Anda di halaman 1dari 18

Makalah Bab 11

Penaksiran Resiko dan Desain Pengujian

Disusun oleh :
Ika Saraswati (1434 031 146)
Meydiana Arsi (1434 031 110)
M. Irfan Noer Siregar (1434 031 222)
Nurjannah Citradewi (1434 031 111)
Putri Ayuri Angan (1434 031 094)
Samidari Hamidah (1434 031 117)
Sandra Puspita Sari (1434 031 005)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat sertakarunia-
Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul Manajemen Berbasis Aktivitas(Activity Based Management).
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata,saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Penyusun

Kelompok 3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
11. 1 TIPE PENGUJIAN AUDIT..................................................................................1
11.2 HUBUNGAN ANTARA BUKTI AUDIT DAN PROSEDUR AUDIT...............3
11.3 DAMPAK IT SISTEM DENGAN PENGUJIAN AUDIT...................................3
11.4 PENYUSUNAN AUDIT PROGRAM.................................................................3
11.5 TAHAPAN PROSES AUDIT...............................................................................4
11.6 MACAM-MACAM AUDIT...............................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

ii
1. TIPE-TIPE PENGUJIAN

PENGUJIAN AUDIT (AUDIT TEST)


Dalam audit, auditor melakukan berbagai macam pengujian (test), yang secara garis besar dapat
dibagi
menjadi 3 golongan berikut ini :
1. Pengujian analitik (analytical tests)
2. Pengujian pengendalian (tests og control)
3. Pengujian substantif (substantive tests)
PENGUJIAN ANALITIK
Pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses audit dan pada tahap reviw
menyeluruh terhadap hasil audit.Pengujian ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari
perbandingan antara,data yang satu dengan yang lain.Pada tahap awal p;roses audit,pengujian
analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klaen dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif.Sebelum auditor melaksanakan audit
sesara rinci dan mendalam terhadap objek audit,ia harus memperoleh gambaran yang
menyeluruhmengenai perusahaan yang diaudit.Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan
secara garis besar mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha klaen auditor menggunakan
analisis ratio,analisis laba bruto,analisis terhadap laporan keuangan perbandingan
(comparative financial statements )
PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian adalah : prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan evektivitas
desain dan/atau operasi pengendalian intern. Dalam hubungannya dengan desain pengendalian
intrn, pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor berkaitan dengan apakah kebijakan
dan prosedur telah didesain memadai untuk mencegah ayau mendeteksi salah saji material dalam
asersi tertentu laporan keuangan. Dalam hubungannya dengan operasi suatu pengendalian
intern, pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor berkaitan dengan apakah
kebijakan dan prosedur sesungguhnya berjalan dengan baik.
Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yamg dirancang untuk memverifekasi
efektifitas pengendalian intern klaen.Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk
mendapatkan informasi mengenai :
1. Frekuensi pelaksaan aktifitas pengendalian yang ditetapkan
2. Mutu pelaksaan aktivitas penendalian tersebut.
3. Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
1
Perancangan Pengujian Pengendalian
Auditor dapat memilih pengujian pengendalian bersamaan atau pengujian
pengendalian
tambahan atau pengujian pengendalian yang direncanakan, auditor dapat memilih jenis proses
yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pengujian pengendalian, saat dan lingkup pengujian.
Jenis Pengujian Pengendalian
Jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor dalam pelaksanaan pengujian
pengendalian
adalah :
1. Permintaan keterangan
2. Pengamatan
3. Inspeksi
4. Pelaksanaan kembali
PENGUJIAN SUBTANTIF
Pengujian subtantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk menemukan
kemungkinan
kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian pelaporan
keuangan.
Sifat Pengujian Substantif
Sifat pengujian substantive mencakup jenis dan efektivitas prosedur audit yang dilakukan oleh
auditor
yaitu :
1. Jika tingkat resiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah, auditor harus menggunakan
prosedur audit yang lebih efektif, dan biasanya memerlukan biaya yang lebih tinggi
2. Jika tingkat resiko deteksi yang dapat diterima adalah tinggi, auditor dapat
menggunakan
prosedur audit yang kurang efektif, dan biasanya memerlukan biaya yang lebih rendah
Jenis-jenis pengujian substantive :
1. Prosedur Analitik
2. Pengujian Terhadap Transaksi Rinci
3. Pengujian Terhadap Saldo Rinci
2
2. Hubungan antara Bukti Audit dengan Prosedur Audit

Ada delapan tipe bukti audit yang harus diperoleh auditor dalam auditnya: pengendalian
intern, bukti fisik, bukti dokumenter, catatan akuntansi, perhitungan, bukti lisan, perbandingan
dan ratio, serta bukti dari spesialis.

Untuk memperoleh bukti audit, auditor melaksanakan prosedur audit yang merupakan
instruksi terperinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat
tertentu dalam audit. Prosedur audit yang dipakai oleh auditor untuk memperoleh bukti audit
adalah inspeksi, pengamatan, wawancara, konfirmasi, penelusuran, pemeriksaan bukti
pendukung, penghitungan, dan scanning.

Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan
yang sating berkaitan, yaitu penentuan prosedur audit yang akan digunakan, penentuan besarnya
sampel untuk prosedur audit tertentu, penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi,
dan penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tersebut.

3. Dampak antara IT System dengan Pengujian Audit

Penggunaan IT yang meningkatkan pengendalian internal perusahaan ternyata dapat beresiko


pengendalian suatu perusahaan secara keseluruhan. Diantaranya :

Resiko pada perangkat keras dan data

Jejak Audit yang berkurang

Kebutuhan akan pengalaman IT dan pemisahan tugas TI

4. Penyusunan Audit Program

a. Penetapan tujuan dan ruang lingkup audit

Secara umum tujuan fungsi audit internal adalah untuk membantu manajemen dalam mencapai
akuntabilitasnya dan memberikan solusi alternatif utnuk memperbaiki pengendalian manajemen.
Secara individual, tujuan audit internal dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 (tiga) kategori
aktivitas audit.

b. Review atas file audit


Review ini dilakukan dengan cara mempelajari kembali laporan-laporan dan informasi dari file
audit yang telah dilakaukan sebelumnya. Review ini bermanfaat untuk mengenal sifat operasi
sebagai bahan untuk melaksanakan survai pendahuluan.

c. Menyeleksi tim audit

Kegiatan ini dilakukan dengan mepertimbangkan beban tanggung-jawab yang akan dipikul oleh
masing-masing staf auditor, dan keahlian yang diperlukan untuk mengaudit bidang-bidang
tertentu.

d. Komunikasi pendahuluan dengan auditee dan pihak lain yang berkepentingan

Kegiatan ini dilakukan untuk mengkomunikasikan hal-hal yang berkenaan dengan pekerjaan
yang akan dilakukan. Mengakomodasikan akses terhadap fasilitas, catatan dan personal, serta
untuk memperoleh informasi dari auditee atau pihak lain yang terkait.

e. Mempersiapkan program audit pendahuluan

Program audit pendahuluan ini memuat informasi seperti sasaran dan tujuan, serta ruang lingkup
audit, pertanyaan-pertanyaan khusus yang harus terjawab selama audit dilaksanakan, prosedur
audit yang akan digunakan, dan bukti-bukti yang akan diuji.

f. Merencanakan laporan audit

Laporan audit merupakan media untuk mengkomunikasikan hasil audit kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dlam organisasi. Konsekuensinya, auditor harus mulai berfikir mengenai
bagaimana laporan akan disusun, kapan akan diberikan/ dikirimkan, dan siapa yang akan
menerima laporan tersebut. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi detail (rincian) yang akan
disajikan dalam laporan dan untuk mengembangkan beberapa parameter dasar.

g. Persetujuan atas program audit dari kepala bagian audit internal

Hal ini dilakukan untuk membantu memastikan bahwa prosedur kerja mendukung tujuan,
sasaran, dan ruang lingkup audit.

5. Tahapan Proses Audit


Dalam melakukan audit, seorang auditor haruslah mengetahui langkah-langkah audit apa yang
akan dilakukan. Langkah-langkah audit ini ditempuh untuk memenuhi tujuan audit yaitu untuk
mencapai perbaikan atas berbagai program atau aktivitas dalam pengelolaan perusahaan yang
masih memerlukan perbaikan. Serta perbaikan ini dilakukan terhadap objek-objek audit yang
meliputi keseluruhan perusahaan atau kegiatan yang dikelola oleh perusahaan tersebut dalam
rangka mencapai tujuannya. Adapun langkah-langkah atau proses audit atas laporan keuangan
dibagi menjadi empat tahap yaitu:

1. Penerimaan Perikatan Audit

Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam
perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan
auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan
keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut
berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan
berupa pengambilan keputusasn untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon klien
atau untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan audit dari klien berulang. Ada enam
langkah perlu ditempuh oleh auditor di dalam mempertimbangkan penerimaan perikatan audit
dari calon kliennya, antara lain sebagai berikut:

1. Mengevaluasi integritas manajemen

Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen. Oleh karena itu, utnuk dapat, menerima perikatan audit, auditor
berkepneitngan untuk mengevaluasi integritas manajemen, agar auditor mendapatkan keyakinan
bahwa manajemen perusahaan klien dapat dipercaya, sehingga laporan keuangan yang diaudit
bebas dari salah saji material sebagai akibat dari adanya integritas manajemen.

2. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa

Faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan risiko luar biasa
yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari calon klien dapat diketahui
dengan cara:

Mengidentifikasi pemakai laporan audit

Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa depan,

Mengevaluasi kemungkinan dapat atau tidaknya laporan keuangan calon klien diaudit.
3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit

Standar umum yang pertama berbunyi sebagai berikut; Audit harus dilaksanakan oleh seorang
atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. Oleh karena itu,
sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus mempertimbangkan apakah ia dan
anggota tim auditnya memiliki kompetensi memadai untuk menyelesaikan perikatan tersebut,
sesuai standatr auditing yang ditetapkan oleh IAI ( Ikatan Akuntan Indonesia).

4. Menilai independensi

Standar umum yang kedua: dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Oleh karena itu, sebelum auditor
menerima suatu perikatan audit, ia harus memastikan bahwa setiap profesional yang menjadi
anggota tim auditnya tidak terlibat atau memiliki kondisi yang menjadikan independensi tim
auditnya diragukan oleh pihak yang mengetahui salah satu dari delapan golongan informasi.

5. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan kecermatan


dan keseksamaan.

Standar umum yang ketiga berbunyi sebagai berikut: dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Dengan demikian, kecermatan dan keseksamaan penggunaan kemahiran profesional auditor
ditentukan oleh ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan melaksanakan audit.

6. Membuat surat perikatan audit

Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukkan oleh klien, tujuan
dan lingkup audit, lingkup tanggungjawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya.

2. Perencanaan Audit

Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya, langkah berikutnya
yang perlu ditempuhhhh adalah merencanakan audit. Ada tujuah tahap yang harus ditempuh oleh
auditor dalam merencanakan auditnya:
1. Memahami bisnis dan industri klien

Pemahaman atas bisnis klien memberikan panduan tentang sumber informasi bagi auditor untuk
memahami bisnis dan industri klien.

2. Melaksanakan prosedur analitik

Prosedur analitik memberikan panduan bagi auditor dalam menggunakan prosedur analitik pada
tahap perencanaan audit, pada tahap pengujian dan pada tahapreview menyeluruh terhadap hasil
audit. Prosedur analitik dilaksanakan melalui enam tahap, yaitu:

Menidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat

Megembangkan harapan

Melaksanakan perhitungan/perbandingan

Menganalisa data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan

Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan


tersebut

Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit

3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal

Pada tahap perencanaan audit, audit perlu mempertimbangkan materialitas awal pada dua tingkat
berikut ini:

Tingkat kaporan keuangan

Materialitas awal pada tingkat laporan keuangan diterapkan oleh auditor karena pendapat
auditor atas kewajaran laporan keuangan diterapkan pada laporan keungan sebagai keseluruhan.

Tingkat saldo akun

Materialitas awal pada tingkat saldo akun ditentukan oleh auditor pada tahap perencanaan audit
karena untuk mencapai kesimpulan tentang kewajaran laporan keuangan sebagi keseluruhan,
auditor perlu melakukan verifikasi saldo akun.

4. Mempertimbangkan risiko bawaan

Dalam keseluruhan proses audit, auditor mempertimbangkan berbagai risiko, sesuai dengan
tahap-tahap proses auditnya. Berbagai risiko yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam
setiap tahap proses auditnya yaitu:
Perencanaan Audit

Pemahaman & pengujian pengendalian intern

Penaksiran risiko pengendalian

Pelaksanaan Pengujian Substantif

Penetapan risiko deteksi

Penerbitan Laporan Audit

Penilaian Risiko Audit

5. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika periaktan
dengan klien berupaa audit tahun pertama

Auditor harus menetukan bahwa saldo awal mencerminkan penerpaan kebijakan akuntansi yang
semestinya dan bahwa kebijakan tersebut diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan
tahun berjalan. Bila terdapat perubahan dalam kebijakan akuntansi atau penerapnnya, auditor
harus memperoleh kepastian bahwa perubahan tersebut memang semestinya dilakuakn, dan
dipertanggungjawabkan, serta diungkapkan.

6. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan

Dengan adanya keterkaitan antara bukti audit, materialitas dan komponen risiko audit (risiko
bawaan, risiko pengendalian dan riiko deteksi), auditor dapat memilih strategi audit awal dalam
perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi. Ada dua strategi audit awal
yang dapat dipilih oleh auditor:

Primarily substantive approach


Lower assessed level of control risk approach

7. Memahami pengendalian intern klien

Langkah pertama dalam pengendalian intern adalah dengan mempelajari unsur-unsur


pengendalian intern yang berlaku. Langkah berikutnya adalah melakukan penilaian terhadap
efektivitas pengendalian intern dengan menentukan kekuatan dan kelemahan pengendalian intern
tersebut. Untuk mendukung keyakinan atas efektivitas pengendalian intern tersebut, auditor
melakukan pengujian pengendalian.

3. Pelaksanaan Pengujian Audit

Auditor melakukan berbagai macam pengujian yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga
golongan sebagai berikut.

1. Pengujian analitik

Pengujian analitik dilakukan olehh auditor pada tahap awal proses auditnya dengan cara
mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan data yang lain. Pada awal
proses audit, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis
klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Sebelum seorang
auditor melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap objek audit, auditor harus
memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisi
ratio, analisis laba bruto, analisis terhadap laporan keungan perbandingan merupakan cara yang
umumnya ditempuh oleh auditor untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan secara garis
besar mengenai keadaan keungan dan hasil usaha klien.

2. Pengujian pengendalian

Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk memverifikasi


efektivitas pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk
mendapat informasi mengenai:

Frekunsi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan,

Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut

Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.

3. Pengujian substantif

Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan
kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
kemungkinan terjadi karena dalam:

Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia

Tidak diterapkannya prinsip akuntasni bertrima umum di Indonesia.

Ketidakkonsistenan dalam penerapan prinsip akuntasi berterima umum di Indonesia.

Perhitungan.

Pekerjaan penyajian penggolangan dan peringkasan informasi.

Pencatuman pengungkapan unsur tertnetu dalam laporan keuangan.

Prosedur pengujian substantif meliputi:

1. Verifikasi atas ketepatann saldo kas dan sekdul kas.

2. Penerapan prosedur analitis.

3. Perhitungan kas yang disimpan dalam entitas.

4. Melaksanakan pengujian pisah batas kas.

5. Konfirmasi saldo simpanan pinjaman di bank.

6. Konfirmasi perjanjian atau kontrak lain dengan bank.

7. Melakukan pemindaian (sacnning) penelaahan, atau pembeuatan rekonsiliasi bank.

8. Menghimpun dan menggunakan laporan pisah batas bank.

9. Melakukan pengujia pisah batas penerimaan kas.

10. Mengusut transfer bank

11. Menyiapkan pembuktian kas.

12. Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
8

4. Pelaporan Audit

Bagian akhir dari proses audit adalah pelaporan hasil audit. Isi laporan audit terikat pada format
yang telah diterapkan oleh IAI. Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan
pendapatnya mengenai kewajaran laporan keungan auditnya. Pendapat auditor tersebut disajikan
dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku
terdiri dari tiga paragraf:

1. Paragraf pengantar

Paragraf pengantar dicantumkan sebagai paragraf perteman laporan audit baku. Terdapat tiga
fakta yang diungkapkan oleh auditor dalam paragraf pengantar yaitu: tipe jasa yang diberikan
oleh auditor, objek yang diaudit, serta pengungkapan tanggungjawab manajemen atas laporan
keungan dan tanggungjawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan keungan
berdasarkan hasil auditnya.

2. Parangraf lingkup

Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang dilaksanakan oleh
auditor.

3. Paragraf pendapat

Paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas mengenai pendapat.

Laporan memuat kesimpulan audit tentang elemen-elemen atas tujuan audit dan rekomendasi
yang diberikan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang terjadi serta rencana tindak lanjut
dalam mengaplikasikan rekomendasi tersebut. Implementasi tindak lanjut atas rekomendasi yang
diberikan auditor merupakan bentuk komitmen manajemen dalam meningkatkan proses dan
kinerja perusahaan atas beberapa kelemahan/kekurangan yang masih terjadi. Auditor tidak
memiliki kewenangan memaksa dan menuntut manajemen untuk melaksanakan tindak lanjut
sesuai dengan rekomendasi yang diberikan, tetapi lebih menempatkan diri sebagai supervisor
atas rencana, pelaksanaan, dan pengendalian tindak lanjut yang dilakukan. Rekomendasi
seharusnya merupakan hasil diskusi dan rumusan bersama antara manajemen dan auditor, dan
juga harus menyajikan analisis dan manfaat yang diperoleh perusahaan jika rekomendasi tersebut
dilaksanakan, serta kerugian yang mungkin terjadi jika rekomendasi tidak dilaksanakan karena
tidak ada tindakan perbaikan yang dilakukan perusahaan.
9

6. Macam Bukti Audit

Dalam akuntansia (2011) Bukti audit didefinisikan sebagai setiap informasi yang digunakan oleh
auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah sesuai dengan criteria yang ditetapkan.

Berdasarkan beberapa penjelasan pengertian bukti audit diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bukti audit
adalah Segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam laporan keuangan, yang digunakan
auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan. Informasi
tersebut terdiri dari Bukti yang berasal dari data akuntansi dan bersifat sebagai informasi pendukung
lainnya. Bukti yang berasal dari data akuntansi dapat berupa jurnal, buku besar dan buku pembantu,
pedoman akuntansi terkait, Informasi dan catatan memorandum (kertas kerja perhitungan-perhitungan,
rekonsiliasi). Sedangkan Bukti yang merupakan informasi pendukung lainnya dapat berupa inspeksi dan
pemeriksaan fisik, Konfirmasi dan pernyataan tertulis, dokumen-dokumen (cek, faktur, perjanjian,
kontrak, dll), Informasi dari wawancara, observasi seperti obeservasi pada sistem pengendalian internal
perusahaan.

Dalam memutuskan prosedur-prosedur audit manakah yang akan digunakan, auditor dapat memilihnya
dari 8 kategori umum bukti audit. Kategori-kategori ini :

1. Pemeriksaan Fisisk

Pengujian fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas aktiva yang berwujud
(tangible asset). Jenis bukti ini sering berkaitan dengan persediaan dan kas, tetapi dapat pula diterapkan
untuk berbagai verifikasi atas surat berharga, surat piutang, serta aktiva tetap yang berwujud Pemeriksaan
langsung auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling objektif dalam menentukan
kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa
dipercaya.

Bukti fisik diperoleh melalui prosedur auditing yang berupa inspeksi, penghitungan, dan observasi. Pada
umumnya, biaya memperoleh bukti fisik sangat tinggi. Bukti fisik berkaitan erat dengan asersi
keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau alokasi.

2. Konfirmasi

Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis mupun lisan dari pihak ketiga
yang independen yang memverifikasikan keakuratan informasi sebagaimana yang diminta oleh auditor.
Permintaan ini ditujukan bagi klien, dan klien meminta pihak ketiga yng independen untuk memberikan
tanggapannya secara langsung kepada auditor. Karena konfirmasi-konfirmasi ini datang dari berbagai
sumber yang independent terhadap klien, maka jenis bukti audit ini sangatlah dihargai dan merupakan
jenis bukti yang paling sering dipergunakan, walaupun banyak menghabiskan waktu dan biaya.
10

Ada tiga jenis konfirmasi yaitu:

a. Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk menyatakan


persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan.

Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk mengisikan saldo atau
informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang ditanyakan.

Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk memberikan jawaban hanya
jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang ditanyakan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien untuk mendukung
informasi yng tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Berbagai dokumen yang di uji
auditor adalah catatan-catatan yang dipergunakan oleh klien untuk menyediakan informasi bagi
pelaksanaan bisnis yang terorganisasi. Karena pada umumnya setip transaksi dalam organisasi klien ini
minimal didukung oleh selembar dokumen,maka jenis bukti audit ini tersedia dalam jumlah besar.

Menurut sumber dan tingkat kepercayaan bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan dikirim kepada auditor secara langsung.

Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien.

Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien.

Dokumentasi merupakan suatu bentuk bukti yang dipergunakan secara luas dalam setiap penugasan audit
karena pada umumnya jenis bukti ini telah tersedia bagi auditor dengan biaya perolehan bukti yang
relative rendah.seringkali jenis bukti ini merupakan satu-satunya jenis bukti audit yang layak dan siap
pakai.

4. Prosedur Analisis

Prosedur Analisis mencakup memahami industri dan bisnis yang dilakukan klien, menilai kemampuan
entitas untuk melaksanakan konsep going concern, mengindikasikan adanya kemungkinan misstatement
di dalam laporan keuangan, dan mengurangi tes audit yang detail.
11

5. Wawancara

Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun tertulis dari klien
sebagai tanggapannya atas berbagai tanggapannya atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh auditor.
Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan,
pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang
yang sudah lama tidak ditagih.

Walaupun banyak bukti yang diperoleh dari klien berasal dari hasil wawancara ini, bukti tersebut tidak
dapat dinyatakan sebagai bukti yang meyakinkan karena tidak diperoleh dari sumber yang independen
dan barangkali cenderung mendukung pihak klien. Oleh karena itu, saat auditor memperoleh bukti dari
hasil wawancara ini, pada umumnya merupakan suatu keharusan bagi auditor untuk memperoleh bukti
audit lainnya yang lebih meyakinkan melalui berbagai prosedur lainnya.

6. Perhitungan Kembali

Perhitungan kembali adalah bukti atas kecermatan mekanik yang meliputi pengujian kembali atas catatan-
catatan pembukuan perusahaan selama tahun berjalan. Misalnya pengecekan terhadap perhitungan
pemindahan pencatatan saldo sesuai dengan kelompoknya dan angkanya dipindahkan denga benar.

7 . Reperformance

Reperformance Bukti diperoleh dari pemeriksaan accounting procedurures dan internal control akuntansi.
Reperformance berbeda dengan rekalkulasi dimana rekalkulasi berfokus pada perhitungan angka
sedangkan reperformance berfokus pada prosedur lainya

8. Observasi

Observasi dilakukan untuk menilai aktivitas klien. Auditor melakukan perjalanan untuk mendapatkan
kesan dari aktivitas yang dilakukan klien. Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai
aktivitas-aktivitas tertentu. Sepanjang proses audit, terdapat banyak kesempatan bagi auditor untuk
mempergunakan indera penglihatan, pendengaran, perasa, dan penciumannya dalam mengevaluasi
berbagai item yang sangat beraneka ragam. Merupakan kewajiban auditor untuk menindaklanjuti
berbagai kesan pertama yang didapatnya dengan berbagai bentuk bukti audit lainnya yang bersifat nyata.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2002. Auditing edisi ke-6. Universitas Gadjah Mada: Salemba Empat.

Anonim. 2010. Business & Accounting. Tersedia pada: akuntasnibisnis.wordpress.com.


(diakses tanggal 1 Desmber 2012).

Bintimuchisini. 2009. Serba-Serbi Akuntansi. Tersedia pada: bintimuchsini.blogspot.com.


(diakses tanggal 1 desember 2012).

Putri, Soraya. 2011. Auditor Muda yang Cerdas dan Berkontribusi. Tersedia pada:
inginsukses.blogdetik.com. (diakses tanggal 1 Desember 2012).

https://sciencebooth.com/2013/05/13/bukti-bukti-audit/

http://deezona.blogspot.co.id/2014/03/bukti-audit-prosedur-dan-dokumentasi.html

https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/01/14/perencanaan-audit/

http://zetzu.blogspot.co.id/2012/06/bukti-audit-serta-prosedur-dan.html

http://dokumen.tips/documents/pengujian-audit.html

13

Anda mungkin juga menyukai