaban yang ada

di kuesioner sudah lengkap.


3.5.2 Coding
Merupakan kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan.


3.5.3 Entry (Memasukkan Data)
Setelah semua data dikode dengan benar maka data kemudian dimasukkan

ke dalam master tabel dan diolah secara manual.


3.5.4 Tabulating(Mentabulasi Data)
Menyusun data yang telah diberi kode dengan cara mengelompokkan data

tersebut agar dapat dijumlahkan, disusun dan siap untuk disajikan serta

dianalisis.
3.6 Analisa Data
Analisa Univariate
Analisa univariat di lakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi,

presentase dari variabel independen maupun variabel dependen. Dengan

21
menggunakan presentasi dengan rumus distribusi frekuensi sebagai

berikut:

f
P= n x 100%

Keterangan :

P : Presentase yang di cari

F : Frekuensi atau variabel yang di teliti

n : Jumlah sampel

Interpretasi data yang digunakan adalah Mean atau rata-rata yaitu:


Pengetahuan tinggi jika >76 %
Pengetahuan rendah <76%

DAFTAR PUSTAKA

22
23

Anda mungkin juga menyukai