Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2017


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MORBILI

Oleh:
Sitti Zaenab
111 2015 2262
Pembimbing:
dr. Syamsiah

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017

1
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2017
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

INFEKSI UMBILIKUS

Oleh :
Sitti Zaenab
111 2015 2262
Pembimbing :
dr. H. Akhmad Kadir, Sp. A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017

2
BAB I
PENDAHULUAN
Morbili atau campak merupakan infeksi virus akut yang disebabkan oleh
virus yang tergolong dalam family Paramyxovirus, yaitu genus virus morbili. Ia
adalah antara penyebab kematian tertinggi pada negara berkembang. Morbili
adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium inkubasi, stadium prodormal (kataral), dan stadium erupsi yang
dimanifestisasikan dengan demam, konjugtivitis dan bercak koplik. Umur
terbanyak mederita campak adalah <12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-
14 tahun.
Musim yang baik untuk terjadinya wabah penyakit campak adalah musim
dingin dan permulaan musim semi, diduga karena masa hidup virus lebih panjang
pada kelembapan yang relative lebih rendah. Di Indonesia, menurut penelitian
retrospektif dilaporkan bahwa campak di Indonesia ditemukan sepanjang tahun.
Vaksin morbili telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, tetapi virus
morbili masih menyerang 50 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari
1 juta kematian.1
Komplikasi morbili hampir mengenai semua sistem organ. Pneumonia dan
encephalitis adalah penyebab umum kematian. Tingkat komplikasi lebih tinggi
pada anak usia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 20 tahun. Peningkatan
komplikasi terjadi karena penurunan kekebalan tubuh, kekurangan gizi,
kekurangan vitamin A, dan tidak ada vaksinasi morbili sebelumnya.1,2

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Morbili atau campak atau measles adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus golongan paramyxoviridae. Cara penularannya air borne berupa percikan
batuk, bersin penderita; penderita dapat menularkan penyakit ini meskipun belum
demam (biasanya 3 hari sebelum demam). Masa inkubasi penyakit ini 8-13 hari,
rata- rata 10 hari.
2.2. Epidemiologi
Campak merupakan penyakit endemis, terutama di negara sedang
berkembang. Di Indonesia penyakit campak sudah dikenal sejak lama. Di masa
lampau campak dianggap sebagai suatu hal yang harus dialami setiap anak,
sehingga anak yang terkena campak tidak perlu diobati. Anggapan masyarakat
bahwa penyakit campak dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar. Dari
penelitian retrospektif dilaporkan bahwa campak di Indonesia ditemukan
sepanjang tahun. Studi kasus campak yang dirawat inap di rumah sakit selama
kurun waktu lima tahun, memperlihatkan peningkatan kasus pada bulan Maret
dan mencapai puncak pada bulan Mei, Agustus, September dan Oktober.3

2.3. Etiologi
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus
Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan
virus Parainfluenza dan Mumps. Virus campak adalah organisme yang tidak
memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur
kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif
minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku,
minimal 4 minggu dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak
aktif pada pH rendah.4
Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui
droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala.

4
Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan
hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan
seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak. Virus bisa ditemukan pada
sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga
beberapa saat setelah ruam muncul.4
2.4. Patofisiologi
Morbili atau campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan
sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.
Lokasi utama infeksi virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi
virus pertama pada saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih penting
adalah penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik regional yang
menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi
multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik
regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak
juga terjadi di lokasi pertama infeksi. 5
Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang
ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit,
konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi
organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan
virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan
kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama
infeksi, virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit,
dan makrofag.5
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media, dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus
dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.3
Tabel 2.4. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit
Hari Manifestasi
0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel
nasofaring atau kemungkinan konjungtiva

5
Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus
1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi
pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh
5-7 Viremia sekunder
7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran
nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang
Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition
2.5. Manifestasi Klinik
Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi,
diikuti dengan koriza/pilek, batuk dan peradangan pada mata. Gejala penyakit
campak dikategorikan dalam tiga stadium.6
a. Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 12-14 hari. Walaupun pada
masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak
menampakkan gejala sakit.6
b. Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium
prodromal yang berlangsung selama 2 hingga 5 hari. Gejala utama yang muncul
adalah demam yang terus meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,4- 40,6
^C pada hari ke 4 atau 5 yaitu pada saat ruam muncul. Selain itu biasanya terdapat
batuk, pilek dan konjungtivitis. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi
petunjuk sebelum munculnya bercak koplik.6
Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul
pada hari ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar
butiran pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat
hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah
tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum,

6
juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari
sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam
kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi
hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.6

Gambar 1. Koplik spot pada mukosa bukal 6

c. Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi
yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan
pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai
makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan
garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke
seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama.
Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan
terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di
kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai
dengan urutan munculnya.7
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan
tampak memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak
berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa
penyembuhan maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi.
Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada

7
infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian
kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak
sehingga sulit dikenali.7
2.6. Diagnosis
Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik
menurut CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria
sebagai berikut : 8
1. Terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari
atau lebih
2. Demam, suhu 38,5 C (101F)
3. Terdapat salah satu dari gejala berikut: batuk, koriza/pilek atau
konjungtivitis

Gambar 2. Bercak kemerahan yang tersebar pada seluruh tubuh 8


Tetapi gejala klinis pada penyakit campak sering mengalami modifikasi
misalnya penyakit campak dapat timbul tanpa disertai demam dan tanpa timbul
ruam-ruam pada kulit. Hal seperti ini sering terjadi pada anak atau bayi yang
sangat muda, penderita dengan immunokompresi, anak dengan malnutrisi atau
bisa pada anak yang sebelumnya telah mendapat imunisasi campak. Kerana
banyak penderita menunjukkan gejala yang tidak jelas, maka untuk memastikan
diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.6,8
2.7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin 6

8
Biasanya ditemukan leukositosis dan peningkatan LED namun jarang
ditemukan.
2. Deteksi virus 8
a. Virus campak dapat ditemukan pada sel darah tepi, sekresi saluran nafas,
usapan konjugtiva dan dalam urin. Tetapi virus campak sangat sulit
ditemukan, sehingga pemeriksaan untuk menemukan virus jarang digunakan
untuk menegakkan diagnosis penyakit campak.
b. Sel epitel yang berasal dari nasofaring, mukosa bukalis, konjugtiva atau urin
dapat digunakan untuk pemeriksaan sitologi secara langsung untuk melihat
sel raksasa dan mendeteksi antigen dengan menggunakan antibodi terhadap
protein N virus. Protein ini paling banyak ditemukan pada sel yang
terinfeksi.
c. Pemeriksaan jaringan langsung pada penderita dengan
immunocompromised karena respon antibodinya tidak terbentuk.
d. RNA virus dapat dideteksi dengan reverse transcription dan diamplifikasi
memakai PCR, teknik ini belum digunakan secara luas untuk menegakkan
diagnosis.
3. Deteksi antibodi
Diagnosis penyakit campak paling sering ditegakkan dengan pemeriksaan
serologi. Menggunakan sampel saliva atau serum. Antibodi IgM muncul
bersamaan dengan munculnya ruam pada kulit dan sebagian besar dideteksi 3
hari sesudah munculnya ruam. Antibodi IgM meningkat cepat dan kemudian
menurun hingga tidak dapat dideteksi setelah 4-12 minggu. IgG sebaiknya
diperiksa pada sampel yang sama untuk mengetahui apakah sudah pernah
terinfeksi atau sudah pernah mendapat imunisasi.8
Saat pengambilan serum yang tepat untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium adalah: 8
a. Usapan tenggorokan dan saliva diambil dalam 6 minggu sesudah
munculnya gejala untuk pemeriksaan antibodi IgM spesifik campak dan
mendeteksi RNA virus.

9
b. Sampel darah diambil dalam 6 minggu sesudah munculnya gejala untuk
mendeteksi antibodi IgM spesifik virus dan RNA virus
c. Sampel darah umumnya diambil pada fase akut (1-7 hari setelah
munculnya rum pada kulit) dan pada fase konvalesen untuk mendeteksi
antibodi IgG spesifik campak. Positif jika terjadi kenaikan titer antara fase
akut dan konvalesen 4 kali lipat.
2.8. Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi
infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan
vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit
untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan
epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna
untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total. 3,5
Asupan nutrisi pada anak juga perlu diperhatikan, karena penyakit morbili
menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak sering mengeluh
mulutnya pahit sehingga tidak mau makan/ minum. Demam yang tinggi
menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak, keadaan ini jika tidak
diperhatikan akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya
komplikasi. Selama anak malas makan, usahakan agar cairan dapat masuk lebih
banyak dengan memberikan banyak minum. Indikasi rawat inap bila hiperpireksia
(suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau intake nutrisi tidak
terjamin.3
2.9. Komplikasi
1. Otitis media
Invasi virus kedalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak.
Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodormal dan stadium erupsi.
Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi
virus, terjadi otitis media purulen.9
2. Bronkopneumonia

10
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh
pneumococcus, streptococcus, staphylococcus. ini dapat menyebabkan
kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein,
penderita penyakit menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh
karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.9
3. Laringitis akut
Laringiris timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas,
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya, ditandai dengan
distres pernafasan, sesak, sianosis, dan stridor. Ketika demam menurun,
keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.9
4. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam
saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.9
5. Encephalitis
Encephalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya
sering terjadi pada hari ke-4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian encephalitis
sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan mortalitas berkisar antara 30-
40%. Terjadinya ensefalitik dapat melalui mekanisme imunologik maupun
melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak. Gejala encephalitis dapat
berupa kejang, letargi, koma dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas
meningkat twitching, disorientasi juga dapat ditemukan. Pemeriksaan
cerebrospinal menunjukkan pleositosis ringan, dengan predominan sel
mononuklear, peningkatan protein ringan, sedangkan kadar gula dalam batas
normal.10
6. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)
Subacute Sclerosing Panencephalitis merupakan kelainan deganeratif
susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh karena infeksi oleh virus
campak yang persisten. Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak yang
sebelumnya pernah menderita campak adalah 0,6-2,2 per100.000 infeksi
campak. Resiko lebih besar pada umur yang lebih muda, masa inkubasi
timbulnya SSPE rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului dengan gangguan

11
tingkah laku dan intelektual yang progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik,
kejang pada umumnya bersifat mioklonik. Laboratorium menunjukkan
peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal, antibodi terhadap campak
dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). tidak ada terapi untuk SSPE.
Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan.10

2.10. Pencegahan
1. Imunisasi aktif
Diberikan vaksin campak pada umur 9 bulan dan 6 tahun dengan dosis 1000
TCID50 atau sebanyak 0.5 ml secara subkutan.11
2. Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)
Indikasi : 11
a. Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat
imunisasi, kontak dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan
kontraindikasi.
b. Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak
mempunyaii resiko tinggi untuk berkembangnya komplikassi penyakit
ini, maka harus diberikan immunoglobulin sesegera mungkin dalam
waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera
mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah
pemberian immunoglobulin.
Pemberian imunisasi campak pada usia kurang dari 12 bulan memerlukan
imunisasi ulang pada usia 15 bulan karena vaksin dinetralisasi oleh antibodi
maternal sedang pemberian imunisasi campak pada usia lebih dari 12 bulan
atau 15 bulan tidak perlu imunisasi ulang, karena dapat memperlihatkan
serokonversi yang maksimum dan daya proteksi vaksin mencapai 95-100
persen jika diberikan pada usia lebih dari 12 bulan. 11
2.11. Prognosis
Pada penyakit campak yang tidak disertai dengan komplikasi maka
prognosisnya baik. Sedangkan pada campak yang disertai komplikasi (misal
encephalitis dan pneumonia) maka prognosisnya buruk karena dapat

12
menimbulkan kecacatan seumur hidup meskipun jarang ditemukan. Penyakit
campak juga merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang penting pada
anak-anak yang mengalami malnutrisi sehingga harus diwaspadai.6

BAB III
KESIMPULAN
Morbili atau Campak merupakan penyakit akut yang sangat menular,
disebabkan oleh infeksi virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili
yang pada umumnya menyerang anak pada usia kurang dari 12 bulan, diikuti
kelompok umur 1-4 tahun dan 5-14 tahun.
Gejala penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium yaitu stadium
inkubasi, stadium prodormal (kataral), dan stadium erupsi yang dimanifestisasikan
dengan demam, konjugtivitis dan bercak koplik kira-kira 10 hari setelah terinfeksi
virus.
Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik
menurut CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria
terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari atau
lebih, demam 38,5 C (101F) dan terdapat salah satu dari gejala, batuk,
koriza/pilek atau konjungtivitis.
Pengobatan campak bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi
infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan
vitamin A.

13
DAFTAR PUSTAKA
1. Chen R.T. Measles Antibody : Re-Evaluation of Protective
Titers. J Infect Dis.2013. h 1036-1042.
2. Perry R.T., Halsey N.A. The Clinical Significance of Measles.
Oxford journals. 2014. h 189-196.
3. Soedarmo, SSP. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Jakarta
: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Edisi Kedua. 2012. h 109-118.
4. Soegeng Soegijanto. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo
Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit
Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2002 Hal. 125.
5. Cherry J.D. Feign R.D. Textbook of Pediatric Infectious
Disease, 4th Edition. Philadepia : WB Saunders. 2008. h 1889-1891.
6. Soedarto. Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya : Airlangga
University Press. 2007
7. Phillips C.S. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds)
Nelson Textbook of Pediatrics. 12th edition. Japan : Igaku-Shoin/Saunders.
1983. h.743.
8. Setiawan. I Made. Penyakit Campak. Jakarta : Sagung Seto.
2008.
9. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Morbili dalam Bab
Infeksi Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2000, 624-628.
10. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Encephalitis dalam Bab
Infeksi Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2000, 622-624.

14
11. Padri, Salma. Efikasi Vaksin Campak pada Balita (15-59
bulan). Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departmen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. 2006.

15

Anda mungkin juga menyukai