Anda di halaman 1dari 10

KASUS AUDIT KECURANGAN

KECURANGAN ASET, LAPORAN KEUANGAN DAN KORUPSI

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Auditing

Yang diampu oleh Bapak Osco Sijabat, M.Pd

Disusun Oleh:

Nama : Rudi Gunawan Saragi

NIM : 14210026

Prodi : Komputerisasi Akuntansi

POLITEKNIK BISNIS I
NDONESIA
MURNI SADAR
T.A 2016 / 2017
KASUS I
Kejahatan Lapoan Keuangan Dan Korupsi
( KASUS FRAUD AUDITING PHAR MOR INC )

A. PEMBAHASAN
Phar Mor Inc, termasuk perusahaan terbesar di Amerika Serikat yang dinyatakan
bangkrut pada bulan Agustus 1992 berdasarkan undang-undangan U.S. Bangkruptcy
Code. Phar mor merupakan perusahaan retail yang menjual produk yang cukup
bervariasi, mulai dari obat-obatan, furniture, elektronik, pakaian olah raga hingga
videotape.
Pada masa puncak kejayaannya, Phar Mor mempunyai 300 outlet besar di hampir
seluruh negara bagian dan memperkerjakan 23,000 orang karyawan yang berpusat di
Youngstown, Ohio, United States. Phar-Mor dididrikan oleh Michael I. Monus atau
biasa disebut Mickey Monus dan David S. Shapira di tahun 1982. Beberapa toko
menggunakan nama Pharmhouse and Rx Place. Slogan Phar-Mor adalah Phar-Mor
power buying gives you Phar-Mor buying power.

KASUS PHAR MOR inc.

Sejarah mencatat kasus phar mor inc sebagai kasus yang melegenda di kalangan
auditor keuangan. Eksekutif Phar Mor sengaja melakukan fraud untuk mendapat
keuntungan financial yang masuk ke dalam saku pribadi individu di jajaran top
manajemen perusahaan.
Dalam melakukan fraud, top manajemen Phar Mor membuat dua laporan keuangan
yakni, laporan inventory dan laporan bulanan keuangan (monthly financial report).
Dan kedua laporan ini kemudian dibuat ganda oleh pihak manajemen. Satu set
laporan inventory berisi laporan inventory yang benar (true report,), sedangkan satu
set laporan lainnya berisi informasi tentang inventory yang di adjusment dan
ditujukan untuk auditor eksternal. Demikian juga dengan laporan bulanan keuangan,
laporan keuangan yang benar berisi tentang kerugian yang diderita oleh perusahaan
ditujukan hanya untuk jajaran eksekutif. Laporan lainnya adalah laporan yang telah
dimanipulasi sehingga seolah-olah perusahaan mendapat keuntungan yang
berlimpah.Dalam mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor
sengaja merekrut staf dari akuntan publik (KAP) Cooper &Lybrand, staf staf
tersebut kemudian turut dimainkan dalam fraud tersebut dan sebagai imbalan telah
membuat laporan ganda mereka diberikan kedudukan jabatan penting.

Phar Mor Inc, merupakan pengecer barang-barang kering yang berkantor pusat
diYoungstown, Ohio, didirikan pada tahun 1982 oleh David Shapira dan Michael I
Monus.Monus sebagai Presiden dari Phar-Mor dan sangat terlibat dalam kegiatan
operasional. Shapira,CEO dari jaringan supermarket Giant Eagle, selaku pemegang
saham terbesar Phar-Mor danmenjadi CEO. Perusahaan tumbuh dengan cepat dari
satu toko ditahun 1982 menjadi lebih dari300 toko dengan penjualan senilai $3 M
dalam 10 tahun. Ciri khas dari toko Phar-Mor selalumemberikan barang-barang
diskon dengan pembelian dalam jumlah yang banyak. Barangdagangannya berupa
video tape sampai dengan resep obat-obatan.
Tahun 1980an, Youngstown masih terguncang dengan restrukturisasi industri
bajanya.Hampir 50,000 pekerjaan hilang dan banyak bisnis yang meninggalkan pusat
kota. Dibawahkepemimpinan Monus, Phar-Mor menjadi Youngstown dengan
pendukung dan karyawanterbesar. Monus memulai dengan mengambil alih dua
bangungan kosong di pusat kota,mengoperasikan toko Phar-Mor yang pertama dan
mengkonversikan dalam bentuk lain dengancara mengosongkan departement store,
menjadi kantor pusat Phar-Mor. Kantor pusat menjadititik fokus acara-acara yang
ada dikota tersebut. Monus juga mendukung kegiatan kembang apidipusat kota dan
Camp Tuff Enuff, sebuah program beresiko bagi anak-anak kecil dikotatersebut.
Monus mewakili Universitas Youngstown, dimana masing-masing keluarga
diberikankursi bisnis.Monus membujuk Ladies Professional Golf Association untuk
mengadakan kejuaraandi Youngstown bagi orang-orang yang antusias dan
penggemar olahraga. Kemudian diamencoba menarik Denver Rockies setelah gagal
membujuk Major League Baseball sebagaifranchise untuk piala Youngstown. Tahun
1987, mOdus memulai liga bola basket dunia, yangterdiri dari 10 tim dari masing-
masing kota.Catatan: Sebagian besar informasi yang disajikan diambil dari laporan
berita didasarkanlaporan yang disiapkan oleh pengadilan yang ditunjuk sebagai
pemeriksa Jay Alix.Phar-Mor mulai mengalami kerugian pada tahun 1987.

Kerugian tersebut tersembunyidari pantauan Monus dan beberapa bawahan


melakukan peningkatan persediaan, aktivalainnya, kewajibnan dan biaya lainnya
untuk menutupi margin profit yang terus menyusut. Duaset buku disimpan, buku
besar perusahaan yang berisi laporan palsu dan buku besar tersembunyi yang terus
membukukan laporan yang salah. Tindakan tersebut untuk menutupikerugian dan
memungkinkan mereka untuk meminta sejumlah bonus dari kinerja
sertamempertahankan akses ke pasar modal dan permohonan kredit.

Laporan keuangan yang keliru digunakan untuk tujuan kredit senilai $1 M


sebagaitambahan modal dari investor, termasuk Sears, Roebuck & Co, Westinghouse
Electric Corp; beberapa pengembang mall Mr Edward DeBartolo; dan mitra
perusahaan sebagai afiliasi dariLazare Freres. Sebagai perusahaan dengan kondisi
keuangan yang memburuk, mereka bergantung kepada pembayaran dari supplier
untuk menyembunyikan kerugian perusahaan.

Supplier seperti Coca Cola Enterprises Inc, Fuji Photo Co dan Gibson Greetings Inc
membayar senilai $138 juta antara tahun 1988 dan tahun 1992 sebagai pertukaran
dengan Phar-Mor untuk tidak mereka dalam persaingan merk.Phar-Mor membeli
sejumlah barangnya dengan para supplier yang dikenal ataumemiliki hubungan
dengan para eksekutif atau direktur Pahr-Mor. Contohnya, perusahaanmenyewa
sejumlah peralatan telepon dari perusahaan yang sebagian dimiliki oleh
Monus.Menjual pakaian olahraga dari adanya Liga Bola Basket Dunia. Perhiasan
imitasi dibeli dariJewelry 90, Youngstown membeli sejumlah perhiasan tersebut dari
grosir New York. Jewelry90 dimiliki oleh David Karzmer, rekan bisnis dari Monus.
Ayah Michael Monus, adalahdirektur dari Phar-Mor, bekerja sebagai konsultan dari
Jewelry 90. Dia dibayar senilai$354,754 untuk bekerja selama enam bulan di tahun
1992. Jika Phar-Mor membeli langsungdari grosir di New York akan menghemat
senilai $2,1 M.
Selama musim panas tahun 1992, agen perjalanan Youngstown mengatakan kepada
Edward DeBartolo sebagai pemegang saham independen bahwa unit Phar Mor-telah
melakukan pembayaran senilai $ 80.000 untuk menyelesaikan rekening tunggakan
Liga Basket Dunia. DEBartolo meneruskan informasi tersebut ke Shapira, untuk
dilakukan investigasiinternal terhadap Phar-Mor. Penyelidikan mengungkapkan
bahwa DeBartolo hanya melihat puncak dari suatu permasalahan. Selama beberapa
tahun, Monus telah menyalurkan sejumlahdana sekitar $10 juta ke Liga Basket
Dunia. Sebagai mitra umum di liga tersebut, 60% dia sebagai pengendali dari
masing-masing tim, dengan demikian Monus bertanggung jawabterhadap
pembiayaan liga tersebut. Pemilik tim mengatakan bahwa setiap kali mereka
membutuhkan uang, mereka akan menghubungi direktur keuangan Phar Mor-atau
kontak kedivisi usaha kecil dan uang akan segera dikirimkan. Monus juga
menggunakan sebanyak apapun uang untuk keperluan pribadi, termasuk $ 180.000
untuk sebuah rumah dengan lahan seluas 18.000 kaki persegi baru ia membangun,
lengkap dengan lapangan basket. Sejumlah petugas lainnya dan direksi telah
mendapat manfaat dengan mengorbankan Phar-Mor.

Phar Mor Inc-mengajukan 11 Bab pada bulan Agustus 1992. Kerugian dari penipuan
internal sebesar sekitar $ 1 miliar. Reorganisasi berikutnya mengurangi jumlah toko
Phar Mor menjadi setengah, dengan kerugian yang sesuai dari karyawan

B. ANALISA DAN PENDAPAT


Fraud yang dilakukan oleh eksekutif Phar Mor dilakukan dengan membuat 2
laporan ganda, yaitu laporan inventory dan laporan keuangan bulanan yang masing-
masing telah dilakukan adjustment. Dalam kasus ini, internal audit tidak bisa
berfungsi karena adanya control environment yang tidak dilakukan dengan baik oleh
manajemen. Manajemen Phar Mor setidaknya telah membuktikan satu dari tiga unsur
The fraud Triangle, yaitu : insentive berupa imbalan jabatan kepada auditor internal.
Oleh karena itu, auditor internal harus benar-benar memegang teguh kode etik
profesi dalam menjalankan tugasnya, salah satunya dalam hal ini adalah kemandirian
atau independensi. Fungsi pemeriksaan internal haruslah terpisah dari kegiatan-
kegiatan yang diperiksanya. Suatu kemandirian akan memungkinkan pelaksanaan
pekerjaan para auditor internal secara bebas dan objektif. Tanpa kemandirian, hasil
pemeriksaan internal yang diharapkan tidak akan dapat diwujudkan secara optimal.

C. FAKTOR PEMICU TERJADINYA FRAUD YANG DILAKUKAN


OLEH PHAR MOR
1. Opportunity
Opportunity, Faktor ini muncul sebagai akibat lemahnya pengendalian
internal di perusahaan Phar Mor tersebut, dimana Sistem manajemen dan
pengawasan dalam perusahaan Phar Mor memang sudah buruk dan itu terlihat
dimana Phar Mor sengaja merekrut staf dari akuntan publik (KAP) Cooper &
Lybrand, staf staf tersebut kemudian turut dimainkan dalam fraud tersebut dan
sebagai imbalan telah membuat laporan ganda mereka diberikan kedudukan jabatan
penting serta tindak penipuan lainnya.
2. Pressure

Pressure atau motivasi pada sesorang atau individu akan memebuat mereka
mencari kesempatan melakukan fraud, dimana dalam kasus ini Monus selaku
Presiden Phar Mor juga menggunakan sebanyak apapun uang untuk keperluan
pribadi, termasuk $ 180.000 untuk sebuah rumah dengan lahan seluas 18.000 kaki
persegi baru ia membangun, lengkap dengan lapangan basket. Sejumlah petugas
lainnya dan direksi telah mendapat manfaat dengan mengorbankan Phar-Mor. Dalam
hal ini unsure Motivasi untuk hidup mewah jelas terlihat dalam kasus ini.

3. Rationalization

Rationalization terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas


aktifitasnya yang mengandung fraud. Pada umumnya para pelaku fraud meyakini
atau merasa bahwa tindakannya bukan merupakan suatu kecurangan tetapi adalah
suatu yang memang merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa telah berjasa
karena telah berbuat banyak untuk organisasi. Dalam beberapa kasus lainnya terdapat
pula kondisi dimana pelaku tergoda untuk melakukan fraud karena merasa rekan
kerjanya juga melakukan hal yang sama dan tidak menerima sanksi atas
tindakan fraud tersebut. Dimana dalam kasus ini jelas terlihat ada unsur kerjasama
antara Presiden Phar Mor dengan beberapa direksi dan karyawan lainnnya.

D. SOLUSI

Dalam Kasus Phar Mor yang telah diuraikan sebelumnya, Pihak Top Management
dan Auditor Internal telah melakukan fraud demi kepentingan faktor pribadi mereka.
Phar Mor terbukti telah melakukan fraud dengan memberikan insentive berupa
imbalan kepada auditor internal (insentive). Auditor Internal dari suatu organisasi
berfungsi sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen senior
dan atau dewan. Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab bagian audit internal
harus dinyatakan dalam dokumen tertulis yang formal, misalnya dalam anggaran
dasar organisasi. Anggaran dasar harus menjelaskan tentang tujuan bagian audit
internal, menegaskan lingkup pekerjaan yang tidak dibatasi, dan menyatakan bahwa
bagian audit internal tidak memiliki kewenangan atau tanggung jawab dalam
kegiatan yang mereka periksa. Pemeriksaan internal harus dilaksanakan secara ahli
dan dengan ketelitian professional, maka auditor sebaiknya seseorang yang
kompeten. Karena kompetennya sering sekali kelebihan auditor ini disalahgunakan.
Para pemeriksa internal harus mematuhi standar profesional dalam melakukan
pemeriksaan, semua itu terdapat dalam kode etik auditor internal. Kode etik
menghendaki standar yang tinggi bagi kejujuran, sikap objektif, ketekunan, dan
loyalitas, yang harus dipenuhi oleh pemeriksa internal. Hal-hal inilah yang sering
dikesampingkan oleh manajemen dan auditor itu sendiri demi kepentingan mereka
masing-masing. Solusinya tidak lain tidak bukan adalah Katakan Tidak Pada
Fraud!. Dalam hal ini auditorlah kuncinya, jika saja auditor menolak ajakan
management membuat laporan keuangan ganda, maka fraud tak akan terjadi. Pihak
manajemen sebaiknya tidak menjatuhkan perusahaannya sendiri dengan cara
melakukan fraud, karena Dimanapun letak bangkai pasti akan tercium baunya.
KASUS II
Kejahatan Korupsi dan Aset
( CONTOH KASUS PENCUCIAN UANG MALINDA DEE )

A. PEMBAHASAN
Si cantik nan seksi Melinda dikabarkan bisa melakukan kejahatan perbankan
(Citibank) tersebut karena memiliki modus yang rapih. Melinda melakukan
kejahatannya dengan melakukan pertemuan dengan nasabahnya, dipertemuannya
itulah, dia meminta nasabahnya yang merupakan perusahaan besar untuk
menandatangani dokumen kosong. Dalam melakukan aksinya, ia dibantu oleh suami,
adiknya yang bernama Visca Lovitasari, suami dari adiknya yang bernama Ismail, beberapa
bawahannya, dan pemimpin perusahaan yang didirikannya.

Dia juga memanfaatkan kecantikannya untuk merayu nasabah agar calon


korban itu mau mempercayakan uangnya untuk dikelola sebagai investasi oleh
tersangka. Selain menggelapkan uang nasabahnya tanpa sepengetahuan pemilik
rekening, Melinda diduga kerap melakukan pembobolan dana Citibank dengan cara
menipu.

Berikut ini sejumlah barang bukti yang berhasil ditemukan aparat kepolisian,
diantaranya mobil Hummer keluaran 2010 yang dibeli secara kredit dengan uang
muka Rp 310 juta yang dibayarkan dari salah satu nasabah tersebut. Kemudian,
mobil Mercedes 2010 yang dibeli secara kredit dengan uang muka Rp 246 juta yang
juga dibayar dari dana nasabah. Kemudian, mobil Ferari tahun 2010 atas nama
Malinda Dee dan Ferari tahun 2010

Barang bukti lain terdiri dari 29 formulir transfer tersangka juga membeli
sebuah apartemen di kawasan SCBD secara kredit Kasus yang melibatkan Melinda
Dee membuka tabir kejahatan kerah putih (white collar crime) dalam dunia
perbankan. Model kejahatan kerah putih ini merupakan evolusi tindak kejahatan
dalam dunia moderen.

Dalam sejarahnya di negara-negara maju, kejahatan ini disebut sebagai


business crime atau economic criminality. Hal ini karena pelaku kejahatan ini banyak
melibatkan para pengusaha, pegawai perbankan, lembaga keuangan dan para pejabat.
Pada awalnya kejahatan kerah putih banyak terjadi dalam birokrasi
pemerintahan.Modusnya adalah dengan memanfaatkan kerumitan dan ketertutupan
birokrasi. Kerumitan itulah yang menjadi lahan subur untuk dimanipulasi menjadi
tindak kejahatan seperti korupsi dan suap.

Kasus Melinda Dee merupakan modus kejahatan kerah putih yang semakin
canggih lagi. Tindakan tersebut dilakukan dalam jaringan teknologi mutakhir.
Dengan penerapan sistem komputerisasi, dunia perbankan menjadi lahan subur bagi
praktik kejahatan seperti ini. Kejahatan model ini merupakan gejala masyarakat
industri.

Penggunaan teknologi dalam masyarakat industri selain semakin efesien, juga


memberi efek negatif terutama dengan semakin efesiennya kejahatannya juga. Pada
masyarakat yang ter-computerized, pencurian dapat dilakukan hanya dengan memijit
tombol-tombol keyboard komputer yang terkoneksi pada jaringan internet. Maka
dalam jaringan sistem perbankan, seorang Melinda dapat dengan aman mengalihkan
miliaran uang nasabah pada rekeningnya sendiri.

Sementara itu, jaksa menjerat Melinda dengan pasal berlapis, yaitu pasal
dalam Undang-Undang Perbankan dan pasal Undang-Undang Tindak Pidana
Pencucian Uang. Pertama, dia dijerat Pasal 49 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan juncto Pasal 55 ayat 1 dan pasal 65 KUHP.

Kedua, Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana


diubah dengan Undang-Undang No 25 Tahun 2003 tentang Pidana Pencucian Uang
juncto Pasal 65 KUHP. Ketiga, Pasal 3 Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 65 ayat
1 KUHP. Ancamannya adalah 15 tahun penjara.

Kasus ini masih akan berlanjut di tahun 2012 karena semua terdakwa masih
menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Belum satu pun dari
mereka yang dijatuhi vonis oleh hakim. Proses persidangan bisa saja berlanjut hingga
beberapa tahun ke depan jika persidangan berlanjut ke tingkat Mahkamah Agung.

Selain itu ia juga dikenakan pasal 27 Juncto pasal 45 UU nomor 11 tahun


2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (ITE) dan atau pasal 310 , 311
KUHP.

B. FAKTOR PEMICU TERJADINYA FRAUD YANG DILAKUKAN


OLEH MELINDA DEE

1. Opportunity

Opportunity, Faktor ini muncul sebagai akibat lemahnya pengendalian


internal di CitiBank tersebut, dimana Sistem keamanan bank masih terlau lemah.
Karena kasus seperti ini biasanya banyak melibatkan pihak internal yang mengetahui
celah-celah keamanan bank, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya pihak
eksternal. Terbukanya kesempatan ini juga dapat menggoda individu atau kelompok
yang sebelumnya tidak memiliki motif untk melakukan fraud.
2. Pressure

Pressure atau motivasi pada sesorang atau individu akan memebuat mereka
mencari kesempatan melakukan fraud, dimana dalam kasus ini Melinda merupakan
wanita dengan gaya hidup yang mewah dan glamour. Untuk memenuhi tuntutan gaya
hidup tersebut, Melinda dengan sengaja melakukan fraud.

3. Rationalization

Dalam beberapa kasus terdapat kondisi dimana pelaku tergoda untuk


melakukan fraud karena merasa rekan kerjanya juga melakukan hal yang sama dan
tidak menerima sanksi atas tindakan fraud tersebut. Dimana dalam kasus ini, ia dibantu
oleh beberapa bawahannya, dan pemimpin perusahaan yang didirikannya serta suami,
adiknya yang bernama Visca Lovitasari, suami dari adiknya yang bernama Ismail.

C. ANALISA DAN PENDAPAT

Kasus ini tentunya bisa menimbulkan kerugian dan dampak buruk bagi dunia
perbankan Indonesia serta Citibank itu sendiri khususnya pada manajemen
likuiditasnya. Manajemen likuiditas adalah Kemampuan manajemen bank dalam
menyediakan dana yang cukup utk memenuhi semua kewajibannya maupun
komitmen yg telah dikeluarkan kpd nasabah serta pengelolaan atas reserve
requirement (RR) atau Primary reserve atau Giro wajib minimum sesuai ketentuan
BI, dan secondary reserve. Resiko yang dapat timbul apabila gagal dalam manajemen
likuiditas adalah resiko pendanaan dan resiko bunga.

Bisa dikatakan bahwa implikasi negatif dari kasus ini, Jika Citibank tidak
bisa atau tidak memiliki kemampuan dalam menyediakan dana yang cukup untuk
memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan nasabah
sebab penggelapan dana oleh Malinda Dee ini maka Citibank bisa saja dilikuidasi
oleh Bank Indonesia serta hilangnya trust atau kepercayan nasabah dan masyarakat
kepada Citibank pada khususnya dan perbankan indonesia pada umumnya. Informasi
baru, Citibank mengkonfirmasikan ke masyarakat bahwa pihak Citibank menjamin
uang nasabah dan aman.
KASUS III
Kasus Korupsi dan Fraud : Penjualan dan Persediaan
( 31 OCTOBER 2008 MUXONATED )

A. PEMBAHASAN
Seorang direktur penjualan dari sebuah perusahaan produk elektronik tiba-
tiba mengundurkan diri dari jabatannya ketika ditanyakan mengenai adanya
keanehan dalam data-data penjualan.
Setelah dilakukan investigasi, ternyata mantan direktur tersebut terlibat dalam
proses penjualan yang ternyata palsu. Modus pola fraud dilakukan dengan:
Kuitansi penjualan atas nama pembeli tertentu dibuat
Tagihan palsu dikeluarkan
Barang persediaan dikeluarkan dari gudang penyimpanan seolah-olah akan
dikirimkan ke pembeli (barang tersebut kemudian dijual sendiri oleh direktur
keuangan dan uangnya masuk ke kantong pribadi)
Penjualan dicatat dalam sistem akuntansi dan beberapa waktu kemudian
dihapuskan sebagai non-inventory return credits atau retur penjualan non-
persediaan.

B. ANALISA
Kasus ini menunjukkan adanya kelalaian pengelolaan dan pengawasan dalam berbagau
bidang. Fraud yang dilakukan oleh Mantan direktur dilakukan dengan membuat:
Kuitansi penjualan atas nama pembeli tertentu dibuat
Tagihan palsu dikeluarkan
Barang persediaan dikeluarkan dari gudang penyimpanan seolah-olah akan
dikirimkan ke pembeli (barang tersebut kemudian dijual sendiri oleh direktur
keuangan dan uangnya masuk ke kantong pribadi)
Penjualan dicatat dalam sistem akuntansi dan beberapa waktu kemudian
dihapuskan sebagai non-inventory return credits atau retur penjualan non-
persediaan.

C. FAKTOR PEMICU TERJADINYA FRAUD

1. Opportunity

Opportunity, Faktor ini muncul sebagai akibat lemahnya pengendalian


internal di Perusahaan tersebut. Kasus seperti ini biasanya karena Mantan direktur
tersebut telah mengetahui celah-celah keamanan perusahaan , tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya pihak eksternal. Terbukanya kesempatan ini juga dapat
menggoda individu atau kelompok yang sebelumnya tidak memiliki motif untk
melakukan fraud.

2. Pressure

Pressure atau motivasi pada sesorang atau individu akan memebuat mereka
mencari kesempatan melakukan fraud.
3. Rationalization

Dalam kasus ini sangat besar kemungkinan terjadi karena adanya unsur
kerjsama dengan berbagai karyawan. Itu jelas terlihat dari data pemalsuan yang
mungkin dilakukan di beberapa Bidang dan Jabatan dalam perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai