Anda di halaman 1dari 9

Pemeriksaan kepala dan leher.

a. Raut wajah
Bentuk muka : bulat, lonjong
Ekspresi tampak sesak, gelisah, kesakitan
Tes saraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi untuk memeriksa N V, VII
b. Bibir
Biru (sianotis) pada penyakit jantung bawaan (TF) dll
Pucat (anemi)
c. Mata
Conjungtiva :
Pucat (anemi)
Ptechiae (perdarahan bawah kulit/selaput lender) pada endocarditis bacterial.
Sclera.
Kuning (icterus) pada gagal jantung kanan, penyakit hati dll
Kornea.
Arkus senilis (garis melingkar putih/abu-abu di tepi kornea) berhubungan
dengan peningkatan kolesterol/penyakit jantung coroner.
Eksopthalmus.
Berhubungan dengan tirotoksikosis
Gerakan bola mata.
Lateral (N.VII, medial (N.III), bawah nasal (N.IV), atas (N.III) dll
Reflex kornea.
Kapas disentuhkan pada kornea, maka mata akan terpejam (N.V)
Funduskopi.
Pemeriksaan fundus mata dengan thalmoskop untuk menilai pembuluh darah
retina pada penderita hipertensi.
d. Tekanan vena jugularis
Penderita dalam posisi tidur berbaring setengan duduk, kemudian perhatikan :
Denyut vena jugularis interna, denyut tidak bias diraba tetapi bias dilihat
Pengembangan vena, normal setinggi manubrium sterni.
Bila lebih tinggi daripada itu maka beban tekanan hidrostatik atrium kanan
meningkat, misalnya pada gagal jantung kanan.
e. Arteri karotis
Palpasi :
Berdenyut keras seperti berdansa (insufisiensi katup aorta)
Paling tepat untuk memeriksa sirkulasi pada henti jantung.
Perlu dibandingkan kanan dan kiri untuk mengetahui adanya penyempitan
pembuluh darah di daerah itu.
Auskultasi :
Bising (bruit) pada penyempitan arteri karotis, penyempitan katup aorta.
f. Kelenjar tiroid
Inspeksi :
Tengadah sedikit, telan ludah teliti bentuk dan simetrisnya
Palpasi :
Jari telunjuk dan tengah kedua tangan ditempatkan pada kedua sisi isthmus,
pemeriksa berada di belakang penderita. Jari tengah dan telunjuk meraba
trakea dari atas ke bawah mulai dari tulang krikois, kemudian meraba ke
sampingmulai dari garis tengah trakea setinggi isthmus.
Teliti bentuk, konsistensi dan ukurannya.
Auskultasi :
Bising pada kelenjar tiroid menunjukkan hipervaskularisasi yang meningkat
disebabkan oleh hiperfungsi.
g. Trachea
Pemeriksa berdiri di samping kanan penderita, tempelkan jari tengah pada
bagian bawah trachea. Pada perabaan ke atas, ke bawah dank e samping.
Kedudukan trachea dapatlah ditentukan apakah di tengah, bergeser ke
kanan/ke kiri. Bila pada tiap denyut jantung trachea terasa tertarik ke bawah
(tanda oliver) kemungkinan ada aneurisma aorta atau tumor mediastinum.

Pemeriksaan toraks dan system respirasi.


Inspeksi :
Posisi : duduk, berbaring
Arah : dari depan, dari belakang melihat kelainan tulang belakang (mis scoliosis dll),
dari atas (bahu pasien berbaring, paling tepat untuk melihat asimetris toraks,
bentuk toraks dan gerakan pernapasan)
Bentuk :
Toraks phtisis (panjang dan gepeng)
Toraks en bateau (toraks dada burung)
Toraks rakhitis ( benjolan rakhitis seperti Rosario pada persambungan tulang dan
tulang rawan). Cekungan Harrison cekungan pada kedua sisi prosesus sipodeus.
Toraks emfisematous (barrel chest) bentuk dada seperti tong
Toraks pektus akskavatus (dada cekung ke dalam)
Asimetris :
Satu sisi cembung karena penimbunan air, nanah, udara di rongga pleura,
aneurisma aorta, cairan dalam rongga perikard, tumor paru/mediastinum,
pembesaran jantung atau abses hati.
Satu sisi cekung karena kolaps, pleuritis sika atau proses paru.
Gerakan pernapasan :
Normal orang dewasa bernapas 12 20 kali/menit, sifatnya abdominal,
torakoabdominal, sedangkan wanita lebih cepat sedikit dan sifatnya torakal.
Anak-anak bernafas 36 40 kali/menit sifatnya torakoabdominal.
Enspirasi biasanya lebih pendek daripada ekspirasi.
Takipnu : pernapasan cepat (pada demam, penyakit paru/jantung)
Bradipnu : pernapasan lambat (pada keracunan barbiturate, uremia, koma diabetes,
proses dalam otak)
Chyene stokes : berulang-ulang pernapasan sangat dalam, berangsur-angsur
dangkal, berhenti sama sekali (apnu) beberapa detik kemudian napas dalam lagi
(pada keracunan obat bius, penyakit jantung, paru, ginjal, perdarahan otak).
Biot : pernapasan dalam dan dangkal disertai apnu yang tidak teratur (pada
meningitis).
Kusmaul : inspirasi dan ekspirasi sama panjangnya dan sama dalamnya sehingga
keseluruhan pernapasan menjadi lambat dan dalam (pada keracunan alcohol, obat
bius, koma diabetes, uremia).
Asimetri : pneumonia, tbc paru, efusi perikard/pleura, tumor paru.
Dangkal : emfisema, tumor paru/mediastinum, cairan di pleura/perikard, konsolidasi
paru.
Hyperpnoea : pernapasan lebih dalam tetapi kecepatannya normal.
Apneustik : ispirasi megap-megap (gasping) diikuti ekspirasi yang sangat pendek
dan tidak efisien (pada lesi di pusat pernapasan)
Denyut apeks jantung :
Bergeser ke lateral bila jantung membesar, tumor paru, fibrosis paru

Pelebaran vena dada :


Misalnya pada penyumbatan vena kava superior karena tumor mediastinum,
pembengkakan kelenjar limfe mediastinum, aneurisma aorta.

Denyut nadi di dada/punggung :


Pada koartasio aorta. Penonjolan dada setempat yang berdenyut, aneurisma aorta,
neoplasma yang kaya pembuluh darah (limfosarkoma).

Palpasi :
1. Pemerilsaan kelainan dinding toraks
Nyeri tekan
Bengkak : tentukan besar, konsisitensi, suhu, berdenyut/bergetar
Menonjol lepas atau dekat dengan dasar
2. Menyatakan adanya tanda-tanda penyakit paru dengan memeriksa :
- Gerakan dinding toraks pada waktu inspirasi dan ekspirasi
Letakkan kedua tangan pada dada penderita, sehingga kedua ibu jari
pemeriksa terletak di garis tengah di atas sternum
Letakkan kedua tangan pemeriksa pada kedua sisi tulang belakang sehingga
kedua ibi jari pemeriksa terletak di atas tulang belakang.
Dengan kedua cara tersebut akan terlihat gerakan toraks simetris atau tidak
Getaran suara (fremitus vocal) : getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa
yang diletakkan pada dada penderita waktu penderita mengucap kata.
Pemeriksa meletakkan telapak tangan kanan atau tepilateral telapak tangan
pada berbagai daerah dinding toraks, pasien mengucapkan berulang-ulang :
satu dua tiga.
Bandingkan getaran yang terasa di tangan kanan dan kiri.

Fremitus meningkat pada :


Konsolidasi paru, pneumonia lobaris, tbc, infark paru, tumor paru
atelectasis/kolaps paru dengan bronkus utuh dan kavitasi dekat permukaan
paru.
Fremitus menurun pada :
Pleura terisi cairan atau udara, jaringan pleura yang tebal, bronkus tersumbat,
jaringan paru tidak elastis (emfisema), paru fibrotic, kaverne dalam paru.

Perkusi :
1. Cara : letakkan falangs terakhir dan sebagian falangs kedua jari tengah
tangan kiri pada tempat yang hendak diperkusi. Ujung jari tangan kanan
diketukkan pada jari kiri tersebut, gerakan bersumbu pada pergelangan
lengan. Setiap selesai ketukan jari kanan harus di angkat kembali.
2. Perkusi untuk menentukan keadaan dan batas paru :
Keadaan paru :
Normal : suara resonan dug-dug-dug
Sangat resonan : timpani, menggendang dang-dang-dang karena timbunan
udara (pneumothoraks, kavitasi).
Agak menggendang : sub timpani : dung-dung-dung
Rongga pleura mengandung udara sedangkan jaringan paru terdorong kea
rah hilus.
Batas atas penimbunan cairan dalam pleura
Lebih resonan tetapi belum sub timpani (hiperresonan) : deng-deng-deng.
Misalnya inspirasi dalam normal, emfisema, pneumothoraks ringan.
Kurang resonan : deg-deg-deg : paru kurang udara, misalnya fibrosis,
infiltrate, pleura menebal.
Redup : bleg-bleg-bleg : paru-paru padat (konsolidasi), misalnya infiltrate
atau fibrosis berat, edema paru (paru tertimbun air)
Pekak : seperti suara perkusi paha, misalnya tumor rongga pleura penuh
cairan/nanah, tumor di permukaan paru, fibrosis paru, penebalan pleura.

Batas paru :
Atas : fossa subklavikularis kanan-kiri
Bawah : iga ke 6 garis mid klavikularis, iga ke 8 garis midaksilaris, iga ke 10
garis skapularis. Paru kiri lebih tinggi daripada kanan.

Auskultasi :
Syarat : buka baju, penderita tenang, tidak bergetar, keringat dikeringkan, bernafas
dengan mulut terbuka, teratur dan cukup dalam, jangan bersuara, penempelan
stetoskup sedang-sedang saja, jangan bergeser-geser.
Menilai :
1. Suara nafas.
a. Trakeo bronkial :
Bunyi bronkial terdengar keras dan bernada tinggi dengan kualitas bergema.
Ekspirasi lebih lama daripada inspirasi (rasio 3:2)
Paling baik terdengar di atas trakea.
Diciptakan oleh udara yang bergerak melewati trakea yang dekat dengan
dinding dada.
Yang mengumandang (amforis) seperti meniup botol kosong, ada kavitasi
besar dengan dinding tipis, pneumothoraks yang menembus bronkus
b. Bronkovesikuler
Bunyi bronkovesikuler bernada sedang dan bunyi tiupan dengan intensitas
sedang. Fase inspirasi sama dengan fase ekspirasi.
Paling baik didengar secara posterior antara scapula dan anterior di atas
bronkiolis di samping sternum pada rongga intercostal pertama dan kedua.
Diciptakan oleh udara yang bergerak melewati jalan nafas yang besar.
c. Vesikuler
Bunyi vesikuler halus lembut dan bernada rendah. Fase inspirasi 3 kali lebih
lama dari fase ekspirasi.
Paling baik didengar di perifer paru.
Diciptakan oleh udara yang bergerak melewati jalan nafas yang lebih kecil.
Tidak terdengar pada penebalan pleura, pleura terisi cairan, pneumothoraks,
emfisema, infiltrate di alveoli.
2. Suara tambahan
a. Krekels (sebelumnya disebut rales)
Paling umum terdengar di lobus dependen dasar paru kanan dan kiri.
Disebabkan oleh reinflasi sekelompok alveolus yang acak dan tiba-tiba, aliran
udara yang kacau.
Karakter : krekels halus adalah bunyi gemercik bernada halus tinggi singkat
yang terdengar di akhir inspirasi, biasanya tidak hilang dengan batuk. Krekels
basah adalah bunyi yang lebih rendah, lebih lambat terdengar di pertengahan
inspirasi, tidak hilang dengan batuk.
b. Ronki
Terdengar di atas trakea dan bronkus, jika cukup keras dapat terdengar di
sebagian besar dinding paru.
Disebabkan oleh spasme muskuler, cairan atau mucus pada jalan nafas yang
besar menyebabkan turbulensi.
Karakter : bunyi keras, bernada rendah, bergemuruh, kasar, yang paling
sering terdengar selama inspirasi atau ekspirasi, dapat hilang dengan batuk.
c. Mengi/wheezing
Dapat di dengar di seluruh bidang paru.
Disebabkan oleh aliran udara kecepatan tinggi melewati bronkus yang
mengalami penyempitan berat.
Karakter : bunyi musical bernada tinggi dan kontinu seperti berdecit yang
terdengar secara kontinu selama inspirasi atau ekspirasi. Biasanya lebih keras
pada ekspirasi, tidak hilang dengan batuk.
3. Pemeriksaan jantung dan aorta
Inspeksi : untuk menentukan bentuk precordium, denyut pada apeks jantung,
denyut nadi pada dada, denyut vena.
Bentuk precordium :
Normal : kedua belah dada simetris.
Bila cembung/cekung sesisi : ada penyakit jantung/paru sesisi.
Cekung : pericarditis menahun, fibrosis/atelectasis paru, scoliosis, kifoskoliosis.
Cembung/menonjol :
Pembesaran jantung, efusi perikard, efusi pleura, tumor paru, tumor
mediastinum.
Penonjolan interkostalis : akibat efusi pleura/perikard.
Penonjolan iga : kelainan jantung menahun.

Denyut di apeks jantung (ictus cordis)


Pada umumnya denyut jantung tampak di apeks.
Pemeriksaan dilakukan sambil penderita berbaring atau duduk dengan sedikit
membungkuk.
Normal : dewasa terletak di ruang sela iga ke 4 kiri 2-3 cm dari garis
midklavikula. Daerah yang berdenyut seluas kuku ibu jari.
Pada anak : terletak di ruang sela iga ke 4 kiri.

Denyut nadi pada dada :


Normalnya tidak tampak.
Bila timbul denyutan di sela iga ke 2 kanan : aneurisma aorta.
Bila timbul denyutan di sela iga ke 2 kiri : dilatasi arteri pulmonalis (PDA,
aneurisma arteri pulmonalis, aneurisma aoeta asendens.

Denyut vena :
Vena di dada dan punggung tak tampak denyutannya. Yang tampak berdenyut
hanya vena jugularis interna dan eksterna.

Palpasi : mendeteksi kelainan yang tampak pada inspeksi.


Mula-mula dengan telapak tangan kemudian disusul dengan ujung-ujung jari,
semula tekanan ringan kemudian tekanan keras.
Pemeriksa berdiri di kanan penderita, semula penderita duduk kemudian
berbaring terlentang, telapak tangan pemeriksa di precordial dan memeriksa
denyut apeks.
Kemudian tangan ditekan lebih keras untuk menilai kekuatan denyutan apeks.
Selanjutnya palpasi dengan ujung jari telunjuk dan tengah. Palpasi daerah
precordial di samping sternum, menilai denyutan, tarikan dan getaran.

Urutan palpasi :
Denyut apeks.
Normal di sel aiga ke 5 (2-3 cm garis mid klavikula). Bias tak teraba karena
kegemukan, dinding toraks tebal, emfisema dan lain-lain.
Meningkat bila curah jantung besar misalnya pada IA/IM
Sedikit meningkat pada hipertensi dan SA.

Getaran (thrill).
Bising jantung yang keras derajat 6 atau lebih) akan teraba sebagai getaran pada
palpasi.
Lokasi dei sela iga ke 2 kiri sternum, misalnta pada SP.
Lokasi di sela iga ke 4 kiri sternum misalnya pada VSD.
Lokasi di sela iga ke 2 kanan sternum (basis) misalnya pada SA.
Getaran tersebut lebih mudah diraba bila penderita membungkuk ke depan
dengan nafas ditahan waktu ekspirasi, kecuali getaran MS lebih muda teraba bila
penderita berbaring pada sisi kiri.

Gerakan trachea.
Anatomi trachea berhubungan dengan arkus sorta, karena trachea perlu
diperiksa. Pada aneurisma aorta denyutnya akan menjalar ke trachea dan
denyutan ini dapat diraba.

Caranya : pemeriksa berdiri di belakang penderita dan kedua jari telunjuk


diletakkan pada trachea sedikit di bawah krikoid. Kemudian larings dan trachea di
angkat ke atas oleh kedua telunjuk itu. Jika ada aneurisma aorta, tiap kali jantung
berdenyut

Perkusi :
Peranannya menurun sesudah ada foto rontgen toraks. Tetapi tetap bermanfaat
pada efusi perikard dan aneurisma aorta di mana daerah redup jantung melebar.
Daerah redup jantung mengecil pada aneurisma.

Auskultasi :
Waktu kedua atrium kontraksi darah dialirkan ke kedua ventrikel, disebelah kanan
melewati katup tricuspid dan di sebelah kiri melewati katup mitral. Kemudian
kedua ventrikel berkontraksi dan darah dipindahkan dari ventrikel kanan ke arteri
pulmonalis sedangkan dari ventrikel kiri ke aorta. Permulaan kontraksi ventrikel
(sistolik) terjadi waktu katup mitral dan tricuspid menutup, di mana kedua katup
ini terbuka selama atrium berkontraksi. Permulaan relaksasi ventrikel (diastole)
terjadi waktu katup aorta dan pulmonalis menutup yang selama ventrikel
berkontraksi tetap terbuka.
Arteri karotis berdenyut setgera setelah sistolik ventrikel kemudian disusul
dengan denyutan radialis. Jadi hendaknya denyut arteri karotis yang dijadikan
pegangan untuk menentukan sistolik ventrikel.

Katup pulmonal : persambungan iga ke 3 kiri dengan sternum.


Katup aorta : pada sternum lebih rendah dan lebih medial daripada katup
pulmonal.
Katup mitral : pada sternum, dekat batas atas sendi antara iga ke 4 dengan
sternum.
Katup tricuspid : pada sternum (arah menyilang sternum) sesuai garis
penghubung proyeksi katup mitral dengan sendi antara sternum dengan iga
kanan ke 5.

Bila ada kelainan jantung proyeksi katup berpindah, misalnya stenosis mitral
maka katup bergerak ke kiri bawah. Proyeksi katup bukan menunjukkan tempat
bunyi jantung yang terdengar paling keras, meskipun bunyi-bunyi jantung
dibangkitkan di sekitar katup-katup jantung.

Bunyi jantung yang dibangkitkan oleh katup :


Mitral : paling jelas terdengar di apeks
Tricuspid : di sternum dekat sendi sternum sela iga ke 5 kanan.
Aorta : pada sendi antara sternum sela iga ke 2 kanan/apeks
Pulmonal : pada sela iga ke 2 kiri sekat tepi sternum.

Teknik auskultasi :
Sebelumnya kita harus nmengetahui bahwa stetoskop terdiri dari 2 bagian yakni
bell dan diafragma. Kualitas stetoskop yang baik mempunyai dua saluran
terpisah yang menghubungkan bagiankepala stetoskop ke masing-masing bagian
telinga.

Bell : untuk mendengar suara yang nadanya rendah. Misalnya BJ 3, BJ 4, bising


mid diastole mitral/tricuspid. Tempelkan dengan penekanan yang ringan saja
pada dinding dada.

Diafragma : merupakan kepala yang bermembran, digunakan untuk


mendengarkan suara yang nadanya tinggi, misalnya BJ 1 dan 2. OS (opening
snap), bunyi ejeksi, pericardial friction rub, bising sistolik dan awal diastolic.

Penting dipahami :
1. BJ 1 dan BJ 2 yang normal
2. Belajar memusatkan pendengaran pada BJ 1 dan BJ2 sendiri-sendiri sehingga
dapat dibedakan apakah bunyi itu terdengar sebagai satu satuan atau
terpisah.
3. Belajar memusatkan pendengaran pada bising jantung tanpa merasa
terganggu oleh bunyi jantung.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Mengenai bunyi jantung
a. Apakah BJ 1 lebih keras daripada BJ 2? Apakah BJ 2 melemah dan hamper
tidak terdengar?
b. Apakah BJ 1 dan BJ 2 masing-masing merupakan satu suara atau terpisah?
Bagaimana komponen-komponen BJ 1 dan BJ 2 itu?
c. Apakah selama fase sistolik dan diastolic terdapat bunyi jantung
tambahan. Bagaimana kualitas BJ jambahan tersebut.
2. Mengenai bising jantung
a. Di daerah mana bising itu terdengar paling jelas dan paling keras (puctum
maximum)
b. Penjalareannya kea rah mana, sampai daerah mana bising menjalar?
c. Hubungan bising dengan BJ 1 dan BJ 2? Apakah terdengar pada fase
sistolik ataukah fase diastolic. Perlu juga ditentukan apakah terdengar
pada awal, pertengahan atau akhir fase-fase tersebut.
d. Bagaimana kekuatan intensitas bising tersebut. Umumnya bising
digolongkan dalam 6 derajat :
1/6 : bising lemah sekali
2/6 : bising lemah
3/6 : bising agak keras
4/6 : bising cukup keras (thrill)
5/6 : bising keras
6/6 : bising sangat keras (stetoskop belum menempel di dada bising sudah
terdengar)
e. Tentukan kualitas bising. Apakah bising itu tinggi/rendah bunyinya?
(high/low pitch). Apakah kasar atau halus? Apakah seperti tiupan angina
atau bergemuruh (blowing/rumbing)

4. Pemeriksaan pembuluh darah perifer.s

Anda mungkin juga menyukai