HASIL PENELITIAN
ZULFIKAR TAHIR
Tesis
ZULFIKAR TAHIR
Kepada
TESIS
ZULFIKAR TAHIR
Menyetujui
Komisi Penasihat,
Dr. dr. Muh. Ramli Ahmad, Sp.An-KMN-KAP Dr. dr. Syafri K. Arif, Sp.An-KIC-KAKV
Ketua Anggota
No.Stambuk : P1507211055
FK UNHAS
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya
Yang menyatakan
Zulfikar Tahir
vi
PRAKATA
Penulisan karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam rangka
Hasanuddin Makassar.
Karya tulis ilmiah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan
dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan
terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membimbing,
2. Dr. dr. Syafri K. Arif, Sp.An-KIC-KAKV sebagai Kepala Program Studi Ilmu
6. Kepala Bagian dan Ketua Program Studi Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Universitas Hasanuddin.
10. Semua sejawat residen PPDS Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif FK
UNHAS yang selama ini memberi dukungan dan bantuan yang ikhlas
11. Kepada Bapak dan Ibu penulis, Ir. H. Tahir Ali dan Hj. Betty Zubaidah
serta kakak-kakak dan adik, penulis haturkan segala hormat dan terima
kasih atas segala kasih sayang, dukungan, dan doa-doanya yang tulus
motivasi untuk rekan sejawat meneliti dan menyempurnakan tema ini lebih
lanjut. Penulis juga menyadari karya ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mohon maaf bila terdapat banyak kekeliruan dan segala yang tidak
berkenan pada karya ini, dan mengharapkan saran serta kritikan yang
pihak yang telah mendidik dan membantu penulis selama pendidikan hingga
Zulfikar Tahir
ix
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
PRAKATA iv
ABSTRAK . vii
ABSTRACT .. viii
DAFTAR ISI .. ix
DAFTAR TABEL .. xv
DAFTAR LAMPIRAN .. xx
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian . 5
D. Hipotesa . 5
xii
A. Nyeri Pascabedah .. 7
G. Analgesia Multimodal .. 27
H. Parecoxib .. 30
A. Desain Penelitian .. 37
C. Populasi Penelitian . 37
I. Alur Penelitian . 42
M. Jadwal Penelitian . 50
N. Rencana Anggaran .. 52
B. Kadar IL-6 .. 54
C. Kadar IL-10 57
E. Intensitas Nyeri 62
F. Kebutuhan Analgetik .. 64
A. Kadar IL-6 . 67
D. Intensitas Nyeri 75
DAFTAR PUSTAKA .. 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN . 84
xv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
kedua kelompok . 62
kelompok . 64
kelompok . 65
kelompok 66
xvii
DAFTAR TABEL
kedua kelompok .. 55
masing-masing kelompok .. 58
masing-masing kelompok . 61
kedua kelompok . 61
kelompok . 63
kelompok . 64
kelompok . 66
xix
DAFTAR SINGKATAN
AA Asam arachidonat
CO Carbon monoksida
COX Cyclooxygenase
ENK Enkaphalin
H+ Hidrogen
IFN Interferon
IL Interleukin
IV Intravena
K+ Kalium
LPS Lipopolisakarida
Na+ Natrium
NE Norepinefrin
NO Nitrit Oxida
NS Nociceptive-specifiic
p Probability
pg Pikogram
PG Prostaglandin
PLA2 Phospholipase A2
SD Standar Deviasi
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
oleh transmisi nyeri aferen, dan menumpulkan respon refleks otonom dan
Penelitian yang dilakukan oleh Beilin dkk (2003) pada pasien yang
kembali seperti nilai prabedah setelah 72 jam pada kelompok PCEA, tapi
tetap tertekan pada kelompok PCA. Produksi IL-1 dan IL-6 meningkat
dalam IOR dan kelompok PCA, sementara kelompok PCEA hampir tidak
pembedahan.
kadar IL-1, IL-6, TNF-, IL-10 serta kortisol dan katekolamin sebagai
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa nyeri pascabedah pada saat
4
B. Rumusan Masalah
nyeri ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
1.1. Menilai kadar IL-6, IL-10, dan ratio kadar antara IL-6 dengan
2. Tujuan khusus
D. Hipotesa
1. Kadar IL-6, IL-10, dan ratio kadar antara IL-6 dengan IL-10 lebih
bupivakain 0,125%.
E. Manfaat Penelitian
pascabedah.
pembedahan lainnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyeri Pascabedah
Istilah nosisepsi yang berasal dari kata noci (bahasa Latin untuk
menghasilkan nyeri, akan tetapi tidak semua nyeri berasal dari nosisepsi.
klinis nyeri dibagi 2 kategori: (1) nyeri akut yang secara primer disebabkan
oleh karena nosisepsi, dan (2) nyeri kronik yang ungkin disebabkan oleh
2009).
Karakteristik A- A- C
Diameter Besar Kecil Sangat kecil
Derajat mielin Bermielin Sedikit bermielin Tidak bermielin
Velositas konduksi Sangat cepat Cepat Lambat
30-50 m/detik 5-25 m/detik <2 m/detik
Ambang Rendah Tinggi Tinggi
Diaktifkan oleh Sentuhan halus Stimulasi noxious Stimulasi noxious
dan getaran singkat; juga yang kuat dan
stimulus noxious lama
yang kuat dan
lama
Lokasi Kulit, sendi Kulit dan jaringan Kulit dan jaringan
superfisial; superfisial;
struktur somatik struktur somatik
dan viseral dan viseral
Dikutip dari: Vadivelu N, Whitney CJ, Sinatra RS. Pain pathway and acute
pain processing. In: Sinatra RS, Leon-casasola O, Ginsberg B, Viscusi ER,
editors. Acute pain management. New York: Cambridge University Press.
2009.
dkk., 2006).
11
nyeri. Neuron WDR ini dihambat oleh sel inhibisi lokal di substansia
2009).
pada sinaps pertama antara aferen noxius primer dan sel-sel WDR
2009).
8-30 kDa. Sitokin diproduksi oleh beberapa sel pada daerah inflamasi atau
Sitokin antiinflamasi termasuk IL-2, IL-10, IL-13, dan TGF (Oliveira dkk.,
2011).
Gambar 1. Jalur nyeri (Dikutip dari: Morgan EM, Mikhail MS, Murray MJ.
Pain management. In: Morgan GE, editor. Clinical anesthesiology. 4th ed.
New York: McGraw-Hill. 2006).
berperan dalam proses inflamasi dan imun, termasuk IL-1, IL-6, IL-8,
oleh TNF- dan IL-1 sehingga menyebabkan demam dan aktifasi aksis
dan sub unit gp 130. Interleukin-6 merupakan salah satu sitokin yang
muncul dini dan merupakan mediator induksi dan kontrol pada sintesis
protein fase akut yang dilepaskan oleh hepatosit selama stimuli nyeri
seperti trauma, infeksi, operasi, dan luka bakar. Setelah terjadi trauma,
sitotoksik limfosit T dan natural killer cells. Selain itu juga mengaktifasi
yang menuju hiperalgesia, hal ini tergantung dari aktifasi mikroglia dan
IL-6
COX-2
Gambar 2. Hipotesis regulasi jalur IL-6 (Dikutip dari: Hamza M, Dionne RA.
Mechanisms of non-opioid analgesics beyond cyclooxygenase enzyme inhibition.
2009. Curr Mol Pharm; 2: 1-14).
19
menurunkan aksi atau produksi dari satu atau lebih sitokin proinflamasi
protein-protein yang diproduksi oleh saraf, neuron, sel glia, sel endotel, sel
dari banyak sel dalam sistem imun tubuh. Interleukin-10 adalah sitokin
dari dua ligan yang terikat pada subunit IL-10R- atau IL-10R1 dan dua
reseptor terkait, janus kinase (JAK)-1 dan tirosin kinase (TYK)-2, yang
tirosin spesifik (Y446 dan Y496) pada domain intraseluler dari rantai
20
dalam murine makrofag primer dan J774 cell line. Induksi HO1 terjadi
(LPS). Induksi HO1 juga penting untuk efek penekanan dari IL-10 pada
ratio IL-6 dengan IL-10 dengan tingkat keparahan cedera, sehingga bisa
dan akan meningkat dalam hitungan menit bila ada stimulus inflamasi
jaringan dan organ. Diproduksi oleh hampir semua inti sel. Termasuk
autokrin dan parakrin yang berfungsi pada trombosit, endotelium dan sel
berasal dari lipid yang berespon terhadap berbagai stimulus. Golongan ini
Gambar 5. Tempat kerja OAINS (Dikutip dari: Fitzerald GA, Patrono C. Coxib,
selective inhibitors of ciclooxygenase-2. N Eng J Med. p. 553).
metabolisme ke PGD2, PGE2, PGF2, PGI2 dan TXA2 oleh sel yang
COX-2 pada kondisi istirahat atau normal tidak dapat terdeteksi, dan
oleh NF-K, suatu jalur transmisi yang berespon pada stimuli pelepasan
juga dapat di deteksi di pankreas, ginjal, dan otak. Hal ini seperti yang
penyebaran COX-2 pada SSP melalui aktifasi NF-B oleh IL-1, TNF-,
menit setelah stimulasi, dan fase muncul beberapa jam setelah terpapar
trauma tergantung dari sintesis COX-2 dan PGES (Samad dkk., 2002).
sinyal induksi terhadap PLA2 sintesis dan COX-2. Pada spinal cord terjadi
pelepasan PGE2 cepat (dalam beberapa menit) oleh COX-1 dan lambat
(dalam beberapa jam) oleh COX-2. Namun sebenarnya teori yang terjadi
apakah pra dan intra atau pascabedah (gambar 6) (Samad dkk., 2002).
barrier (BBB) yang sangat baik sehingga sangat efektif digunakan untuk
G. Analgesia multimodal
dari kelas analgetik yang berbeda dan mekanisme yang berbeda. Hal ini
samping yang tidak diharapkan dari obat tertentu yang digunakan intra
inap rumah sakit, serta mengurangi biaya kesehatan. Saat ini American
2009).
Gambar 6. Skema kerja prostanoid secara perifer dan sentral (Dikutip dari
Samad TA, Sapirstein AA, Woolf CJ. Prostanoid and pain : unraveling
mechanism and revealing therapetic targets. Trens Mol Med. 2002. p. 392).
28
2009).
mediator kimia seperti PGE2 dan bradikinin akan dilepaskan pada tempat
trauma dan suhu yang tinggi. Nosiseptor dari serabut nyeri ini akan
masuk ke spinal cord melalui dorsal root ganglion. Reseptor nyeri yang
lebih baik pada kelompok rofecoxib 25 mg. Pada kelompok plasebo kadar
IL-6 dan IL-8 meningkat sepanjang waktu, kadar TNF- tidak mengalami
kadar IL-6 dan IL-8 meningkat lebih kurang dibanding kelompok plasebo,
kontrol. Hal ini membuktikan bahwa epidural tidak dapat menekan respon
humoral.
H. Parecoxib
Parecoxib adalah jenis obat dalam sediaan injeksi yang larut air.
dikenal sebagai enzim yang bekerja pada proses fisiologis (Padi dkk.,
2004).
waktu 7-13 menit, namun secara klinis efek analgesia terlihat dalam waktu
paruh yang lebih lama yaitu hingga 8 jam, akan diperpanjang bila ada
Efek samping dari parecoxib ini yang paling sering adalah mual.
dapat terjadi berupa gagal ginjal akut, gagal jantung, hepatitis, alergi
rescue pada jam ke 12 dan hanya 20% yang tidak nyeri pada 24 jam
amida poten dengan masa kerja yang panjang. Obat ini memiliki indeks
spinal, blok infiltrasi dan saraf perifer adalah 3 mg/kgBB (Stoelting dkk.,
2006).
natiurm (Na+) yang melalui saluran ion-selektif Na+ pada membran saraf.
Saluran Na+ itu sendiri merupakan reseptor spesifik bagi molekul anestetik
pada blokade saluran ion Na+ yang merupakan mekanisme efek anestesi
dari obat ini. Secara detail mekanisme kerja efek antiinflamasi anestetik
34
2006).
dan kecepatan konduksi dari serabut saraf. Secara klinis, urutan hilangnya
fungsi nervus adalah sebagai berikut : (1) nyeri, (2) suhu, (3) raba, (4)
1-2 cc/segmen untuk blok total. Merupakan suatu agen terpilih untuk
dkk., 2006).
36
BAB III
KERANGKA TEORI
` TRAUMA PEMBEDAHAN
PROSES NOSISEPSI
JALUR NEURAL RESPON HUMORAL
RESPON INFLAMASI
TRANSDUKSI TNF-, IL-1, IL-6, IL-10
(SENSITISASI PERIFER)
+ +
Pelepasan AA, K ,H ,NOF, dan Bradikinin
COX-2
COX-2
INHIBITOR IL-6 IL-10
PGE2
ANALGESIA TRANSMISI
EPIDURAL SERABUT SARAF AFFEREN & EFFEREN
A-,C, DAN A- O.
MODULASI
(SENSITISASI SENTRAL)
Aktivasi AMDA, AMPA,
Influks Ca+,Upregulasi NO2,PGE
Remodelling neural dan Glia
COX-2
MO
PGE2
PERSEPSI
KORTEKS SEREBRI
NYERI
37
BAB IV
KERANGKA KONSEP
VARIABEL ANTARA
TRAUMA PEMBEDAHAN
PERSEPSI
Variabel Bebas
VARIABEL KENDALI
Variabel Antara
ASA PS LAMA OPERASI
Variabel Kendali IMT UMUR
TINGGI BADAN KONSUMSI ANESTETIK
Variabel Tergantung LOKAL
38
BAB V
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
ganda.
Agustus-Oktober 2013.
C. Populasi Penelitian
memenuhi kriteria inklusi, eksklusi dan setuju ikut serta dalam penelitian
ini.
1. Kriteria inklusi
1-2.
c. Perempuan.
2. Kriteria eksklusi
ginjal.
operasi.
a. Komplikasi pembedahan.
uji klinis pada data numerik (misalnya kadar) dengan uji hipotesis terhadap
2
n1 = n2= 2 (z+z)s
(xa-xo)
n1 = n2= 2 (1,96+0,842)0,5 2
(0,4)
H. Metode Kerja
1. Alokasi subyek
secara kontinyu.
2. Cara penelitian
prabedah.
insersi intravaskular.
I. Alur Penelitian
35 menit prabedah
Prosedur anestesi
1. Initial dose : anestetik lokal bupivakain 0,5% sebanyak 1-2
cc/dermatom
2. Sedasi : midazolam 0,1 mg/kgBB titrasi target Ramsay 3-4
Pembedahan dimulai
Pembedahan selesai
1. Identifikasi Variabel
c. ASA PS.
d. Umur.
e. Tinggi badan.
g. Lama operasi.
j. Bila terdapat keluhan nyeri dengan nilai NRS lebih dari 4, maka
2. Klasifikasi Variabel
a) Variabel nominal
45
0,125%.
b) Variabel ordinal
a) Variabel ratio
1) Variabel bebas
2) Variabel tergantung
IL-10, NRS.
3) Variabel kendali
4) Variabel antara
persepsi.
1. Definisi Operational
secara kontinyu.
secara kontinyu.
1.4. NRS
1.7.Tinggi badan
satuan cm.
1.8. Umur
24 jam pascabedah.
1.13. IMT
2 Kriteria Objektif
2.3. ASA PS 30 :
mengancam nyawa.
6) Donor organ.
2.4. IMT 30 :
lebih tinggi dari prabedah, tetap bila sama dengan nilai IL-6
prabedah, dan menurun bila nilai IL-6 lebih rendah dari pra
bedah.
dan menurun bila nilai IL-10 lebih rendah dari pra bedah.
IL-6 dengan IL-10 lebih tinggi dari prabedah, tetap bila sama
dan menurun bila nilai ratio kadar antara IL-6 dengan IL-10
- 0 = tidak nyeri
- 7 - 10 = nyeri berat.
51
yang keras.
yang keras.
narasi, tabel atau grafik. Analisa statistik yang digunakan piranti lunak
statistik yaitu sebagai berikut: (1) Kadar IL-6, IL-10, dan ratio kadar antara
IL-6 dengan IL-10 dengan uji Mann-Whitney U dan Wilcoxon Signed Rank
52
Test. (2) Velocity menggunakan Levane test (3) Nilai NRS dengan uji
Mann-Whitney U.
M. Jadwal Penelitian
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
c. Pelaporan : 1 minggu.
3. Perencanaan waktu
Oktober 2013.
4. Personalia Penelitian
Sp.An-KIC-KAKV.
N. Rencana Anggaran
Penyajian
BAB VI
HASIL PENELITIAN
secara acak agar variasi individu terbagi secara merata pada kedua
kontrol.
homogen.
55
Tabel 3. Perbandingan sebaran umur, IMT, durasi pembedahan dan anestetik lokal
pada kedua kelompok
Kelompok Parecoxib
Kelompok Kontrol (n=25)
Variabel (n=25) p
Min Maks RerataSD Min Maks RerataSD
Umur 35 54 44,165,10 36 55 44,765,61 0,733
IMT 20 23 21,720,89 20 23 21,360,91 0,186
Durasi
60 130 101,6015,46 40 150 106,6018,41 0,251
pembedahan
Anestetik
220 265,5 248,518,03 220 272,5 246,5317,02 0,818
local
Uji Mann-Whitney U test. Data disajikan dalam bentuk rerataSD. Tidak ada
perbedaan yang bermakna
Kelompok Kelompok
Parecoxib Kontrol
Variabel (n = 25) (n = 25) p
n % n %
Tumor ovarium 8 32 11 44
Diagnosa 0,561
Tumor uterus 17 68 14 56
Histerektomi 20 80 21 82
Salfingooferektomi 2 8 1 4
Uji ChiSquare test. Data disajikan dalam bentuk persentase. Tidak ada perbedaan yang
bermakna.
B. Kadar IL-6
inflamasi, dilakukan pengukuran kadar IL-6 secara serial, yaitu pada saat
7,25 pg/mL, untuk 2 jam pascbedah adalah 14,785,89 pg/mL dan 24 jam
Pada tabel 4 terlihat bahwa tidak ada perbedaan kadar IL-6 yang
20
18
16
Kadar IL-6 (pg) 14
12
10 Kelompok parecoxib
8
6 Kelompok kontrol
4
2
0
Awal 2 jam 24 jam
pascabedah pascabedah
Grafik 1. Perbandingan kadar IL-6 pada kedua kelompok. Data disajikan dalam
bentuk rerataSD.
rerata kadar IL-6 antara waktu pengukuran 2 Jam dengan waktu awal dari
7,78 pg/mL dengan simpang baku 7,25 pg/mL menjadi 14,78 pg/mL
dengan simpang baku 5,89 pada 2 jam pascabedah (p<0,05). Kadar IL-6
4 jam meningkat 90% dari nilai awal. Terdapat perbedaan signifikan rerata
kadar IL-6 antara waktu pengukuran 24 jam dengan waktu awal (p<0,05).
Kadar IL-6 24 jam meningkat dari rerata 7,78 pg/mL menjadi 16,53 pg/mL
(peningkatan 112,5%).
C. Kadar IL-10
dilihat pada tabel 7. Perbedaan kadar IL-10 serum pada kedua kelompok
kelompok.
dengan rerata 32,57 pg/mL dengan nilai simpang baku 5,44 pg/mL;
rerata 32,58 pg/mL dengan nilai simpang baku 9,16 pg/mL. Pada
59
kedua kelompok adalah sama dan setelah 2 jam, rerata IL-10 mengalami
dengan rerata kadar IL-10 antara waktu pengukuran 2 Jam dengan waktu
awal dari 32,57 pg/mL dengan simpang baku 7,25 pg/mL menjadi 40,23
60
50
Kadar IL-10 (pg)
40
30 Kelompok parecoxib
20 Kelompok kontrol
10
0
Awal 2 jam 24 jam
pascabedah pascabedah
Grafik 2. Perbandingan kadar IL-10 pada kedua kelompok. Data disajikan dalam
bentuk rerataSD.
awal (p<0,05). Kadar IL-10 2 jam meningkat dari 32,58 pg/mL dengan
simpang baku 5,44 pg/mL menjadi 42,62 pg/mL dengan simpang baku
kelompok
rerata antara 0,16-0,40 pg/mL. Pada saat prabedah rerata ratio kadar
hampir sama pada kedua kelompok. Setelah 2 jam, rerata pada kedua
62
(p>0,05).
Rerata ratio kadar antara IL-6 dengan IL-10 sama pada kedua kelompok
pascabedah, rerata ratio kadar antara IL-6 dengan IL-10 pada kedua
0.7
0.6
0.5
Ratio IL-6 : IL-10
0.1
0
Awal 2 jam 24 jam
pasacabedah pascabedah
Grafik 3. Perbandingan ratio kadar antara IL-6 dengan IL-10 pada kedua
kelompok. Data disajikan dalam rerataSD.
63
E. Intensitas Nyeri
sampel.
Tabel 10. Perbandingan sebaran NRSi dan NRSb pada kedua kelompok
Uji Mann-Whitney U test. Data disajikan dalam bentuk rerata. Tidak ada perbedaan yang
bermakna.
64
ns
ns ns ns
3
2.5
2
NRS
1.5 ns ns
1 Kelompok parecoxib
0.5 Kelompok kontrol
0
NRSi NRSb NRSi NRSb NRSi NRSb
jam jam jam jam jam jam
ke-2 ke-2 ke-12 ke-12 ke-24 ke-24
Waktu pengukuran
Grafik 4. Perbandingan rerata NRSi dan NRSb pada kedua kelompok. Data
disajikan dalam bentuk rerata. ns : non significant.
F. Kebutuhan Analgetik
Mendapat 2 8 7 18
0,138
Tidak mendapat 23 92 18 72
Uji ChiSquare test. Data disajikan dalam bentuk persentase. Tidak ada perbedaan
yang bermakna.
65
ns
100 ns
Persentase 80
60
Mendapat rescue
40 Tidak mendapat rescue
20
0
Kelompok Kelompok
Parecoxib Kontrol
baku 8,06 mg. Dimana dengan uji statistik kedua kelompok tidak
Bupivakain (mg)
Parecoxib Kontrol
Variabel p
(n=25) (n=25)
Min Maks RerataSD Min Maks RerataSD
Bupivakain
108 145,5 12812,01 107,5 145,5 132,298,06 0,252
pascabedah
Uji Mann-Whitney U test. Data disajikan dalam bentuk rerataSD. Tidak ada perbedaan
yang bermakna.
bermakna (p>0,05).
ns
133
132
131
Total (mg)
130
129
128
127
126
125
Kelompok Parecoxib Kelompok Kontrol
BAB VII
PEMBAHASAN
terhadap ratio kadar antara IL-6 dengan IL-10 dan intensitas nyeri
A. Kadar IL-6
mediator yang menduduki porsi terbanyak dalam respon fase protein akut
secara normal rendah dan bisa saja tidak dapat dideteksi (Hudspith dkk.,
2003).
menit dan puncaknya antara 4-6 jam, mulai menurun antara 24-48 jam
darah untuk melihat kadar IL-6 pada sebelum pembedahan sebagai data
semakin meningkat pada 24 jam pascabedah. Hal ini sejalan yang dengan
hasil penelitian Esme dkk mendapatkan kadar puncak IL-6 pada 24 jam
pascabedah9.
kadar IL-6 pada 2 jam dan 24 jam pascabedah, dimana pada kelompok
parecoxib peningkatan pada 2 jam pascabedah adalah 90% dari nilai awal
dan pada 24 jam meningkat 112,5% dari nilai awal. Pada kelompok
kontrol, kadar IL-6 2 jam pascabedah meningkat 182,3% dan pada 24 jam
69
meningkat 191% dari rerata awal kadar IL-6 yang diukur. Hasil penelitian
tersebut tidak bermakna. Pola peningkatan kadar IL-6 ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Beilin dkk pada pasien yang menjalani bedah
umum, dimana bahwa kadar IL-6 plasma pada pascabedah dini menurun
(p<0,01). Hal ini dapat dijelaskan bahwa kadar IL-6 pascabedah sangat
nyeri somatik dan visera sebagaimana pada penelitian ini 35. Pada
B. Kadar IL-10
balik antara nosiseptif dan sitokin proinflamasi, maka tidak mustahil nyeri
kelompok terjadi pada dua jam pascabedah dan ini menandakan adanya
yang berbeda yaitu, IL-6, IL-8, dan IL-10. Interleukin-10 telah terbukti
menghambat sintesis IL-6 dan IL-8 oleh monosit. Dari penelitian ini
proinflamasi.
pengaruh natrium diklofenak terhadap kadar IL-6 dan IL-10 pada pasien
prostaglandin.
IL-6 dan IL-10 dalam plasma pada 22 pasien yang menjalani pembedahan
IL-6 pada kedua kelompok mencapai puncaknya pada 2 jam setelah akhir
75
plasebo.
perbedaan ratio kadar IL-6 dan IL-10 yang lebih tinggi dibanding kontrol,
D. Intensitas nyeri
mikroglia jelas diaktifasi oleh inflamasi perifer, hal ini terbukti dengan
serta dalam modulasi nyeri. Produksi IL-6 diproduksi ketika adanya trauma
Pada hasil penelitian ini didapatkan NRSi dan NRSb prabedah dan
dikatakan bahwa secara klinis tidak ada perbedaan NRSi maupun NRSb
penelitian yang dilakukan oleh Xu dkk (2010) dan Esme dkk (2011)
ini sejalan dengan penelitian oleh Beilin dkk yang menunjukkan bahwa
dekade yang lalu sebagai suatu teknik untuk meningkatkan efek analgesia
77
dari kelas analgetik yang berbeda dan mekanisme yang berbeda. Hal ini
tidak diharapkan dari obat tertentu yang digunakan pada perioperatif. Saat
BAB VIII
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Saran akademik
2. Saran klinik
DAFTAR PUSTAKA
Aida, S., Baba, H., Yamakura, T., Taga, K., Fukuda, S., Shimoji, K. 1999.
The effectiveness of preemtive analgesia varies according to the
type of surgery: a randomized, double-blind study. Anesth Analg.
89: 711-16.
Bajaj, P., Ballary, C. C., Dongre, N. A., Baliga, V. P. & Desai, A. 2004.
Role of parecoxib in pre-emtive analgesia comparison of the
efficacy and safety of pre- and postoperative parecoxib in patients
undergoing general surgery. J Indian Med Assoc, 102, 272-278.
Beilin, B., Bessler, H., Mayburd, E., Smirnov, G., Dekel, A., Yerdeni, I. &
Shavit, Y. 2003. Effect of preemtive analgesia on pain and cytokine
production in postoperative period. Am Societ Anesth, 98, 151-155.
Buvanandran, A., Kroin, J., Berger, R., Hallab, N., Saha, C., Negrescu, C.,
Moric, M., Caicedo, M. & Tuman, K. 2006. Upregulated of
prostaglandin E2 and interleukins in the central nervous system and
peripheral tissue during and after surgery in humans. Anesthesiol,
104, 403-410.
Coward, J., Kulbe, H., Chakravarty, P., Leader, D., Vassileva, V., Leinster,
A., et al. 2011. Interleukin 6 as a therapeutic target in human
ovarian cancer. Clin Cancer Res. 17(18): 6083-96.
81
Esme, H., Kesli, R., Apliogullari, B., Duran, F. M. & Yoldas, B. 2011. Effect
of flurbiprofen on CRP, TNF-, IL-6, and postoperative pain of
thoracotomy. Int J Med Sci, 8, 821-221.
Jongh, R., Vissers, K. C., Meert, T. F., Booij, L., Deyne, C. & Heylen, R. J.
2003. Role of interleukin-6 in nociception and pain. Anesth Analg,
96, 1096-1103.
Kawasaki, Y., Zhang, L., Cheng, J.-K. & Ji, R.-R. 2008. Cytokine
mechanisms of central sensitization: distinct and overlapping role of
interleukin-1, interleukin-6, and tumor necrosis factor- in regulating
synaptic and neuronal activity in the superficial spinal cord. J.
Neurosci, 28, 5189-5194.
Naito, Y. 1992. Response of ACTH, cortisol and cytokines during and after
surgery. Anesthesiol. 77: 345-53.
Tekieh, E., Manaheji, H., Zaringhalam, J., Maghsoudi, N., Alani, A. &
Zardoof, H. 2011. Increased serum interleukin-6 level time-
dependently regulates hyperalgesia and spinal mu opioid reseptor
expression during CFA-induced arthritis. ECLI Journal, 10, 23-33.
Vadivelu, N., Whitney, C. J. & Sinatra, R. S. 2009. Pain pathway and acute
pain processing. In: Sinatra, R. S., Leon-casasola, O., Ginsberg, B.
& Viscusi, E. R. (eds.) Acute pain management. New York:
Cambridge University Press.
2. . .. (.)
Lembar Pengamatan
Nama pasien : BB : Kg
Umur : thn TB : cm
Jenis Kelamin : IMT : Kg/m2
Alamat : No.Sampel :
No Rekam Medis :
Data Klinis
1. Diagnosis MRS :
2. ASA PS :
3. Mulai Anestesi :
4. Mulai Pembedahan :
5. Selesai Pembedahan :
Kepuasan Pasien :
1. Puas
2. Tidak puas
87
Lanjutan lampiran 3
PENGAMATAN