Projek 1
Projek 1
Projek 1
BAB I
PENDAHULUAN
billet), baja gulungan panas (hot rolled coil/HRC), dan baja gulungan dingin (cold
rolled coil/CRC). Dan PT. Krakatau Steel juga mempunyai banyak anak
perusahaan dan menggunakan berbagai peralatan pendukung produksi sehingga
diharapkan mahasiswa dapat mengambil manfaat dan banyak belajar dari
operasional perusahaan sehari-hari. Dengan alasan inilah PT. Krakatau Steel
menjadi pilihan kami sebagai tempat kerja praktek.
Dalam kerja praktek di PT. Krakatau steel, penulis ditempatkan pada unit
produksi slab baja (slab steel plant/SSP). Ditempat ini terdapat proses penting
dalam menghasilkan slab baja, yaitu proses peleburan di dalam dapur dengan
menggunakan electric arc furnace (EAF), proses didalam ladle furnace (LF)
sebagai tempat untuk homogenisasi temperatur dan mengatur komposisi baja, dan
proses pengecoran didalam continuos casting machine (CCM) untuk mencetak
slab dan dedusting sistem untuk menghisap debu dan gas hasil peleburan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan kerja praktek yang dilakukan di PT. KRAKATAU STEEL
(persero) Tbk, adalah :
1. Memperkenalkan kepada mahasiswa dengan lingkungan kerja yang
sebenarnya secara langsung.
2. meningkatkan, mengembangkan dan memantapkan ilmu dan keterampilan
yang didapat di bangku kuliah sebagai bekal memasuki lapangan kerja.
3. Mempelajari proses produksi dan cara kerja yang ada pada lingkungan kerja,
sehingga mahasiswa mampu menerapkan ilmu-ilmu teoritis sesuai yang
didapatkan saat belajar di perguruan tinggi untuk diaplikasikan di lingkungan
kerja tersebut.
4. Mengetahui pemrosesan pembuatan baja slab di Pabrik Baja Slab (SSP) PT.
Krakatau Steel.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat setelah melakukan kerja praktek ini adalah :
1. Bagi mahasiswa
a. Menambah pengalaman bagi mahasiswa mengenai dunia kerja secara
nyata, terutama sistem produksi di perusahaan tersebut.
2. Metode Observasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung
pada obyek penelitian.
3. Metode Interview
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai karyawan
dan staf yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan dan manfaat, batasan
masalah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
Berisikan sejarah singkat PT. Krakatau Steel, unit produksi yang ada di
dalamnya dan anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel.
Menjelaskan data yang diperoleh selama kerja praktek, tentang hasil analisa
tersumbatnya nozzle di saluran pendingin yang terdapat di continous casting
machine (CCM) 2 pada slab steel plant (SSP) 1
5. BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran atas analisa yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
1. Menggunakan bahan baku dari dalam negeri, alternatif : di timur berasal dari
Kalimantan dan dari barat berasal dari Lampung.
2. Air yang cukup.
3. Dekat pelabuhan.
4. Pendirian sumber tenaga listrik baru (diesel gas dan batu bara).
Akhirnya pemerintah Indonesia melalui Menteri Departemen Perindustrian,
Perdagangan dan Pertambangan (Deperdatam) memutuskan Cilegon yang paling
cocok untuk di jadikan lokasi pabrik baja berkapasitas produksi baja mencapai
100.000 ton per tahun, menggunakan proses Tanur Siemens Martin (Open Hearth
Furnace), dengan pertimbangan :
Proyek ini sempat terhenti total pada tahun 1965 karena krisis politik
pemberontakan G30S/PKI, yang tak lama kemudian disusul dengan merosotnya
perekonomian Indonesia secara drastis. Hal ini ikut mempengaruhi hubungan
Indonesia Uni Sovyet dan akhirnya pemerintah Indonesia menunda
penyelesaian pembangunan Proyek Besi Baja Trikora untuk sementara waktu.
Pada tahun 1967 Proyek Besi Baja Trikora diubah menjadi bentuk Perseroan
Terbatas (PT.) berdasarkan instruksi Presiden Republik Indonesia No.17 tanggal
28 Desember 1967. Pada tahun 1970 dengan maksud dan tujuan untuk
menyelenggarakan penyelesaian pembangunan Proyek Baja Trikosa serta
mengembangkan industri baja dalam arti luas maka berdasarkan peraturan
pemerintah Republik Indonesia No.35 tanggal 31 Agustus 1970 tentang
penyertaan modal negara Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan
perseroan (persero) PT. Krakatau Steel, PT. Krakatau Steel resmi berdiri.
Peresmian ini disahkan dengan akte notaris Tan Thong Kie No. 34 tanggal 23
Oktober 1971 di Jakarta dan di perbaiki dengan naskah No. 25 tanggal 29
Desember 1971. Dalam akta ini juga disebutkan bahwa perseroan ini berhak
menjalankan segala tindakan yang menuju kearah pelaksanaan dan kemajuan,
perseroan ini juga berhak pula mendirikan dan ikut serta dalam perseroan
perseroan atau badan hukum lain terutama yang bertujuan sama dengan
perusahaan ini, baik yang bekerja sama diluar maupun diluar negeri.
Dalam rangka peningkatan kapasitas produksi dari 1,5 juta ton menjadi 2,5
juta ton per tahun, peningkatan kualitas dan peragaman jenis baja, dan efesiensi
produksi maka dilakukan perluasan dan modernisasi PT. Krakatau Steel oleh
menteri muda Perindustrian atau Dirut PT KS, Ir. Tungky Ariwibowo yang
dimulai tanggal 10 November 1990. Usaha ini diikuti dengan Pengabungan usaha
(Merger) PT Cold Rolling Mill Indonesia Utama (PT CRMIU) dan PT Krakatau
Baja Permata (PT KBP) menjadi unit operasi PT Krakatau Steel pada tanggal 1
Oktober 1991.
1. Direktorat Produksi
3. Direktorat Keuangan
4. Direktorat Pemasaran
tepatnya di jalan Industri No.5 PO BOX 14 Cilegon 42435. Kantor pusat PT.
Krakatau Steel terletak di Wisma Baja, dan Gatot Subroto Kav 54 Jakarata.
Karyawan Non-Shift :
Waktu kerja per hari di PT. Krakatau Steel ialah 8 jam per hari atau 40 jam
per minggu, dengan waktu istirahat selama 60 menit.
Pemantauan
) Debu Partikel
Dust
Keluarnya dust dari proses produksi spons yang terbawa oleh udara
disekitar pabrik.
Ambien
Debu yang berterbangan atau melayang-layang di udara
b) Gas
Gas toksit
Gas yang sangat berbahaya, karena gas ini mengandung gas beracun
yang keluar melalui cerobong-cerobong asap bekas pembakaran.
Eksplosif
Gas yang dapat mengakibatkan terbakar dan ledakan. Pada umumnya
gas ini mudah terbakar.
c) Air Buangan
Hubungan air buangan identik dengan air limbah produksi. Untuk
menjaga lingkungan, baik masyarakat dan alam PT Krakatau Steel
melakukan upaya meminimalisasi dari pembuangan limbah produksi
dengan mengkaji dampak-dampak sehingga tidak menjadikan
permasalahan. Ada pun sebagian besar dari limbah industri yang
masuk kategori beracun dan berbahaya (limbah B3) dikirim atau
dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) kawasan Bogor.
1. Suara
Kondisi noise di PT Krakatau Steel mencapai 90 DBA adalah sangat
mengganggu terhadap kesehatan pada karyawan di pabrik yang
bekerja. Penanggulangannya dianjurkan untuk menggunakan alat
pelindung diri (Ear Protector) untuk mengatasi suara yang ditimbulkan
oleh alat-alat pabrik seperti mesin-mesin produksi pabrik, kendaraan
pengangkut dan yang lain-lain, sehingga apabila tidak menggunakan
alat pelindung diri dapat menyebabkan; gangguan pada indra
pendengar dan Gangguan pada mental dan emosional pekerja.
Penelitian
Meneliti dan mengkaji segala sumber pabrik untuk dapat menemukan
bahan-bahan yang dapat menggantikan sebagai bahan alternatif.
Pengendalian
Ada beberapa masalah dalam hal ini, yakni :
a. Udara dan gas.
b. Air limbah.
c. Limbah pelumas.
d. Limbah Padat.
e. Limbah Chemical ( Limbah B3 ).
Pabrik besi spons menerapkan teknologi berbasis gas alam dengan proses
reduksi langsung menggunakan teknologi Hyl dari Meksiko. Pabrik ini
menghasilkan besi spons (Fe) dari bahan mentahnya berupa biji besi, pelet
(Fe2O3 dan Fe3O4), dengan menggunakan gas alam (CH4) dan air (H2O).
Pabrik besi spons memiliki dua buah unit produksi dan menghasilkan 2.3
juta ton besi spons per tahun.
Bahan baku utama yaitu besi spons bersama-sama dengan besi tua (Scrap)
dan paduan fero dilebur dan diolah didalam dapur listrik (Electri Arc Furnace)
untuk dicairkan. Setelah menjadi cairan baja kemudian dituang kedalam cetakan.
Pabrik billet baja mempunyai peralatan utama yang terdiri dari empat buah
strain. Dengan peralatan ini, pabrik billet mempunyai kapasitas produksi lebih
dari 500.000 ton baja per tahun. Pabrik ini menggunakan teknologi ManGHH
dan Concast dari Jerman.
Proses pembuatan baja pada pabrik ini hampir sama dengan proses pabrik
Slab Steel Plant perbedaannya hanya terletak pada bentuk hasil cetakan. Hasil
produk ini juga dapat digunakan oleh pabrik Wire Rood sebagai bahan baku.
Sedangkan untuk perlengkapan utama dari pabrik ini yaitu : Tersedia 4 buah
dapur listrik (EAF), dan 4 buah mesin tuang continiu.
Ukuran 100 x 100 mm, 110 x 110 mm, 120 x 120 mm.
Standar panjangnya adalah 6, 10, dan 12 m
Gambar 2.6 Alur Proses Produksi Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant/BSP)
Perlengkapan utama pada pabrik slab baja ini yaitu : 2 buah dapur listrik
(EAF) yang masing-masing berkapasitas 120 ton baja cair, dan satu buah mesin
kontinyu (CCM) dengan masing-masing satu jalur percetakan slab (mould).
dengan temperature mencapai sekitar 13000C. Setelah itu slab tersebut dikirim
ke routhing stand diroll untuk menipiskan ketebalan 300mm menjadi 20-40
mm. Pada finishing stand diroll kembali untuk mendapatkan ketebalan ukuran
yang direncanakan tergantung dari permintaan konsumen.
Perlengkapan utama dari pabrik HSM (Hot Strip Mill) antara lain:
Lima buah finishing stand yang dilengkapi dengan alat ukur untuk
mengontrol secara otomatis yaitu mengukur lebar, tebal dan
temperatur strip.
Sebuah for high finishing stand yang dilengkapi dengan ukur flange
edger roll dan water desclaler dengan tekanan air 400 bar.
Sebuah dapur pemanas yang berkapasitas 300 ton /jam dengan bahan
bakar gas alam.
PT. Krakatau Daya Listrik didirikan tanggal 1 Maret 1996. Penjualan PT.
Krakatau Daya Listrik sebagaian besar ditujukan kepada PT Krakatau
Steel dan saat ini sedang dijajaki kemungkinan untuk menjual listrik
kepada PLN.
Perusahaan mengolah air baku yang diambil dari sungai Cidanau berasal
dari danau alam Rawa Dano dan diolah menjadi air bersih melalui Water
Treatment Plant. Sebagian besar dari air bersih yang dihasilkan digunakan
untuk kebutyhan industri dan sebagian lagi untuk kebutuhan kota Cilegon.
Kapasitas terpasang unit pengolahan air adalah 2 liter/detik dengan utilisasi
saat ini 50% dari kapasitas terpasang.
BAB III
PROSES PEMBUATAN BAJA SLAB
Pabrik SSP 2 beroperasi pada tahun 1993 dibangun oleh VAI Austria. Pabrik
ini memiliki 2 buah dapur listrik yaitu EAF IX dan EAF X dengan masing-masing
dapur busur listrik di supply daya dari trafo peleburan berkapasitas 93,5 / 103
MVA, dimana pengaturan dapur peleburan menggunakan system otomatisasi
komputer level 1 dan level 2. kapasitas produksinya 850.000 ton per tahun,
dengan ukuran slab yang dihasilkan adalah dengan tebal 200 mm, lebar 800-900
mm dan panjang 6000-12000 mm.
Pada tahun 2001, terjadi pengurangan jumlah produksi tahunan SSP-1 dan
SSP-2 (Ton Slab Total) terjadi pengurangan jumlah produksi dikarenakan krisis
ekonomi, namun tahun 2004 mulai nampak peningkatan jumlah produksi
walaupun jumlah tersebut tidak mencapai angka yang sama seperti tahun 2000 ke
atas.
Panjang maksimal
Tebal 15 mm
Lebar 30 mm
Panjang 100 mm
dinding : 350 mm
dasar : 600 mm
Tebal plat : 30 mm
(jarak antara bagian atas shell dan bagian atas dinding shell)
b. LF (ladle furnace)
Kapasitas ladle : 130 ton baja cair
Tinggi : 3.700 mm
Ladle dilengkapi oleh Ladle shroud, yaitu tempat untuk mengalirnya baja
cair ke tundish.
Slide gate, yaitu alat untuk membuka dan menutup ladle shroud.
d. Fasilitas Penunjang :
Bridge Crane kapasitas 220 ton max.
Water Treatment Plant (WTP).
T
abel 3.1 Kategori Scrap
1. Fe total 88 91
2. Fe metallic 76 82
3. Metalisasi 86 92
5. FeO 6 -15
d. Grafit
Grafit digunakan sebagai pengatur kadar karbon dan sebagai agen
foamy slag agent proces untuk meningkatkan perolehan baja cair.
2. Bahan tambahan
Bahan tambahan adalah material-material yang ditambahkan dengan maksud
untuk mengikat unsur pengotor dan pengganggu yang kemudian membentuk
suatu sistem oksida yang akan keluar dalam bentuk terak (slag).
1. Ferro Alloy
Dapur busur listrik ini dilengkapi denagn batu tahan api (Refractory)
yang terbuat dari alumunium (Al) dan Silika (M) dengan kadar Mg 0 lebih
dari 80 %. dari MgO kurang lebih 80% dan sisanya alumina dan unsur
unsur lain. Penggunaan bata tahan api yang bersifat basa ini sesuai
material pengikat yaitu CaO yang bersifat basa. CaO yang bersifat basa
ini mampu mengikat unsur unsur Phospor (P) dan Sulfur (S) yang
bersifat asam sehingga penggunaan CaO efisien hanya untuk mengikat
pengotor yang bersifat asam menjadi terak tanpa kecuali dengan bata tahan
api. Adapun fungsi batu tahan api adalah untuk melindungi dapur listrik
terhadap radiasi panas berlebiihan. Pemilihan material refraktori dilakukan
berdasarkan aspek mekanisme, kimia maupun fisika pada bagian bagian
tertentu dari dapur. Syarat syarat refraktori yang harus diperhatikan
adalah :
Tahan terhadap reaksi kimia dengan baja cair dan slag pada
temperatur tinggi
Tahan terhadap kerusakan dan keausan mekanik dengan baja cair
dan slag.
Tahan terhadap radiasi.
Tahan terhadap perubahan panas yang cepat.
Dengan memakai refractory ini, maka dinding pelat dapur tersebut
akan tahan terhadap radiasi panas yang dihasilkan oleh busur listrik (Arc).
Roof adalah tutup dapur bagian luar yang terbuat dari plat baja, bisa
dibuka dan ditutup dengan cara menggeser kesamping. Pada roof ini
terdapat beberapa lubang untuk electrode, off-gas main ducting dan
material feeding. Gerakan membuka roof ini disebut swanging yang
pergerakannya digerakkan oleh silinder hidrolik. Gear berfungsi untuk
menggerakan atau menunggingkan badan dapur sehingga dapur bisa
melakukan aktivitas untuk membuang slag dan menuang baja cair ke ladel.
Tenaga untuk menggerakan sistem tersebut berasal dari hidrolik sehingga
dapat dihasilkan pergerakan yang halus.
b. Dedusting System
Dedusting system dipasang dengan tujuan untuk memproses debu
yang diakibatkan oleh proses peleburan. Alat tersebut berguna untuk
menangkap debu agar mengurangi polusi yang diakibatkan pada saat
proses baja di dapur busur listrik (Electric Arc Furnace). Polusi debu dari
proses dapur listrik ini dikategorikan Debu yang mengandung B3,
sehingga harus diminimalisasi pencemarannya.
c. Continous Feeding
Alat ini unuk mengisi bahan baku seperti besi spons dan batu kapur.
Continous feeding dilakukan setelah dapur dengan bahan baku 40% dari
total bahan yang harus dilebur. Sehingga dengan demikian continous
feeding dilakukan pada saat kondisi furnace bekerja pada potensi
maksimum.
d. Mould
Alat yang berada ada unit continous casting machine ini berguna
untuk pencetakan slab baja. Disamping itu dilakukan pengaturan ketebalan
dan lebar sesuai dengan ukuran permintaan konsumen.
g. Elektroda
Elektroda Karbon terbuat dari grafit dan dapat menghasilkan arus
listrik yang dapat dikonversikan menjadi energi panas yang tinggi. Ukuran
dari elektroda tergantung dari kapasitas dapur. Elektroda dapat disambung
satu dengan yang lain melalui nipple pada ujung-ujungnya. Penyangga
elektroda terdiri dari tiang-tiang penyangga (electrode coulumn) dan
lengan penyangga (electrode arm). Diujung lengannya terdapat penjepit
h. Sistem pendinginan.
Sistem ini dengan menggunakan sirkulasi air yang didinginkan,
sehingga temperaturnya tidak boleh melebihi 50oC. dengan menggunakan
air pendingin maka dapur busur listrik akan aman dari temperatur yang
berlebihan. Pendinginan di Furnace khususnya untuk mendinginkan Roof
dan Furnace Shell.
Pada Slab Steel Plant terdapat 6 unit EAF. Pada SSP I terdapat 4 unit
dan 2 unit pada SSP II. Masing-masing EAF memiliki daya 50 MW
dengan kapasitas 135 ton.
dasar : 600 mm
Tebal plat : 30 mm
(jarak antara bagian atas shell dan bagian atas dinding shell)
elekroda, dan top hole. Reparasi dinding dan dasar dapur dilakukan dengan
menyemprot gunning material (dolomite, peromite, ferofite) pada bagian
yang terkikis. Reparasi top hole dilakukan dengan permasit gemna dan
reparasi slag door dengan dolomite. Selain itu juga dilakukan pengecekan
dan penyetelan elektroda.
a. Melting
Tahap ini dimulai dengan proses penetrasi. Hal ini bertujuan untuk
menurunkan muatan awal dimana elektroda diturunkan hingga menembus
muatan sedalam 75 cm. Dengan tingkat energi yang rendah pada tahap
awal (tap 12), dilakukan perlahan-lahan hingga tenaganya diperbesar
hingga maksimum (tap 18). Hal ini bertujuan untuk menghindari elektroda
patah dan untuk efisiensi penggunaan energi. Selain itu juga untuk
mendapatkan peleburan dari arah bawah ke atas dan mencegah radiasi
panas yang berlebihan pada dinding dapur. Peleburan dihentikan apabila
semua bahan telah melebur dan temperatur serta komposisi target telah
tercapai. Bila temperatur lebur telah tercapai dan terbentuk slag, dilakukan
pengambilan contoh slag. Pengambilan contoh slag dilakukan pada saat
pemuatan kontinyu akan selesai (pada temperatur 1.500 C) yang
hasilnya lalu dikirim ke laboratorium untuk dianalisa komposisinya.
Pengambilan contoh dilakukan dengan cara memasukkan cetakan yang
dipasang pada ujung suatu batang. Kemudian contoh dikirim dengan
menggunakan kapsul yang dimasukkan ke dalam pipa dan didorong
dengan tekanan udara yang disebut dengan pneumatic tube pot system.
b. Refining
P + O2 P2O5 (3.1)
c. Pouring
Pouring adalah tahap penuangan baja cair dari dapur ke ladle.
Sebelum penuangan, ladle harus dipanaskan dulu untuk mencegah
terjadinya penurunan temperatur secara drastis. Nozzle pada ladle
disumbat dengan pasir silika dan campuran oksida lainnya agar pada saat
slide guide ladle terbuka, baja cair bisa langsung keluar. Cara penuangan
baja cair adalah dengan memiringkan dapur ke arah ladle dan sumbat pada
top hole dibuka. Untuk dapur pada SSP I, sudut kemiringan untuk
penuangan baja cair sebesar 40 dan untuk pengeluaran slag sebesar 15.
Sementara untuk dapur pada SSP II, sudut penuangan dan sudut
pengeluaran slag lebih kecil, yaitu 15 dan 12. Hal ini karena lubang
pengeluaran pada dapur SSP I terletak pada bagian atas, sementara pada
dapur SSP II, lubang pengeluaran terletak pada bagian samping. Agar
proses penuangan berjalan lancer, maka bentuk aliran baja cair tidak boleh
pecah dan kecepatan aliran maksimal 25 ton baja cair/menit. Biasanya
tidak semua baja cair dituang ke ladle, tetapi disisakan sedikit di dalam
dapur sebagai sisa untuk mempermudah proses peleburan selanjutnya.
a. Furnace roof
b. Electrode supporting arm
c. Wall element
d. He - tubes
e. Furnace elbow
ukuran ladle
Tinggi : 3.700 mm
Ladle dilengkapi oleh Ladle shroud, yaitu tempat untuk mengalirnya baja
cair ke tundish.
Slide gate, yaitu alat untuk membuka dan menutup ladle shroud.
Peralatan Utama dalam proses continuous casting dibagi menjadi tiga bagian
yaitu:
Setelah satu heat baja cair di-tapping dari Electric Arc Furnace, maka
akan dipindahkan ke metallurgical treatment station, disini akan dilakukan
treatment seperti alloying dan refining serta pengaturan temperatur yang
sesuai untuk proses concast.
Ladle berisi baja cair ini akan diputar 180 oC oleh ladle turret dari
posisi load/unload ke posisi casting. Bersamaan dengan itu preheated
tundish akan dipindahkan dari preheat station ke posisi casting, nantinya
tepat dibawah ladle. Setelah itu Shroud ladle akan dipasang di ladle slide
gate. Setelah semuanya siap, slide gate bisa dibuka dan baja cair akan
mengalir dari ladle ke tundish.
Pada proses Sequence casting, sebelum baja cair di ladle habis harus
ditempatkan ladle baru berisi baja cair penuh di arm turret pada posisi
Load/Unload. Oleh karena itu pergantian ladle bukan hanya memindahkan
ladle kosong dari posisi casting tapi juga memindahkan ladle baru ke
posisi casting. Tundish tidak selamanya dalam kondisi baik, jika
diperlukan pergantian tundish pada saat casting maka hal ini bisa
dilakukan tanpa mengganggu proses casting, hal ini biasa disebut Flying
Tundish.
Setelah proses casting dimulai maka strand panas akan ditarik oleh
dummy bar melalui bender, casting bow, straightener dan horizontal guide.
Straight
Type mesin Curved mould Curved mould
Mould
Slab thickness
200 200 200
(mm)
Length (m) 6 12 6 12 5 12
Metallurgical
19.2 18.84 28.5
length(m)
Speed Speed
Cooling System Proportional dynamic cooling Proportional
cooling cooling
Temperatur dalam sistem sistem ini sekitar 10 oC dan kapasitas air yang
diproses cukup banyak.
2. Sistem Resirkulasi tertutup (Close Cooling System), pada
sistem ini air pendingin sama sekali tiak berkontak langsung dengan udara
luar. Air hanya mengalir melalui pipa yang didinginkan denagn udara. Beda
temperatur dalam sistem ini sekitar 10o-15oC dan konsumsi air yang dipakai
untuk pendinginan di Concast (Mould Cooling dan Machine Cooling).
3. Sistem Resirkulasi Terbuka (Open Cooling System), pada
sistem ini terbagi dua yaitu :
a) Sistem Resirkulasi Langsung, dimana air pendingin disemprotkan
langsung ke Baja panas. Air yang telah tercemar (kotor) masuk kedalam
Scale Pit dan kemudian ditransfer ke tempat pengendap kotoran
sehingga terjadi pengendapan dari Suspensi Padat. Selanjutnya air
dipompakan ke Unit Filter dan kembali ke Menara pendingin (Cooling
Tower), dan dengan bantuan Baling-baling (Fans), panas yang dibawa
ole air pendingin akan hilang (Heat Transfer).
b) Sistem Resirkulasi tidak langsung, pada sistem ini air pendingin
tidak kontak langsung dengan media yang diinginkan. Kemudian air
yang sudah digunakan ditampung dan dipompakan kembali ke Filter
Unit dan diteruskan ke menara pendingin. Dengan bantuan kipas, panas
yang timbul akan didinginkan kembali.
4. Air Umpan Ketel
Air Umpan Ketel diproses di Water Treatment Plant untuk menghasilkan
uap kering dari Boiler unit. Jenis air yang digunakan adalah Demind Water.
Air Umpan Ketel adalah air yang ditambahkan ke suatu ketel (Bolier) untuk
menggantikan air yang tervoporasi dan air yang hilang karena Blowdown.
Dalam banyak kasus, uap dikondensasikan dan dikembalikan ke ketel
sebagai bagian dari air umpan. Air baru yang merupakan tambahan pada
kondensator untuk memenuhi air umpan ketel disebut Make-Up Water.
0 A 18 081 / 10 % Mn
1/100 % C
Menggunakan Al
Mangan (Mg) : fungsi logam ini adalah sebagai deoksidizer, lebih lemah
dibandingkan Si, mangan ditambahkan untuk kekuatan dan kekerasan,
biasanya baja yang digunakan untuk konstruksi.
Karbon (Ca) : untuk mereduksi slag dan sebagai deoksidizer dibawah
kondisis vakum.
Alumunium (Al) : deoksidizer yang sangat efektif digunakan untuk baja
killed
BAB IV
PERAWATAN HAVY DUTY (STANG BENER) PADA TORCH CUTTING
MACHINE YANG TERDAPAT DI CONTINOUS CASTING MACHINE
(CCM) 2 PADA SLAB STEEL PLANT (SSP) 1
4.2 Tujuan
4.3.1 Pendahuluan
Fluid center WTP I adalah pusat pengolahan air yang bertugas memenuhi
kebutuhan air pendingin seluruh mesin-mesin dan peralatan pabrik SSP I.
Adapun proses fluida yang dihasilkan dari center WTP I adalah sebagai
berikut:
6. Uap (Steam).
Sistim sirkulasinya :
Air masuk dari pusat penjernihan air krenceng melalui grafel filter
8122 GF 11-12 (kapasitas maks. 113 m 3/h) untuk menyaring kotoran yang
terbawa oleh air, kemudian ditampung dalam bak 8330 TK 02 (kapasitas
maks. 80 m3) setelah di treatment air tersebut dipompakan ke concast
melalui pompa PU 31-#@ (kapasitas 36 m3/h pressure 5,5 bar) untuk
mendinginkan bearing dan hidrolik concast. Setelah mendinginkan, air
tersebut jatuh ke canal scale pit bercampur dengan air direct.
Sistem ini dipakai untuk pendingin mesin-mesin rol dan spray cooling
yang langsung mendinginkan baja panas yang keluar dari mesin cetakan.
Sirkulasi air dari pusat penjernihan air krenceng ditampung dalam bak
8331 TK 01 (kapasitas 250 m3) setelah ditreatment kemudian dipompakan
ke concast dengan pompa 8330 PU 21-22-23 9 pompa spray and machine
cooling) dipergunakan untuk mendinginkan mesin baja panas yang keluar
dari mesin cetakan. Pada pendinginan spray ini, air ditekan dengan udara
(air mist) yang dihasilkan dari kompresor station di fluid centre dengan
tekanan 4,5 bar. Pengaturan udara dan air diatur secara ketat. Pada
pendinginan ini air yang ditekan dengan udara langsung disemprotkan
pada baja yang keluar dari mesin cetakan. Setelah mendinginkan , air jatuh
kekanal yang menuju ke bak pit , scale kadar yang diendapkan serta
diambil secara berkala dengan crane scale dan ditampung di bak pengering
dan selanjutnya di buang.
Di scalle pit, oli dan grease yang terbawa air dipisahkan dengan
oil skimmer dengan ditampung dalam drum untuk selanjutnya dibuang.
Air yang bersih dipompakan ke Grave filter 8330 11-12-13-14 untuk
menyaring scale halus, oli serta kotoran lain. Setelah itu air kembali ke
cooling tower untuk didinginkan dengan fan blower 8330 CT 01 (cooling
tower fan). Apabila grave filter kotor, maka dilakukan pencucian/
backwash. Air bekas backwash masuk ke basin backwash water treatment.
2. Wall panel
3. Roof panel
4. Elektroda
5. Transformer
6. Hydrolic
3. Electrode
4. Transformer
5. Hydrolic
Air sisa pendingin transformer EAF 9, EAF 10, dan ladle furnace
kembali ke bak 8310 TK 02 (bak air return transformer kapasitas 65 m3
dan selanjutnya dipompakan kembali ke cooling tower oleh pompa 8310
PU 81-82 (pompa return transformer EAF 9/10, ladle furnace) setelah
didinginkan air kembali ke bak 8310 TK 10.
Sistim sirkulasinya :
Air dari bak dipompakan ke grafel filter GF 11 setelah itu kembali lagi
ke bak. Apabila grafel filter tersebut kotor maka akan dilakukan backwash
(puncucian). Air bekas backwash masuk ke backwash water treatment.
4.3.1.5 Udara Tekan Dan Campuran (Air plant and Air Mist)
2. Dedusting
5. Ladle furnace
6. Water treatment
7. Loboraturium
9. Refactory
Uap ini dihasilkan dari steam generation plant di fluid centre, uap
tersebut dipakai untuk proses treatment baja di vacum degeassing plant.
Uap yang dihasilkan dari steam generation plant fluid centre ini jelas uap
basah.