Anda di halaman 1dari 15

Topik : Hemiparese Sinistra

Tanggal (Kasus): 20 April 2016 Presentan : dr. Novia Mahmudah


Penanggungjawab : 1. dr. Intan, Sp.S

Obyektif Presentasi
Keilmuan Keterampilan Penyelenggaraan Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Tujuan : Cara menegakkan diagnosis dan pengobatan awal yang tepat bagi pasien hemiparese
sinistra
Bahan bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara bahasan Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
Data Pasien: Nama : Tn. RJ, Lk, 65 tahun No.Reg : 081484
Nama : RSUD Cut Meutia Telp : - Terdaftar Sejak 19 April 2017
Data Utama Untuk Bahan Diskusi
1 Diagnosis/ Gambaran Klinis: Hemiparese Sinistra / Kelemahan anggota gerak kiri (lengan
dan tungkai kiri), pasien sadar
2 Riwayat Pengobatan : obat Antihipertensi (Amlodipine)
3 Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien sudah mengalami hipertensi sejak 3 tahun yang lalu
4 Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang merasakan keluhan yang sama
5 Riwayat Kebiasaan Sosial : Disangkal.
6 Pemeriksaan Fisik
I Status Present
A Kondisi Umum : Lemah, sakit berat
B Status Vital : Kesadaran : Compos mentis, GCS E4M6Vx (Afasia Motorik)
TD : 150/90 mmHg
HR : 102 x/menit, regular
Pernapasan : 20 x/menit, kualitas cukup
Suhu : 37,8 0C, suhu aksila
II Status General
Kepala : Deformitas (-)
Mata : Conjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Sekret (-), perdarahan (-), tanda peradangan (-)
Hidung : Sekret (-), perdarahan (-)
Mulut :
Bibir : Sianosis (-)
Lidah : Beslag (-)
Leher : Kelenjar tiroid tidak teraba, KGB tidak teraba
Toraks
Paru Anterior :
Inspeksi : Simetris, retraksi interkostal (-)
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris, stem fremitus (N)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Paru Posterior
Inspeksi : Simetris, retraksi interkostal (-)
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris, stem fremitus (N)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V Linea Midclavicula Sinistra
Perkusi : Batas batas jantung
Atas : ICS II
Kanan : Linea Parasternal Dextra
Kiri : Linea Midclavicula Sinistra
Auskultasi : M1 > M2, A2>A1, P2> P1, A2>P2
HR = 102 x/menit, regular, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), Hepar/ Lien/ Renal tidak teraba,
ballottement (-), nyeri CVA (-)
Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas superior : Pucat (-/-) edema (-/-)
Ekstremitas inferior : Pucat (-/-) edema (-/-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

STATUS NEUROLOGIS
GCS : E4 M6 Vx
Pupil : Isokor, bulat, ukuran 3 mm/3 mm
Reflek Cahaya : Langsung (+/+), tidak langsung (+/+)
Tanda Rangsang Meningeal (TRM) : negatif
Tanda Peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) : negatif

Nervus Kranialis
Kelompok Optik Kanan Kiri
Nervus II (visual)
- Visus sulit dinilai sulit dinilai
- Lapangan pandang sulit dinilai sulit dinilai
- Melihat warna sulit dinilai sulit dinilai
Nervus III (otonom)
Ukuran 3 mm
3 mm
Bentuk Pupil bulat bulat
Reflek cahaya positif positif
Nistagmus - -
Strabismus - -
Nervus III, IV, VI (gerakan okuler)
Lateral + +
Atas + +
Bawah + +
Medial + +
Diplopia - -
Kelompok Motorik
Nervus V (fungsi motorik)
Membuka Mulut : dalam batas normal
Menggigit dan mengunyah : tidak mengalami gangguan
Nervus VII (fungsi motorik)
Mengerutkan dahi : simetris waktu mengerutkan dahi
Menutup Mata : dalam batas normal
Menggembungkan pipi : mengalami gangguan
Memperlihatkan gigi : dalam batas normal
Sudut bibir : tertarik ke kanan
Nervus IX (fungsi motorik)
Bicara : melambat/pelo
Reflek menelan : tidak mengalami gangguan
Nervus XI (fungsi motorik)
- Mengangkat bahu : dalam batas normal
- Memutar kepala : dalam batas normal
Nervus XII (fungsi motorik)
Artikulasi lingualis : mengalami gangguan
Menjulurkan lidah : deviasi lidah ke kiri

Kelompok Sensoris
Nervus I (fungsi penciuman) : kesan normal
Nervus V (fungsi sensasi wajah) : kesan normal
Nervus VII (fungsi pengecapan) : kesan normal
Nervus VIII (fungsi pendengaran) : kesan normal

Badan
Motorik
Gerakan Respirasi : Abdominotorakal
Gerakan Columna Vertebralis : Simetris
Bentuk Columna Vertebralis : Kesan simetris
Sensibilitas
Rasa Suhu : dalam batas normal
Rasa nyeri : dalam batas normal
Rasa Raba : dalam batas normal

Anggota Gerak Atas


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan aktif hipoaktif
Kekuatan 5555 2222
Tonus normotonus normotonus

Reflek Kanan Kiri


Bisceps normal meningkat
Trisceps normal meningkat
Hofman-Tromner negatif positif

Anggota Gerak Bawah


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan aktif hipoaktif
Kekuatan 5555 2222
Tonus normotonus normotonus

Reflek Kanan Kiri


Patella normal meningkat
Achilles normal meningkat
Babinski negatif negatif
Chaddok negatif negatif
Gordon negatif negatif
Oppenheim negatif negatif

Klonus Kanan Kiri


Paha negatif negatif
Kaki negatif negatif

Tanda Laseque negatif negatif


Tanda Kernig negatif negatif

Sensibilitas
Rasa Suhu : dalam batas normal
Rasa nyeri : dalam batas normal
Rasa Raba : dalam batas normal

Gerakan Abnormal : negatif

Fungsi Vegetatif
- Miksi : inkontinensia urin (-)
- Defekasi : inkontinensia alvi (-)
- Sekresi keringat : Baik
Fungsi Luhur

- Reaksi Emosi : Stabil


- Proses Berfikir : Baik
- Fungsi Bahasa : Terganggu, Disartria (+)
- Tanda Dementia : Negatif

Gajah Mada Score

- Penurunan kesadaran : -
- Nyeri Kepala :-
- Reflek Babinsky :-
- Kesan : Stroke Iskemik

I Diagnosa
- Diagnosa Klinis : Hemiparese Ekstremitas Sinistra dan parese N VII Sinistra
- Diagnosa Etiologi : DD: - Trombosis Serebri
- Emboli Serebri
- Diagnosa Topis : Subkorteks Serebri Hemisfer Dextra
- Diagnosa Patologi :

III Diagnosis Banding


1
2
3

IV Diagnosis Sementara
Hemiparese Sinistra e.c Stroke Iskemik + Hipertensi grade I

V Rencana Pemeriksaan Penunjang


1 Laboratorium : Darah Rutin, KGDS, Serum Elektrolit
2 Radiologi : CT Scan Kepala
3 Elektrokardiografi (EKG)

VII. Penatalaksanaan
1 O2 2 liter/menit via kanul nasal
2 IVFD Asering 20 gtt/i
3 Inj. Citicolin 500 mg/12 j
4 Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
5 Amlodipin 1x5 mg
6 Mecobalamin 1x1 tab
Daftar Pustaka
1. Mansjoer, Arief et al. 2000. Strok dalam Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius
FKUI, Jakarta. Hal 17-20
2. Sidharta P, Mardjono M. 2004. Mekanisme gangguan vaskular susunan saraf dalam
Neurologi klinis dasar. Dian Rakyat. Surabaya. Hal 269-293
3. Gubitz G, Sandercock P. Extracts from clinical evidence.Acute ischemic stroke. BMJ 2000;
320: 692-6
4. Pines A, Bornstein NM, Shapira I. Menopause and sichaemic stroke: basic, clinical and
epidemiological consederations. The role of hormone replacement. Human reproduction
update 2002; 8 (2): 161-8
5. Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. 2005. Gambaran umum tentang gangguan
peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology edisi kedua editor Harsono. Gadjah
Mada university press, Yogyakarta. Hal 81-102
6. 6. Corwin EJ 2000. Stroke dalam buku saku patofisiologi editor Endah P. EGC, Jakarta. Hal
181-182
7. Gubitz G, Sandercock P. Regular review: prevention of ischemic stroke. BMJ 2000;
321:1455-9
8. Gonzales RG. Imaging-guided acute ischemic stroke theraphy: from time is brain to
physiology is brain. AJNR Am J Neuroradiol 2006; 27: 728-35
9. Heiss WD, Thiel A, Grond M, Graf R. Which targets are relevant for therapy of acute
ischemic stroke. Stroke 1999; 30: 1486-9
10. Barnett HJM, Eliasziw M, Meldrum HE. Evidence based cardiology: prevention of
ischaemic stroke. BMJ 1999; 318: 1539-43

Hasil Pembelajaran
1 Stroke iskemik
2 Kasus pasien dengan Stroke iskemik
3 Menegakkan diagnosis Stroke iskemik
4 Tatalaksana kasus Stroke iskemik

RANGKUMAN

1 Subjektif (Keluhan Pasien)


Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien dibawa keluarganya dengan

keluhan kelemahan anggota gerak (lengan dan tungkai) kiri sejak 5 jam sebelum

masuk RS. Pasien mengatakan kelemahan dirasakan muncul secara tiba-tiba setelah

bangun tidur. Awalnya pasien merasakan lengan dan tungkai kanan terasa berat saat

digerakkan, namun pasien masih bisa berjalan dengan bantuan dan berpegang pada

dinding. Kemudian lama-kelamaan lengan dan tungkai kanan terasa semakin lemah.

Pasien sulit untuk memegang benda dan berjalan dengan menyeret kaki. Keluhan pasien

disertai dengan keluhan mulut mencong (tertarik) ke sebelah kanan.

Pasien menyangkal adanya kejang, tidak sadar atau pingsan, nyeri kepala hebat,

muntah dan bicara yang berubah menjadi cedal atau pelo. Pasien memiliki riwayat

penyakit darah tinggi sejak 3 tahun yang lalu, pasien mengatakan tidak rutin kontrol

untuk penyakit tersebut. Riwayat penyakit jantung, kolesterol, maupun trauma disangkal

pasien.

2 Objektif (Pemeriksaan)
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat mendukung diagnosis stroke iskemik.
Pada kasus ini ditegakkan berdasarkan:
Gejala klinis : Kelemahan anggota gerak secara tiba-tiba
Pemeriksaan fisik : Kesadaran Compos mentis, GCS E4M6Vx , Suhu 37,8 0C, suhu
aksila

3 Assessment (Penalaran Klinis)


Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah stroke
iiskemik.
Anamnesis
Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan
tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau
dapat langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan gangguan peredaran
darah otak non traumatik.
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang
berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada umumnya
terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau kematian.1
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit neurologi
akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran. Tidak terdapat tanda atau
gejala yang dapat membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik meskipun gejala seperti
mual muntah, sakit kepala dan perubahan tingkat kesadaran lebih sering terjadi pada stroke
hemoragik. Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke meliputi hemiparese,
monoparese, atau qudriparese, hilangnya penglihatan monokuler atau binokuler, diplopia,
disartria, ataksia, vertigo, afasia, atau penurunan kesadaran tiba-tiba. Meskipun gejala-gejala
tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara bersamaan. Penentuan waktu
terjadinya gejala-gejala tersebut juga penting untuk menentukan perlu tidaknya pemberian
terapi trombolitik. Beberapa faktor dapat mengganggu dalam mencari gejala atau onset stroke
seperti:
Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan hingga
pasien bangun (wake up stroke).
Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk mencari pertolongan.
Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti kejang, infeksi
sistemik, tumor serebral, subdural hematom, ensefalitis, dan hiponatremia.2

Dari anamnesis data yang menunjang adalah defisit neurologis berupa hemiplegi
sinistra, bicara pelo, dan bibir miring ke kanan yang tiba-tiba tanpa didahului trauma, nyeri
kepala hebat, muntah-muntah, dan penurunan kesadaran.
Dari anamnesis juga ditemukan faktor resiko stroke seperti gender (laki-laki) dan
hipertensi yang tidak terkontrol.

A. Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh
emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat
diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang
mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang
berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.2
1 Emboli
Sumber embolisasi dapat terletak di arteria karotis atau vertebralis akan tetapi dapat
juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.3
a Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri
atrium atau ventrikel;
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan pada katup
mitralis;
Fibralisi atrium;
Infark kordis akut;
Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial, jantung miksomatosus
sistemik;
b Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:
Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis.
Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.
Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit caisson).
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right-sided
circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah trombi
valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan), trombi mural (seperti infark
miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma.
Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85% di antaranya terjadi
pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard.2

2 Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk
sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus
posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri
serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri
dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko
pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet. Penyebab lain
terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, displasia fibromuskular dari arteri
serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses
yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke
trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).2

B. Faktor Resiko
Pemeriksaan faktor resiko dengan cermat dapat memudahkan seorang dokter untuk
menemukan penyebab terjadinya stroke. Terdapat beberapa faktor resiko stroke non
hemoragik, yakni: 2,3
1 Usia lanjut (resiko meningkat setiap pertambahan dekade)
2 Hipertensi
3 Merokok
4 Penyakit jantung (penyakit jantung koroner, hipertrofi ventrikel kiri, dan fibrilasi
atrium kiri)
5 Hiperkolesterolemia
6 Riwayat mengalami penyakit serebrovaskuler
Resiko stroke juga meningkat pada kondisi di mana terjadi peningkatan viskositas
darah dan penggunaan kontrasepsi oral pada pasien dengan resiko tinggi mengalami stroke
non hemoragik.2

C. Klasifikasi
Stroke iskemik dapat dijumpai dalam 4 bentuk klinis: 1
1 Serangan Iskemia Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Pada bentuk ini gejalah neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2 Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND).
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam, tapi tidak
lebih dari seminggu.
3 Stroke progresif (Progressive Stroke/Stroke in evolution)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
4 Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Gejala klinis sudah menetap. Kasus completed stroke ini ialah hemiplegi dimana sudah
memperlihatkan sesisi yang sudah tidak ada progresi lagi. Dalam hal ini, kesadaran tidak
terganggu

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang menunjang ke arah diagnosis kerja adalah bukti hipertensi pada
pemeriksaan tanda vital. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko penyebab tersering
serangan stroke iskemik. Namun demikian tidak menutup kemungkinan stroke yang
menyerang pasien merupakan stroke hemoragik, dikarenakan tekanan darah yang begitu
tinggi sampai 200/140 mmHg dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah cerebri.
Pemeriksaan rangsang meningeal dan kaku kuduk yang negatif dapat membantu
menyingkirkan kemungkinan ICH terutama bila ICH sampai mengisi ventrikel. Dari
pemeriksaan nervus kranialis didapatkan kesan lesi pada N.VII sentral sinistra dan N.XII
sinistra. Hal ini membantu memperkirakan letak lesi iskemik. Dari pemeriksaan motorik
didapatkan kekuatan otot penuh pada keempat ekstremitas. Hal ini menunjukkan sudah
terjadinya perbaikan pada kondisi pasien.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik sebelum dilakukannya CT-scan dapat
dilakukan penegakkan diagnosis berdasarkan sistem skoring:
Gadjah Mada skor
Penurunan kesadaran (-) + sakit kepala (-) + refleks babinski (-) stroke iskemik
Siriraj skor
Skor Stroke Siriraj
Rumus :
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x muntah) + (0,1 x
tekanan diastolik) (3 x penanda ateroma) 12
Keterangan :
Derajat 0 = kompos mentis; 1 = somnolen;
kesadaran 2 = sopor/koma

Muntah 0 = tidak ada; 1 = ada


Nyeri kepala 0 = tidak ada; 1 = ada
Ateroma 0 = tidak ada; 1 = salah satu atau lebih (diabetes;
angina; penyakit pembuluh darah)
Hasil :
Skor > 1 Perdarahan supratentorial
Skor < 1 Infark serebri
Skor pasien:
(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 140) - (3 x 1) 12 = -1
infark cerebri

4 Planning (Rencana) : Diagnostik, Terapi dan Edukasi


a Diagnostik
1 Gambaran Klinis
a Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit neurologi
akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran. Tidak terdapat tanda atau
gejala yang dapat membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik meskipun gejala seperti
mual muntah, sakit kepala dan perubahan tingkat kesadaran lebih sering terjadi pada stroke
hemoragik. Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke meliputi hemiparese,
monoparese, atau qudriparese, hilangnya penglihatan monokuler atau binokuler, diplopia,
disartria, ataksia, vertigo, afasia, atau penurunan kesadaran tiba-tiba. Meskipun gejala-gejala
tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara bersamaan. Penentuan waktu
terjadinya gejala-gejala tersebut juga penting untuk menentukan perlu tidaknya pemberian
terapi trombolitik. Beberapa faktor dapat mengganggu dalam mencari gejala atau onset stroke
seperti:
Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan hingga
pasien bangun (wake up stroke).
Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk mencari pertolongan.
Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti kejang, infeksi
sistemik, tumor serebral, subdural hematom, ensefalitis, dan hiponatremia.2
Perbedaan Gambaran klinis Stroke Hemoragik, Trombosis Dan Emboli:

Stroke Hemoragik Infark Trombosis Emboli

Onset Umumnya terjadi saat Saat istirahat, Biasanya Terjadi saat beraktivitas,
beraktivitas diawali gejala gejala muncul dalam
prodormal pusing (TIA waktu beberapa detik
dengan deficit atau menit
neurologis)

Gejala Hemiplegia cepat terjadi Gejala berangsur- Gejala mungkin cepat


angsur progresif dalam terjadi, pasien biasanya
hitungan menit atau sadar
jam

Penemuan Hipertrofi jantung, Penyakit jantung , Aritmia atau infark


hipertensi retinopati aterosklerosis jantung (sumber emboli
Khusus biasanya dari jantung)

Tekanan Darah Hipertensi Berat Sering Hipertensi Normal

Penemuan CT- Peningkatan densitas, Pada fase akut adanya Pada fase akut adanya
scan mungkin darah dalam area avaskuler , edema area avaskuler , edema,
ventrikel kemudian berubah

CSF Mungkin Berdarah Bersih Bersih

Tabel . Perbedaan Gambaran klinis Stroke

Skoring untuk membedakan Jenis stroke:

Skor Siriraj :

( 2,5 x derajat kesadaran ) + ( 2 x vomitus ) + ( 2 x nyeri kepala ) + ( 0,1 x

tekanan diastolik ) ( 3 x petanda ateroma ) 12 =

Hasil : SS > 1 = Stroke Hemoragik

-1 > SS > 1 = perlu pemeriksaan penunjang ( Ct- Scan )

SS < -1 = Stroke Non Hemoragik

Keterangan :

- Derajat kesadaran : sadar penuh (0), somnolen (1), koma (2)

- Nyeri kepala : tidak ada (0), ada (1)

- Vomitus : tidak ada (0), ada(1)

- Ateroma : tidak ada penyakit jantung, DM (0), ada (1)

Gejala-gejala neurologi yang timbul biasanya bergantung pada arteri yang tersumbat:6
Sirkulasi terganggu Sensomotorik Gejala klinis lain
Sindrom Sirkulasi Anterior
A.Serebri media (total) Hemiplegia kontralateral Afasia global (hemisfer dominan),
(lengan lebih berat dari Hemi-neglect (hemisfer non-
tungkai) hemihipestesia dominan), agnosia, defisit
kontralateral. visuospasial, apraksia, disfagia
A.Serebri media (bagian Hemiplegia kontralateral Afasia motorik (hemisfer
atas) (lengan lebih berat dari dominan), Hemi-negelect
tungkai) hemihipestesia (hemisfer non-dominan),
kontralateral. hemianopsia, disfagia
A.Serebri media (bagian Tidak ada gangguan Afasia sensorik (hemisfer
bawah) dominan), afasia afektif (hemisfer
non-dominan), kontruksional
apraksia
A.Serebri media dalam Hemiparese kontralateral, Afasia sensoris transkortikal
tidak ada gangguan sensoris (hemisfer dominan), visual dan
atau ringan sekali sensoris neglect sementara
(hemisfer non-dominan)
A.Serebri anterior Hemiplegia kontralateral Afasia transkortikal (hemisfer
(tungkai lebih berat dari dominan), apraksia (hemisfer non-
lengan) hemiestesia dominan), perubahan perilaku dan
kontralateral (umumnya personalitas, inkontinensia urin dan
ringan) alvi
Sindrom Sirkulasi Posterior
A.Basilaris (total) Kuadriplegia, sensoris Gangguan kesadaran samapi ke
umumnya normal sindrom lock-in, gangguan saraf
cranial yang menyebabkan
diplopia, disartria, disfagia,
disfonia, gangguan emosi
A.Serebri posterior Hemiplegia sementara, Gangguan lapang pandang bagian
berganti dengan pola gerak sentral, prosopagnosia, aleksia
chorea pada tangan,
hipestesia atau anestesia
terutama pada tangan
Pembuluh Darah Kecil
Lacunar infark Gangguan motorik murni,
gangguan sensorik murni,
hemiparesis ataksik, sindrom
clumsy hand

b Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendeteksi penyebab stroke ekstrakranial,
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang menyerupai stroke, dan menentukan beratnya
defisit neurologi yang dialami. Pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaaan kepala dan
leher untuk mencari tanda trauma, infeksi, dan iritasi menings. Pemeriksaan juga dilakukan
untuk mencari faktor resiko stroke seperti obesitas, hipertensi, kelainan jantung, dan lain-
lain.2
c Pemeriksaan Neurologi
Tujuan pemeriksaan neurologi adalah untuk mengidentifikasi gejala stroke,
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang memiliki gejala seperti stroke, dan
menyediakan informasi neurologi untuk mengetahui keberhasilan terapi. Komponen penting
dalam pemeriksaan neurologi mencakup pemeriksaan status mental dan tingkat kesadaran,
pemeriksaan nervus kranial, fungsi motorik dan sensorik, fungsi serebral, gait, dan refleks
tendon profunda. Tengkorak dan tulang belakang pun harus diperiksa dan tanda-tanda
meningimus pun harus dicari. Adanya kelemahan otot wajah pada stroke harus dibedakan
dengan Bells palsy di mana pada Bells palsy biasanya ditemukan pasien yang tidak mampu
mengangkat alis atau mengerutkan dahinya.2,5

b Terapi

c Edukasi
d Konsultasi
Terapi awal dapat dilakukan di instalasi gawat darurat, untuk terapi yang adekuat dapat
dilakukan konsultasi dengan dokter spesialis anak.

Anda mungkin juga menyukai