Anda di halaman 1dari 14

Indonesia Rawan Gempa Akibat Pertemuan Lempeng Tektonik

Sejumlah wilayah di Indonesia berualang kali dilanda gempa bumi. Dalam retang
waktu yang terbilang singkat gempa mengguncang Tasikmalaya, Yogyakarta, Aceh,
Nusa Tenggara Barat, Toli-Toli, Sulawesi Tengah. Akibat gempa tidak hanya
merusakan bangunan, namun banyak menelan korban jiwa. Lalu seperti apa
antisipasi dalam menghadapi ancaman gempa di Tanah Air?

Menurut Kepala Badan Geologi Departemen ESDM R Sukhyar, selama ada


dinamika di lapisan bumi, maka akan tetap terjadi potensi gempa. "Setiap hari kita
mencat ada gempa, cuma skalanya beragam. Lempeng-lempeng yang bergerak
menjadikan potensi gempa," paparnya saat berbincang dengan okezone, Rabu
(9/9/2009).

Potensi gempa di Indonesia memang terbilang besar, sebab berada dalam


pertemuan sejumlah lempeng tektonik besar yang aktif bergerak. Daerah rawan
gempa tersebut membentang di sepanjang batas lempeng tektonik Australia dengan
Asia, lempeng Asia dengan Pasifik dari timur hingga barat Sumatera sampai selatan
Jawa, Nusa Tenggara, serta Banda.

Kemudian interaksi lempeng India-Australia, Eurasia dan Pasifik yang bertemu di


Banda serta pertemuan lempeng Pasifik-Asia di Sulawesi dan Halmahera. Kata
Sukhyar, terjadinya gempa juga berkaitan dengan sesar aktif. Di antaranya sesar
Sumatera, sesar Palu, atau sesar di yang berada di Papua. Ada juga sesar yang
lebih kecil di Jawa seperti sesar Cimandiri, Jawa Barat.

Berhubung sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi baik
waktu, tempat dan intensitas gempa di Indonesia, maka zona-zona yang masuk
rawan gempa harus mendapat perhatian. Sukhyar menjelaskan, ada dua
pendekatan untuk mengantisipasi terjadinya gempa agar tidak menimbulkan
dampak yang besar.

Pertama, pendekatan struktural yakni mengikuti kaidah-kaidah konstruksi yang


benar dan memasukan parameter kegempaan dalam mendirikan bangunan. "Ya
bisa dikatakan rumah tahan gempalah," imbuhnya yang menilai rumah jenis ini tidak
identik mahal namun dibangun sederhana tapi memerhatikan parameter
kegempaan.

Kedua, pendekatan nonstruktural dengan membuat peta rawan bencana gempa.


Informasi potensi gempa ini dimasukan dalam perencanaan wilayah. Ketiga, intensif
melakukan sosialisasi kepada masyarakat terhadap pemahaman dan pelatihan
penyelamatan dampak gempa. "Baik secara langsung mapun jalur pendidikan,"
terang Sukhyar.

Bencana dan Berkah Lempeng Tektonik Bagi Indonesia

Gempa yang menguncang Jawa, Sumatra, Bali yang terjadi tanggal 2 September
lalu, semakin menegaskan bahwa Indonesia adalah wilayah rawan bencana. Secara
geologi Indonesia berada di jalur "cincin api" (ring of fire), yang merupakan jalur
patahan dan gunung api yang melingkar di sepanjang Samudra Pasifik,
membentang 40.000 km mulai dari Peru dan Cile (Amerika Selatan), Amerika
Tengah, Kepulauan Aleutian, Kepulauan Kuril, Jepang, Filipina, Indonesia, Tonga,
hingga Selandia Baru. Tercatat 81 persen gempa bumi terbesar terjadi di jalur ini.
Berdasarkan Survei Geologi Amerika Serikat, rata-rata terjadi 19,4 gempa bumi
berkekuatan di atas 7 skala Richter setiap tahunnya.

Gambar. Kondisi Tektonik Lempeng


Indonesia

Pada dasarnya, seluruh wilayah Indonesia rentan terhadap bencana gempa bumi,
kecuali Kalimantan. Gempa-gempa tektonik banyak dijumpai di jalur subduksi
Sunda (Sumatra-Jawa-Bali-Nusa Tenggara), subduksi Banda (wilayah Laut Banda),
Zone Tumbukan Maluku dan Papua.Tektonik lempeng di Pulau Jawa sendiri
didominasi dengan subduksi dari lempeng Australia sebelah utara-timur dibawah
lempeng Sunda dengan kecepatan pergerakan 59 mm/tahun. Wilayah sekitar
lempeng antar alempengAustralia dan lempeng Sunda secara seismic sangat aktif,
yang sering menimbulkan gempa di wilayah ini.

Program mitigasi yang terpadu pada dasarnya dikembangkan oleh Badan Geologi
bekerjasama dengan institusi lainnya, meliputi pengembangan sistem pemantauan,
pengembangan sistem peringatan dini (early warning system), pembuatan peta-peta
informasi bencana, sosialisasi, dll.

Teori Pergerakan Lempeng

Menurut teori kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat
kuat dan relative dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan
sangat panas, atau bisa juga disamakan dengan pulau es yang mengapung di atas
air laut. Ada dua jenis kerak bumi yaitu kerak samudera yang tersusun oleh batuan
yang bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai pada samudera yang sangat
dalam, dan kerak benua yang tersusun dari batuan asam dan lebih tebal dari kerak
samudera.

Kerak bumi yang menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya aliran
panas yang mengalir di dalam astenosfer menyebabkan kerak bumi ini pecah
menjadi bebrapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi. Dengan
demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya.
Arus konveksi tersebut merupakan kekuatan utama yang menyebabkan terjadinya
pergerakan lempeng.Pergerakan lempeng kerak bumi ada tiga macam, yaitu
pergerakan yang saling mendekat, saling menjauh, dan saling berpapasan.

Pergerakan lempeng saling mendekati akan menyebabkan tumbukan dimana salah


satu dari lempeng akan menujam ke bawah. Daerah penujaman membentuk suatu
palung yang dalam, yang biasa merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang
alur penujaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatic dan gunung api serta
berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia,
pertemuan antara kedua lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia
menghasilkan jalur penujaman di selatan pulau Jawa dan jalur gunung api
Sumatera, Jawa dan Nusa tenggara, dan berbagai cekungan seperti Sumatera
Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan cekungan Jawa Utara. Pergerakan
lempeng saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak bumi
dan akibatnya terjadi pengeluaran material baru dari mantel membentuk jalur
magmatic atau gunung api. Contoh pembentukan gunung api di pematang tengah
samudera di laut Pasifik dan benua Afrika.

Pergerakan saling berpapasan dicirikan ileh adanya sesar mendatar yang besar
seperti misalnya sesar besar San Andreas di Amerika.Pergerakan lempeng kerak
bumi yang saling bertumbukan akan membentuk zona subduksi dan menimbulkan
gaya yang bekerja baik horizontal maupun vertical, yang akan membentuk
pegunungan lipatan, jalur gunung api/magmatic, persesaran batuan dan jalur gempa
bumi serta terbentuknya wilayah tektonik tertentu. Selain itu terbentuk juga berbagai
jenis cekungan pengendapan batuan sedimen seperti palung (parit), cekungan
busur muka, cekungan antar gunung dan cekungan busur belakang.

Berkah dari Lempeng Tektonik Indonesia

Tidak seluruhnya dari hal ini kita anggap bencana. Jalur gunung api yang terjadi
akibat subduksi antar lempeng dari erupsi gunungapi yang terjadi berupa abu
gunungapi membawa unsur hara yang menyuburkan tanah.Endapan mineral logam,
seperti emas, tembaga dan nikel, akan banyak dijumpai berasosiasi dengan
lingkungan gunungapi.

Di wilayah jalur gunung api/magmatic biasanya akan terbentuk zona mineralisasi


emas, perak dan tembaga, sedangkan pada jalur penujaman akan ditemukan
mineral kromit.Setiap wilayah tektonik memiliki cirri atau indikasi tertentu, baik
batuan, mineralisasi, struktur maupun kegempaan. Intrusi-intrusi dangkal di sekitar
gunungapi menyediakan energi panas bumi yang sangat besar yang bisa
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik.

Magmatic arc di sepanjang Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara kaya disseminated


(poryphyry) copper dalam tubuh-tubuh intrusifnya, vein depositnya kaya akan timbal,
emas, perak, molybdenum, seng, timah, dan tungsten. Ofiolit di bekas-bekas jalur
subduksi atau obduksi seperti di Sulawesi dan Halmahera kaya akan nikel dan
kromium. Emas, polymetallic suphide, platinum, perak benar-benar tersebar
mengikuti tepi lempeng. Lempeng tektonik juga yang penyebab kekayaan minyak
dan gasbumi, serta batubara di cekungan-cekungan sedimen di Indonesia Barat
maupun Indonesia Timur. Kalau tak ada pergerakan lempeng di timur Sulawesi,
niscaya wilayah ini tak mempunyai minyak dan gas.
Pengertian Gempa Bumi Tektonik
Gempa bumi tektonik adalah jenis gempa yang paling sering mengguncang Indonesia.
Gempa tektonik ini disebabkan oleh adanya pergeseran lempengan-lempengan kulit
bumi, dimana lempengan ini bergerak secara terus-menerus. Pergerakan lempengan
kulit bumi inilah pada saat tertentu antarlempengan tersebut terjadi tabrakan, patahan,
atau gesekan.

Para ahli mengatakan bahwa gempa tektonik ini sebenarnya terjadi setiap saat. Hanya
saja skalanya tidak dirasakan langsung oleh manusia. Pergeseran lempengan dan arah
gesernya bermacam-macam. Ada yang ke arah vertikal, arah horizontal, resultan dari
vertikal dan horisontal atau kombinasi dari keduanya.

Berikut ini merupakan Contoh Gempa Tektonik


Banyak contoh gempa tektonik yang telah terjadi di bumi Indonesia. Gempa Bengkulu
tahun 1979 dan tahun 2000, gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember
2004, gempa Sumatra pada 28 Maret 2005, gempa Yogyakarta 27 Mei 2006, gempa
Mentawai 25 Oktober 2010 dan gempa padang 3 Desember 2010.

Hal ini disebabkan karena letak Indonesia yang berada di antara tiga lempeng utama
dunia. Tiga lempeng dunia itu adalah lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng
Australia. Ditambah, Indonesia berada di posisi ring of fire. Hal inilah yang menjadikan
Indonesia sering sekali merasakan bencana alam yang berupa gempa bumi dan
letusan gunung berapi.

Akibat yang timbul dari gempa tektonik ini jauh lebih dahsyat dibanding gempa vulkanik.
Gempa tektonik banyak menghilangkan nyawa manusia. Jumlah yang tewas dan hilang
mencapai ribuan manusia. Rumah, gedung, jalan, pohon, kendaraan, dan semua yang
ada di atas permukaan bumi menjadi porak poranda. Yang tersisa hanyalah puing-puing
kehancuran sarana dan prasarana kehidupan manusia.

Kesimpulan

Gempa tektonik yang kuat sering terjadi di sekitar tapal batas lempengan-lempengan
tektonik. Lempengan-lempengan tektonik ini selalu bergerak dan saling mendesak satu
sama lain. Pergerakan lempengan-lempengan tektonik ini menyebabkan terjadinya
penimbunan energi secara perlahan-lahan. Gempa tektonik kemudian terjadi karena
adanya pelepasan energi yang telah lama tertimbun tersebut. Gempa tektonik biasanya
jauh lebih kuat getarannya dibandingkan dengan gempa vulkanik, maka getaran gempa
yang merusak bangunan kebanyakan disebabkan oleh gempa tektonik. [2]. Tenaga yang
dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori
dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan
batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan
seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan
bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni
mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi.
Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng
merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa Bumi tektonik yang melanda
hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik.

Melihat Kembali Patahan Yang Berada di Aceh


Author by Ibnu RusydyPosted on August 22, 2013

Print PDF

Patahan di Aceh sungguh komplek dan sedikit diteliti, gempa Aceh


Tengah dan Bener Meriah 2 Juli 2013 menjadi pengingat bahwa kita memiliki potensi
gempa darat atau gempa sesar darat dan harus betul-betul diteliti. Gempa darat memiliki
efek merusak lebih kuat karena sumber sangat dekat dengan permukaan. Sumber gempa 2
Juli 2013 diyakini tidak terjadi pada patahan Aceh yang sudah terpetakan sebelumnya,
melainkan terjadi di patahan baru. Sambil menunggu beberapa ahli menulis tentang
patahan baru di Aceh, melalui tulisan ini saya mencoba sedikit mengupas patahan-patahan
yang sudah terpetakan sebelumnya di Aceh. Harapannya kita memahami patahan yang
sudah ada, sambil menunggu analisa lain dari para pakar. Untuk memahami patahan Aceh
lebih menyeluruh, sebelumnya saya akan menjelaskan sedikit tentang Tatanan tektonik
Sumatra.
Tatanan Tektonik Sumatra
Di pulau Sumatera, pergerakan lempeng Indo-Australia menabrak dan menunjam ke bawah
lempeng Eurasia yang kemudian menghasilkan rangkaian busur pulau depan (forearch
islands) atau zona prismatik akresi yang non-vulkanik (seperti: P. Simeulue, P. Banyak, P.
Nias, P. Batu, P. Siberut hingga P. Enggano), dan rangkaian pegunungan Bukit Barisan
dengan jalur vulkanik di tengahnya, serta sesar aktif The Great Sumatera Fault atau Sesar
Sumatra atau patahan Sumatra yang membelah pulau Sumatera mulai dari Teluk
Semangko hingga Banda Aceh dan menerus ke laut Andaman. Sesar utama pulau Sumatra
tidaklah 1 garis memanjang, malainkan dibagi dalam beberapa segmen utama seperti
pernah saya jelaskan pada tulisan tentang Gempa Bener Meriah. Di samping segmen
utama patahan/sesar tersebut tersebut, terdapat patahan-patahan lain yang juga bisa
menjadi sumber gempa. Di Aceh sendiri, terdapat patahan Sumatra segmen Aceh,
Seulimuem, Tripa, Batee, Peusangan-Blang Pidie, Lhokseumawe, dan Blangkejeren.

Tatanan tektonik sumatra (sumber: Mc Caffrey R, 2009)

Ilustrasi tatanan tektonik Sumatra yang terdiri zona subduksi, palung laut kepulauan busur
muka atau zona prismatik akresi, cekungan busur muka, bukit barisan, sesar sumatra,
gunungapi, dan cekungan busur belakang seperti terlihat pada gambar di samping. Karena
lempeng Indo-Australia menunjamnya miring sehingga terbentuknya patahan di tengah-
tengah pulau Sumatra. Tatanan tektonik yang sangat komplek ini menjadikan pulau
Sumatra kaya akan sumber daya lama dan kaya akan bencana alam.

Untuk memahami lebih detail, pembaca mengklik link ini Sesar Sumatra.

Berikut ini beberapa patahan Aceh atau patahan yang berada di Aceh:
Patahan Segmen Aceh dan Seulimuem

Sesar Sumatra Segmen Aceh dan Seulimum (Didik et al, 2010)

Sesar Sumatra segmen Aceh membentang mulai dari Aceh Tengah menerus sampai ke
Mata Ie dan sampai ke Pulau Aceh. Sesar Sumatra segmen Aceh ini, sejak tahun 1892
belum pernah digoncang gempa di atas 6 Mw. Pada tahun 2013 ini, segmen ini telah
mengalami gempa dengan skala di atas 6 Mw di sekitar Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Kejadian gempa 22 Januari 2013 tersebut telah mengindikasi bahwa sesar Sumatra
segmen Aceh melepaskan energi yang sudah puluhan tahun tidak lepas. Energi yang
sudah lepas ini membuat kita sedikit lega karena dalam waktu beberapa puluh tahun ke
depan mungkin di tempat tersebut tidak akan terjadi lagi gempa namun segmen Aceh
bagian lain harus diwaspadai. Segmen Aceh bagian lain meliputi Banda Aceh dan Aceh
Besar. Kapan energi gempa tersebut akan lepas?? belum ada ilmu yang bisa
memprediksinya.

Sesar Sumatra Segmen Seulimuem sedikit berbeda dengan segmen Aceh. Pada Segmen
Seulimuem telah beberapa kali terjadi gempa pada tahun 1964 dan 17 Desember 1975
sebesar 6,2 Mw di kawasan Krueng Raya. Sesar Sumatra segmen Aceh dan Seulimuem ini
merupakan patahan di Aceh yang banyak diketahui oleh orang.
Patahan yang ada di Aceh, 1A: Segmen Aceh, 1B: Segmen Seulimum, 3: Segmen Batee, dan 1C: Segmen Tripa
(Danny Hilman, 2007)

Patahan Segmen Batee


Patahan di Aceh lainnya adalah Sesar/patahan Sumatra segmen Batee menurut Danny
Hilman dan Kerry Sieh bukan merupakan sesar aktif. Sesar geser kanan ini juga tidak
menunjukkan gejala gempa sejak beberapa puluh ribu tahun yang lalu. Di daratan Aceh,
sesar ini dimulai dari Aceh Selatan menujuk arah Barat-Laut sampai jalur tengah antara
perbatasan Aceh Barat dengan Aceh Tengah. Pada tahun 1995, Bellier and Sebrier juga
mendapakan bahwa sesar ini bergerak sekitar 1,2 0.5 cm/year, nilai pergerakan ini
didapat berdasarkan perkiraan perubahan marfologi. Walaupun segmen ini tidak
menunjukkan gempa sejak beberapa ribu tahun yang lalu, Takeo Ito, dkk dari ITB, Nagoya
Univ, BPPT dan Universitas Syiah Kuala menemukan indikasi pergerakan segmen namun
energi yang tersimpan tidak begitu besar. Letak segmen Batee, pada gambar di samping
ditunjukkan dengan label nomor 3.

Patahan Segmen Tripa


Patahan Sumatra Segmen Tripa berada di antara Aceh Tenggara dengan Aceh tengah.
Pada segmen patahan ini pernah terjadi gempa sesar pada tahun 1990 di Kab. Gayo Lues
dengan magnitudo sebesar 6,8 Ms dan di Aceh Tenggara pada tahun 1936 dengan
magnitudo sebesar 7,2 Ms.
Menurut Irwan Meilano, patahan Sumatra segmen Tripa bergerak secara menganan (sesar
geser kanan) dengan kecepatan (laju geser/slip rate) sebesar 3,5 mm/tahun dengan
kedalaman potensi sumber gempa 10 Km.

Patahan Segmen Peusangan

Patahan segmen Peusangan dari Bireun ke Blang Pidie (H.D. Tjia, 2011)

Berbeda dengan segmen lainnya, Patahan segmen Peusangan ini merupakan patahan di
Aceh jarang sekali kita temukan dalam beberapa tulisan. Kalau segmen Aceh, Seulimuem,
Batee dan Tripa bagi sebagian orang sudah sangat familiar, namun tidak dengan segmen
Peusangan. Prof. Emeritus H.D. Tjia (Geologis senior Indonesia), pada tahun 2011
melalui Annual Intenational Workshop on Sumatra Tsunami Disaster and
Recovery (AIWEST-DR) yang dilaksanakan di Aceh memaparkan tentang patahan segmen
Peusangan ini. Beliau menduga bahwa, patahan Peusangan yang bergerak secara geser-
kiri menjadi penyebab gempa 8,7 Mw pada tanggal 28 Maret 2005. Kawasan segmen
patahan Peusangan ini dapat dilihat pada gambar di samping kiri.

Di daratan Aceh, patahan Peusangan bagian utara berada di Bireun dan menerus ke
Selatan sampai ke Blang Pidie. Kondisi batimetri pulau Banyak yang linear juga
menunjukkan bahwa kawasan tersebut zona patahan Peusangan. Di bagian utara, patahan
Peusangan ini membentuk tepi lereng yang curam teras Mergui.

Selain beberapa patahan yang saya jelaskan di atas, masih banyak patahan-patahan Aceh
yang belum terpetakan. Namun demikian, syukur alhamdulillah sejak tahun 2005, ITB,
Nagoya Univ, BPPT dan Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika Universitas Syiah Kuala
membangun AGNeSS (Aceh GPS Network for Sumateran Fault System) yang terdiri dari 6
titik pengamatan permanen dan 18 titik pengamatan episodik yang mencakup wilayah
patahan Aceh, Seulimeum dan Batee. Pada awal pemasangan dan pengukuran titik GPS
geodetik tahun 2005, penulis juga ikut terlibat namun masih sebatas mahasiswa
hehehehehe

Apa yang dilakukan AGNeSS masih dalam tahap pengamatan pergerakan patahan di Aceh
berdasarkan pengamatan titik GPS Geodetik, pemetaan secara menyeluruh sesar-sear aktif
belumlah dilakukan. Semoga ke depan makin banyak peneliti ilmu kebumian yang terjun ke
Aceh dan Sumatra.
10 GEMPA TEKTONIK TERBESAR DI INDONESIA Tulisan ini
diambil dari situs inilah.com. Saya baru tahu kalau
ternyata gempa Aceh kemarin (11/4/10) merupakan
gempa tektonik terdasyat ke tiga di Indonesia lho. Berikut
urutannya: 1, Gempa Bumi Samudera Hindia, 26
Desember 2004. Berkekuatan 9.1-9.3 SR. Gempa ini
merupakan gempa terdahsyat yang terjadi dalam kurun
waktu 40 tahun terakhir. Beberapa wilayah yang menjadi
daerah korban gempa, adalah Aceh, Sumatera Utara,
Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai
Timur India, Srilangka, hingga Pantai Timur Afrika. Gempa
yang mengakibatkan tsunami ini menyebabkan 230.000
orang tewas di 8 negara. Ombak tsunami setinggi 30
meter. Bencana ini merupakan kematian terbesar
sepanjang sejarah. 2, Gempa Bumi Sumatera, 25
November 1833. Kekuatan gempa 8.8-9.2 SR. Gempa
yang berkekuatan kisaran 8,8-9,2 SR. Gempa ini
menyebabkan tsunami besar yang membanjiri pantai
barat daya pulau. Tidak ada catatan yang dapat
diandalkan mengenai korban jiwa, dengan korban yang
digambarkan hanya sebagai 'banyak'. Besarnya bencana
ini telah diestimasi dengan menggunakan catatan
pengangkatan diambil dari microatolls karang. Namun
yang jelas, gempa ini menghancurkan sepanjang pantai
barat daya Sumatera dari Pariaman ke Bengkulu. 3,
Gempa Sumatera, Rabu 11 April 2012. Dengan kekuatan
8,9 Skala Richter (SR) dan terjadi di 2.31 Lintang Utara
dan 92.67 Bujur Timur, gempa imi, merupakan salah satu
gempa terdasyat di Indonesia. Dampaknya pun dirasakan
oleh negara Malaysia, India, Srilanka. 4, Gempa Bumi
Sumatera, 28 Maret 2005. Kekuatan gempa 8.7 SR. Pusat
gempanya berada di 2 04' 35? U 97 00' 58? T, 30 km di
bawah permukaan Samudra Hindia, 200 km sebelah
barat Sibolga, Sumatra atau 1400 km barat laut Jakarta,
sekitar setengah jarak antara pulau Nias dan Simeulue.
Dengan kekuatan sebesar 8,7 SR, gempa ini merupakan
salah satu gempa bumi terdasyat. 5, Gempa Laut Banda,
1 Februari 1938. Berkekuatan 8.5 SR. Gempa bumi ini
merupakan gempa bumi terbesar ke-9 pada abad ke-20.
Kekuatan gempa bumi ini menyebabkan tsunami setinggi
1.5 meter, tetapi tidak terdapat korban jiwa pada
peristiwa ini. 6, Gempa Bumi Sumatera 16 Februari 1861,
berkekuatan 8.5 SR. Gempa ini menyebabkan bencana
tsunami yang menghilangkan nyawa ribuan jiwa. Dampak
gempa ini dirasakan sejauh semenanjung Malaysia dan
bagian timur Jawa. Daerah pecah untuk gempa bumi
Sumatera 2005 adalah serupa dengan yang diperkirakan
untuk event 1861. 7, Gempa Bumi Sumatera, 1979,
berkekuatan 8.4 SR. Gempa bumi ini masuk dalam
rangkaian gempa bumi besar yang pecah bagian dari
segmen Sumatra dari megathrust Sunda. Hal ini
menyebabkan tsunami yang sangat merusak di dekat
Padang, di mana sebuah kapal Inggris 150-200 ton
didorong 1 Km hingga ke pedalaman sungai Arau. 8,
Gempa Bumi Bengkulu, 12 September 2007, dengan
kekuatan 7.9 SR. Gempa ini adalah rangkaian gempa
yang terjadi di Palung Jawa, di lepas pantai Bengkulu,
Sumatra, Indonesia. Gempa ini menimbulkan peringatan
tsunami di pantai-pantai Samudra Hindia, yang kemudian
dicabut. Gempa utama tersebut memporak-porandakan
300 rumah penduduk dan bangunan publik di Pulau
Pagai, Kepulauan Mentawai sampai setinggi 1 meter.
Gempa tersebut dengan gempa susulan di Kepulauan
Mentawai, 13 September 2007, dengan kekuatan 7,8 SR.
9, Gempa Bumi Jawa 17 Juli 2006 (7.7 SR). Gempa bumi
Jawa ini terjadi pada skala Richter di lepas pantai Jawa
Barat, Indonesia. Gempa bumi ini menyebabkan tsunami
setinggi 2 meter yang menghancurkan rumah di pesisir
selatan Jawa, membunuh setidaknya 659 jiwa. Dampak
Tsunami menghantam desa-desa di pesisir selatan Jawa
di Cipatujah, Tasikmalaya dan Pangandaran, Ciamis. 10,
Gempa Bumi Sumatera, 30 September 2009, dengan
kekuatan 7.6 SR. Gempa bumi ini terjadi di lepas pantai
Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota Padang. Gempa
menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di
Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman,
Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman,
Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam,
Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Menurut data
Satkorlak PB, sedikitnya 1.117 orang tewas akibat gempa
ini yang tersebar di 3 kota & 4 kabupaten di Sumatera
Barat, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka
ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang. Sedangkan
135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang,
& 78.604 rumah rusak ringan

Anda mungkin juga menyukai