Anda di halaman 1dari 17

Universitas Muhammadiyah Purworejo

Filsafat Ilmu
Rangkuman Bahan Kuliah
Itsna Iftayani, M. A

2013
Hand Out Perkuliahan
A. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni
1. Zaman Yunani Kuno
Pada masa ini, ilmu pengetahuan identik dengan mitologi jadi
sumber ilmu pengetahuan itu sendiri adalah mitos-mitos yang beredar
dalam masyarakat. Pada masa ini ajaran yang terkenal adalah Nihil ex
Nihilo yang berarti tidak ada sesuatu yang lahir dengan ketiadaan
sesuatu yang lahir pasti ada sebab atau dasarnya.
Selain itu, gerakan Demitologisasi yang dipelopori oleh Thales dkk
menandai perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini. Mitos-mitos
yang ada, sedikit demi sedikit dihilangkan dan dipisahkan dari ilmu
pengetahuan. Filsafat dianggap sebagai segala kegiatan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara akal sehingga harus dipisahkan dari
mitos-mitos yang kebenarannya diragukan.
Arche (sebab pertama) dari segala sesuatu yang ada ialah Air,
Areiron, Udara, Bilangan, Api atau atom. Trio Filosof besar yang banyak
dikenal dan melahirkan karya adalah Socrates, Plato dan Aristoteles.
Masa ini juga ditandai dengan pembagian ilmu pengetahuan menjadi 3
yaitu:
a. Ilmu pengetahuan terapan
b. Ilmu pengetahuan praktis
c. Ilmu pengetahuan teoritik (ilmu alam, ilmu pasti dan metafisika)
2. Zaman Pertengahan
Masa ini merupakan masa transisi dari mitologi ke agama sebagai
sumber ilmu pengetahuan. Pada masa ini, filsafat mengabdi ke agama
sehingga sering di kenal dengan Ancilla Theologiae atau masa
theosentrik. Biara dan gereja menjadi pusat kegiatan intelektual jadi
pada masa ini fungsi biara dan gereja tidak hanya sebagai tempat
ibadah saja akan tetapi juga menjadi tempat belajar, mengkaji ilmu dan

1
diskusi. Filosof yang terkenal pada masa ini adalah Agustinus dan Thomas
Aquinas.
Tahun ini juga tidak hanya menjadi masa keemasan agama Kristen
saja akan tetapi juga agama Islam. Masa ini seringkali disebut sebagai
zaman keemasan Islam karena banyak sekali ilmuan Islam yang muncul
mengkaji ilmu pengetahuan dan menjadi tokoh yang berpengaruh
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Beberapa tokoh
diantaranya adalah Al-Razi dan Ibn Sina dalam bidang kedokteran, Ibn
Rushd yang menerjemahkan karya aristoteles, Omar Khayam fokus pada
penyair, astronom, matematikus, Khalifah Al Makmun yang mendirikan
House of wisdom dan Al-Khawarizmi, ahli Aljabar yang menemukan
angka pertama kali.
3. Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan munculnya rasa kesadaran untuk
berfikir dan berbuat secara baru yang didalamnya terkandung empat
elemen yaitu:
a. Subyektivitas yang reflektif sebagai pengakuan kekuatan rasional
dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan.
b. Subyektivitas yang kritis sebagai bentuk kemampuan untuk
menyingkirkan kendala-kendala yang menghalangi kebebasan berfikir
dalam tradisi sejarah masa lampau
c. Keadaan historis yang menunjukkan sikap optimistik bahwa sang
waktu berkembang secara liniear menuju kemajuan
d. Universalisme dalam arti bahwa ketiga elemen tersebut di atas bersifat
normatif atau ukuran bagi kehidupan di zaman modern.

Aktualisasi renaissance dan aufklaerung

a. Kebenaran wahyu di uji dihadapan rasionalitas


b. Legitimasi kekuasaan dipersoalkan melalui kritik

2
c. Kesahihan tradisi dipertanyakan berdasarkan visi dan harapan masa
depan yang lebih baik
Klasifikasi ilmu
Auguste Comte menganggap matematika sebagai dasar semua
cabang ilmu dan membagi ke dalam astronomi, fisika, kimia, biologi,
sosiologi sedangkan Wilhelm Dilthey membagi ilmu menjadi dua yaitu
Science of the world & Science of Geist. Berbeda dengan Comte dan
Dilthey, Madzhab Frankfurt membagi ilmu ke dalam the basic human
interest yaitu: Empiris analitis, Sosial kritis dan Historis hermeneutis
Pada masa ini juga ditandai dengan dipisahkannya seni dari ilmu
pengetahuan, seni dianggap sebagai kebenaran berdasarkan fakta
yang menentang penalaran. Immanuel Kant menganggap seni murni
adalah seni para genius karena keindahan sebuah karya seni tidak
mudang dipahami oleh semua kalangan.

Perkembangan tradisi budaya

a. Agraris-tradisional Industri modern


b. Etis-kedaerahan nasional kebangsaan
c. Nasional kebangsaan global-mondial
d. Standar Ganda : mempertahankan budaya dan budaya tandingan.
4. Zaman Kontemporer
Pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni begitu revolusioner, pada masa ini telah mencapai temuan-temuan
baru beserta penerapannya di bidang ruang angkasa, nuklir,
bioteknologi dan mikro elektronik.
a. Nuklir: Bom nagasaki-hirosima
b. Ruang angkasa : mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
c. Bioteknologi: organisme diciptakan
d. Mikro elektronik: revolusi teknologi terbesar

3
Masa ini juga sering dikatakan sebagai abad kematian yang
direncanakan, karena perkembangan ipteks yang sangat signifikan
menyebabkan banyaknya penyalahgunaan, seperti merencanakan
pengeboman suatu wilayah. Perkembangan IPTEKS menyebabkan
adanya kompleksitas dimana tidak mudah dibedakan mana
pengembangan ipteks yang bermanfaat dan mana yang merugikan
dan perkembangan ipteks tidak akan pernah mengenal titik henti.

B. Makna Filsafat Ilmu dan Objek Kajiannya


1. Makna FIlsafat Ilmu
Filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia (philia = persahabatan,
cinta dsb.) dan (sophia = kebijaksanaan). Pendapat lain mengatakan
bahwa filsafat berasal dari kata philosophos, yaitu Philos atau philein
berarti teman atau cinta, dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan,
pengetahuan, dan hikmah atau berarti. Arti harfiahnya adalah seorang
pencinta kebijaksanaan atau ilmu. Secara umum dapat dikatakan
bahwa filsafat adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis.
Menurut Robert Ackerman filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu
tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan
perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari
pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu
kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual. Lewis White
Beck, memberi pengertian bahwa filsafat ilmu membahas dan
mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan
(Salwinsyah, 2011).

4
2. Objek Kajian Filsafat Ilmu
a. Objek Formal
Objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang darimana sang
subyek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah
hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan itu ialah hasil
usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistem
mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan
hukum-hukum tentang hal-ihwal yang diselidikinya (alam, manusia
dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran
manusia yang dibantu pengindraannya, yang kebenarannya diuji
secara empiris, riset dan eksperimental (Nusantara, 2009). Adapun
obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal,
dan rasional tentang segala yang ada.
Objek formal ilmu pendidikan adalah hakekat ilmu pendidikan itu.
Dalam hal ini hakekat ilmu pendidikan adalah pengertian pendidikan
baik secara luas maupun sempit.
b. Objek Material
Objek material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri yaitu
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode
ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara umum. Obyek material adalah sesuatu yang
dijadikan sasaran penyelidikan. Obyek material filsafat adalah segala
yang ada, baik mencakup ada yang tampak maupun ada yang tidak
tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedang ada yang
tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosuf membagi
obyek material filsafat atas tiga bagian, yaitu: yang ada dalam alam
empiris, yang ada dalam alam pikiran, dan yang ada dalam
kemungkinan.

5
Objek material ilmu pendidikan adalah konsep pendidikan itu
sendiri baik mengenai ruang lingkup atau bidang garapan ilmu
pendidikan maupun teori-teori pendidikan dan peta pembagiannya.

BIDANG GARAPAN FILSAFAT ILMU

FILSAFAT ILMU

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI

"APA" "BAGAIMANA"
KEMANA ILMU MENUJU
HAKEKAT ILMU ILMU DICAPAI

DENGAN SARANA DAN TATA


KEBENARAN (ILMIAH) NILAI-NILAI IMPERATIF
CARANYA

METODE/ PARADIGMA SIKAP (ATTITUDE)

C. Ontologi
Apa itu hakekat? Hakekat adalah realitas, realitas adalah kenyataan
yang sebenarnya, jadi hakekat adalah kenyataan yang sebenarnya,
keadaan sebenarnya sesuatu bukan keadaan sementara atau keadaan
yang menipu, bukan keadaan yang berubah (Tafsir, 2000).
Aliran-aliran yang muncul ketika membicarakan realitas atau hakekat
sebuah benda:
1. Materialisme
Disebut juga aliran naturalisme, hakikat benda adalah materi, yaitu
benda itu sendiri. Rohani, jiwa, spirit dan termasuk Tuhan itu muncul dari
benda.

6
2. Idealisme
Hakikat benda adalah rohani, spirit atau sejenisnya. Alas an mereka
adalah:
a. Nilai roh lebih tinggi dari badan
b. Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya
c. Materi ialah kumpulan energy yang menempati ruang, benda tidak
ada, yang ada energi saja.
3. Dualisme
Menurut aliran ini, hakikat benda itu ada dua yaitu material dan
immaterial, benda dan roh atau jasad dan spiritnya.
4. Skeptisisme
Aliran ini ragu apakah manusia mampu mengetahui hakikat, mungkin
bisa dan mungkin juga tidak.
5. Agnostisisme
Aliran yang menyerah sama sekali. Manusia dianggap tidak dapat
mengetahui hakikat benda.
D. Epistemologi
Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan tersebut. Epistemology sering disebut sebagai
theory of knowledge.
Manfaat mempelajari epistemology secara teoritis dan praktis
1. Mengkaji dan menemukan cirri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan
manusia.
2. Mengkaji pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari
dimungkinkannya pengetahuan itu
3. Memberi pertanggung jawaban rasional terhadap klaim kebenaran dan
obyektivitasnya.

7
Aspek-aspek dalam epistemologi:
1. Analogi : persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-
bentuk yang lain.
2. Silogisme : penarikan kesimpulan secara deduktif, tidak langsung akan
tetapi dari premis yang ada.
3. Premis mayor: mayor yang sifatnya umum, bisa dalam bentuk
pengetahuan, kebenaran dan kepastian.
4. Premis minor : mayor yang sifatnya spesifik, berupa struktur berfikir atau
dalil.
Contoh: semua pohon butuh air (premis mayor). Jati adalah pohon (premis
minor), maka Jati butuh air (kesimpulan). Pernyataan ini disebut sebagai
silogisme.
Tahapan-tahapan dalam metode ilmiah
1. Menemukan masalah
Menemukan masalah bisa berawal dari permasalahan di
lapangan, misalnya di sekolah banyak siswa yang jenuh ketika belajar
matematika, atau bisa juga dari buku, dari hasil membaca penelitian
orang lain, muncul permasalahan baru yang belum terjawab oleh
penelitian sebelumnya. Misalnya dalam sebuah penelitian ditemukan
satu metode pembelajaran yang cukup menyenangkan memberikan
pemahaman kepada siswa, akan tetapi ternyata metode itu disisi lain
membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk belajar, dari situ dapat
diteliti bagaimana caranya agar bisa tetap menyenangkan tetapi tidak
membuang waktu.
2. Merumuskan masalah
Berawal dari masalah yang sudah ditemukan, maka masalah itu
harus dirumuskan, ditemukan mana fokus dari penelitian tersebut.

8
3. Mengumpulkan keterangan
Mengumpulkan keterangan disini adalah mengumpulkan data
terkait dengan masalah yang akan diteliti baik data lapangan sebagai
data pra penelitian maupun dari buku atau sumber yang mendukung
sehingga dari data tersebut bisa dibuat hipotesis atau dugaan
sementara.
4. Menyusun hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang diperoleh dari data-data
berkaitan dengan rumusan masalah. Contoh: metode presentasi
berpengaruh terhadap kemampuan berkomunikasi mahasiswa UMP.
5. Mengumpulkan dan Mengolah data
Mengumpulkan data terkait dengan masalah dilakukan dengan
berbagai cara, bisa dengan eksperimen (pengujian, percobaan), bisa
melalui tes dan lain sebagainya. Data yang diperoleh kemudian diolah
dengan berbagai cara dengan rumus yang sesuai.
6. Menyusun kesimpulan menjadi teori ilmiah
Dari data dilapangan yang sudah diolah, dapat ditarik satu atau
beberapa kesimpulan menjadi sebuah teori ilmiah yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
1. Empirisme
Menurut aliran empirisme, manusia memperoleh pengetahuan
melalui pengalamannya. John Locke (1632-1704) mengemukakan bahwa
manusia lahir seperti kertas putih yang belum mempunyai pengetahuan
apa-apa sehingga pengalamanlah yang akan mempengaruhi
perkembangan manusia. Teori ini sering disebut sebagai tabula rasa.
Aliran ini menjadi aliran yang kritis terhadap pemikiran bahwa ilmu
pengetahuan didapat dari mistis atau diidentikkan dengan agama.
Menurut empirisme untuk mengetahui sesuatu, kita harus melakukan

9
pengujian atau eksperimen (khususnya melalui panca indra) terlebih
dahulu sehingga data yang diperoleh adalah data empiris dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Kelemahan dari aliran ini adalah kemampuan indra seseorang
terbatas seperti objek yang jauh tidak bisa dilihat dengan jelas oleh mata,
atau indra terkadang juga menipu, misalnya ketika sakit lidah tidak bisa
merasakan rasa makanan dengan baik.
2. Rasionalisme
Aliran rasionalisme mengatakan bahwa akal adalah dasar
kepastian pengetahuan. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan
indera dalam memperoleh pengetahuan, pengalaman indera diperlukan
untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang
menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi untuk sampainya
manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akal, laporan
indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas dan
membuat kacau.
Aliran rasionalisme menurut beberapa tokoh:
a. Descartes
Descartes dikenal sebagai bapak rasionalisme meskipun
sebelumnya sebenarnya sudah ada beberapa tokoh yang
menganggap bahwa rasio itu penting seperti Aristoteles. Pandangan
Descartes yang pokok adalah tentang mimpi. Descartes meragukan
adanya badannya sendiri. Keraguan itu timbul karena pengalaman
mimpi, halusinasi, ilusi dan adanya roh halus.
Descartes mengatakan bahwa tidak ada batas yang tegas antara
mimpi dan jaga (kondisi nyata). Ketika bermimpi seringkali seperti
nyata dan rasa-rasanya bukan mimpi, hal ini disebabkan mimpi bisa
terjadi karena manifestasi dari apa yang kita fikirkan. Misalnya kita
bermimpi mengunjungi sebuah tempat, mimpi tersebut seperti nyata,

10
ada kemungkinan kita memang pernah melakukan hal yang sama
seperti dalam mimpi itu. Contoh lain adalah kejadian seseorang yang
pulang larut malam dan bertemu dengan orang baru kemudian
diajak ke rumahnya, awalnya dia merasa benar-benar berada di
sebuah rumah akan tetapi tidak lama kemudian dia sadar bahwa dia
sedang berada di sebuah kuburan.
Petikan kalimat yang terkenal adalah cogito ergo sum, aku
berfikir maka aku ada. Descartes menyatakan bahwa
pemikirannyalah yang pantas dijadikan dasar filsafat karena yang
berfikir dia sendiri bukan orang lain. Hal ini menunjukkan sifat subyektif,
individualistis dan humanis.
b. Spinoza
Pertanyaan yang ada pada masa pra Socrates adalah: berapa
substansi yang ada? Apa itu? Apa beda yang satu dengan yang lain?
Bagaimana setiap substansi itu muncul? Apakah alam mempunyai
permulaan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab oleh Spinoza dimuali
dengan meletakkan definisi-definisi, aksioma-aksioma, proposisi-
proposisi, kemudian barulah membuat pembuktian (penyimpulan) dari
ke tiga hal tersebut.
1) Definisi. Contoh: substansi adalah sesuatu yang ada dalam
dirinya, dipahami melalui dirinya, konsep dapat dibentuk
tentangnya bebas dari yang lain.
2) Aksioma adalah suatu kebenaran yang tidak memerlukan
pembelaan. Contoh: sesuatu yang tidak dapat dipahami melalui
sesuatu yang lain harus dipahami melalui dirinya sendiri.
3) Proposisi adalah pembuktian dari definisi dan aksioma. Contoh:
substansi mesti mendahului modifikasinya

11
Menurut Spinoza bila terdapat lebih dari satu substansi maka tidak
akan ada hubungannya. Substansi hanya satu yaitu bodies and mind.
c. Leibniz
Menurut Leibniz, substansi itu banyak. Idea tentang substansi
disebut sebagai monad. Tuhan disebut sebagai supermonad karena
Tuhan adalah pencipta monad-monad itu. Substansi berawal dari
yang sederhana menuju substansi yang lebih besar. Monad tidak
mempunyai bagian-bagian, tidak mempunyai ukuran dan tidak dapat
dibagi.
3. Positivisme
Aliran ini muncul sebagai pengembangan dari aliran empirisme.
Tokoh aliran inia adalah Ausguste Comte. Aliran positivism menganggap
bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi
harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.
Kekeliruan alat indera bisa dikoreksi lewat eksperimen (Tafsir, 2000).
Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas, misalnya panas
diukur dengan thermometer, panjang diukur dengan penggaris atau
meteran dan lain-lain. Aliran ini dikatakan sebagai penyempurna metode
ilmiah (scientific method) dan memberikan sumbangan terhadap
munculnya metode kuantitatif dalam penelitian.
Sebagai metode ilmiah, dalam pendekatan positivisme, obyek
harus memiliki beberapa syarat yaitu:
a. Observable: bisa diamati
b. Repeatable: bisa diulangi
c. Measurable: bisa diukur
d. Testable: bisa di tes/ uji
e. Predictable: bisa di prediksi/diramalkan
Contoh penelitian dengan pendekatan kuantitatif berdasarkan
aliran positivisme adalaah penelitian mengenai efektivitas metode

12
presentasi pada mata kuliah filsafat ilmu, apakah mempengaruhi
kemampuan berbicara atau tidak. Pengambilan sampel beberapa 2
kelas dari 5 kelas yang ada. Dari hasilnya nanti misalnya berpengaruh,
hasil penelitian ini bisa diterapkan atau bisa di generalisasikan ke semua
kelas.
4. Intusionisme
Tokoh aliran intusionisme adalah Henri Bergson. Ia menganggap
tidak hanya indera yang terbatas, tapi akal juga terbatas. Berawal dari
keterbatasan tersebut, Bergson mengembangkan satu kemampuan
tingkat tinggi yang dimiliki manusia yaitu intuisi. Kemampuan ini mirip
dengan instink tetapi berbeda dalam kesadaran dan kebebasannya.
Pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu usaha, misalnya
dengan cara latihan. Contohnya: menurut penganut ajaran tashawwuf,
manusia ditutupi atau dihalangi hal-hal yang sifatnya material yaitu nafsu,
ketika nafsu itu bisa sedikit demi sedikit dihilangkan maka manusia akan
memperoleh kemampuan lebih, misalnya mampu melihat yang ghaib
dan dari situlah diperoleh pengetahuan.
5. Fenomenologi
Menurut Smith, fenomenologi Husserl adalah sebuah upaya untuk
memahami kesadaran sebagaimana dialami dari sudut pandang orang
pertama. Secara literal fenomenologi adalah studi tentang segala
sesuatu yang tampak bagi kita didalam pengalaman subyektif atau
tentang bagaimana kita mengalami segala sesuatu di sekitar kita
Meskipun fokus pada pengalaman subyektif orang pertama,
fenomenologi tidak berhenti hanya pada deskripsi perasaan-perasaan
inderawi semata. Pengalaman inderawi hanya merupakan titik tolak
untuk sampai makna yang bersifat konseptual. Makna konseptual itu bisa
berupa imajinasi, pikiran, hasrat ataupun perasaan-perasaan yang
spesifik ketika orang mengalami dunianya secara personal.

13
Contoh penelitian dengan pendekatan fenomenologi adalah
penelitian fenomena anak berambut gimbal di Dieng Banjar Negara,
yang diteliti adalah fenomena anak berambut gimbal secara spesifik,
misalnya fokus hanya mengenai perkembangan social anak berambut
gimbal. Segala sesuatu terkait dengan kepribadian anak berambut
gimbal itu saya tanyakan baik kepada anak itu, kepada orang tua,
pengasuh yang lain, tetangga, ketua adat secara mendalam.
E. Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axios dan logos. Axios bisa
diartikan sebagai nilai dan logos diartikan sebagai ilmu atau teori, jadi
Aksiologi berarti teori tentang nilai atau dalam bahasa Inggris sering disebut
teory of value. Aksiologi ini digunakan untuk membatasi pemanfaatan ilmu
agar tidak disalah gunakan. Misalnya: dalam mempelajari reaksi kimia,
orang tahu kegunaannya, orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak
menerapkan aksiologi maka akan mempergunakan reaksi kimia tersebut
untuk mengebom suatu wilayah.
Aksiologi menurut Suriyasumantri (2000) merupakan teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut
Spranger nilai dapat diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan
panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan
dalam situasi sosial tertentu. Nilai memungkinkan individu atau kelompok
sosial membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai
suatu yang ingin dicapai. Jenis-jenis nilai menurut Spranger (Suryabrata,
2000) dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1
Jenis-Jenis Nilai Nilai Bidang kajian Pertanyaan utama
Keindahan Estetika (filsafat seni) Apa yang indah dan apa yang tidak
indah
Ekonomi Filsafat ekonomi Apa yang berguna dan apa yang tidak
berguna
Kebenaran Epistemologi Apa yang benar dan apa yang salah
Kebaikan Etika Apa yang baik dan apa yang buruk

14
Kekuasaan Filsafat politik Apa yang menguatkan dan apa yang
melemahkan
Agama Teologi Apa yang disetujui agama dan apa
yang tidak disetujui agama

Kategori Nilai

1. Obyektif : penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai


keadaan obyek yang di nilai.
2. Subyektif : penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian
terdapat unsure intuisi (perasaan).
Contoh: seorang guru yang mau menilai hasil ujian, tidak perlu
mengetahui siapa nama siswa yang lembar ujiannya sedang di nilai
tersebut karena ketika mengetahui namanya, bisa jadi penilaian tidak
murni akan tetapi berdasarkan kecenderungan-kecenderungan tertentu
(Obyektif). Jika guru tersebut sudah memasukkan unsur-unsur tertentu
misalnya karena kenal, tetangga, biasanya pintar dan lain sebagainya
maka akan menjadi (subyektif).

Sejumlah Contoh Praktis (Sandono, April 2013)


Agar kita dapat menerapkan pemahaman tentang aksiologi, mari kita berlatih
dengan sejumlah permasalahan berikut:
1. Sifat Nilai: Anda mendapat modal untuk membuka sebuah usaha yang
menawarkan kesempatan memperoleh penghasilan sangat besar. Walau
begitu, anda masih berstatus seorang mahasiswa yang sedang belajar di
perguruan tinggi. Jika anda membuka usaha, anda tidak dapat meneruskan
kuliah. Jika anda meneruskan kuliah, anda tidak dapat memperoleh
kesempatan membuka usaha seperti ini lagi. Nilai apa yang akan anda
utamakan: ekonomi atau pendidikan? Apa alasannya? Bedah alasan anda itu
sehingga anda menemukan jawaban apakah nilai ekonomi atau pendidikan
itu subjektif, objektif, atau gestalt.

15
2. Sumber Nilai: Facebook adalah sebuah media komunikasi modern. Dari
mana anda memperoleh nilai dalam facebook? Dari facebook itu sendiri, dari
jaringan pertemanan dalam facebook, atau dari perasaan anda yang muncul
dalam menggunakan facebook itu? Apa alasannya?
3. Pengertian Nilai: Seorang yang anda cintai, misalnya paman anda, sekarang
sedang sekarat. Selama hidup sehat ia selalu dirundung oleh malapetaka dan
kesedihan. Malahan dokter bilang ia sekarang karena penyakit yang muncul
gara-gara ia terlalu stress. Tetapi ia juga mengajarkan pada anda untuk selalu
bicara jujur. Sebelum sekarat, ia pernah mengirimkan naskah tulisannya ke
suatu penerbit. Penerbit mengatakan kalau tulisannya tidak dapat diterbitkan
karena tidak memenuhi standar mutu. Ia tidak tahu, karena surat balasannya
tiba saat ia sedang dirawat. Anda yang mengetahui isi surat itu. Sekarang ia
bertanya: apakah buku saya diterima penerbit? Apa yang akan anda jawab?
Mengapa?
4. Nilai Tertinggi: Bibi anda hidupnya juga selalu dirundung malapetaka dan
kesedihan. Sekarang ia terkena penyakit kanker yang tidak ada obatnya. Kata
dokter ia akan mati dalam 5 minggu lagi. Yang tahu hal ini adalah anda dan
keluarga anda. Apakah anda akan memberi tahunya kalau ia akan mati
dalam 5 minggu lagi? Mengapa? Nilai apa yang anda utamakan disini:
kebenaran, kebaikan, kekuasaan, agama, atau apa?

16

Anda mungkin juga menyukai