Anda di halaman 1dari 32

70

BAB III
PENGUJIAN KONDUKTIVITAS TERMAL PADA MATERIAL PADAT
SILINDER SATU DIMENSI

3.1 PENDAHULUAN
Perpindahan panas merupakan transmisi energi dari suatu daerah ke daerah
lainnya sebagai akibat dari perbedaan temperatur diantara kedua daerah tersebut.
Aliran energi dalam bentuk panas diatur tidak hanya oleh satu hukum fisika, tetapi
oleh kombinasi dari berbagai hukum fisika. Perpindahan panas konduksi yaitu
perpindahan panas dimana panas mengalir di dalam suatu benda (padat, cair, atau
gas) yang bersinggungan secara langsung dari daerah yang bertemperatur tinggi ke
daerah yang bertemperatur lebih rendah akibat adanya gradien temperatur pada benda
tersebut, panas akan berpindah tanpa dikuti aliran medium perpindahan panas [1].
Salah satu karakteristik material adalah konduktivitas termal, yaitu sifat bahan
yang menunjukkan jumlah panas yang mengalir melintasi satu satuan luas jika
gradien temperaturnya satu. Konduktivitas termal juga dapat menunjukkan seberapa
cepat kalor mengalir dalam bahan tertentu. Sifat ini berguna antara lain untuk
rekayasa teknik, seperti dalam perencanaan, perhitungan beban pendinginan pada
sistem refrigerasi dan tata udara, perencanaan alat penukar kalor, menentukan apakah
sifat suatu bahan itu konduktor atau isolator listrik dan sebagainya [1].
Aplikasi konduksi dalam dunia industri yaitu pada industri pengelasan pada
friction welding. Pada friction welding terjadi perpindahan panas secara konduksi.
Friction welding adalah proses pengelasan solid-state di mana penggabungan
diperoleh dari kombinasi panas akibat gesekan dan tekanan. Gesekan terjadi pada dua
permukaan benda kerja yang berputar relatif satu dengan yang lain untuk
meningkatkan suhu kedua permukaan benda kerja. Aplikasi konduksi didalam
kehidupan sehari-hari yaitu cangkir yang berisi kopi. Ketika kita membuat sebuah
kopi, maka panas yang ada pada kopi tersebut merambat secara konduksi ke cangkir
71

[2].
3.1.1 Tujuan Praktikum Konduktivitas Termal Pada Material Padat Silinder
Satu Dimensi
Tujuan praktikum pengujian konduktivitas termal pada material padat silinder
satu dimensi adalah :
1. Memahami peristiwa perpindahan panas secara konduksi serta parameter-parameter
yang mempengaruhinya.
2. Melakukan pengujian untuk menentukan nilai konduktivitas termal material.
3. Membandingkan hasil pengujian nilai konduktivitas termal dengan data literatur.

3.2 DASAR TEORI


Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau
material yang bersuhu tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga
tercapainya kesetimbangan panas. Perpindahan panas diklasifikasikan menjadi
konduksi, konveksi, radiasi. Konduksi adalah perpindahan energi panas (kalor) tidak
di ikuti dengan zat perantaranya. Konveksi adalah perpindahan kalor (panas) yang
disertai dengan berpindahnya zat perantara. Sedangkan radiasi adalah proses
terjadinya perpindahan panas (kalor) tanpa menggunakan zat perantara.
Perpindahan panas secara konduksi yaitu perpindahan panas dimana panas
mengalir di dalam suatu benda (padat, cair, atau gas) yang bersinggungan secara
langsung dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur lebih
rendah akibat adanya gradien temperatur pada benda tersebut.
Pada liquid, konduksi terjadi karenakan adanya tumbukan dan penggabungan
dari molekul yang bergerak dengan acak. Pada solid, hal ini dikarenakan kombinasi
dari vibrasi molekul-molekul pada batasan dan perpindahan energi oleh elektron yang
bebas. Pada Gambar 3.1, gas memiliki nilai konduktivitas termal yang rendah,
sedangkan solid memiliki konduktivitas yang tinggi. Nilai konduktivitas liquid
menurun seiring dengan bertambahnya temperature dan massa molarnya.
72

.
Gambar 3.1 Mekanisme konduksi pada fase yang berbeda [3].

Salah satu karakteristik material adalah konduktivitas termal, yaitu sifat bahan
yang menunjukkan jumlah panas yang mengalir melintasi satu satuan luas jika
gradien temperaturnya satu. Konduktivitas termal dapat menunjukkan seberapa cepat
kalor mengalir dalam bahan. Sifat ini berguna antara lain untuk rekayasa teknik,
seperti dalam perencanaan, perhitungan beban pendinginan pada sistem refrigerasi
dan tata udara, perencanaan alat penukar kalor, menentukan sifat suatu bahan
konduktor, dll. Berdasarkan proses alirannya, perpindahan panas konduksi dibagi
menjadi 2 yaitu [1]
1. Kondisi steady dimana laju aliran panas suatu sistem tidak berubah terhadap
waktu dan tidak terjadi perubahan energi dalam.
2. Kondisi transient atau unsteady dimana laju aliran panas di berbagai titik tidak
berubah terhadap waktu.

3.2.1 Pengetahuan Umum Konduktivitas Termal Pada Material Padat Silinder


Satu Dimensi
Pada setiap bahan, kapasitas penghantaran panas bahan dikenal dengan istilah
konduktivitas panas (k) yang menunjukan kemampuan bahan tersebut untuk
menghantarkan panas. Secara umum, semakin rendah konduktivitas suatu bahan
maka semakin kecil kesempatan ahan tersebut dalam menghantarkan panas secara
efektif dan menjadikannya memiliki sifat sebagai peredam (isolator) panas. Demikian
73

pula jika nilai konduktivitasnya tinggi maka bahan tersebut merupakan konduktor
yang baik.
3.2.1.1 Hukum Dasar Konduksi Panas
Jika pada suatu benda terdapat gradien temperatur, maka akan terjadi
perpindahan energi dari bagian bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah. Kalau
energi berpindah secara konduksi maka perpindahan energi tersebut berbanding
dengan gradien suhu normal. Konduktivitas termal (thermal conductivity)
didefinisikan oleh persamaan Fourier :
T
q kA
x
(3.1)
dimana :
Q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft atau m)
T
x
= gradien suhu dalam arah arah perpindahan kalor (oF/ft atau oC/m)
k = konduktivitas termal (Btu/h.ft.F atau W/m.C)
Tanda negatif merupakan tanda bahwa kalor mengalir ke suhu yang lebih rendah [1].

3.2.1.2 Persamaan Konduksi Panas pada Keadaan Steady-Satu Dimensi


Distribusi temperatur sistem satu dimensi dinyatakan dengan satu variabel, x
untuk bidang datar dan r untuk bentuk silindris dan bola. Pendekatan bentuk silindris
dilakukan jika kondisi akhir bentuk silindris menghasilkan gradien temperatur yang
seragam dalam arah r, , dan z, hal ini diperoleh jika kedua ujung silinder diisolasi
sempurna.
1. Dinding Datar
Perpindahan panas dalam arah tertentu didorong oleh gradien suhu. Tidak akan
ada perpindahan panas ke arah di mana tidak ada perubahan suhu. Suhu di bagian
atas dan bawah dinding permukaan serta di kanan atau ujung kiri yang hampir sama.
74

Hal itu, tidak akan ada transfer panas melalui dinding dari atas ke bawah, atau dari
kiri ke kanan, tapi akan ada perbedaan suhu yang cukup besar antara permukaan
dalam dan permukaan luar dari dinding, dan dengan demikian maka perpndahan
panas yang terjadi satu dimensi seperti Gambar 3.2. Jika suhu udara di dalam dan di
luar rumah tetap konstan, maka perpindahan panas melalui dinding rumah dapat
dimodelkan stedi dan satu dimensi. Persamaan pada dinding datar dapat didefinisikan
sebagai berikut:

q
Ak
T 1 T 2 T
L R
(3.2)
dimana :
Q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft atau m)
k = konduktivitas termal (Btu/h.ft.F atau W/m.C)
T1 = temperatur awal (F atau C)
T2 = temperatur akhir (F atau C)
L = lebar dinding (ft atau m)
R = tahanan termal (F/Btu atau C/W)
Dengan Rwall adalah tahanan termal (thermal resistance) yang sebanding dengan
L/kA. Sedangkan hantaran termal (termal conductance) adalah Kwall:
Ak
Kk
L
(3.3)

keterangan :
2 2
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft atau m )
o o
K = konduktivitas termal (Btu/h.ft. F atau W/m. C)
L = Lebar dinding (ft atau m)
Kk = Hantaran termal (Btu/F atau W/C)
75

Gambar 3.2 Distribusi temperatur untuk konduksi steady-state melalui sebuah


dinding datar [3].
2. Silinder Berlubang
Panas secara terus menerus hilang ke luar melalui dinding pipa dan
perpindahan panas melalui pipa dalam arah normal ke permukaan pipa dan tidak
ada perpindahan panas yang signifikan terjadi pada pipa di arah lainnya seperti
Gambar 3.3. Dinding pipa, yang ketebalan agak kecil, memisahkan dua cairan pada
temperatur yang berbeda, dan dengan demikian gradien suhu di arah radial akan
relatif besar. Selanjutnya, jika suhu cairan di dalam dan di luar pipa tetap konstan,
maka perpindahan panas melalui pipa adalah stedi. Sehingga perpindahan panas
melalui pipa dapat dimodelkan stedi satu-dimensi. Maka persamaan laju panas
konduksinya adalah:
Ti T0
qk
ln r0 ri
2kl
(3.4)

Keterangan :
qk = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
o o
T1 = temperatur dalam ( F atau C)
o o
T2 = temperatur luar ( F atau C)
r1 = jari-jari dalam (ft atau m)
r2 = jari-jari luar (ft atau m)
L = panjang (ft atau m)
o o
K = konduktivitas termal (Btu/h.ft. F atau W/m. C)
76

Gambar 3.3 Sketsa konduksi melalui silinder berlubang [3].

3. Dinding Datar (Struktur Komposit Satu Dimensi)


Struktur komposit yaitu bila struktur tersebut terdiri dari lebih dari satu macam
bahan yang dirangkapkan. Pemecahan persoalan panas konduksi di dalam strutur
dinding komposit dapat dilakukan secara analitik, persamaan-persamaan yang
mengatur laju perpindahan panas dalam dinding komposit dapat diperoleh dengan
menggambarkan rangkaian termalnya.

Gambar 3.4 Struktur komposit dinding datar [3].

Pada kondisi seperti Gambar 3.4, aliran panas adalah sama pada semua lapisan
dinding dan sisi dengan temperatur yang tinggi ke sisi dengan temperatur yang lebih
rendah. Jika luas dinding A sama untuk semua lapisan dinding maka berlaku
persamaan sebagai berikut:
77

Ti T0
q
1 L L 1
1 2
hi A k1 A k 2 A h0 A
(3.5)
diamana :
Q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
o o
T1 = temperatur lingkungan 1 ( F atau C)
o o
T2 = temperatur lingkungan 2 ( F atau C)
2o 2 o
h1 = koefisien konveksi 1 (Btu/h.ft . F atau W/m . C)
2o 2 o
h2 = koefisien konveksi 2 (Btu/h.ft . F atau W/m . C)
2 2
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft atau m )
L1 = panjang daerah 1 (ft atau m)
L2 = panjang daerah 2 (ft atau m)
o o
k1 = konduktivitas termal 1 (Btu/h.ft. F atau W/m. C)
o o
k2 = konduktivitas termal 2 (Btu/h.ft. F atau W/m. C)

4. Silinder (Pada Struktur Komposit Satu Dimensi).


Pada Gambar 3.5, sebuah batang logam A yang konduktivitas termalnya
diketahui, dihubungkan dengan batang logam B yang konduktivitas termalnya akan
diukur. Sebuah sumber kalor (heat source) dan comber kalor (heat sink) dihubungkan
dengan ujung batang gabungan itu, kemudian balut dengan bahan isolasi untuk
meminimalkan kalor yang keluar ke lingkungan dan menjaga agar aliran kalor
melalui batangan itu bersifat satu dimensi. Pada kedua bahan yang diketahui dan
yang tidak diketahui, ditempelkan atau ditanamkan termokopel. Jika gradien suhu
melalui bahan-bahan yang diketahui diukur, aliran kalor akan dapat ditentukan.
Aliran kalor ini selanjutnya digunakan untuk menghitung konduktivitas termal bahan
yang tidak diketahui. Jadi [2] :

dT dT
q k A A k B A
dx A dx B
(3.6)
78

Dimana
Q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft atau m)
kA/B = konduktivitas termal (Btu/h.ft.F atau W/m.C)

dT

dx
= Gradien suhu A/B (F/ft atau C/m)

Gambar 3.5 Skema alat untuk pengujian konduktivitas termal [1].

3.2.2 Rumus Perhitungan Kondukvifitas Termal Pada Material Padat Silinder


Satu Dimensi
Untuk mencari nilai konduktivitas termal pada praktikum fenomena ini ada
beberapa rumus yang digunakan, yaitu :
1. Persamaan konduksi ( Hukum Fourier )
Persamaan konduksi dapat didefinisikan sebagai berikut :
T
q kA
x

dimana :
79

q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)

A = luas bidang tempat berlansungnya perpindahan kalor(ft2 atau m2)

T
x
= gradien atau landasan suhu

2. Persamaan laju panas konduksi pada dinding datar


Persamaan laju panas konduksi pada dinding datar dapat didefinisikan sebagai
berikut :
q
Ak
Thot Tcold T
L L Ak

dimana :
q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft2 atau m2)
Thot = temperatur tinggi (oF atau oC)
Tcool = temperatur rendah (oF atau oC)
T = perbedaan temperatur (oF atau oC)
L = panjang (ft atau m)
k = konduktivitas termal (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)
Dengan L/Ak setara dengan tahanan termal (thermal resistance) Rk. Sedangkan
hantaran termal (termal conductance) adalah Kk:
Ak
Kk
L

dimana :
Kk = hantaran termal (Btu/h.oF atau W/m.oC)
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft2 atau m2)
k = konduktivitas termal (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)
L = panjang (ft atau m)
80

3. Persamaan laju panas konduksi pada silinder berlubang


Persamaan laju panas konduksi untuk silinder berlubang adalah:
T T2
qk 1
ln r2 r1
2kl

dimana :
qk = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
T1 = temperatur dalam (oF atau oC)
T2 = temperatur luar (oF atau oC)
r1 = jari-jari dalam (ft atau m)
r2 = jari-jari luar (ft atau m)
l = panjang (ft atau m)
k = konduktivitas termal (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)

4. Persamaan perpindahan panas pada dinding datar (struktur komposit satu


dimensi)
Persamaan perpindahan panas pada dinding datar dapat didefinisikan sebagai
berikut :
T1 T 2
q
1 L L 1
1 2
h1 A k1 A k 2 A h2 A

dimana :
q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
T1 = temperatur lingkungan 1 (oF atau oC)
T2 = temperatur lingkungan 2 (oF atau oC)
h1 = koefisien konveksi 1 (Btu/h.ft2.oF atau W/m2. oC)
h2 = koefisien konveksi 2 (Btu/h.ft2.oF atau W/m2. oC)
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft2 atau m2)
L1 = panjang daerah 1 (ft atau m)
L2 = panjang daerah 2 (ft atau m)
81

k1 = konduktivitas termal 1 (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)


k2 = konduktivitas termal 2 (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)

5. Persamaan laju panas konduksi pada silinder komposit


Selanjutnya untuk menghitung konduktivitas termal bahan yang tak diketahui
maka dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
dT dT
q k A A k B A
dx A dx B

dimana :
q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft2 atau m2)
dT

dx A
= gradien suhu A (oF/ft atau oC/m)
dT

dx B
= gradien suhu B (oF/ft atau oC/m)
kA = konduktivitas termal A (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)
kB = konduktivitas termal B (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)

6. Galat (error) [1].


Untuk menghitung galat (error) maka dapat menggunakan persamaan :

t =
Galat
Nilai sejati | k k
|
100 = s uji 100
ks (3.7)

dengan :
Nilai sejati (true value) = aproksimasi + galat
Galat (Et) = nilai sejati aproksimasi

7. Ketidakpastian hasil pengukuran [1].


Untuk menghitung ketidakpastian hasil pengukuran maka digunakan
persamaan:
82

K s (T 1 T 2 )
K uji = (3.8)
(T 3T 4 )

{ }
2 2

[ ]( ) [ ](
K uji K 2
2 2
wT + uji wT )
T1 1
T2 2

w K =
uji 2 2 (3.9)
K
+ uji
T3 [ ]( ) [ ] wT 3
2 K
+ uji ( wT )2
T4 4

dimana :
K uji Ks
=
T 1 T 3T 4
T
( 3T 4 )
K uji K s
=
T2

T
T 3 T 4



( 1T 2)
Ks
K uji
=
T3
T
T 3 T 4



( 1T 2)

Ks
K uji
=
T4

Untuk menghitung deviasi standar maka dapat digunakan dengan rumus sebagai
berikut ini :
83

[ ]
n
1 2 2
= ( x ix m ) (3.10)
2 i=1

keterangan :
WT = = Deviasi standar
n = jumlah sampel
xi = sampel ke i
xm = rata rata sampel

3.2.3 Aplikasi Konduktivitas Termal pada Material Padat Silinder Satu


Dimensi
Konduktivitas termal banyak diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari
maupun di dalam dunia industri. Berikut ini contoh dari aplikasi konduktivitas termal.
3.2.2.1 Aplikasi Konduksi Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Ketika kita membuat sebuah kopi, maka panas yang ada pada kopi tersebut
akan merambat secara konduksi ke cangkir. Daerah di sekitar cangkir akan
mengalami panas, yang mana diakitbatkan oleh adanya perpindahan panas dari kopi
yang panas menuju cangkir seperti pada Gambar 3.6 berikut.

Gambar 3.6 Cangkir Kopi [4].


3.2.3.2 Aplikasi Konduksi Dalam Dunia Industri
Friction welding adalah proses pengelasan solid-state di mana penggabungan
diperoleh dari kombinasi panas akibat gesekan dan tekanan. Gesekan biasanya terjadi
pada dua permukaan benda kerja yang berputar relatif satu dengan yang lain untuk
meningkatkan suhu kedua permukaan benda kerja tersebut. Suhu yang dicapai
84

biasanya berkisar antara suhu pengerjaan panas. Kedua benda kerja selanjutnya
didekatkan dengan gaya yang pas untuk membentuk ikatan secara metalurgi seperti
Gambar 3.7.
Friction welding normalnya tidak menggunakan bahan tambah (filler).
Pengelasan ini juga tidak memerlukan flux. Selain itu FRW juga tidak menggunakan
gas pelindung (shielding gas) serta tidak terjadi pencairan benda kerja. Karena
memerlukan putaran untuk menghasilkan panas, mesin friction welding didesain
mirip dengan mesin bubut. Mesin friction welding memerlukan spindle yang
bertenaga untuk memutar salah satu benda kerja pada kecepatan tinggi. Mesin ini
juga harus bisa menggeser benda kerja secara aksial baik pada chuck yang berputar
maupun pada chuck yang tidak berputar. Friction welding biasanya digunakan untuk
mengelas bermacam-macam poros dan komponen tubular. Friction welding dapat
dijumpai di bidang otomotif, pesawat terbang, peralatan pertanian, dan migas.

Gambar 3.7 Friction Welding [5].


3.2.4 Alat dan Prosedur Pengujian Konduktivitas Termal Pada Material Padat
Silinder Satu Dimensi
Adapun alat dan prosedur pengujian konduktivitas termal pada material padat
silinder satu dimensi akan dijelaskan sebagai berikut.
3.2.4.1 Peralatan Pengujian Konduktivitas Termal Pada Material Padat Silinder Satu
Dimensi
85

A. Peralatan Praktikum
Peralatan pengujian konduktivitas termal pada material padat silinder satu
dimensi dapat dilihat pada Gambar 3.8 meliputi :
4

Gambar 3.8 Bagian-bagian alat uji konduktivitas termal [6].

1. Rangka/ Support dan Spesimen Uji


Rangka/ Support yang ditunjukkan pada Gambar 3.9 memiliki kegunaan untuk
meletakan dan mengisolasi spesimen uji.

Gambar 3.9 Rangka dan spesimen uji [6].


2. Regulator
Regulator yang ditunjukkan pada Gambar 3.10 merupakan penyuplai tegangan
yang dapat diatur untuk digunakan oleh heater agar diubah menjadi energi panas.
86

Gambar 3.10 Regulator [6].

3. Wattmeter
Wattmeter yang ditunjukkan pada Gambar 3.11 merupakan suatu alat untuk
menunjukkan daya yang dikeluarkan oleh regulator.

Gambar 3.11 Wattmeter [6].

4. Termokopel Tipe T (4 buah)


Termokopel tipe T ini dapat dilihat seperti Gambar 3.12 berfungsi untuk
mengukur temperatur pada spesimen uji yang nantinya akan dibaca oleh
termodisplay.

Gambar 3.12 Termokopel [6].

5. Thermodisplay
Thermodisplay atau yang ter dapat dilihat di Gambar 3.13 merupakan alat yang
87

dapat digunakan untuk menunjukkan temperatur material.

Gambar 3.13 Thermodisplay [6].

6. Pompa dan wadah/bak air


Pompa dan wadah/bak air seperti pada Gambar 3.14 digunakan untuk
mensirkulasikanagar terjadi beda temperatur. Bak air digunakan untuk menampung
air.

Gambar 3.14 Pompa dan wadah air [6].

7. Jam Tangan
Jam tangan pada Gambar 3.15 digunakan untuk mengetahui waktu perubahan
suhu pada benda uji sehingga dapat diperoleh data yang valid.

Gambar 3.15 Jam tangan [7].


8. Heater
88

Pemanas pada Gambar 3.16 ada alat yang mempunyai fungsi untuk memanaskan
spesimen uji.

Gambar 3.16 Heater [8].

B. Bahan Pengujian
Peralatan pengujian konduktivitas termal pada material padat silinder satu
dimensi antara lain sebagai berikut :
1. Material standar
Material standar yang digunakan adalah kuningan seperti pada Gambar 3.17 (k =
89.7 W/m.K), = 25 mm, l = 30 mm.

Gambar 3.17 Kuningan [6].

2. Material uji
Material uji yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alumunium seperti
pada Gambar 3.18 dengan dimensi = 25 mm, l = 30 mm.

Gambar 3.18 Aluminium [6].


3. Silikon heat transfer
Silikon heat transfer berfungsi untuk menghantarkan panas dari heater ke
89

spesimen uji agar lebih optimal seperti pada Gambar 3.19.

Gambar 3.19 Silikon heat transfer [6]

4. Air
Air seperti pada Gambar 3.19 berfungsi untuk menurunkan dan membedakan
suhu pada salah satu permukaan sisi spesimen uji.

Air

Gambar 3.20 Air [6].

3.2.4.2 Prosedur Pengujian Konduktivitas Termal Pada Material Padat Silinder Satu
Dimensi
90

Untuk memulai praktikum fenomena, ada beberapa langkah/prosedur yang


harus dilakukan agar mendapatkan hasil yang akurat dan benar, yaitu [1]:
A. Persiapan Pengujian
1. Memberi silikon heat transfer pada permukaan kontak antara silinder material
standar (kuningan) dan permukaan silinder material uji
2. Memasukan material uji ke dalam alat uji
3. Menempatkan isolator (kayu) pada rangka alat uji
4. Merekatkan dan mengencangkan antara kedua bagian isolator (kayu) dengan
memutar baut pengencang
5. Memasang sensor temperatur (termokopel) pada titik-titik lubang yang telah
disediakan pada isolator.
6. Menghubungkan selang aliran air pendingin pada pompa yang ditempatkan pada
wadah/ bak untuk sirkulasi aliran air

B. Pengukuran
1. Menghidupkan pompa untuk sirkulasi air
2. Putar regulator sampai watt meter menunjukan daya 6 watt.
3. Membaca dan mencatat setiap 20 detik data temperatur hasil pengukuran
keempat sensor temperatur hingga dicapai pembacaan temperatur pada kondisi
tunak (steady state).
4. Hentikan pengamatan ketika kondisi sudah mencapai steady atau sudah tidak ada
perubahan temperatur.
5. Matikan heater dan pompa.

3.2.4.3 Diagram Alir Pengujian Konduktivitas Termal Pada Material Padat Silinder
Satu Dimensi
91

Seperti pada Gambar 3.20, ada diagram alir yang perlu diikuti praktikan
apabila melakukan praktikum ini.

Gambar 3.21 Diagram alir pengujian [7].


3.2. PENGOLAHAN DATA
Di bawah ini merupakan data praktikum dan analisa data hasil pengujian
92

konditivitas termal.
3.3.1. Data Hasil Praktikum
Setelah melakukan praktikum fenomena dasar konduktivitas termal didapat
data-data sebagai berikut :
Daya : 6 watt
Material : Kuningan (k=89,7 W/m.0K)
Tabel 3.1 Data hasil praktikum
Waktu Ke Suhu Perpindahan Panas
No
(s) T1 T2 T3 T4 TRata-rata
1 0 29 30 29 28 29
2 20 30 30 29 28 29,25
3 40 30 30 29 28 29,25
4 60 30 30 29 28 29,25
5 80 31 30 29 28 29,5
6 100 31 31 29 28 29,75
7 120 32 31 29 28 30
8 140 32 32 30 29 30,75
9 160 33 32 30 29 31
10 180 33 33 30 29 31,25
11 200 34 33 30 29 31,5
12 220 35 34 31 30 32,5
13 240 35 34 31 30 32,5
14 260 36 34 31 30 32,75
15 280 36 35 32 30 33,25
16 300 37 35 32 31 33,75
17 320 37 35 32 31 33,75
18 340 38 36 32 31 34,25
19 360 38 36 33 31 34,5
20 380 38 36 33 32 34,75
21 400 39 37 33 32 35,25
22 420 39 37 33 32 35,25
23 440 39 37 33 32 35,25
24 460 40 38 34 33 36,25
Lanjutan Tabel 3.1 Data hasil praktikum
25 480 40 38 34 33 36,25
26 500 40 38 34 33 36,25
93

27 520 41 39 35 33 37
28 540 41 39 35 33 37
29 560 41 39 35 33 37
30 580 42 39 35 34 37,5
31 600 42 40 35 34 37,75
32 620 42 40 36 34 38
33 640 43 40 36 34 38,25
34 660 43 40 36 34 38,25
35 680 43 41 36 35 38,75
36 700 43 41 36 35 38,75
37 720 44 41 37 35 39,25
38 740 44 42 37 36 39,75
39 760 45 42 37 36 40
40 780 45 42 38 36 40,25
41 800 45 42 38 36 40,25
42 820 46 43 38 36 40,75
43 840 46 43 38 36 40,75
44 860 46 43 38 36 40,75
45 880 46 43 39 37 41,25
46 900 47 44 39 37 41,75
47 920 37 44 39 37 39,25
48 940 37 44 39 37 39,25

3.3.2 Perhitungan Data Hasil Praktikum


Sampel 1 perhitungan diambil data dari Tabel 3.1 suhu pada 20 detik ke 16,
17, & 18.
Table 3.2 sample 1
No T1 T2 T3 T4
16 36 35 32 30
17 37 35 32 31
18 37 35 32 31
Rata-rata 36,67 35 32 30,67
Nilai Konduktivitas
Nilai konduktivitas termal dapat dicari dengan menggunakan persamaan rumus
3.5 sebagai berikut.
94

dT dT
q k A A k B A
dx A dx B

Dengan menggunakan sampel yang didapat nilai konduktivitas termal sebagai berikut
:
k s A ( dTdx ) =k A ( dTdx )
s
uji
uji

k / s ( T 2T 1 )=k uji ( T 4 T 3 )

89,7 (3536,67 ) =k uji ( 30,6732 )
149,8=1,33 k uji
k uji =112,6 W /m. K

3.3.3 Perhitungan Ralat


Galat (error)
Galat( Et) = K NilaiSejati K Benda Uji

= 89,7 - 112,6

= -22,9

t = | |
k s k
ks
uji

x 100%

= |89,7112,6
89,7 | x 100%

= 25,5 %

Deviasi Standard
1

[ ]
n
1 2 2
=w T = ( x ix m )
n i=1
95

[ ]
3
1 2 2
( x ix m )
3 i=1

1
w T 1= [ 1
3
[ ( 3636,67 )2 + ( 3736,67 )2 + ( 3736,67 )2 ] ] 2

1
1
[
( 1,0067 )
3 ] 2

0,58

1
1
[
w T 2= [ (3535 )2 + ( 3535 )2+ ( 3535 )2 ]
3 ] 2

1
[ ] 1
3
( 0) 2

1
w T 3= [ 1
3
[ ( 3232 )2+ ( 3232 )2 + ( 3232 )2 ] ] 2

1
1
[ ]
( 0)
3
2

1
wT 4=
[ 1
3
[ ( 3030,67 )2+ ( 3130,67 )2 + ( 3130,67 )2 ] ] 2

[
1
( 0,6667 )
3 ] 2

= 0,47
96

Ketidakpastian hasil pengukuran


K s ( T 1T 2 ) 89,7 ( 36,6735 )
K uji =
( T 3T 4 ) (3230,67 )

112,6 W/m.K

{ }
2 2

[ ]( ) [ ](
K uji K 2
2 2
wT + uji wT )
T1 1
T2 2

w K =
uji 2 2

+
T3 [ ]( ) [ ](
K uji
wT 3
2
+
K uji
T4
wT ) 4
2

dimana:
K uji Ks 89,7
= = =67,44
T 1 T 3T 4 3230,67

T
( 3T 4 ) 89,7

K uji K s 3230,67
=
T2

67,44

T
T 3 T 4

89,7 ( 36,6735 )

( 1T 2)
( 3230,67 )2
Ks
K uji
=
T3

84,68
97

T
T 3 T 4


89,7 ( 36,6735 )

( 1T 2) ( 3230,67 ) 2
Ks
K uji
=
T4
84,68

{ }
2 2 2 2
w K = ( 67,44 ) ( 0,58 ) + (67,44 ) ( 0 ) 2

+ (84,68 ) ( 0 )2+ ( 84,68 )2 ( 0,47 )2


uji 2

55,8

3.3.4 Tabel Hasil Pengolahan Data


Pada Tabel 2.3 akan ditampilkan hasil pengolahan data dari hasil data
praktikum yang telah dilakukan.
Tabel 2.3 Hasil pengolahan data
No Ks Kuji t T1 T2 T3 T4 Kuji* kuji
1 89,7 112,6 25,5% 0,58 0 0 0,47 112,6 55,8

3.4 PEMBAHASAN
Berikut akan dibahas mengenai pembahasan dari data hasil praktikum dalam
bentuk grafik dan analisanya
3.4.1 Grafik dan Analisa Grafik
Hasil perhitungan ditampilkan dalam bentuk grafik dan dilakukan analisa
seperti di bawah ini:
98

Grafik Hasil Pengukuran


36.37
37
36
35
35
34
33
32
Temperature 32
30.67
31
30
29
28
27
T1 T2 T3 T4

Waktu

Gambar 3.22 Grafik perbandingan temperatur dengan waktu

Gambar 3.17 diatas menunjukan suhu (T) di titik 1, titik 2, titik 3, dan titik 4.
Panas berpindah dari titik 1 menuju titik 4. Sumbu X mewakilkan titik pengujian,
sedangkan sumbu Y mewakilkan suhu ( oC). Grafik menunjukan penurunan dari T1
hingga T4. Ini disebabkan karena terdapat gradien temperatur pada titik T1 sampai T4.
T1 memiliki suhu yang lebih tinggi dari T 4, sehingga terjadi perpindahan energi dari
T1 menuju T4. Karena perpindahan energi yang terjadi secara konduksi, maka
besarnya perpindahan energi tersebut sebanding dengan gradien suhunya. Pada grafik
terlihat T1 - T2 memiliki gradien lebih kecil daripada T3 - T4, sehingga pada praktikum
konduktivitas termal aluminium bahwa menunjukkan bahwa nilai konduktivitas
termal alumunium (kuji) lebih besar dari konduktivitas termal kuningan (kst).
Terjadinya penurunan suhu juga disebabkan karena beberapa faktor seperti
ketahanan isolasi dari kerangka pengisolasian, menempel dengan baik atau tidak
benda yang bersentuhan langsung dengan heater dengan benda uji sehingga panas
bisa merambat dengan baik.
99

3.5 KESIMPULAN DAN SARAN


Adapun kesimpulan dan saran yang dapat disaampaikan pada praktikum
fenomena kali ini, yaitu sebagai berikut.
3.5.1 Kesimpulan
1. Pada pengujian konduktivitas termal, terdapat hubungan antara konduktivitas
termal dengan q konduksi yaitu semakin besar konduktivitas termal suatu
benda maka q akan semakin besar, ini dapat dibuktikan dengan persamaan
3.1. Parameter-parameter yang mempengaruhi adalah nilai perambatan pada
setiap material, luas material, serta nilai tahanan (isolasi) dari kerangka
isolasi.
2. Hasil pengujian didapat nilai konduktivitas bahan aluminium
112,6 W /m . K .
3. Dari hasil pengujian didapat bahwa antara nilai konduktivitas termal bahan uji
literatur sama dengan perhitungan dari data di lapangan dan galat error yang

didapat. Nilai error pada sampel hanya 25,5 .

3.5.2 Saran
1. Pada saat pemasangan benda uji sebaiknya lebih hati-hati, agar benda uji dan
benda yang dilewati heater menempel rapat, sehingga proses perambatan
yang baik, yaitu ditandai dengan hasil grafik yang linear turun yang
menunjukkan terjadinya proses perambatan panas.
2. Pada saat pengesetan heater harus diatur dengan baik, karena bila terlalu
tinggi daya heater maka akan terjadi kenaikan temperatur yang lebih cepat,
dan bila heater rendah maka kenaikan temperatur akan lambat dan bisa jadi
akan terjadi penurunan temperatur.
3. Pemberian silicon heat transfer harus hati-hati & tepat agar tidak ada
kekosongan antar muka 2 benda.
100

DAFTAR PUSTAKA

[1] Praktikum Fenomena Dasar. 2017. Jobsheet Praktikum Fenomena Dasar.


Universitas Diponegoro. Semarang.
[2] Teknik Mesin Manufaktur, 2015, FRICTION WELDING (FRW),
http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.com/2015/05/friction-welding-frw.html,
diakses tanggal 10 Maret 2017.
[3] Cengel, Y A. 2002. Heat Transer, Practical Approach. New York, USA : Mcgraw
Hill Book Company.
[4] Natalin, Tania, 2015, Agar Lebih Sehat Orang Amerika Dianjurkan Minum 3
Cangkir Kopi Tiap Hari,
http://food.detik.com/read/2015/02/25/062242/2842131/297/agar-lebih-sehat-
orang-amerika-dianjurkan-minum-3-cangkir-kopi-tiap-hari , Diakses tanggal 10
101

Maret 2017.
[5] Shimizu Material Corporation, 2014. What is Friction Welding ?.
http://www.shimizu-kk.co.jp/english/friction.html . Diakses tanggal 10 Maret
2017
[6] Laboratorium Termofluida. 2017. Alat dan Bahan Praktikum. Teknik Mesin
Universitas Diponegoro. Semarang.
[7] Microsoft Visio, 2017, Diagram Alir Pengujian, Dibuat tanggal 10 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai